Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Love Language Diversity
Living on earth with 195 countries with at least 7102 languages. MasyaAllah tabarakallah! As Allah said in Qur’an surah Al-Hujurat (49) ayah 13, O mankind, indeed We have created you from male and female and made you peoples and tribes that you may know one another. Indeed, the noblest of you in the sight of Allah is the most righteous of you. Indeed, Allah is Knowing and Aware.
Allah has created humans with much diversity. In neuroscience, we learn how males’ brains vs woman’s brains, makes the differences in perception and action. Everybody has been created by Allah with their characteristics, even twins, they have some differences, and also about how to form 7102 languages in this world, it’s all a few signs of Allah's greatness.
Talk about language, people talk dan communicate using language. They communicate their needs and interests with each other so this world works in harmony. The simple way to understand each other is by using the same language. Even though they have different origin languages, they can agree to use a universal language or language that they both understand, or they need a translator. There's always a solution.
This also happens to love language, the way someone needs to be loved so they can feel the love. Some people need to be loved by words of affirmative rather than receiving a bucket of flowers. Some people love to have quality time with their spouse or their family. Everybody has their preferences and we need to respect them. Maybe we prefer more than a love language, but it's ok, there's always a top-level, right? It could be one, two, or three.
Dr. Gary Chapman, author of The Five Love Languages, explains that love languages are behaviors that make you feel loved. There are 5 love language : words of affirmations, quality time, receiving gifts, acts of service, and physical touch.
For me, the most powerful way is through acts of service, and the second receiving gifts. It's like helping me complete my task, taking care of me when I am sick, buying me food, and many more. I know it seems troublesome, but I appreciate the simple thing, it doesn't need to be a burdensome or pricey item.
Some people have different needs so please love them as they want to be loved. This is also for you. If there's a difference in your love language with your partner, it doesn't matter, communicate it. Ask them about your love language, and treat them as sweetly as possible according to their love language. To be highlighted, we need to be initiative and sincere. Wait until our partner asks and begs for our attention may hurt them.
2 notes
·
View notes
Text
Tata Ruang Hati
Ibarat sebuah rumah, yang dibangun dengan beberapa ruang dengan fungsi-fungsi khususnya, hati pun demikian.
Andaikan sebuah rumah hanya terdiri atas sebuah ruangan, sebut saja ruang tamu, maka penghuni rumah tidak akan bisa memasak ketika lapar karena tidak ada dapur, dia juga tidak bisa mandi di rumahnya. Rumah yang baik tentu saja rumah yang memiliki ruangan-ruangan yang dapat menunjang kebutuhan hidup sang penghuni.
Hati kurang lebih juga begitu.
Andaikan sebuah hati hanya terdiri atas sebuah ruangan bernama ruang harapan, maka ketika realita kehidupan tidak sesuai dengan harapan maka hati akan kelimpungan. Hati juga butuh dibangun dari ruang-ruang lain.
Ketika hati terlalu berharap atas sesuatu, jangan hanya meluaskan ruang harapan, tetapi mulailah bangun ruang kerelaan. Bangun ruang rela yang luas, seluas mungkin.. selapang mungkin...karena ruangan itu mutlak hati butuhkan dalam hidupnya.
Aku, yang di hati ini ada ruang harapan yang luas lagi dalam. Beserta ruang rindu yang baru terbangun, masih sempit, baru dibuat sekadarnya dengan tembok sementara, tetapi diam-diam ruang ini semakin dalam, hingga membentuk terowongan bawah tanah.
Walau ruang harap dan rindu saat ini paling kerap berfungsi, sejujurnya aku mulai bangun ruang rela yang akan dibuat selapang mungkin, ya memang belum selesai, tetapi ruangan itu sudah mulai dibangun...
Karena hati harus siap kecewa atas harap dan rindu itu, harus siap merelakan...
Semakin luas dan dalam ruang harap dan rindu, maka ruang rela harus berkali-kali lipat lebih luas lagi, lebih dalam lagi.
Allah, lapangkan hati ini jika harap dan rinduku ini tak tersambut oleh takdir-Mu.
Kami hanya manusia biasa yang sering terpedaya oleh rasa harap dan rindu, dan parahnya kami sering lupa untuk menyandarkannya pada-Mu.
Allah, Kau tau yang terbaik sedangkan kami tidak...
Bantu kami melapangkan ruang kerelaan ini pada hati kami..
4 notes
·
View notes
Text
Menjadi Aisyah atau Asiyah, Kita Harus Kuat!
Apakah wanita shalihah akan pasti berjodoh dengan lelaki shalih? Dan sebaliknya ?
Berangkat dari sebuah kekhawatiran : Aku takut jangan-jangan laki-laki yang terlihat baik secara dhahir menyimpan aib yang tak pernah kusangka..Jangan-jangan yg terlihat shalih, ternyata buaya, cabang tak halalnya ada di mana-mana..Naudzubillah. Aku tau yang begitu ada, tapi aku tau tidak semua begitu.
Tetapi bukankah memang begitu? Bukankah memang setiap manusia itu punya aib yang Allah tutup dan tidak ada seorangpun yg tau selain Allah? Sampai Muhammad bin Wasi' rahimahullah berkata, “Seandainya dosa itu memiliki bau (tidak sedap) maka niscaya tidak ada seorang pun yang sanggup untuk duduk bersamaku.”
Manusia memang penuh aib & kesalahan. Adam & Hawa juga pernah salah. Melanggar larangan Allah dengan memakan buah yang dilarang di surga. Nabi Musa pernah salah, membunuh orang. Nabi Yunus bahkan sempat 'ngambek' ke kaumnya dan melarikan diri, yang kemudian Allah tegur dengan ditelan paus. Nabi Muhammad juga pernah khilaf, bermuka masam kepada seorang sahabat yang berakhir dengan teguran dari Allah juga.
Ya, mereka adalah manusia-manusia mulia. Tetapi mereka bukan malaikat. Mereka berbuat salah. Namun perlu digarisbawahi, beliau- beliau ini bertaubat kepada Allah.
Kembali ke persoalan laki-laki.
Apakah wanita shalihah akan pasti berjodoh dengan lelaki shalih? Dan sebaliknya ? Sayangnya kita tidak tahu.
Nabi Nuh yang dapat gelar Rasul Ulul Azmi, kurang shalih apasih? Tapi istrinya tidak beriman. Nabi Luth yang sedemikian luar biasa, istrinya juga mengkhianatinya. Lalu apakabar Asiyah? Apakah kita berani menjudge Asiyah sebagai wanita kurang shalihah karena suaminya adalah seorang Fir'aun ? Tentu tidak kan?
Kita memang bisa memilih pasangan kita. Tetapi skenario Allah akan tetap berjalan sesuai kehendak-Nya. Kita tidak tahu kita akan mendapat peran apa dalam panggung sandiwara bernama dunia ini. Kita hanya bisa memberikan ikhtiar terbaik!
Kata Ummi, ga apa-apa kalau nanti dapat suami yang belum shalih.. karena itu akan menjadi ladang amal kita menshalihkan dia.. Tapi kalau dapat yang shalih.. maka kita pun punya ladang amal yang lain lagi.. seperti istri-istri Rasulullah misalnya..
Dapat pasangan/lingkungan yang baik sekalipun, kalau kita secara pribadi tidak punya visi misi yang kuat, maka kita dapat goyah.. sebagaimana istri Nuh dan Luth.. Begitu pula jika ditempatkan pada lingkungan yang terburuk sekalipun, kalau kita secara pribadi punya visi misi yang kuat, kita bisa sekuat Asiyah..
Selamat mempersiapkan hati menerima segala peran dalam panggung ini🤍
0 notes
Text
Mencintai Orang Baik
Kebaikan itu magis. Kita senang melihat perbuatan baik. Kita senang pada orang yang berbuat kebaikan. Orang baik punya daya tarik.
Kita pun boleh jadi mencintai seseorang karena dalam pandangan kita, orang tersebut baik. Tak peduli jika orang lain tak sepakat dengan kita. Kita selalu bisa melihat sisi baik dari orang yang kita cintai. Dan berharap kita bisa membuat orang lain juga bisa melihat sisi baik tersebut.
Mencintai orang baik seperti mudah. Ada banyak hal yang bisa kita kagumi darinya secara spontan. Semua orang akan berpikir kita begitu beruntung memilikinya sebagai seseorang yang dicintai.
Tapi, pada kenyataannya tidak selalu semudah itu.
Mencintai orang baik berarti memahami bahwa kebaikannya dibutuhkan oleh banyak orang. Bukan hanya oleh kita. Sebagai konsekuensi dari menjadi orang baik, tentu ia juga disayangi oleh banyak orang. Bukan hanya oleh kita.
Kita tahu bahwa ia baik bukan hanya pada kita. Tetapi pada semua orang. Itu berarti selain ia sebagai kekasih, atau suami, istri, ayah atau ibu yang baik, ia pun seorang anak yang berbakti pada kedua orang tuanya, teman yang suka membantu, pelayan masyarakat yang mengayomi, pekerja yang profesional, juga pemimpin yang berdedikasi.
Mencintai orang baik berarti memahami bahwa di hatinya bukan hanya ada kita. Hatinya memiliki banyak ruang untuk mengasihi banyak orang. Waktunya dibagi kepada banyak orang yang membutuhkan. Akalnya digunakan untuk memikirkan banyak orang.
Mencintai orang baik juga berarti memahami bahwa kita tak bisa egois dan berpikir bahwa ia milik kita. Karena akan selalu ada celah-celah yang dimanfaatkan para penggoda untuk menghembuskan perasaan iri dan cemburu.
Sejak detik pertama, mencintai orang baik berarti rela. Rela untuk tidak selalu jadi yang utama. Rela untuk mendukung tanpa keluh kesah. Rela untuk mendoakan tanpa lelah.
Berharap dipersatukan dengan orang baik ibarat mendambakan hujan. Kita tak bisa memintanya untuk jatuh di halaman rumah kita saja…
4K notes
·
View notes
Text
amal shalih itu bernama koas
Terima kasih, Koas. Gara- gara kamu aku merasa berada di titik terendah. Merendah diri, meringkuk, dan meringsut di hadapan-Nya.
Belum pernah rasanya hati sekhawatir itu. se-deg-degan itu. Entah kenapa sejak kapan aku jadi penakut yang mau ngapa-ngapain aja takut.
koas itu kan suatu amal shalih.. amal shalih plus plus! menempuh jalan mencari ilmu dan memelihara kesehatan manusia (dengan dijadikan pasien). kalau dipikir-pikir, adanya koas itu mengundang maslahat yang besar karena banyak juga masyarakat yang terbantu dengan pelayanan koas.
jadi kenapa merasa susah kalau lagi beramal shalih, Jih?
koas ada bukan untuk sekadar dapat gelar dokter gigi...
koas ada bukan untuk cepet- cepetan nyelesaiin requirement..
koas ada bukan untuk formalitas..
koas itu biar Allah suka.
Allah suka kita belajar.
Allah suka kita berjuang dan bersabar.
Allah suka kita membantu sesama.
Allah suka kita beramal shalih.
Allah suka kita koas. koas yang dilakukan dengan segenap jiwa raga. koas yang dilakukan dengan hati dan bibir yang tek henti-hentinya berdoa dan mengharap pertolongan-Nya. koas yang tak perlu kita takuti karena pada akhirnya semuanya kita kembalikan kepada-Nya.
kuatkan kami, Ya Rabb...
0 notes
Text
Couldn't agree anymore with mba hab 😭👍
A Humble Thought on Food
Migraine, et causa MSG. Nggak sekali dua kali, aku dibuat sakit kepala oleh makanan yang diduga mengandung MSG. Hal itu berulang tanpa kusadari dari bangku sekolah sampai akhirnya aku temukan jawabannya setelah duduk di kuliah preklinik ketika pak dokter membahas "Chinese Restaurant Syndrome". Self-diagnose, check.
Oke, berarti memang ilmiah. Tapi selain ilmiah, itu sebenarnya... adalah anugerah. Karena, sebelum akhirnya aku Dipahamkan korelasi makanan dengan hafalan Alquran, makanan dengan keturunan.. tubuhku Diberikan mekanisme menolaknya. Tapi Hab, kan MSG Neurotransmitter aja.. emang bikin bodoh? Mungkin bisa dibahas di lain kesempatan, jika Allah izinkan. Karena yang difokuskan di tulisan ini bukan tentang MSG-nya atau bagaimana aku terbujur lemas setelah makan di kantin fakultas sebelah.. #eh melainkan: Being Mindful and Present While Eating.
Ini tentang mendengar tubuh kita, yang merupakan amanah, yang jadi fasilitas untuk ibadah.
Entah kabar burung saja atau tidak (tapi bolehlah untuk diambil hikmahnya), orang zionis Yahudi saja sedemikian rapi perencanaan gizi untuk calon ibu untuk melahirkan para super-human. Sedangkan muslim? Bukan hanya perkara halal tidaknya makanan, ada kriteria thayyib (baik), ada adab-adab se'remeh' panas jangan ditiup atau ambil dari yang dekat saja atau berhenti sebelum kenyang. Semua diatur. Ribet? Justru keren! (karena biasanya yang banyak protokol kan kalangan bangsawan, hehe).
Tapi betapa sering kita abai saat makan. Sesederhana menjeda suapan pertama dengan doa terbaik. Menyadari potongan paha ayam bakar itu sudah tertuliskan menjadi milik kita untuk dimakan duduk bersama adik, bahkan jauh sebelum kita meminta rizqi itu. Dari awal telur menetas, tumbuh menjadi ayam, dipotong, dijual, dibeli ibu, dimasak mbak dan berakhir pada piring di hadapan kita. Wow. MasyaAllah. Tapi sudah bersyukur kah kita? Atau momen berterima kasih pada Yang Maha Memberi malah menjadi momen foto makanan, ngedit lalu ngepost dengan caption? Astaghfirullah.
Aku kecil, kalau bawa buku ke meja makan (segak bisa lepas itu ya haha) dimarahi Ibu. Sekarang? Makan sambil main HP? Makan sambil streaming? Seakan-akan lupa lagi menikmati hidangan dari-Nya. Kalau dikasih makan sama raja? Tentu kita tidak mau menyakiti hatinya dengan fisik yang makan tanpa jiwa yang hadir. Lalu sadarkah raja tersebut saja, hanya jadi perantara Yang Merajai seluruh raja, Yang Maha Menguasai. Hadirlah dalam kesyukuran.
Seorang istri ulama, guru dari Syeikh Hamza Yusuf, senantiasa menjadikan masakannya masakan yang penuh berkah. Sedemikian berkah tersebab shalawat yang mengiringi seluruh prosesnya dan niat tulusnya menjadikannya syifa. Agar Allah jadikan makanan itu penyembuh, lalu derivasi energinya dipakai pemakannya untuk taat dan menyembah-Nya. Jauh sebelum itu, proses pemilihan lebih ketat: memastikan membeli bahan hanya kepada penjual yang shalat 5 waktu sekali pun itu di Madinah sehingga juga jelas: atas nama Allah, proses penyembelihannya.
Aduh malu. Apalah aku yang kadang tergoda pesan antar, tanpa benar-benar compos mentis terkait asal usul dan proses suatu bahan menjadi makanan.
"Modal bismillah aja." Tapi nggak ikhtiar cari yang benar-benar terjamin?
Terus kamu ngeluh hafalan berantakan, Hab? Ya gimana Hab kalau adab terhadap diri atas Alquran yang Dititipkan di hati saja masih diabaikan? *sobs silently*
- Habibah
Ditulis dalam fase prodrome migraine
73 notes
·
View notes
Text
Bisakah kamu berjanji kepadaku?
Mengapa pada hal-hal yang belum kita miliki, kita selalu memandang dan mengatakan bahwa itu lebih indah, lebih cantik, lebih menarik, lebih bagus, dari apa-apa yang kita miliki?
Nanti, sewaktu kita telah mendapatkannya. Kita begitu bahagia, merasa telah mendapatkan sesuatu yang sangat berarti. Tapi, waktu bergulir, berganti tahun. Apakah kita sanggup mempertahankan rasa syukur kita pada kadar yang sama, seperti saat pertama kali kita mendapatkannya?
* * * *
Apakah kamu bisa mempertahankan rasa syukur itu meski ia telah berubah seiring waktu? Apakah kamu masih akan tetap bersyukur saat ia mungkin tak seperti yang kamu harapkan?
Bukankah ia yang selama ini kamu pandang segala-galanya sebelum kamu memilikinya?
©kurniawangunadi | 18 september 2019
2K notes
·
View notes
Text
Sirna
Sungguh, aku tidak berniat menampakkan suatu kebaikan yang tidak aku punya, agar Tuan terkesan dan terkagum padaku
Sungguh, aku tidak ingin memamerkan apapun yang aku dapatkan dan lakukan sekalipun agar Nona terkagum kepadaku
Sungguh, aku tidak ingin.
Penipu publik.
Pencitraan.
Untuk apa citra baik di hadapan manusia, jika citra kita buruk di hadapan-Nya
Untuk apa bekerja keras untuk dikagumi manusia, jika pada akhirnya amalan itu sirna tak berguna
1 note
·
View note
Text
Kepada Dia yang Telah Menginspirasi Hidupku
@edgarhamas
Ini kisah tentang anak muda yang begitu terinspirasi padanya, pada seorang pemimpin hebat yang memecah sunyi dan menyingkap gelap zaman di Negeri Para Nabi. Darinya, berbagai tulisan lahir, banyak ide terbit dan bara api inspirasi tercipta.
Apa yang kamu pikirkan tentang dunia ketika gelapnya mengancam cahaya, tetiba ada kesatria yang membawa harapan untuk Dunia Islam dengan Al Qur'an ada di hati dan kebijakannya. Wajahnya teduh dan gerak tangannya menunjuk-nunjuk arah kebenaran.
Pidatonya tentang kemerdekaan rakyat, kebebasan Suriah dan keberpihakannya pada perjuangan Palestina membuat siapapun yang rindu perubahan akan merasakan angin segar. Ia seperti Arsalan yang memberi kabar gembira kemenangan setelah lama Umat terdiam dalam kekalutan.
Orasinya tak sekadar retorika. Dentum teriaknya menggetarkan zionis dan siapapun yang sakit hatinya. Namun dunia juga menghormatinya, Eropa menaruh hati padanya. Cerdasnya bukan buatan, secara, ia lulusan terbaik di satu kampus di Amerika.
Tapi, begitukah cara mereka menghadapi pahlawan? Menggunakan makar dan pengkhianatan, kecurangan dan kejahatan. Ia difitnah suara miring media, diobrak-abrik nama baiknya dan dipisahkan dari keluarganya. Bukan karena apa-apa; hanya karena ia berdiri kokoh membela hak manusia untuk merdeka dari tirani.
Selamat jalan, wahai lelaki hebat yang tak perlu ku sebut namanya. Sebab hari ini dunia mengenangmu sebagai singa, singa yang berdiri tetap gagah walau di balik jeruji bertahun lamanya. Tanganmu ditahan dari menyentuh Al Qur'an, tapi hatimu mengkhatamkannya berkali-kali.
809 notes
·
View notes
Text
Menumbuhkan, menampung, atau hanya terlewati?
Dalam suatu hadits, Rasulullah dan para sahabat sedang berdiskusi tentang sejauh mana peran mereka ketika datang suatu ilmu dan petunjuk Nabi, Rasulullah bersabda,
Ilmu dan petunjuk yang datang dari Allah kepadaku adalah ibarat hujan deras yang menimpa bumi.
Ada tanah di bumi yang dengan air hujan itu ia menumbuhkan rumput dan tumbuhan yang lebat, ia adalah Naqiyah.
Adapun tanah di bumi bernama Ajaadib, dia menerima air hujan, kemudian ditampungnya, dan menjadi bermanfaatlah air itu untuk minum, bercocok tanam, dan memberi minum hewan ternak.
Jenis tanah di bumi yang lain ialah tanah yang hanya sekadar dilewati air hujan, tidak menerima dan menampung air, apalagi menumbuhkan tumbuhan. Ia adalah Qii'an.
Bagaimana dengan kita? Berada di mana peran kita terhadap ilmu yang sampai ke kita? Naqiyah? atau Ajaadib? Atau malah lebih buruk dari Qii'an? #tertohok
Ilmu yang kita pelajari, bidang/ spesialisasi yang kita ambil, itu semua akan dipertanggungjawabkan. Gimana kalo misal ilmu kita banyak tapi kita pelit berbagi? Kita akan ditanyaa, kenapa gak dibagi ke orang lain? Kenapa dengan ilmu itu kita tidak memberi manfaat? Atau ilmu kita banyak tetapi kita malah ujub dan sombong? Tidakkah itu semua akan ditanya?
Semua hal yang kita punya adalah titipan Allah. Inget yha, cuma titipan, sebagaimana arti titipan, titipan itu akan diambil dan ditanyakan sewaktu-waktu sama yang nitip, termasuk ilmu. Lah ini yg nitip aja Allah, yang Maha Pengasih dan Penyayang, masa ya kita tidak menjaga titipan itu dg baik?
Jogja, April 2019
0 notes
Text
Placebo-ku.
Aku pikir kamu benar nyata adanya. Aku sangka kamu adalah kamu yang seperti ekspektasiku. Baik, sangat baik, bahkan. Aku kira kamu adalah kamu yang dulu, ya, kamu yang dari dulu hanya ada dalam imajinasiku. Kamu yang dari dulu selalu menjadi placebo ku.
Mungkin aku tidak mengenalmu. Aku hanya tahu kamu seperti apa yang aku mau. Bodohnya, aku selalu bahagia karena itu. Aku bahagia dengan keberadaanmu yang ada tapi tidak nyata.
Bodohnya lagi, aku terlalu mengandalkanmu. Mengandalkan hal yang tidak nyata, yang hanya dalam pikiranku. Hingga akhirnya aku tahu kenyataannya. Kenyataan bahwa kamu adalah kamu, bukan kamu yang selalu aku banggakan, yang selalu aku andalkan.
Kini aku sakit. Lemah tak berdaya. Bodohnya aku lagi lagi, aku baru sadar bahwa yang aku butuhkan adalah obat, bukan placebo.
Semoga kamu bahagia, placebo-ku.
Yogyakarta, ketika obat sulit dicari
0 notes
Text
Menerima
Kita tahu, tidak semua yang kita mau akan selalu kita dapatkan. Setelah melalui berbagai proses ikhtiar, pada akhirnya, kita hanya perlu menerima. cukup menerima dengan penerimaan yang semestinya.
Menerima itu bukan menyerah pada keadaan. Menerima itu bukan sekadar move on dan menjalani hal lain begitu saja. Menerima itu bukan berarti melepas harapan itu pergi jauh dari diri kita.
Terimalah keadaan dengan penerimaan yang semestinya
Menerima adalah menghargai. Menerima adalah bahagia dan bersyukur. Menerima adalah mencintai hal yang ada di genggaman tangan kita saat ini. Dengan menerima kita akan diterima, dengan menyambut yang baru kita akan disambut. Dengan menerima juga lah kita akan menerima banyak kebaikan darinya.
Terimalah dengan semestinya. Terimalah walau itu tidak mudah. Terimalah agar hidup ini mudah kau jalani dan makin indah dijalani.
Yogyakarta,
Dari aku yang sedang belajar menerima dengan semestinya
1 note
·
View note
Text
Sesuatu yang berharga tidak selalu dibungkus dengan wadah yang terlihat baik.
Seperti hikmah, kadang ia datang dari hal yang menyakitkan: kegagalan.
Bersyukur. Mungkin ini koreksi atas kesalahanmu agar kau perbaiki itu, atau lecutan untuk lebih semangat lagi, atau ujian seberapa kamu mampu mengikhlaskan apa yang belum dapat kau raih.
Dia selalu tahu apa yang terbaik untukmu.
Jangan sedih.
Semuanya akan tetap baik-baik saja.
Yogyakarta, ketika gerimis turun tanpa malu di depan matahari yang tersenyum cerah.
0 notes
Photo


Kalau ditanya liburan melakukan apa saja, aku sering jawab gabut, nggak ngapa-ngapain, di rumah aja, dan jawaban- jawaban template lainnya yang sebenarnya karena aku malas cerita panjang hehe. Yang jelas, walau nggak produktif- produktif amat, tak akan kubiarkan liburan ini lewat begitu saja tanpa makna. Ya, kedua foto di atas adalah jawaban dari segala pertanyaan Anda mengenai isi liburanku. Wow. Mantap sekali ya kalo dilihat, liburan yang keren dan bermanfaat. Nggak juga sih sebenernya. Aku tidak sebaik yang terlihat tetapi juga tidak seburuk yang terlintas di hati Anda kok. Pengen sharing aja sih. Dua hal tersebut membuatku merasa bahagia. Sudah menjadi fitrah manusia akan merasa bahagia jika melakukan kebaikan dan dapat membantu orang lain disekitarnya. Foto pertama adalah ketika saya bersama tim dari IMATA UGM (Ikatan Mahasiswa Temanggung UGM) melaksanakan kegiatan Goes to School ke SMKN Jumo, salah satu SMK di Kabupaten Temanggung. Berawal dari asal ikut kepanitiaan GAMASTA (Gadjah Mada Sowan Temanggung), asal mengajukan diri menjadi PJ Goes to School , asal mengiyakan untuk membuat materi, dan asal menyempatkan diri hadir dalam kegiatan- kegiatannya, membuat aku sadar kalau aku tidak salah jalan. Alhamdulillah keputusan awalku untuk ikut terlibat adalah keputusan yang benar. Aku jadi ingat kata- kata salah seorang temanku, “Jas UGM itu menurutku warnanya tanah, kenapa? untuk mengingatkan tempat kembali kita, yaitu ke tanah. Sebagai mahasiswa UGM kita juga harus selalu ingat untuk kembali ke tempat asal kita, ke Temanggung.” Aku juga ingin kembali ke Temanggung dan berharap bisa sedikit terlibat dalam memajukan Temanggung. Aku bersyukur bisa sharing bersama teman- teman yang ada di SMA/SMK Temanggung terutama yang selain SMA/SMK favorit dan unggulan di Temanggung. Selama ini aku memang kurang melek tentang mereka. Berbeda dengan siswa SMA/SMK yang ada di sekolah ‘unggulan’, siswa SMA/SMK yang ‘belum unggulan’ ini permasalahan utamanya bukan lagi tentang bagaimana agar dapat perguruan tinggi dan jurusan yang mereka inginkan, tetapi lebih menyedihkan lagi mereka mengalami ‘lack of motivation’. Mereka membutuhkan motivasi untuk tetap belajar dan melanjutkan pendidikan. Bukan tentang cerdas atau tidak cerdas, unggul atau tidak unggul, semua siswa di Kabupaten Temanggung adalah cerdas dan unggul, mereka adalah generasi unggul penerus perjuangan yang akan membawa Temanggung dan Indonesia menuju arah yang lebih baik. Setiap mereka mempunyai potensi yang perlu dikembangkan. Namun mereka butuh motivasi dan dukungan dari orang-orang disekitarnya, termasuk kita. Rasanya seneng banget bisa ikut berbagi motivasi, pengalaman, informasi, dan tentu saja keceriaan bersama mereka. Masih banyak teman- teman kita yang belum mempunyai motivasi untuk belajar dan melanjutkan pendidikan, mari support mereka dan maju bersama- sama! Foto kedua adalah ketika aku direkrut ibuku jadi asisten pengajar yang mengajar ngaji anak- anak tetangga di rumah kami. Hmm lebih tepatnya ikut belajar sih, hehe. For your information aja, ibuku sudah melakukan kegiatan non-profit ini kurang lebih selama dua puluh tahun lalu sejak menikah dengan bapakku dan bahkan sebelum aku lahir. Beliau menyempatkan diri setiap setelah Ashar hingga Maghrib mengajar ngaji mulai dari membaca dan menulis Al-Quran, shalat, sunnah sehari- hari, dan pelajaran agama islam lainnya. Sejak kecil pun ibuku yang mengajariku mengaji:) Walaupun udah sejak lama tapi baru kalo ini aku tergerak hatinya untuk ikut terlibat. Dulu kemana aja, Jih? Alhamdulillah aku merasa dapat hidayah dari Allah untuk ikut menyalurkan ilmu yang aku punya ke adik- adik ini. Karena ilmu yang kita punya tidak akan banyak manfaatnya jika hanya dilakukan sendiri tanpa disebarkan kan? Kali ini aku juga bersyukur karena kembali disadarkan bahwa kids jaman now kayak gini perlu banget dapat pelajaran agama islam yang lebih dari yang diajarkan di sekolah, karena pendidikan agama tidak hanya tentang bagaiaman cara beribadah tetapi juga menyangkut budi pekerti dan akhlak. Bangsa ini tidak boleh kehilangan generasi qurani yang shalih shalihah yang kelak akan mewujudkan peradaban mulia, kawan. Ayo kita ajari anak- anak kita, adik- adik kita, saudara- saudara kita, tetangga- tetangga kita tentang agama islam dan jangan lupa kita juga mengisi diri ini dengan ilmu agama. Semangat!
0 notes
Text
menempatkan kepercayaanmu.
©kurniawangunadi
Seseorang begitu tenang dalam menunggu, sebab dalam hatinya ada rasa percaya. Mengapa ada keresahan, kekhawatiran, kegelisahan? Karena tiadanya percaya. Tidak ada satu hal yang pasti memang, tapi rasa percaya mampu meredakan ketidakpastian.
Kau menunggunya, itu ketidakpastian. Kau mau percaya? Tidak ada satupun darinya yang bisa membuatmu percaya bahwa kau harus menunggu sekian lama. Jadi, meletakkan kepercayaan itu harus pada tempatnya.
Allah masih menjadi yang pertama, kan?
2K notes
·
View notes
Text
Hentikan Ia
Ia terus berjalan di hati manusia,menjadi trigger kegelisahan dan kebencian yang akan terus menjalar menggerogoti hati nurani, membakar kebaikan bak kobaran api yang membakar kayu bakar.
Ia akan terus menjalar menciptakan energi yang terkadang sungguh mengagumkan. Kayu yang kuat dan kokoh pun rapuh, menjadi abu yang menyesakkan dan arang yang terabaikan.
Jangan biarkan ia terus menjalar menumpas habis kebaikan hatimu. Jangan biarkan ia menyebabkan kehancuranmu. Pastikan ia tidak ada padamu. Pastikan kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanmu juga. Pastikan kau telah memadamkan api itu. Pastikan kau tidak akan pernah menyalakannya lagi.
Hentikan ia, hentikan kedengkian itu.
Astaghfirullahal’adzim.
0 notes