snowrora
snowrora
snowrora
51 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
snowrora · 4 years ago
Text
Tumblr media
in the end of the day, you only have yourself.
#A
0 notes
snowrora · 4 years ago
Text
Pelarian
baru sadar pas badan capek. setelah weekday sibuk kerja dan weekend ubek sama "project". badan ga diem.
sampe ada celetuk dari orang rumah "ngopo to kowe, ubek wae". ntah sibuk upcycling kertas, bikin amplop, belanja buat bikin persewaan.
lupa kalau biasanya weekend adalah perayaan diri. baca buku dan nonton. biar rileks.
nggak juga sih. bikin kreasi juga perayaan diri buatku.
tapi.
biasanya emang ngga se-over dan bakal ngerasa secapek ini.
yg biasanya meng-gua, sekarang ibarat lomba lari.
nah.
melarikan diri. jawaban itu yg melintas pas aku sadar kalo badanku udah pegel-pegel dan sampai dibilang tumben nggak diem.
aku lagi lari dari hati. biar pikiran aja yg gerak. karena kalau sampai hatinya on dan sensitif lagi, ambyar lagi.
#A
0 notes
snowrora · 4 years ago
Text
Last Broken Pieces
i tought i was ready, and strong enough. but. the day you hold other's hands, i realize that my heart just a cassava crisp. brokenable.
when i said "you deserve better", i didn't imagine how painful that word's cost.
hah. letting someone you truly loved go is damn sweet, and stupid.
now how am i? 
just enjoying my broken heart with empty hands.
0 notes
snowrora · 4 years ago
Text
The Reason
Tumblr media
jualan atau bantuin jaga warung adalah hal yg paling aku ga telaten di rumah. sama kaya ngejawab soal-soal biologi, ditanyain harga barang aja kudu bolak-balik warung-dapur buat tanya ke ibuk. mood anjlok drastis kalo jaga warung, apalagi kalo itu pas lagi asik-asiknya nonton atau baca. beda banget sama kesumehan kalo pas sinoman di kampung. makanya aku kadang ga berani kalo ketemu orang, ketauan jaga image-nya✌
akhir-akhir ini. ibuk sering nyeletuk kalo warungnya sepi. udah ngga tiap hari ke pasar, pandemi juga sih. bawaan yg dibelanjain juga udah ngga teng-crentel kaya dulu.
sayur segar sekarang udah pada beli dari mas keliling. sembako beli di supermarket yg ada banyak promo. obat lebih milih ke apotik. alat tulis pada beli di ecommerce. jajajan pada beli di warung yg lain.
kalo weekend sering aku amatin. yg ke dateng cuma sekitar 4-6 rumah di sekitar warung. itu pun ga tiap hari. selain itu 2-3 anak-anak jajan, atau mas-mas yg beli rokok.
beberapa minggu yg lalu. ada tetangga lain yg pada buka warung. rumahnya di pinggir jalan. lebih terang, lebih mudah dijangkau. beda sama warungnya ibuk yg ada di dalem gang, ketutupan rumah gede.
ibuk bilangnya sih gapapa, karena sama-sama cari rezeki. kalo emang jatahnya buat kita, ya pasti dateng buat kita. tapi ekspresi sedihnya ibuk ga ketutup.
aku sama mbakku ga saling komentar apa-apa. cuma dia nyeletuk "jualan snackbox yuk". aku yakin kita sama-sama tau tujuannya apa.
susah nyiapinnya. ribet cari idenya. kudu cermat perhitungannya. udah gitu dalem hati aku masih yakin-engga-yakin-engga, takut bakal engga laku. karena udah ada banyak yg jual macam itu, lebih pinter dan menarik malah packagingnya.
fyi. rada bertolak belakang sama jiwa yg sayang lingkungan atau pro persampahan. rada was-was kalo dibilang peduli lingkungan tapi cuma di "kata" aja. makanya aku ga bikin packaging yg terlalu banyak buang ornamen yg "cuma hiasan terus dibuang". ujungnya, packaging kita sederhana aja gitu. tujuannya biar box bisa dipake lagi buat nyimpen barang atau kirim paket ♻️
tepat ini tadi habis launching. ga berharap laris manis sih. yg penting bisa balik modal dan bisa bentuin warungnya ibuk biar ga aku aja yg nyomot jajanannya~
1 note · View note
snowrora · 5 years ago
Text
time doesn't heal. never.
udah selesai semua masalah, udah bubar hubungan. tapi rasanya masih pahit.
bukan. bukan hati ini tidak memaafkan.
hanya saja caramu melewati hari, terkesan sengaja membuktikan diri.
membuat luka itu masih menganga.
0 notes
snowrora · 5 years ago
Text
Live On
Tumblr media
Tayang 2020, 8 episode.
Kdrama ini kutonton ga sengaja, random milih aja gitu. Biasanya kalau pilih drama liat pemerannya dulu, tapi kok ini muka-mukanya pada asing. Terus ga sengaja ke-play trailer. Dan berujung membabat 4 episode di Viu. Lanjut 3 episode lewat Telegram. Dan nunggu seminggu buat episode terakhirnya tayang.
Plotnya emang ga sekuat Who Are You, tapi vibe-nya sama. Ratingnya juga ga cukup memuaskan buat penonton lain. Cringe and cheesy kalau kata mereka.
Tapi aku ga sebosen penonton lain. Aku menikmati dramanya yang ringan, khas anak SMA.
"And yeah, cause you don't see what I see". Bagiku drama ini ngasih tamparan keras buat aku: cerita kalau ada masalah, kasih klarifikasi kalau kamu ga salah, jangan diem dan pergi gitu aja tanpa bilang apa-apa. Jadi bagiku, kdrama ini bagus karena berhasil ngebuat aku aware sama diri aku sendiri, kalau ada masalah itu bilang, bukan lari.
Drama ini jadi drama yang selesai kutonton pertama di 2021. Terima kasih udah menyadarkan aku. Yaaa, karena emang udah ga ada lagi temen yang 24/7 ngingetin. Jadi emang larinya bakal ke nonton atau baca, biar cerita di dalemnya yang ngasih kita petuah.
0 notes
snowrora · 5 years ago
Text
2.6 Dove
Prasasti untuk Dikenang
Tumblr media
Ia menelisik ke dalam halaman-halaman Dove. Jantungnya berdegup lebih cepat. Apakah tebakan si pengendara benar. Jika benar, keisengan pengiriman pesan rahasia ini sungguh terniat.
“Pesan.”
“Teh.”
“Hangat.”
“Prasasti.”
“Coffe.”
Ia kaget dan mematungkan diri. Tidak ada temannya yang tahu mengenai coffeshop langganannya ini, bahkan si pengendara sahabat terdekatnya pun.
Melupakan tempat ituadalah hal tersulit selama satu tahun belakangan. Bersyukur pandemi telah membuatnya tutup sementara.
Kini, ia harus menapakkan kaki dan menggali kenangannya yang belum sembuh.
 ~~~
 Kepalanya berat dan hatinya tersayat. Berhari-hari dihantui rasa penasaran, berhari-hari menolak dan mencoba tak peduli. Justru membuatnya tambah sakit.
“Ini harus berakhir!” Paksanya.
Ia menempuh perjalanan lambat menuju Prasasti Coffe. Berulangkali mernarik dan menghembuskan napas sebelum akhirnya masuk.
Secangkir teh hangat dan cinnamon toast. Pilihan serasi untuk menyapa hujan yang mulai menderu di udara. Ia memilih duduk di meja untuk dua orang, dekat jendela, lantai dua, yang menyuguhkan pemandangan sawah dan Pegunungan Sewu. 
Ia memainkan celupan teh, dan matanya melotot seketika.
“READ ME.” 
Tertulis di tag celupan tehnya. Ia membuka lipatannya. Ada gambar sebuah vas dan tulisan “aku tahu vas-mu kosong, ku rasa Widjaja Bunga memanggilmu”.
Ia menyobek kertas tersebut dan beranjak turun ke meja kasir.
“Tolong ya mas, cuma buat mbak ini aja kok. Kasih tau aja kalau ada promo kerja sama gitu sama Widjaja Bunga.”
“Tapi mas...” 
“Saya cuma mau ngasih surprise aja kok.”
Obrolan si pengendara dan mas kasir seperti skenario yang sudah ia tahu akan terjadi. Tapi hatinya tetap terkoyak.
0 notes
snowrora · 5 years ago
Text
2.5 Dove
Spoiler Ujian Pemrograman
Tumblr media
Satu hari, tiga hari, seminggu… berlalu. Udara panas akhir-akhir ini pun sudah berganti menjadi lembap-basah. Musim hujan datang, bersama dengan gelombang ujian tengah semester.
Dan amplop kedua, bertuliskan:
“Life would pretty monotouns if the sky was always blue.”
Petir menggelora di atmosfer.
Ia membuka amplop itu.
“Apa ini!? Spoiler ujian?!” Ia melongo dan menyipitkan matanya.
Deretan kode berjajar rapi pada selembar kertas.
Ia memasukkan kembali kertas itu ke amplop. Amplop ditelisipkannya di dalam tas dan mulai berjalan masuk ke ruang ujian.
“Tak akan kubiarkan keisengan orang ini mengusik pikiranku.”
Hingga jadwal ujian berakhir pun, ia tak melirik amplop itu lagi.
 ~~~
 “Gila ya, Pak Yoga. Cuma beliau loh yang niat ngasih perbaikan ujian sampai sebanyak dan seribet ini.” Keluh si pengendara.
Meja kantin fakultas dipenuhi dengan lembaran kertas folio, pun penampakan yang sama ada di meja kanan dan kiri mereka. Hampir sebagian besar teman sekelasnya berkumpul untuk mengerjakan tugas perbaikan di sini.
“Gatau tuh.” Tanggapnya sambil masih sibuk menulis.
“Masih banyak?”
“Mmm, dikit lagi.”
“Udah lah, aku pasrah. Pegel tanganku. Aku beli minum dulu, mau?”
“Ya. Es teh.” Jawabnya dengan masih sibuk menulis.
Si pengendara beranjak. Balik lagi. “Duit?”
Ia menghentikan tulisannya, menatap si pengendara dan seakan “really?”.
“Ambil sendiri di tas, ada duit ribuan kayaknya, kalau ga ada cari di dompet.” Ia tak peduli, dan melanjutkan menulis.
Si pengendara menggeledah.
“Lama amat, ada ngga duitnya?”
“Kamu ngoding?”
“Apa?”
“Ini kode?” Si pengendara menanyakan lembaran kode dari amplop misteriusnya sekitar  seminggu yang lalu.
“Aku juga ga tahu, nemu di loker.” Seakan sudah tidak peduli, ia melanjutkan menuliskan jawaban tugasnya.
Si pengendara beranjak.
“Tuh kan, dia juga paling cuma nganggep itu amplop iseng.”
“Nih es teh.”
“Yeay. Pas banget, kelar juga tugasku.” Ia menyeruput es teh dan menghabiskan setengahnya sekaligus.
“Btw, di kode itu ada yang konsisten lho formatnya.” Kata si pengendara.
“Kode apa?”
“Ini.” Ia menunjukkan kertas lembaran kode. “pg31r5w2. Terus pg9r17w9. Ini juga pg98r10w5. Berarti formatnya pg-angka-r-angka-w-angka.”
Ia melongo lagi. “Apaan sih?”
“Ga banyak nonton detektif sih kamu.”
“Terus?” Ia menyilangkan tangan seakan menantang. “Jawaban kodenya apa?”
Si pengendara menyipitkan mata.
“Nih ada kata-kata, kecil banget tapi. Pg-page. R-row. W-word.” Matanya men-cerah, berhasil memecahkan kode. “pg9, halaman 9, r17, baris 17, w9, kata ke 9?” Jawab si pengendara.
Ia tak percaya, kode itu bisa ditebak, dan bukan keisengan biasa. Tapi keisengan terniat.
“Coba lihat.” Pintanya pada si pengendara, mengecek ke kode-kode. Dan membubuhkan garis merah pada kode yang berformat serupa.
Ada lima kode. Batinnya. Matanya bergerak ke kanan dan ke kiri.
“Tapi mana buku yang ditunjuknya ya? Ga lengkap nih kode.” Tanya si pengendara.
Dove itu!
“Eh beresin ini terus kumpulin tugasnya yuk!”
“Lhah.” Si pengendara bingung.
“Udah ayo. Keburu ga diterima ntar tugasnya.”
0 notes
snowrora · 5 years ago
Text
2.4 Dove
Kisah Klasik: Friendzone
Tumblr media
Ia merebahkan diri di atas sajadah.
“Akhirnya.” Katanya sambil memejamkan mata.
Ia merasa lelah, seakan hari ini berjalan lebih lama dan lebih runyam dari biasanya. Belum lagi waktu yang ia habiskan untuk mondar-mandir di toko buku. Menilik satu demi satu judul di rak yang tidak sepenuhnya tersusun atas kategori atau abjad.
Pikirannya pun demikian. Sudah diajak ngebut laporan praktikum dari subuh yang kemudian membukakan gerbang ke praktikum selanjutnya. Disusul dua mata kuliah yang masing-masing berujung kuis. Dan amplop putih yang tiba-tiba hadir membuyarkan jiwanya.
“Mana buku itu!?”
Ia merangkak menuju tas ransel di meja belajar. Mengambil buku dan melepas plastik sampulnya.
“Let’s see. Are you send me the real message, Little Dove?” Harapnya.
Ia memulai dayungannya.
Prolog masih dibacanya dengan santai. Sepuluh halaman berikutnya, mengerlingkan alis. Sepuluh halaman berikutnya mulai ragu membalik halaman. Setelah sepuluh halaman berikutnya, ia menutup buku itu.
“Pasti jalan ceritanya friendzone gitu deh. Hih.” Gerutunya.
Ia meletakkan buku itu. Melepas mukena yang ternyata masih ia pakai. Beralih merebahkan diri di kasur dan memilih berselancar di media sosial.
Selang beberapa menit, pikirannya terusik lagi.
What about us.
Jangan-jangan pesan ceritanya ada di akhir cerita. Atau di konfliknya. Atau karakter tokohnya.
Ia beralih ke buku barunya, memaksa diri untuk membaca lembar demi lembar.
 ~~~ 
Tidak ia temukan kepastian dari cerita Dove, meski telah ia babat habis sambil menahan rasa geli.
Benar saja tebakannya, buku itu bercerita mengenai sebuah kisah friendzone sepasang sahabat yang dimulai dari bangku SMA. Keduanya mengetahui perasaan satu sama lain. Hanya saja, prinsip ‘tak ada mantan sahabat’ tidak mau mereka korbankan. Si perempuan menutupi perasaannya dengan mulai berpacaran dengan A, kemudian B dan kemudian C. Si lelaki memutuskan tak mau mengungkapkan perasaannya, tak mau berpacaran, namun dengan senang hari membuka pintu untuk mendengar segala kisah cinta si perempuan. Konflik? Si lelaki muak dengan si perempuan yang selalu sakit hati dan berujung mengungkapkan perasaannya. Akhir cerita? They are engaged. Haha.
Meski malam berganti pagi, meski ia sudah tidur dan berjumpa mimpi. Masih tak ia temukan apa pesan dari cerita Dove untuknya.
Apakah tulisan “what about us” di amplop adalah pertanyaan dari seseorang yang menanyakan hubungan dengannya. Dan akhir cerita dari buku Dove adalah jawaban yang diinginkan seseorang tersebut?
Sangat sangat sangat drama!
Lagi pula, ia tidak memiliki sahabat cowok seperti cerita di Dove. Dan jikapun ada sahabat cowok, hanya tersisa si pengendara yang baru ia jumpai saat kuliah, berbeda lagi dengan cerita di Dove.
Keputusan akhir, ini bukan pesan misterius bahkan pesan cinta. Mungkin ini hanya sekedar prank menuju ulang tahunnya.
0 notes
snowrora · 5 years ago
Text
2.3 Dove
Bersama Lintang
Tumblr media
“Kamu bukannya udah pulang dari tadi?”
“Iya emang.”
“Terus?”
“Aku mampir di Jalan Proklamasi, terus ketinggalan bus.”
“Kok bisa?”
“Kamu mau jemput nggak sih?” Ucapnya kesal.
“Lagi pakai helm. Tunggu.”
Bip. Telepon terputus.
Langit menggelap, menyisakan sebaris cahaya matahari di ujung barat. Ia menatap toko buku di depannya yang tiba-tiba berhiaskan lampu kelap-kelip berwarna biru keunguan. Lintang. Diikuti dengan lampu jalanan menyala oranye hangat. Dan lampu putih menghujaninya dari atap halte.
Sebuah motor menepi. Pengendara membuka kaca helmnya.
“Yang aku tahu nih ya, pas kamu nelpon tadi tu, bus terakhir biasanya masih ada. Kamu sengaja ya minta jemput aku? Ganggu orang lagi enak-enak rebahan aja.”
Ia menyilangkan tangan dan siap mengomeli si pengendara.
“Beneran udah jalan ya pas aku mau keluar toko. Yang ada nih, aku udah nyelametin cewek-cewek yang kamu gombalin di Tinder sambil rebahan.”
“Nih bocah. Aku tinggal ya.” Kata si pengendara sambil memosisikan diri untuk pergi.
“Eeeh jangan dong!” Ia bangkit dari kursi halte dan memegangi lengan si pengendara.
“Udah minta tolong bukannya makasih malah ngejekin.”
“Iya-iya, makasih ya.” Ia melompat ke jok belakang.
“Bakso ya?”
“Iya.”
“Tempat biasa?”
“Iya bos.”
Mereka melaju meninggalkan halte. Menyusuri akhir senja.
“Kamu kok bisa ketinggalan bus?” Tanya si pengendara.
“Kelamaan nyari buku.”
“Buku apa emang sih yang kamu cari?”
“Ngga tahu tuh.”
“Lah kok ngga tahu?”
Ia dilema harus menjawab apa. Toh ia kan juga tidak tahu buku tadi cerita tentang apa. Ia juga tidak mau dikatakan sok drama karena mendapatkan pesan rahasia. Yang ada si pengendara akan menertawakannya di depan anak-anak kelas.
“Cuma pingin bacaan baru aja, tapi ga tahu apa.”
“Dasar cewek.” Hanya itu komentar si pengendara. Dasar cowok.
0 notes
snowrora · 5 years ago
Text
2.2 Dove
What About Us?
Tumblr media
Di luar dugaannya. Cover buku yang dicarinya ini tidak menggambarkan merpati yang sedang terbang atau sedang singgah di sarang sesuai judulnya. Justru hanya berupa gambar kain mengkilap berwarna navy dan judul yang bertipografi sederhana.
Tebal buku ini mungkin sekitar 200 halaman. Ia membalik buku dan melihat cover belakangnya, kategori: novel. Jumlah halaman rata-rata untuk kategori ini.
Ia melirik ke sisi atas, terdapat dua kalimat yang cukup singkat untuk menjadi sinopsis tapi kuat menggambarkan isi cerita.
“Kamu boleh pergi. Tapi aku tahu kamu pasti kembali.”
Brrmm…
Suara kendaraan menyala. Ia berdiri dari posisi jongkoknya dan menatap ke luar jendela. Ada asap di belakang bus kota. Busnya akan melaju sebentar lagi.
Gawat.
Ia bergegas ke kasir.
Tepat ketika bukunya masuk di dalam tas ransel, bus kota melaju meninggalkan halte.
“Haishhh…”
Ia keluar dari toko, berjalan lunglai ke halte. Kemudian duduk dan memangku tas ranselnya.
“Bodoh!” Geramnya berulangkali. “Kenapa aku harus masuk lagi ke situ. Kenapa juga aku harus membaca cerita seperti ini!?” Dia memukul tas ranselnya. “Siapa sih orang ini?”
Ia mengeluarkan lembaran kertas dari saku jaketnya. Sebuah struk belanja dari Toko Buku Lintang, di mana yang dibeli adalah buku Dove, sama seperti yang baru saja dilakukannya.
Sebelumnya struk ini ada di dalam amplop yang ia temukan di loker. Tidak ada catatan atau perintah ‘beli buku ini’ yang tertera di sana. Hanya sebuah kalimat yang mungkin telah  berhasil memantrainya untuk melaju ke sini. What about us?
0 notes
snowrora · 5 years ago
Text
2.1 Dove
Tiga Penumpang Lagi
Tumblr media
Ia menatap toko itu sekali lagi sambil memainkan jemarinya di jendela bus kota berwarna biru tua. 
"Ah, kondektur ini masih menunggu tiga atau empat orang lagi,"  pikirnya.
"Jika aku masuk lagi ke toko itu, bus ini pasti sudah pergi ketika aku kembali. Padahal ini bus terakhir yang beroperasi hari ini. Tapi aku harus kembali," ia semakin dilema.
Ia beranjak dari kursi penumpang dan mendekati pintu. 
"Mas, jalan berapa menit lagi?" 
"Sabar lah mbak, nunggu penuh." Ingin sekali ia menjelaskan jika maksudnya bukan untuk buru-buru melaju.
"Saya mau ke toko itu sebentar mas, tunggu bentar ya?" 
"Ya nunggu penuh terus jalan kita mbak" 
Gimana ini. 
"Bentar aja mas, tunggu bentar ya, nanti saya ga bisa pulang" 
"Ya kita sih nunggu sepenuh..." 
"Oke ya mas, tunggu!" 
Ia bergegas menjauhi bus tanpa menggubris jawaban kondektur yang sama sekali tidak menolong dilemanya. 
Tiba di depan toko bercat kuning pudar dengan jendela dan pintu kaca yang berdebu, ia justru ragu untuk masuk.
Ia melihat ke bus yang ditinggalkannya, seorang laki-laki berseragam putih abu-abu baru saja masuk dan duduk di kursi penumpang. 
"Waktuku 3 penumpang lagi." 
Ia mendorong pintu.
Toko ini belum sepi meski remang-remang yang menemani. Si penjaga toko terlalu asyik membaca kolom sungguh-sungguh terjadi, sampai lupa harus menghidupkan lampu toko.
Tapi ia tak peduli dengan si penjaga toko atau keremang-remangan. Ia hanya terus melangkah mendekati rak di dekat jendela sambil memegang barang di saku jaketnya. Berulangkali ia mencuri pandang ke tepi jalanan, memastikan bus di sana belum beranjak.
Tiba di rak yang dituju. Sudah ada seorang ibu-ibu berseragam cokelat yang berdiri di sana. Ia memberikan senyum sopan dan ibu-ibu tersebut tersenyum balik. 
"Saya duluan ya mbak, takut busnya keburu pergi" 
"Eh iya bu" 
Gawat.
Ia mengeluarkan benda dari sakunya. Secarik kertas bertuliskan nama dan alamat toko. Nama, jumlah dan harga barang juga tertera di sana.
Matanya menjelajah ke setiap baris di rak itu. Karena ini satu-satunya rak yang belum ia telusuri. Ia menengok ke belakang. Melihat ibu-ibu berseragam cokelat yang ia temui tadi sudah keluar dari toko. Menuju bus. 
"Waktuku dua penumpang lagi. Atau satu." 
Gawat.
Ia berjongkok. Ia menggeser sedikit demi sedikit barang di rak yang sudah kedua dari bawah. Di barisan yang sedikit terbelakang, ia menemukan yang ia cari. 
"Akhirnya. Dove." 
0 notes
snowrora · 5 years ago
Text
2020
angkamu cantik
tapi kenapa membuai sambil menyayat?
angkamu genap
tapi kenapa mengikis yang sudah lengkap?
#A
0 notes
snowrora · 6 years ago
Text
Privasi
Ada 3 hal yang privasi : agama, keluarga, dan cinta.
Dan ketiga hal itu tidak sepatutnya kalian tanyakan kepada orang lain secara mendalam, apalagi sampai mengomentari dan memperdebatkan perjalanan kehidupan mereka.
Kecuali, jika pembahasan ketiga hal itu, kalian diceritakan secara langsung oleh seseorang itu. Itu artinya, dia percaya sepenuhnya kepada kalian. Karena kepercayaan itu, bukan hak kalian juga untuk menyebarluaskan cerita mereka.
#A
0 notes
snowrora · 6 years ago
Text
Best Mistake
Aku belum siap mengakhiri Aku belum siap berhenti. Aku masih kuat untuk bertahan. Tapi aku tak sanggup untuk terus berlari. Aku meninggalkan luka untuknya. Aku sempat menebar senyum manis di hari-harinya. Tapi aku juga mengukir kepahitan dalam dirinya. Aku menyadari aku menyayanginya. Melebihi apa yang pernah aku rasa untuknya. Aku menyadari dia tonggak kekokohan diriku. Tapi aku menebangnya. Aku menyadari tumbuh kembang perasaan yang ia buat. Tapi aku mengeringkannya. Aku sadar aku mencintainya. Tapi aku menghentikannya. Aku sadar aku yang kini menantinya. Tapi aku telah mengusirnya. Aku sadar aku merindukannya. Tapi aku membuatnya mencari orang lain. Aku sadar aku berkeinginan untuk pergi dan meninggalkan perasaan ini. Tapi hatiku tak mau melangkah. Aku sadar dia tak akan kembali dengan perasaan yang sama. Tapi aku masih menantinya.
- 18 Januari 2015 -
When I was listening Ariana Grande’s Best Mistake
#A
0 notes
snowrora · 6 years ago
Text
Penghasilan
Apa yang tak lepas dari pembahasan mengenai karir?
Penghasilan.
Buat aku yang masih anak kemarin sore di dunia kerja. Minder sih kalo ketemu temen yang udah bisa berpenghasilan lumayan, padahal lulus bareng.
Itu kan jawaban yang kalian mau.
Minder. Jelas terlintas di pikiranku. Dan menggoyahkan hatiku. Tapi bukan penghasilan dan rizki yang selalu aku minta dariNya. Aku selalu meminta dikuatkan hatinya. Agar tak minder dan iri hati, misalnya.
Aku memilih jalan apa yang menurutku nyaman. Apa yang membuatku senang. Dan apa yang menurutku benar untuk dilakukan. Pagi hingga siang, paruh waktu sebagai tim pracetak di penerbit. Siang hingga sore, volunter di lembaga swadaya masyarkat yang bergerak di bidang pengelolaan sampah. Terkadang menjalankan bisnis crafty. Dan juga ikut andil dalam membangun kampung sendiri.
Itu hal yang aku rasa sudah cukup banget. Bisa mengisi 24jam sehariku di berbagai bidang di berbagai kebutuhan. Menjadi pribadi yang berguna, bukan yang berpenghasilan. 
Ya, penghasilan menurutku masih penting. Memiliki uang saku sendiri, untuk memenuhi kebutuhan jajan dan akomodasi pribadi, tanpa minta orang tua lagi. Bisa bersedekah dan memberikan sebagian gaji untuk orang tua. Dan juga semoga bisa menabung, untuk kebutuhan masa depan.  Itu saja inti yang penting.
“Jika penghasilanmu 1 juta, maka menabunglah 100rb. Jika gajimu 2 juta, menabunglah 1,1juta. Penghasilan boleh naik, tapi gaya hidup jangan.”
Itu, semacam pencerahan jiwa. Penguat di segala gundahku saat ini.
Allah selalu memberikan cukup kenikmatan, kan.
Bersyukur.
Alhamdulillah
#A
0 notes
snowrora · 6 years ago
Text
Renungan Kemenangan
“Sunyi malam
Tanpa suara
Hanya hati yang bicara”
Malam dinanti untuk sebuah ketenangan. Jiwa manusia yang ingin menyendiri, membiarkan hatinya berbincang dengan pikiran. Mengakumulasi letih.
Jadi apa yang sedang mereka berdua perdebatkan?
Masa depan. Karir.
Sudahlah tak usah khawatir, kata orang-orang.
Tapi mereka hanya sebatas mengatakannya. Tak membantunya hidup tenang. 
Mereka masih saja bertanya sedang menitih karir di mana. Bagian apa. Nyaman tidaknya. Tunjangannya. Gajinya. Bahkan sudahkah sejalan dengan akademik dan cita-cita.
Bagaimana diri ini tak khawatir jika semua orang menanyakan hal itu. Bagaimana diri ini jadi tenang jika terus tertekan dengan perbandingan hidup.
Lebaran ini.
Aku belum memenangkannya.
Pertanyaan itu.
Perbandingan itu.
Karena.
Jika aku menang, aku tidak akan menulis kepahitan itu di sini.
Karena menang, adalah tak mempermasalahkan ini.
#A
0 notes