surat-pendek
surat-pendek
Ketika Surat Bercerita
13K posts
A realist, kinda heartless. Virgo. 27. || IG @aandirawuu || Tiktok @aandirawuuu || © November 2016 by Andira W.
Don't wanna be here? Send us removal request.
surat-pendek · 9 days ago
Text
Begitulah luka bekerja—tak sekadar datang dan pergi. Segalanya terasa diam, membekukan waktu di momen yang paling menyakitkan. Detil-detil kecil yang baginya tak berarti,
"duh, maaf, aku lupa"
"aku ketiduran"
"males, lain kali aja"
tertanam dalam ingatanku seperti goresan yang tak bisa hilang. Dia mungkin tak lagi mengingat kata-kata terakhirnya, tapi aku masih mengingat semuanya, satu per satu.
Andira Wu
35 notes · View notes
surat-pendek · 1 month ago
Text
Dia bilang merindukanku, tapi langkahnya tetap menjauh.
Katanya ingatan tentangku masih melekat, tapi tangannya tak pernah berusaha menggenggam lagi.
Aku belajar bahwa rindu saja tak pernah cukup untuk membuat seseorang kembali.
Andira Wu
56 notes · View notes
surat-pendek · 1 month ago
Text
Yang berbahaya adalah dirimu sendiri.
Karena kamu bersedia untuk terus mencoba lagi dan lagi.
Seakan senang menguji dirimu sendiri.
Seberapa dalam luka yang sanggup kamu terima.
Seberapa lama kamu bisa bertahan mencintai seseorang yang bahkan tak pernah benar-benar menggenggammu.
Andira Wu
57 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Janji hanya sekuat orang yang mengucapkannya.
Dan kamu bukan orang yang cukup kuat untuk menepatinya. Andai saja aku tahu ini lebih awal, mungkin aku tak akan menggantungkan harapan begitu tinggi.
Jadi, jangan heran jika kini aku tak lagi percaya—bukan pada janjinya, tapi padamu.
Ucapanmu tak lagi kudengar sebagai harapan, melainkan sekadar kata-kata yang tidak bermakna.
Andira Wu
29 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Akan tiba saatnya aku berhenti mempertanyakan segalanya—tentang kamu, tentang kita, tentang yang tak pernah sempat diselesaikan.
Bukan karena jawaban yang kutunggu akhirnya datang, melainkan karena aku mulai belajar menerima bahwa beberapa hal memang tak punya jawaban.
Dan mungkin, itu satu-satunya cara yang ada agar hatiku bisa benar-benar sembuh.
Andira Wu
34 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Tersesat bukan karena aku tak tahu jalan keluar, tapi karena kamu pergi tanpa penjelasan. Dan kini, satu-satunya pilihan yang tersisa hanyalah berdiri di tempat terakhir kamu tinggalkan aku—di tengah tanya, di tengah luka.
Maybe someday, you'll be back // Andira Wu
27 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menoleh ke belakang lagi. Tapi kenangan yang ada kamu di dalamnya, terlalu pandai mengetuk pintu di malam yang sepi. Dan meski aku tak ingin mengingatnya, hatiku tetap saja paling ingat cara berpaling padamu.
Andira Wu
9 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Kamu tetap menjadi pemenangnya, bukan karena kamu pantas, tapi karena aku yang terlalu tulus. Karena aku mencintaimu tanpa syarat, bahkan saat hanya setengah hatimu yang terlibat. Mulai saat ini aku akan berhenti berlari meski bayangmu masih jauh di depan—bukan karena aku kalah, tapi karena aku sudah lelah.
Andira Wu
66 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Terlalu dalam mencintai bukan jaminan cinta itu akan kembali. Karena cinta, sejatinya, butuh dua hati yang saling memilih—bukan satu yang terus bertahan.
Andira W.
20 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Dan aku adalah perempuan yang datang setelah dia—mencoba mengisi ruang yang belum benar-benar kosong. Sentuhanmu masih menyisakan getar dari kenangan yang belum selesai. Asingkah aku bagi jemarimu yang biasa menggenggam tangannya? Aku bersikeras tetap tinggal, berharap bisa kau lihat dengan cara yang sama. Tapi bagaimana bisa tumbuh jika kamu sendiri tidak berusaha melepaskan?
5 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Dia selalu datang saat semuanya hampir usai.
Dan aku, bodohnya, selalu mengira keterlambatan itu masih berarti ada kepedulian. Setidaknya dia masih mau untuk datang, pikirku.
Padahal yang terlambat bukan hanya kedatangannya, tapi juga kesadaranku untuk berhenti menunggu.
Andira Wu
34 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Jantungku selalu berdebar lebih cepat setiap kali namamu muncul di notifikasi.
Sesekali kamu menyukai IG storyku, sesekali kamu membalas dengan singkat—cukup untuk membuatku bertanya-tanya.
Aku hampir mengetik pesan yang seharusnya tidak kukirim.
Aku hampir mengatakan bahwa aku masih merindukanmu.
Tapi kemudian aku sadar, kamu tak pernah mengirimiku pesan dari nomor pribadimu.
Kamu punya nomorku, masih sama seperti dulu, tapi entah mengapa, kamu memilih untuk tidak menggunakannya.
Mungkin aku hanya sekadar seseorang yang kamu ingat sesekali, bukan seseorang yang ingin kamu cari.
Dan di antara semua “hampir” yang pernah ada, aku sadar—aku hampir lupa bahwa kamu sudah lama berhenti memilihku.
Andira Wu
60 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Dia hanya datang ketika semua pesan lain sudah terkirim, ketika tak ada lagi nama yang tersisa untuk dia hubungi.
Katanya, yang terakhir itu spesial.
Tapi nyatanya, aku hanya jeda di antara kesepiannya—yang diingat bukan karena paling berarti, melainkan karena dia sudah tak ada lagi pilihan.
Andira Wu
7 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Aku benci diriku yang masih tersenyum saat ada notifikasi yang diawali dengan namamu. Seakan lupa bahwa ini tak berarti apa-apa. Tidak berarti kamu rindu, apalagi akan kembali.
Jangan terlalu senang, ini hanya kebetulan—bukan pertanda. Tapi kenapa hatiku tetap berharap, meski tahu tak seharusnya?
Andira Wu
8 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Kesempatan kedua bukan selalu tentang memulai lagi. Dipertemukan lagi bukan untuk diberi kesempatan memperbaiki, melainkan untuk memastikan bahwa segalanya memang sudah seharusnya berakhir, kali ini tanpa ada keraguan. Hanya sebagai cara untuk menutup kisah ini dengan akhir yang lebih baik—bukan dengan tanya yang menggantung, tapi dengan kepastian bahwa perpisahan adalah satu-satunya jalan yang tersisa.
Andira Wu
43 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Barangkali kemarin, kita hidup di dalam sebuah ilusi, berpikir bahwa kita begitu sejalan. Tapi benarkah itu? Mungkin kita hanya memaksakan keserasian yang tak pernah benar-benar ada. Sampai akhirnya kenyataan memaksa kita membuka mata, bahwa sekeras apa pun mencoba, ada hal yang memang tidak bisa dipaksakan.
Pernahkah kamu menyesali jalan yang dipilih? Atau sebenarnya, kamu hanya menyesal karena pernah memilihnya bersamaku?
Andira Wu
29 notes · View notes
surat-pendek · 2 months ago
Text
Mereka bilang cinta itu seperti sebuah taman—harus dirawat, disiram, dan dijaga agar tetap tumbuh. Tapi tak ada yang memberi tahu apa yang harus dilakukan saat musim berubah. Saat bunga-bunga layu meski sudah disiram, saat tanah mengering meski sudah dijaga sebaik mungkin. Haruskah kita tetap bertahan, menunggu hujan yang mungkin tak pernah datang? Atau belajar merelakan, membiarkan taman itu kembali menjadi tanah kosong?
Andira Wu
44 notes · View notes