syifamaulviii
syifamaulviii
kekatakita
124 posts
Tulisan ini dibuat dengan sepenuh hati, siapapun kamu yang masuk dalam kisahku. percayalah kamu pernah sebegitu berharganya bagiku.
Don't wanna be here? Send us removal request.
syifamaulviii · 1 month ago
Text
Terbayang sudah memori kecil tentangmu.
Disudut malam pukul 9 tepat, diutara kota Jogja.
Berbonceng asa kita tertawa
Andai, saat itu aku mengusap wajahmu atau memelukmu diatas sepi
Apakah semua ini akan berbeda?
0 notes
syifamaulviii · 4 months ago
Text
Misteri Sang Tuan
Dia sang Rindu yang tak bertuan
Rasa ini hadir disaat hati sedang percaya, bahwa kebahagiaan akan mampir walau hanya sebentar. Ia menikmatinya, ia menyukainya. walau tau pada akhirnya mungkin tidak akan bersama, tanpa mengingat bahwa sakitnya pun akan sama.
pernahkah kamu, disuatu malam yang sepi. memikirkanku yang sudah berjuang meminta hatimu untuk hadir ada disisiku. pernahkan disuatu siang yang sendu, kamu teringat bahwa aku suka hujan dan ketika menyentuhnya, sekelebat ingatanmu kembali kepadaku.
kamu adalah misteri, misteri apakah cintaku akan berbalas jika aku memperjuangkan mu sampai akhir. misteri, apakah setelah doaku yang panjang di akhir shalat akan berujung bertemu denganmu. diantara semua rindu, aku memilih untuk memupuk rindu padamu. wahai tuan, ajarkan aku bagaimana bisa dicintai oleh dirimu. wahai tuan yang penuh misteri. apakah cintaku, masi terasa kurang bagimu?
2 notes · View notes
syifamaulviii · 10 months ago
Text
Temu di Ujung Rindu
Malam itu kita bertemu, terpekur menatap satu sama lain, tersenyum. mengisi ruang hati yang kosong karena rindu. harap sua yang sudah lama berdebu, merekah sempurna. anehnya, bukan kaku yang kita sampaikan dalam kata. tapi hangat peluk sapa yang terlontarkan.
Aku tidak lagi memberikan pertanyaan-pertanyaan retorik dan penuh permintaan validasi mengenai kala itu, disaat kamu memilih bersama yang lain. aku hanya berkata, apa kabarmu selama hilang ditelan bumi? dan tanyamu pun sama, apakah tangisku masih tetap hadir disetiap malam?
Tangis itu masih tetap ada, tapi kelakarku lebih mendominasi hari-hariku setelah keputusan itu dibuat. Aku tidak mau mengambil lebih banyak patah hati lagi.
Bandung, katamu. tapi ternyata bohong. tak apa. mungkin kemarin, malam juga membantu kita untuk lebih ikhlas dengan apa yang sudah terjadi. petuahmu, cara marahmu dan kesalmu masih bisa kau tumpahkan hingga bulan terasa merangkul kita dalam hangatnya percakapan itu.
Kelakarku, masih menjadi kalimat yang asing di telingamu, tapi rona merah jambu di pipiku, selalu menjadi tempat favoritmu untuk membuatnya menjadi lebih pekat. Sial.
Jadi, selamat. kita sudah bertemu di ujung rindu. rasa sesak yang sering hadir pada malam yang katamu membosankan, sudah melepaskan jangkarnya.
Malam itu sangat hangat, tidak seperti malam sebelumnya yang terasa dikejar setan. perlahan dan menyenangkan. Terimakasih atas pertemuan itu.
Pada akhirnya, kita hanya akan kembali menjadi teman. Kata teman yang pernah aku tolak dan benci dimasa aku masih mencari. Tak apa, aku sudah terima.
selamat, kita sudah menjadi dua insan yang bisa mengatur rasa. Selamat menempuh hidup yang baru.
14 notes · View notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
Misteri Sang Tuan
Sebelum Pertemuan Terjadi
Jatuh cinta padanya memang tidak pernah ada dalam rencanaku sama sekali. Saat pertama kali membuka percakapan pun, aku amat sangat merasa kesal dengannya. begitu seadanya, tetapi ia tetap membalas pesanku yang amat sangat excited itu.
Apa istilahnya yang diberikan oleh anak-anak jaman sekarang, "anak se excited ini harus berkelahi dengan dry text". Benar benar tidak ada ekspektasi apapun dengan manusia satu ini, mengesalkan dan aku berfikir, "siapa sih orang ini?" mengajaknya bertemu pun aku hanya bermodal, "ah yaudahlah kali aja kalo ngobrol langsung bisa lebih menyenangkan"
dan ya, jangan pernah iseng jika tidak ingin terjerumus oleh tipu muslihat sendiri. lihatlah aku, jatuh cinta sendirian, lagi. padahal awalnya tidak ada rencana dariku untuk jatuh cinta pada dirinya. bahkan aku masih mempertanyakan apakah benar ini cinta?
senang rasanya bisa berbincang dengannya, senang pula bisa mendengar apapun yang ada dipikirannya. tetapi, semakin lama aku merasa semakin tidak ada apa-apanya, pada akhirnya ia tetap "sama seperti laki-laki lainnya."
cukup untuk membuat nafasku tersenggal tiap memikirkan kenapa aku harus kembali bergelut dengan pikiranku hanya karena seorang pria. tapi yasudah, mari kita lanjutkan kisah ini hingga kita tau akhirnya akan bagaimana. walaupun mungkin, para pembaca sudah bisa menebak akhirnya seperti apa. tapi, aku percaya akan keajaiban yang tuhan berikan. dan aku sedang menuggu keajaiban itu menghampiriku. doakan aku!
6 notes · View notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
Misteri Sang Tuan
(sebelum) Pertemuan Ketiga
Setelah pertemuan kedua yang penuh dengan penyesalan. Hari itu aku benar-benar pulang tanpa menyisakan ekspektasiku sama sekali. Menyibukan diri dengan berbagai kegiatan yang bisa mengalihkan pikiranku, dari lelaki maskulin ini maupun dari masalaluku yang sulit dilupakan. Aku sibuk menyusun thesisku yang tidak kunjung usai, hingga ketika rehat, sesekali aku terbersit nama mereka. Sial. Sial. Sial. Tidak kunjung datang pesan yang aku nantikan. Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan ‘sosok’ lain, kali ini benar-benar tak ada maaf, cukup ku tidak menghargai diriku sendiri.
Hingga pada hari dimana aku sudah bersolek untuk bertemu orang lain, sebuah pesan singkat mampir di instagramku. Penuh kata yang hmm yaa begitu biasa saja. Dan aku menanggapinya pun hanya dengan kata-kata biasa. Sudahlaaah pikirku, tidak perlu basa basi, jika ingin pergi yaa pergi saja. Silahkan, pintunya terbuka lebar. Tidak perlu meminta maaf ataupun menunggu aku untuk pergi, karena nyatanya aku memang tidak akan pernah pergi. Pesan itu penuh dengan basa basi, pertanyaanku mengenai kapan kembali ke kota ini dibalas dengan kalimat mengagetkan. Akan kembali sebentar lagi.
Setelah percakapan itu, aku terus menanti. Akankah pertemuan ketiga ini muncul? Akankah benar-benar terjadi? Akankah aku menumbuhkan harapan padanya, setelah kalimat demi kalimat yang membingungkan keluar dari mulutnya dan pertanyaan pamungkasku aku redam dalam hatiku. Akan kah benar-benar terjadi?
Dan yaaa, sesuai dugaanku. Bahkan di hari terakhir ia berada di kota ini. ada saja alasannya untuk tidak bertemu denganku. Aku yang bahkan ekpektasinya sudah di turunkan dan direndahkan masih merasa kecewa. Bagaimana ini? but, I just take it like nothing. Yaa, mungkin teman mengobrol masih bisa aku usahakan.
Terjadilah, percakapan-percakapan singkat dan penuh penantian ini dimulai. 2-4 jam chatku tak terbalas aku hanya diam. Akankah terulang lagi kejadian ini? aku harus apa kali ini? membiarkannya? Apakah ada cara lain yang bisa aku gunakan untuk membalas sakit hatiku sebelumnya dengan kisah bahagia lainnya? Akankah lelaki maskulin ini menjadi bagian dari hidupku dan memulihkan rasa percaya diriku? Maka kisah ini masih terjebak dalam sekotak layar bernama smartphone. 2 hari ia tak membalas pesanku, lalu ia memberi kabar kalau smartphone-nya yang sempat rusak sudah diperbaiki.
Sungguh perjalanan online chatting ini membuat perasaanku ups and downs. Aku benar-benar lupa lagi cara menaruh harapan serendah-rendahnya. Karena terkadang, serunya berbincang dengannya membawaku pada harapan harapan baru. Sial. Ya Tuhan, bagaimana caranya agar aku bisa memanage perasaanku lagi? Apa ini benar rasanya jatuh cinta lagi? Sebegitu meresahkannya? Aku harus apa?
Hingga suatu hari, ternyata takdir membawaku dan dirinya untuk terlibat dalam suatu project yang harus merepotkannya. Kita melakukan online meeting yang akhirnya membayar rasa rinduku terhadap suara dan nadanya ketika sedang melempar argumen. Tunggu, apa kataku tadi? Rindu? Haha jangan harap. Tapi sungguh, ketika pertemuan online itu cukup membawa harapanku terbang tinggi hingga ke langit ke-7. Penjelasannya, tawanya, dan segala hal yang ada pada dirinya, aku sudah mulai tertarik. Ini berbahaya, tapi bukankah wajar, karena pertemuan kita sudah memasuki bulan ketiga. Yang kata orang, pertemuan pada bulan ketiga ini adalah penentuan akhir dimana akankah kita berakhir tragis atau berakhir bahagia. Shit. I hate this happened again in my life. But ya Allah. Jadikan ini yang terakhir. Jadikan kisahnya happy ending seperti harapku dan doaku di setiap malam. Bukankah Allah tidak ingin melihatku bersedih dan meratap lagi setiap malam?
Sial. Ia tak membalas pesanku di malam sabtu. Aku harus apa setelah ini? akankah ada pertemuan ketiga setelah beberapa perbincangan yang mengarah pada pertemuan ketiga kemarin? Bakmi pak min? cerita tentang bahasa dan kepala desa? Atau sniff-ing perfume seperti yang aku minta? Tidak. Aku sudah mulai gila bahkan di pertemuan yang belum genap ketiga. akankah aku jatuh cinta lagi?
2 notes · View notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
Misteri Sang Tuan
Pertemuan Kedua
Harusnya pertemuan ini tidak pernah terjadi. Aku menyesali pertemuan ini.
Saat itu aku merasa diriku sangat tak terbendung atas apa yang terjadi padaku, menangis? Hampir aku lakukan tiap malam. Merasa tidak dihargai, lalu merasa diterbangkan setinggi langit. Ya begitulah aku dimasa seharusnya berfokus dengan apa yang sedang aku kerjakan. Aku tau, hanya satu orang yang tau tangisku, hanya satu orang yang aku tunjukkan lukaku, dan hanya satu orang itu lah yang masih menggoreskan luka disaat dia tau aku bukan wanita yang kuat. Aku yang sebenarnya sangatlah rapuh katanya saat bercengkrama dan menceritakan apa yang sedang aku rasakan. Apakah laki-laki tidak suka ketika Wanita menunjukan sisi lemahnya?
Dipertemuan itu aku sudah menyiapkan banyak pertanyaan. Apa rasanya ditinggal dan meninggalkan? Apa rasanya menunggu suatu hal yang belum pasti jadi milikmu? Apa rasanya tulusmu yang dibalas dengan berjuta kekecewaan? Bagaimana caranya kamu bisa bertahan dari rasa itu? Mengapa harapmu masih banyak? Menurutmu adakah ruang untuk cinta dan orang baru di hatimu? Bagaimana caranya? Dan segala pertanyaan overthingking-ku yang tidak pernah bisa aku ucapkan secara lugas di pertemuan itu.
Aku lebih banyak terdiam, dibandingkan pada pertemuan sebelumnya. Aku lelah, bersembunyi dibalik luka. aku hanya bisa menanggapi iya dan tidak dari setiap argumen dan jawaban yang ia lontarkan. Bayangku sudah purna, “tidak ada yang seperti dia.” Gumamku yang terasa pilu. Tapi mungkin dibayangannya pun sama, tidak pernah ada yang bisa menggantikan seseorang yang sudah bersemayam lama di hatinya itu. Aku tidak protes ketika dia bilang, “jika masalalu itu kembali memilihku, aku akan dengan sigap menerimanya.” Menurutku itu adalah sebuah pilihan tepat, aku pun akan melakukan hal yang sama, jika ia akan kembali kepadaku. Masalahnya, aku tidak sempat menanyakan bagaimana caranya kita tau bahwa keputusan itu yang terbaik? Bayangku sudah diisi oleh dia yang kembali memintaku untuk menemaninya.
Maka, itulah kebencianku pada pertemuan itu. Aku melihat tegap badannya yang dibalut dengan kemeja merah marun yang sangat pas di badannya. Wangi parfume yang dikenakannya saat itu menggelitiki hidungku dengan lembut, dan aku melihat tatapan matanya yang kosong melihat hiruk pikuk mall amabarukmo saat itu. Sejenak aku ragu untuk menyapa dan menghampirinya. Aku memandangnya selama beberapa menit hanya untuk memastikan dirinya baik-baik saja. Karena prediksiku saat itu, ia sedang tidak baik-baik saja. Mungkin ia juga sama, sedang mempertimbangkan apakah pertemuan ini perlu dilanjutkan atau hanya akan berujung pada kesia-siaan.
Selama itu pula aku sadar, pertemuan ini adalah hal yang menggoreskan luka kepada seorang lelaki maskulin yang senang di junjung egonya. Aku tidak bermaksud seperti itu hanya menegaskan bahwa, are we friends? Aku butuh teman mengalihkan pikiranku. Dan aku tidak yakin apa niat yang dia bawa pada saat itu. Menghargaiku? Ah rasanya sudah lama aku tidak merasa dihargai seperti itu, orang lama versiku selalu mengabaikanku setelah pertemuan yang menguntungkannya. Dan sialnya, aku selalu menaruh rindu padanya diatas kepalaku. Bodoh sekali.
Yang aku harap dari adanya pertemuan ini adalah tetap menjadi seorang yang saling membutuhkan tanpa adanya bicara. Aku sudah siap jika dia menghilang dan tidak membalas pesanku. Aku sudah siap jika ia melupakanku dan tak pernah lagi mencoba menghubungiku. Aku sudah berada di lapisan tanah terbawah untuk menurunkan ekpektasiku. Tapi siapalah aku, yang selalu terikat pada seorang lelaki maskulin berwawasan luas? Yang bisa menjawab semua pertanyaan kenapaku tanpa keberatan.
Tapi aku tau, setelah pertemuan itu aku benar-benar sudah tidak menaruh harap lagi padanya. Aku memang menunggunya untuk membalas pesanku, atau mengirimiku pesan entah apapun itu. Tapi kataku sudah cukup, pertemuan ini cukup amat memalukan bagiku. Aku terdiam pilu disudut kamarku malam itu. Menghela nafas yang teramat Panjang. Jadi, memang mungkin ini semua salahku. Tapi tak apa, toh tidak semua orang akan memilihku. Tapi suatu hari pasti akan ada orang yang memilihku, pasti. Aku yakin itu.
6 notes · View notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
Misteri Sang Tuan
Pertemuan Pertama
Hari itu, pukul 2 siang setelah 3 kali gagal bertemu dengan orang yang pernah aku anggap bisa menyembuhkan. Aku kembali memutuskan untuk bertemu dengan orang baru, pertemuan itu didominasi warna putih, orange dan krem dengan suasana AC yang dinginnya tidak terlalu menusuk. Pada hari itu, aku tidak lagi mengharapkan pertemuan romansa penuh cinta masa-masa remaja. Bahkan, aku tak pernah tau apa saja rasa itu. Aku tidak mengharapkan kata-kata manis penuh gula seperti minumanku, tidak juga canda tawa yang menggetarkan hati. Aku masih takut untuk berada disana.
Saat itu aku terlambat 30 menit, terlihat sangat menyepelekan pertemuan ini. tapi aku sudah bersiap dan bersolek sebaik mungkin, yang membuatku bersiap lebih lama adalah menyiapkan dan menyembunyikan rasa takutku, kecewaku dan marahku yang bersatu akibat pertemuan-pertemuan sebelumnya yang memilukan hati. Setidaknya, aku ingin dia melihat ceriaku dan citra baikku tanpa melihat luka-ku. Aku tidak mau dia berjanji menyembuhkan lukaku, biar itu tanggungjawabku.
Saat itu, mataku berkeliling mencari sosoknya yang sudah duduk di bangku kosong. Sendirian. Aku melihatnya, tapi aku ragu, apa benar sekarang waktunya? Apa benar sudah saatnya? Bulan januari, janjiku. Apa akan aku langgar? Karena isi kepalaku yang begitu berisik, aku memutuskan untuk keluar ruangan dan menutup pintu, menghirup udara sejenak dan menyicip kopiku yang sengaja aku buat pahit. Seperti ekspektasiku yang dibutakan pada kesempatan ini. saat itu, rasanya langkahku sangat berat untuk medekatinya, tangisku sudah diujung mata. Tapi ini tidak bisa terus begini.
Setelah beberapa menit menguatkan hati, akhirnya aku menguatkan diri untuk masuk kedalam. Menyapanya dan memberikan senyum terbaik yang aku bisa. Cih, rasanya sakit. Tersenyum disaat hati ini menebak akankah akhirnya sama seperti yang lain? Penampilannya sederhana, bahkan melebihi ekspektasiku yang memang sudah aku setting serendah mungkin. Aku, sudah tidak bisa lagi menerima patah hati dari orang baru. Cukup remukkan saja hati aku oleh orang lama, lalu hilang tanpa bekas pikirku.
Aku berbincang dengannya cukup lama, bahkan lebih lama dari perkiraanku. Aku tidak menyangka dari pertemuan itu aku akan mendapatkan kembali kepercayaan diriku, menganggap diriku berharga dan pantas untuk mendapatkan yang lebih dari yang aku bisa bayangkan. Aku membangun rasa untuk diriku sendiri, aku senang bisa bertemu dengannya. Pertemuan yang awalnya akan dipenuhi oleh rasa dan nuansa tangis, berakhir pada rasa bungah hati.
Jika aku berangkat dengan menutupi semua lukaku, maka aku melihat dia datang dengan membawa apa yang ada pada dirinya. Dia membawa lukanya dan memperkenalkan lukanya padaku dengan jelas, seperti membuat tembok penghalang dan jejaring yang sulit untuk aku raih. Tapi aku tidak apa dan aku tidak merasa keberatan. Karena, lukaku pun masih sama berdarahnya, aku tidak meletakkan ekpektasi diatas kepalaku. Aku hanya butuh teman untuk berbagi cerita, tertawa dan sejenak melupakan luka yang sering datang ketika malam datang.
Aku tau, dari pertemuan itu aku memang menaruh rasa tertarik, tp rasa itu aku akan biarkan mati. Aku tau dia belum bisa menerima, dan aku tidak berniat untuk diterima secepat itu olehnya. Aku juga masih menyimpan luka yang berdarah, jika aku biarkan rasa itu tumbuh, apa tidak semakin hilang empatiku?
Tapi, bukan aku jika tidak menghancurkan suasana. Setelah pertemuan itu, aku memutuskan hal bodoh yang membuatku menjadi wanita paling tidak pengertian. Membuat temboknya semakin tinggi dan sulit untuk aku runtuhkan. Inilah aku dan pertemuan pertamaku dengannya.
pada pertemuan inilah, kisahku dengan sang tuan penuh misteri ini dimulai. yang akhirnya aku sebut sebagai, sang lelaki maskulin.
1 note · View note
syifamaulviii · 1 year ago
Text
apakah kamu sudah rindu? apa rindu ini hanya sepihak.
hei kamu, sudahkah?
0 notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
pada akhirnya kita adalah orang asing, yang hanya sempat bertukar cerita. bertukar rasa sejenak.
pada akhirnya juga kisahnya mungkin sebentar lagi akan selesai. ramadhan selesai, maka selesai pula perjalanannya.
aku yg masih tersiksa oleh rindu yang lama, begitupula kamu. ketidakadilan ini kadang membuat aku lupa akan syukur terhadap nikmat.
aku memang kufur, tp entahlah. aku hanya ingin mengecap cinta yang kata orang-orang begitu indah rasanya. bahkan aku sudah mempersiapkan sakit yang akan muncul karenanya. tp mungkin orang sepertiku tidak akan pernah pantas. mungkin
0 notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
jumantara sore itu seperti candramawa, gelap yang diaduk bersama dengan getah yang putih, tak kalah indah seperti arunika.
sayang, seorang rahara itu hanya bisa terpekur menatap bentala yang luas. batinnya masih bertanya, "Swastamita seindah ini masih harus ditatapnya swapraja, tapi renjananya masih meragu. akankah ada karsa kama nan kalis yang mampir pada dirinya?"
sejenak, ia menarik nafas panjang. tak ada perkara yang lengkara jika tidak diserahkan pada yang Maha Esa. maka, lembayung itu, menutup kisahnya yang bahkan belum tertulis.
1 note · View note
syifamaulviii · 1 year ago
Text
untuk pertama kalinya aku menyadari, aku menyukai senyumannya. senyumnya yang selalu membuat hatiku hangat.
tapi sudah bukan milikku lagi. tidak pernah jadi milikku
0 notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
dari semua hal yang aku semogakan, aku cuma berharap kamu ga benci aku. ga benci karena aku ga nemuin kamu disaat aku tau kamu mau ketemu aku. aku menahan diri. aku gatau sampai kapan aku bisa menahan diri. aku masih ada rasa-rasa itu. aku kangen. aku gatau kenapa rasanya ini masih ada.
aku cuma takut, akhirnya aku akan selalu sendiri. akhirnya aku akan selalu sendiri. aku udh sayang bgt sama kamu entah kenapa. aku gatau bagian mana lagi, aku gatau apakah aku dibagian yang di sia-sia-in atau menyia-nyiakan. aku gatau. aku ga peduli. aku cuma takut. aku takut aku gabisa membuka diri lagi ke orang lain;
takut sama rasa sakitnya, kenapa sakit terus rasanya?
mas, kamu dimana? aku kangen.
0 notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
"Selamat berbahagia." setidaknya, itulah yang ingin aku katakan kepadamu tetapi kelu lidahku dan patah rasanya.
aku kira, dengan adanya orang baru. aku akan melupakanmu, melupakan rasanya, dan menghirup aroma cinta baru. Bohong, tp kamu bohong kan? katamu mereka bisa membuatku lupa, nyatanya tidak. patahnya masih sama.
dari semua orang yang datang, kenapa harus kamu? kenapa harus kamu yang aku cintai dengan segenap hatiku. kenapa harus kamu dan segala mimpimu yang akhirnya membuatku membuka pintu hati?
Aku bersujud dihadapan Allah, meminta maaf atas segala lakuku yang pernah membuat lukamu. apakah benar, aku tidak pantas bahkan untuk bersanding denganmu? kamu hidup bersama mimpi-mimpiku, apakah aku harus terus terjaga untuk tidak melihat kembali impian itu?
selamat berbahagia. setidaknya itu yang selalu aku katakan acap kali melihatmu tersenyum bersamanya. selamat menikmati cinta yang rasanya seperti madu. semoga syurga masih mau menerima kita yang sangat kejam.
0 notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
Aku selalu bertanya, apakah ini yang dinamakan cinta? apa benar cinta rasanya seperti ini? sakitnya seperti ini? dan senangnya seperti ini? Apakah benar ini yang dinamakan cinta? terlalu patah untuk memulai dengan kisah baru, tapi tidak ingin tinggal lebih lama dengan luka.
Mengapa orang selalu bilang, rasa ini bukan seperti yang aku pertanyakan. tapi setiap kali ingin menulis kisah baru, rasanya seperti berkhianat. Memori-memori indah dan luka berkeliaran dengan cepat disudut kepala, menatap wajah baru dengan hati yang mempertanyakan, apakah benar ini jalannya?
Jadi, apakah perasaan cintaku begitu kecilnya hingga tidak terasa? mengapa lukanya begitu menganga terasa di sana? apa aku tidak pantas?
0 notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
Memori
Pada suatu pagi yang indahnya menyilaukan hatiku, hari dimana rasanya waktu ingin aku hentikan. Kita menyusuri kota hingga berada pada wilayahmu, yang pada akhirnya akan selalu aku kagumi, seperti pada setiap capaianmu. jika kamu milikku, akan ku kabarkan pada dunia betapa bangganya aku memilikimu yang punya hati seluas samudra. Puzzle yang kita pernah susun bersama, menyusun puzzle harapan baru pada otakku untuk mengharap kebersamaan denganmu. memori jatuh cintaku, dimulai pada saat itu.
Aku melihat kita disudut waktu yang lain, sedang bercengkrama dengan waktu. Menghadap layar smartphone yang hanya segenggam, melempar senyum tanpa sentuh. Aku membacakan beberapa bait puisi yang ada didalam buku bacaanku, kau mendengarkannya sembari melanjutkan pekerjaanmu yang sama sekali tidak aku mengerti. sesekali aku bertanya tanggapanmu mengenai buku itu, lalu tertawa. aku suka sekali senyum dan tawamu. sayangnya aku sudah mulai lupa, apa boleh aku meminjamnya sebentar? setidaknya untuk aku simpan kembali dalam memoriku.
Aku juga melihat diwaktu yang tidak pernah bisa di ulang, di ruangan yang tidak pernah sama lagi rasanya. kamu menemaniku membaca dan mengerjakan tugas yang tidak kunjung usai. membantuku dengan memijat kecil bahuku yang sudah kaku. lalu aku menyerah dan memelukmu. bersembunyi didalam pelukanmu berharap tugas itu purna dengan sendirinya. aku senang sekali berada didekatmu, tanpa sepatah kata pun aku merasa tenang dan aman. aku sudah lupa hangatnya, apa boleh aku kesana untuk merasakannya lagi? saat ini rasanya sangat dingin, setidaknya aku ingin mengingat hangatmu.
Aku juga melihat kita disudut kota lain, dijalanan yang akhirnya harus aku lewati sendiri. kamu menarik dan menggenggam tanganku untuk pertama kalinya. sungguh kikuk dan tidak tau harus berbuat apa. aku ingat wangimu, wangi segar buah belimbing dan pear, yang selalu aku hirup dari bahumu ketika berboncengan denganmu. aku lupa wanginya, bolehkah aku meminta kamu untuk tinggal? agar harummu aku hirup tiap saat.
Tapi aku juga menginggat, momen dimana aku harus menangis tersedu-sedu karena rasamu yang sudah hilang sedangkan rasaku sedang bermekaran semerbak wanginya. Hari-hari dimana aku harus kembali menyusun hariku satu demi satu, mengurangi tetes air mata yang jatuhnya tidak pernah sederas itu. segala janji dan perkatanmu yang melukai hati. Aku si tabir yang selalu menutup diri, membukanya padamu dan akhirnya harus dengan hati-hati menutupnya kembali tanpa tau kapan bisa kubuka lagi. aku benci sekali fakta itu.
aku benci fakta bahwa kita pernah diam-diam bertemu diruang kecil itu, melempar rindu lalu diabaikan keesokan harinya. aku benci sekali pengabaian darimu. aku cinta. tapi bukan cinta yang seperti ini yang aku inginkan. Luka yang kamu goreskan, sudah lebih besar dari luka yang pernah aku alami. tapi mengapa, rindu ini tidak pernah sirna. aku benci sekali.
4 notes · View notes
syifamaulviii · 1 year ago
Text
Jatuh Cinta
Seperti apa rasanya jatuh cinta? apa benar rasanya seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan di tubuh saat tangannya membelai lembut rambutmu? atau saat pertama kali tanganmu di genggam olehnya? jadi seperti apa rasanya? Aku ingin tau. Apakah rasaku ini adalah sebuah rasa cinta? Aku ingin tau rasanya. aku ingin merasakannya. Merasakan rasa menerima setelah pertengkaran hebat, merasakan cemas, merasakan dihormati dan dihargai sebagai kekasih, tak sabar mengapresiasi orang yang mau membersamai. Aku ingin tau.
Apakah rasa ini yang dinamakan cinta? bertahan sehebat apapun ia menyakiti. tetap menunggunya, walaupun tahu dia tidak akan kembali. berharap padanya, walaupun harus mengabaikan orang yang lebih baik. apakah ini cinta? dan apakah cinta sebuta ini?
aku hanya ingin cinta yang sederhana. tidak perlu menggebu-gebu. yang selalu bertanya hariku di akhir senja yang sudah mulai menghitam. bertemu di akhir minggu hanya untuk berbincang santai membicarakan gosip kantor. aku juga ingin bercerita tentang hariku yang membosankan dan itu-itu saja. menggodanya sedikit ketika bosan merundungi hidup. dan berdiam dipelukannya tanpa sepatah kata. sesederhana cara kita bertemu, tanpa penghakiman apapun.
Jika cintaku itu kamu. mengapa sulit bagiku untuk merasakan bahagiamu ketika kamu memilih untuk tidak bersamaku?
0 notes
syifamaulviii · 2 years ago
Text
Aku masih terdiam dan terpaku melihat namanya yang berada diantara ratusan nama lainnya. Masih mencari tahu kabarnya, masih bertanya bagaimana harinya.
Berbisik kepada malam, apakah salahku semua ini terjadi? Apa sudah seharusnya aku terus mengalami rasa ditinggalkan dan tidak dipilih? Semua perasaan itu, sakit itu. Aku masih tetap khawatir padanya yang bahkan lupa adanya aku.
Aku tidak ingin dilupakan. Setidaknya dan seharusnya itu yang harus aku katakan, tapi nyatanya lidahku terlalu kelu untuk menyampaikan semua perasaan ini dan segala apa yang ada dikepala.
Aku. Ingin membenci, tapi tak ada daya karena hatiku masih mencinta.
0 notes