syofarahals
syofarahals
a space for my thoughts
217 posts
an introvert mom with busy mind, living far from home // @halimahsyofarah
Don't wanna be here? Send us removal request.
syofarahals · 4 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Ada beberapa "penemuan" penting dalam diriku sendiri yang terkatalis oleh perjalanan ini. Beberapa hal yang kemudian aku temukan, coba kutuliskan di sini : Pertama. Abis dari sana, ngerasa kalau "ke sana" itu harus semakin diperjuangkan berkali-kali, tidak hanya cukup sekali seumur hidup jika kita masih diberikan fisik yang kuat dan masih mampu untuk bekerja mencari rezeki sebaik-baiknya, karena shalat di sana pahalanya 100.000 (masjidil haram) dan 1.000 (nabawi) kali lipat dibandingkan tempat manapun di dunia ini. Sehingga, sekarang merasa sangat memprioriitaskan pengalokasian dana untuk bisa ke sana, berkali-kali. Harta terasa lebih ringan untuk dikeluarkan buat bisa berangkat umroh / haji. Terutama, ngejar buat bisa Haji Khusus / berangkat dari cara-cara lain agar bisa segera berhaji sebagai bagian melengkapi dari rukun islam. Kedua. Dunia ini dengan segala permasalahannya jadi terasa kecil, sesuatu yang sebelumnya mampu membuatku kepikiran berhari-hari, susah tidur, tidak tenang. Karena bener-bener bisa merasakan momen di mana saat di sana, upaya untuk bisa beribadah berada di titik yang belum pernah kumiliki sebelumnya. Perasaan ini masih terasa sampai hari ini, merasa lebih optimis. Meski dalam kondisi masih meraba/bingung pasca keluar dari pekerjaan sebelumnya, tapi tidak sampai membuatku stress. Ketiga. Berpasangka baik sama Allah adalah sebuah "obat" ketakutan, kekhawatiran, kecemasan yang paling baik. Siapa sangka, semua berlikunya jalan yang kulalui kemarin ternyata ujungnya adalah ke sini. Ke rumahNya, dengan membawa pulang semua pemahaman baru yang belum pernah kumiliki sebelumnya padahal di sana tidak sampai satu bulan, dan masalah yang kumiliki telah berbulan, bertahun kujalani. Jadi, kalau sekarang lagi ada masalah, teruslah berprasangka baik.
Alhamdulillah. Semoga kita semua bisa dipanggil (dan berkali-kali di panggil) ke sana. Aamiin.
224 notes · View notes
syofarahals · 5 months ago
Text
Resolusi 2025
Memasuki tahun ke-lima sebagai ibu dan sekarang sudah menjadi ibu dari dua anak balita, resolusi ku tahun ini rasanya gak ada lagi ingin lanjut sekolah. Well, masih ada sih tipis-tipis, tapi untuk saat ini rasanya gak lagi menggebu. Karena bagiku ada yang lebih penting: ingin menjadi ibu yang sabar dan tenang.
Sungguh dua kata sifat tersebut jika di-breakdown akan jadi banyak sekali (re: ke dalam berbagai kondisi). Efeknya pun akan berimbas gak cuma untuk diri sendiri, tapi juga ke keluarga terutama anak-anak (hingga mereka dewasa!).
Semoga Allah mampukan dan berikan jalan untuk mewujudkan resolusi ini. Sebuah resolusi yang memang tidak bisa ditambahkan ke CV-ku yang sudah usang itu, tapi semoga bisa ditambahkan nilai-nilai baiknya ke dalam anak2ku terutama ke dalam diriku sendiri.
2 notes · View notes
syofarahals · 7 months ago
Text
Beruntunglah Pernah Melewati Masa Sulit
Hampir 6 bulan pasca pulang dari (tinggal selama 2 tahun tanpa mudik sama sekali) Newcastle, terkadang masih membuatku tak menyangka bahwa episode kehidupanku di sana sudah terlewati. Mungkin karna itu adalah salah satu wishlist ku saat masih gadis dulu; tinggal dan hidup berkeluarga di Inggris, membesarkan anak di sana, sudah dikabulkan olehNya? jadi rasanya seperti "masih mimpi" kalau itu sudah terlewati.
tapi sesungguhnya yang seringkali menjadi trigger adalah ketika aku lagi merasa lelaaah sekali saat menjalani episode kehidupanku yang sekarang: di Bandung. Seperti sekarang saat aku menulis ini, aku habis bepergian seharian bersama keluarga kecilku, alhamdulillaah hati rasanya senang sekali dan pergi ke luar benar-benar menjadi hiburan untukku, tapi ternyata kesudahannya aku capeeek bahkan sampai migrain, laluuuu terbayanglah hari-hari beratku saat di Newcastle dulu yang kalau aku bayangkan sekarang, pasti aku berkata dalam hati "dulu kok aku kuat yaaa berjalan kiloan meter, belasan ribu langkah sambil gendong Hamnah yg saat itu sudah belasan kilogram?" "dulu kok aku kuat yaa dorong stroller jalan jauuuh banget dan beratnya minta ampun karna bawa belanjaan dan juga ada Hamnah di dalamnya?" "dulu kok aku kuat yaa jalan nanjak menerabas angin super dingin kadang tangan sampai beku demi untuk belajar di kelas gratis yg durasinya cuma 1,5 jam itu? dan tentu sambil bawa anakku" hingga episode kehamilan pun tiba, gong!!rasanya klo dipikir-pikir lagi sekarang kayak "kok dulu aku kuat yaa?" dan dulu itu semua menjadi hal yang biasa. maa syaa Allah nangissss banget kalau mengingat masa-masa ituuu. Sungguh aku tau bahwa Allah-lah yang telah menguatkankuuu T__T Aku bersyukur padaNya yang telah mengabulkan doaku untuk merasakan berbagai kenikmatan sekaligus "tempaan" hidup di sana dan juga kekuatan yang selalu dan selaluuu Dia berikan. Sehinggaa ketika saat ini aku lagi merasa lelah padahal aku sedang di negara sendiri yang jauhhh lebih banyak kemudahan di dalamnya, berbagai memori tersebut langsung jadi penguatku lagi dan pada akhirnya aku memilih untuk jeda-rehat agar kembali kuat: meniatkan semua untuk IBADAH.
Buatku yang terpenting adalah agar Allah selalu dan selalu menemaniku di manapun aku beserta anak dan suamiku berada, karena gak kebayang kalau menjalani hidup tanpa kasih sayang dari Allah. Huhuhuhu takuuuut :(
5 notes · View notes
syofarahals · 9 months ago
Text
Tumblr media
Selepas beberapa waktu tidak menulis di sini, akhirnya bisa meluangkan pikiran untuk menuangkan berbagai macam hal yang berkelindan.
Akhir-akhir ini semakin mendalami rasa-makna dalam berkeluarga. Menyadari bahwa pasangan adalah satu-satunya teman terbaik yang kumiliki. Menyadari bahwa rezeki-rezeki yang kita khawatirkan selama ini, hanya berputar pada uang dan persepsi orang. Mulai menyadari bahwa rezeki bisa menikmati pagi hari dengan pikiran yang tenang, bisa mengantar anak sekolah, berolahraga, shalat tanpa terburu-buru, bisa mendengarkan kajian dengan utuh (meski dari youtub), bisa melangkahkan kaki untuk silaturahmi yang selama ini terbelenggu sama pekerjaan tiada henti di depan laptop, bisa main berdua sama istri sembari menitipkan anak-anak. Adalah rezeki yang amat sangat mahal, tidak bisa dinilai dengan uang.
Semakin ke sini, semakin menyadari hal-hal yang prioritas. Menjauh dari drama hidup orang lain, menjauh dari negative vibes, membangun boundaries kepada hal-hal yang menyita pikiran dan fokus - padahal tidak berdampak baik kepada hidup sendiri. Mulai bisa fokus dan melihat jelas tujuan, semakin tahu bahwa ke depannya tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Mulai meresapi lagi, sebenarnya, dalam hidup yang sebentar ini. Apa yang bisa membuatku siap untuk menghadap Tuhan suatu hari nanti. Apa yang bisa membuatku yakin bahwa aku telah cukup bekal untuk nanti kubawa. Sehingga, hidupku yang saat ini berjalan, lebih mudah kutentukan jalannya. (c)kurniawangunadi
260 notes · View notes
syofarahals · 10 months ago
Text
Jadi Ibu Rumah Tangga itu tidak enak!
Jadi Ibu Rumah Tangga itu melelahkan… Setiap hari mengerjakan pekerjaan rumah yang tiada habisnya. Menyapu, mengepel menyuci piring, menyuci pakaian, menjemur pakaian, menyetrika, memasak. Rasanya melelahkan. Pagi rumah rapi, malam berantakan lagi. Begitu selalu, setiap hari.
Jadi Ibu Rumah Tangga itu membosankan… Rutinitas yang monoton; beberes, makan, mandi, ibadah, nonton; itu-itu saja di dalam rumah, membuat jenuh cepat sekali meradang. Inginnya jalan-jalan, tapi bingung mau kemana.
Jadi Ibu Rumah Tangga itu rempong… Apalagi jika mengurus anak. Repot dan melelahkan. Anak minta diajak main, ganti popok, belum lagi kalau lagi rewel. Kalau anak masih satu, belum ramai atau ada yang berantem. Kalau sudah dua atau lebih, siap-siap saja.
Jadi Ibu Rumah Tangga itu tidak enak.. Jika, tidak diniatkan karena Allah.
Padahal, jika karena Allah, semua pekerjaan Ibu Rumah Tangga akan dinilai sebagai ibadah. Iya, berpahala.
Padahal, jika karena Allah, semua pekerjaan juga akan dinilai sebagai bakti istri kepada suami. Dan itulah yang kelak akan mengantarkan seorang istri masuk ke syurga-Nya.
Padahal, jika karena Allah, semua pekerjaan akan terasa lebih mudah dan ringan. Tanpa keluh, ikhlas karena-Nya, semua akan terasa menyenangkan dan cepat selesai.
Padahal, jika karena Allah, Dia menjanjikan kelelahan yang dirasakan oleh Ibu Rumah Tangga sekalipun, akan menghapuskan dosa-dosa di masa sebelumnya.
Padahal, jika karena Allah, Ibu Rumah Tangga akan menjalaninya dengan suka cita, tanpa harus lelah bekerja dan mencemaskan anak yang dijaga oleh pengasuh.
____
Menjadi Ibu Rumah Tangga adalah fitrah, banyak dari mereka yang merasa iri dan menginginkannya. Setiap hal, tak luput dari kesulitan, begitupun ketika menjadi Ibu Rumah Tangga.
Tapi percayalah, ada lebih banyak hal yang membahagiakan dibandingkan dengan kesulitan yang ada. Tenang saja, jika karena-Nya, tabungan pahala akan terus-menerus bertambah. Akan ada Allah yang menemani, menguatkan, dan memudahkan. InsyaAllah. Aamiin
145 notes · View notes
syofarahals · 11 months ago
Text
masih sangat mengapresiasi dan menikmati momen beli lontong dibungkus daun lalu dimakan pakai sambal kacang. Juga jajan telor gulung depan sekolahan atau bebeli kue-kue basah seharga 1.500 :")
Tumblr media
Sudah tiga minggu saya di Bandung.
Sudah biasa sarapan di pinggir jalan, nasi uduk pakai telor balado atau bubur ayam 13k. Lalu siang makan nasi padang 18k. Malamnya makan nasi goreng 15k atau indomie telor 10k.
Di saat yang sama, saya perlahan menurunkan gaya hidup, terutama dalam order makan online dan ke kafe.
Point Coffee 25k (no) vs kopi susu botolan 5k-9k (yes!)
Seporsi mie blabla di kafe 65k (no) vs makan 2 porsi di warung tenda 42k (yes!)
Gaya hidup ini emang variabel yang bisa ditekan atau bisa juga dibiarkan.
Keinget dulu waktu di Inggris, pengen banget ada abang tukang bubur ayam pagi-pagi atau akang batagor/bakso sore-sore lewat depan rumah. Nah! Ini dia, nikmatilah.
Mungkin juga udah umurnya. Akan tiba saatnya kamu tidak lagi penasaran. Akan tiba saatnya kamu bisa mengatakan dalam hati "toh sama saja kenyangnya". Di level berikutnya, kita akan meniatkan makan banyak di rumah sebelum ke mall biar ga jajan atau menahan ga beli ini itu saat di mall dan nanti cari makan di warteg atau beli minum di minimarket/warung tenda di luar.
Great appreciation to my wife @syofarahals for her big heart to adjust quickly to the culinary life "we wished for when we were abroad".
Bye upper middle class life style!
35 notes · View notes
syofarahals · 11 months ago
Text
Riset bahwa perempuan berbicara 13000 kata lebih banyak daripada laki-laki itu supaya kita lebih panjang doanya.
Salah satu cara memutus kebiasaan buruk adalah dengan mencari amal baik yang mirip karakternya. Misalnya ingin mengurangi bergosip, maka cari amal baik yang butuh banyak bicara juga; berdoa.
Ingin mengurangi kebiasaan mengeluh, berdoa juga. Ingin mengurangi sumpah serapah yang nggak perlu, berdoa juga.
Kalau jatah kata dalam satu hari sudah habis untuk berdoa, mungkin kita nggak butuh lagi debat kusir di sosmed, mengeluh kesana kemari, dan julid disana-sini.
Mungkin ya. Tulisan yang agak cocoklogi, tapi semoga menjadi ikhtiar supaya lisan kita nggak menyeret anggota tubuh yang lain ke neraka. Aamiin.
194 notes · View notes
syofarahals · 1 year ago
Text
bayangkan
bayangkan sebuah pernikahan
yang masing-masingnya tidak perlu khawatir yang lainnya tidak setia. karena kuat agamanya, kokoh komitmennya.
bayangkan sebuah pernikahan
yang jarak separuh bumi pun tidak akan membuat jauh apalagi terpisah. karena rindunya diwujudkan dalam bentuk menjaga. karena hatinya sudah selalu bisa ditata.
bayangkan sebuah pernikahan
yang keduanya tidak perlu khawatir akan hari yang belum datang. karena kesadaran bahwa semuanya adalah titipan. karena keyakinan bahwa rezeki selalu tepat takaran. karena keimanan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
bayangkan sebuah pernikahan
yang pasangannya tidak perlu khawatir menjadi tua, diuji kesehatannya, menjadi lupa, atau tidak lagi elok rupa. karena cintanya jauh lebih dalam dari yang terlihat, jauh lebih besar dari yang memikat.
bayangkan sebuah pernikahan
yang orang-orangnya hanya khawatir akan perpisahan. khawatir bilamana kehidupan yang selanjutnya tidak mempertemukan mereka. khawatir bilamana bekal mereka belum cukup. sehingga mereka pun berupaya bersama, mencukupkan semua perbekalan.
pernikahan itu bisa saja adalah pernikahan kita.
1K notes · View notes
syofarahals · 1 year ago
Text
yang memampukan
yang memampukan kita adalah dan hanyalah Allah. kita berusaha, kita berupaya, kita berjuang. semua itu tidak akan pernah cukup tanpa izin Allah, tanpa ridho Allah.
jangan sampai kita merasa pencapaian kita adalah karena diri kita sendiri. jangan sampai kita merasa hebat, merasa istimewa. tidak. sesungguhnya pencapaian kita itu Allah yang menjadikan, yang meridhoi.
sebaliknya, jangan sampai pula kita menghakimi duluan bahwa sesuatu yang kita upayakan seratus persen tidak mungkin. kita boleh mengukur diri, kita bisa menghitung peluang. akan tetapi, Allah yang punya hasilnya. kalau Allah ridho terjadi, sesuatu itu akan terjadi.
mudah saja bagi Allah. semuanya mungkin jika Allah menghendaki.
prompt 6.
pernahkah dalam hidupmu terjadi sesuatu yang semula kamu pikir tak mungkin?
228 notes · View notes
syofarahals · 2 years ago
Text
Pesan Ibu
Waktu itu, pagi sekitar jam 7.30 mataku mulai berat lagi. Maklum, ibu baru masih suka begadang. Di kasur, ada Ibu, Hamnah dan aku. Di tengah perbincangan kami ibu menyelipkan sebuah pesan yang sebenarnya telah lama aku dengar dari mulut ibu bahkan jauh sebelum aku menikah. Ibu bilang,
“Taqwanya orang tua itu untuk anak juga. Ibadahnya orang tua juga gitu. Sholatnya, shaumnya, sedekahnya, dll. Semua itu berpengaruh sama gimana kehidupan anak-anaknya.”
Aku yang sudah setengah nyawa masih bisa menyerap perkataan Ibu yang perlahan membuat kantukku hilang.
15 notes · View notes
syofarahals · 3 years ago
Text
HELLO FROM 🇬🇧
Gak kerasa udah 48 hari aku dan keluarga kecilku hijrah ke kota Newcastle, UK. Sebuah penantian panjaaaang telah dilewati, termasuk juga banyak kebimbangan di dalamnya. Namun di hari-hari penantian yang diisi dengan negosiasi panjang antara suami dan pihak kampus tempatnya diterima bekerja, beliau juga berikhtiar mencari-cari kerja ke tempat (negara) lain. Meski di lubuk hati ku yang terdalam memang sangat menginginkan untuk kembali menginjakkan kaki di negeri Ratu Elizabeth dan merasakan tempaan kehidupan di sana. Tapi aku juga sadar bahwa keinginanku bisa jadi tidak sejalan dengan kehendakNya. Maka dari itu, dalam doaku di hari-hari penantian itu, narasiku seperti ini “ya Allah jika Inggris adalah negara yg menyimpan banyak hikmah dan mendatangkan banyak kebaikan untuk ku dan keluarga kecilku maka mampukan dan lancarkan segala urusan kami untuk tinggal di sana. Namun, jika negara dan kota tsb mendatangkan banyak mudhorot untuk kami dan malah menjauhkan kami dariMu, maka lepaskanlah segala penantian ini.” Iya sepanjang itu doanya. Karena tinggal di luar negeri bukan untuk keren-keren-an, buat apa jadi keren tapi malah “ditinggalin” Allah atau malah kita yg ninggalin Allaah? Huhuhu naudzubillah.. Apalagi sekarang aku sudah punya anak, tinggal jauh merantau tanpa saudara dan orang tua di negeri orang, membesarkan anak dan membersamai hari-harinya pastilah akan jauh lebih menantang. Makannya gak banyak yang tau di saat hari-hari penantian itu termasuk hari2 menunggu visa. Prinsipku selama visa belum di tangan, masih ada kemungkinan aku batal ke Inggris. Aku juga teringat sebuah nasihat kurang lebih seperti ini “simpanlah rencana-rencanamu karena tidak semua orang akan menyukainya” jadi orang-orang yang aku kasih tau sebelum visa di tangan hanya hitungan jari aja, bahkan orang yang tau dramanya gimana (jauh sebelum apply visa) hanya satu temanku aja haha. Selebihnya aku kasih tau ketika visa sudah ku dapat walau jadinya bikin aku kecapekan karna mesti marathon ketemuan sama teman-teman.
Terus, gimana rasanya tinggal di UK? (boleh baca2 highlight NCL di IG @halimahsyofarah ya hahaha) yang mau ku ceritain bukan itu tapi waktu lagi di pesawat tepatnya menjelang sampai. Kira-kira 30 menit lagi sebelum akhirnya tiba di Manchester, langit biru terang dan awan yang putih jernih seperti menyambutku. Lalu tak lama terlihat kota Manchester dari ketinggian, dalam hati aku masih tak percaya “MashaAllah.. ini beneran balik ke UK lagi? MashaAllah Alhamdulillaah..” wah deras air mataku sambil melantunkan doa-doa.
Kamu pernah gak sih mengalami suatu hal/mencapai sesuatu dan kamu emang berdoa akan hal itu tapi sebenarnya itu doa yang udah bertahun-tahun silam? atau sekedar lintasan pikiran yang dulu kamu harapkan terjadi suatu hari nanti? Dan sekarang beneran kejadian?! Nah gitu kira-kira rasanya.. maaf ya kalau lebay haha. Soalnya aku tau chance untukku ke luar negri terlebih UK untuk yang kedua kalinya tuh kecil. Pertama, kakakku sekeluarga udah pulang ke Indonesia dari 2019 karna kakakku udah lulus. Dan juga aku bisa ke sana waktu 2017 karna kebetulan uang beasiswa kakakku lagi turun sekaligus untuk setahun jadi sangat lebih dari cukup untuk menjadi “jaminan” buat aku dan ibu bapak datang saat itu. Malah sebelumnya sempat gak mau ikut karna harus skripsian, tapi qodarullaah dikasih izin sm Allah buat berangkat dlm rangka nemenin ibu bapak yang ga kebayang banget deh kalo berduaan aja tuh di bandara besar dg bahasa inggris yg juga gak bisa sama sekali, plus jadi tukang pijit eksklusif buat ibu selama di Nottingham waktu itu. Haha. Kedua, jujur aku merasa belum punya kabapilitas dan kapasitas untuk bisa dapat scholarship dan kuliah di UK. Masih jauh banget rasanya kalau mau ngejar itu meski sudah mulai IELTS preparation sambil kerja sebelum nikah. Ketiga, aku juga sebenarnya gak akan dibolehin sama ibu bapak ke luar negri untuk studi tanpa suami. Jadi intinya kalau belum menikah gak akan boleh tuh berkelana sendirian :”) eh Alhamdulillaah’ala kulli ha, berjodoh sama orang yang kerjaanya melanglang buana terus dari awal kuliah sampe kerja. Panjang ya cerita begini doang wkwk
Aku tau ini semua memang terlihat duniawi banget, makannya aku mohon sama Allah, “agar dengan hijrahnya aku ke sini bisa semakin mendekatkanku padaNya, meningkatkan imanku dan menjadi hambaNya yang bertaqwa” daaan juga bisa mendatangkan keberkahan ga cuma untukku tapi juga untuk keluarga di tanah air :”)
Cheers,
Halimah (yang udah kangen banget makan tempe!)
17/07/22
4 notes · View notes
syofarahals · 3 years ago
Text
Memulai hari dg baca qur’an bakalan bedaaa banget sama kalau ngga baca sama sekali. Kalo buat aku pribadi, ketika membuka hari dg baca qur’an tuh bikin emosi dan mood jadi cenderung stabil seharian penuh. Gak gampang ngegas apalagi ke anak wkwk. Paham kan ibu2 dg kerjaan seabrek plus punya anak yg lagi pingin ditemenin main all the time kyk gimana riweuhnya. MashaAllah dehhh bismillaah yuk rutinin! Apalagi kalau dilanjut sama baca dzikir pagi. Huaa InshaAllah segala urusan di hari itu dibuat bagai jalan tol sama Allah: lancaaaar :”)
starting your day off with Quran really is the best. I encourage you all to do it - set yourself a small target (could be a page, a few pages, depends on your ability) and watch your days be filled with barakah
167 notes · View notes
syofarahals · 3 years ago
Text
Pernah gak sih ngerasa pusing (sakit kepala) karna suatu hal sampe bikin males ngapa2in? Padahal ada anak yg harus diurusin dan ditemani main, diajak ngobrol dan juga diisi tangki cintanya. Pengen nenggak paracetamol aja rasanya, tapi gak yakin juga kalau habis itu bakalan ilang pusingnya. Banyakin dzikir sama istighfar aja kali ya, mungkin karna diri ini emang BANYAK KURANGNYA: kurang bersyukur, kurang ibadahnya, kurang ngajinya, kurang taatnya, duh banyak bangeeet. Laa hawla wa laa quwwata illa billaah
29/06/22
7 notes · View notes
syofarahals · 3 years ago
Text
“Beberapa orang memang terlahir gampang banget sedih, perasa, dan sensitif. Jadi kurang-kurangin bilang "halah gitu aja baper" Kamu ga pernah tau mati-matiannya mereka menguatkan dirinya.” —tentangproses.
7 notes · View notes
syofarahals · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Kita harus siap menerima kenyataan bahwa kehidupan—dan segala pernak-pernik kejanggalan di dalamnya—seringkali tidak sesuai dengan narasi yang kita inginkan. Masa depan hanyalah proyeksi, bukan realitas yang kita konstruksi. Tuhan masih sangat baik memberikan kita kemampuan berusaha sepertiga dari dua pertiga bagian lagi yang bentuknya tebak-tebakan. Jelas kita tak punya banyak pilihan, selain bersiap-siap menerima kejutan dan menyambutnya dengan timbangan kedewasaan. (at Grand Depok City - GDC) https://www.instagram.com/p/CfG7AfWvuVj/?igshid=NGJjMDIxMWI=
57 notes · View notes
syofarahals · 3 years ago
Text
Tumblr media
Anak-anak yang shalih, shalihah, sukses dalam bidangnya tidak akan terlepas dari amal-amal orang tuanya. Tirakat dalam ilmu, tilawah, sedekah, tahajud, puasa, shalawat, doa dan yang lainnya. Sudah terlalu banyak bukti nyata tentangnya. Mulai dari kisah dan riwayat tentang Ibunda para Imam terdahulu, hingga yang bisa kita temukan hari ini.
Reminder for parents.
437 notes · View notes
syofarahals · 3 years ago
Text
Menjadi Seorang Ibu #2
Halo halo! Mau update lagi soal “perkembangan diri?”  selama jadi seorang ibu. Setelah membaca ulang tulisan tentang diri saya sendiri 11 bulan yang lalu (di sini https://shorturl.ae/vzn1c ) dan juga menilik ke dalam diri saya yang sekarang, sepertinya saya sudah berada di level acceptance? Saya mencoba mencari tau adakah tingkatan/level perubahan emosional hidup seseorang ketika memasuki sebuah fase baru, atau entah apalah namanya, namun saya belum menemukannya. Yang jelas sekarang saya sudah merasa jauh lebih nyaman dengan keadaan diri saya yang sekarang: menjadi seorang ibu. Sudah sangat jarang atau mungkin tidak pernah lagi hadir perasaan menggebu di mana saya amat merindukan “my single life” yang seringnya sampai membuat saya menangis berderai air mata. Lalu, bagaimana dengan rasa lelah? apakah masih kerap muncul? Kalau lelah, sepertinya semua orang yang masih bernafas, sedang di fase hidup apapun juga kerap merasakan lelah. Jadi, lelah itu sunnatullah. Ya gak sih? Ketika merasa  lelah, ambil jeda, istirahat, lalu kembali lanjutkan hidup. Meski hal itu bisa saja terjadi setiap harinya (dalam konteks menjadi seorang ibu). 
Rasa “lelah” yang sering saya rasakan selama menjadi ibu (yang masih beranak satu dan usianya pun belum genap 2 tahun) sepertinya hadir ketika saya merasa sendiri. Padahal kenyataannya gak selalu sendiri. Saat lahiran sampai anak saya berusia 19 bulan saya memang LDM dengan suami, tapi ada ibu dan bapak saya yang sebenarnya hadir secara fisik. Pun suami yang saat itu sedang berada di negeri sebrang, senantiasa hadir secara virtual. Sehari bisa 3-5x video call. Namun itu semua tak bisa menepis “kesendirian” saya kala itu. Lalu sekarang, setelah berkumpul lagi dengan suami dan tak lagi “sendiri” membersamai anak, alhamdulillah perasaan itu kian menipis mungkin juga karna beliau adalah sosok yang sangat family man, sehingga rasa itu sudah jarang sekali hadir. Meski terkadang masih suka muncul. Kadang, artinya jarang sekali, tapi masih suka ada. Paham kan? Haha. Ternyata hal ini bisa dibilang wajar, saya sempat menemukan postingan di instagram tentang ini. Saya lupa sih bagaimana penjelasannya *lol* tapi yang jelas saya merasa “gak sendirian” karna banyak ibu-ibu lain di luaran sana yang juga merasakan ini. Awalnya saya pikir kuncinya “hanya” satu, support system harus kuat di segala macam kondisi. Namun kemudian saya teringat seorang teman yang pada pandemi 2021 kemarin kehilangan support system terbesar dalam hidupnya yakni ibu dan suaminya yang meninggal dalam waktu berdekatan. Ia juga memiliki seorang anak yang saat itu usianya belum genap 3 tahun. Sungguh teriris hati saya mengingat kejadian itu sekaligus menatap kagum padanya yang terlihat tegar dan senantiasa harus kuat menghadapi kenyataan tersebut. Hal ini kemudian menyadarkan saya bahwa kita tak selalu bisa mengandalkan support system demi keberlangsungan hidup kita, karna akan ada masa di mana kita harus menghadapi semuanya sendiri. Terlebih di alam barzakh hingga akhirat nanti. Huaaaaa takuuut :”””((((
Sedari duluu waktu saya masih belum menikah sampai sekarang sudah berkeluarga dan punya anak, Ibu saya tak pernah bosan-bosan mengingatkan “banyak banyak berdoaaaa sama Allah ya neng. Udah jadi ibu harus sering-seriiiiing doain anak sama suami, cuma Allah yang bisa jadi pegangan hidup” huah nulis begini aja saya nangesss! karna saya saksi hidup ibu yang senantiasa kenceng ibadahnya agar selalu “lulus ujian” dari Allah, pun segala kemudahan-kemudahan hidup yang anak-anaknya rasakan juga pastilah berkat doa Ibu. Jadi, ketika seorang ibu tak memiliki support system yang mumpuni, ternyata ada Allah yang selalu hadir menemani. Tinggal bagaimana kita nya aja mau ingat atau ngga :’) Waduh jadi kemana-mana.
*
Rasa nyaman yang saya rasakan sekarang ternyata membutuhkan waktu hampir 2 tahun. Meski rasa nyaman tidak serta merta menjadikan saya “ibu sempurna” karna masih banyak sekali yang perlu saya benahi dan saya pelajari. Percayalah, setiap ibu memiliki proses dan ceritanya sendiri. Semoga setiap kita bisa menghargainya dan berkata yang baik-baik padanya :))
10 notes · View notes