Tumgik
#Aktivis Mahasiswa
asaberita · 3 months
Text
Aktivis Mahasiswa Langkat Berikan Dukungan Penuh untuk H. Syah Afandin sebagai Calon Bupati Langkat 2024-2029
Asaberita.com, Langkat – Irwandi Pratama, aktivis mahasiswa yang telah dikenal hingga tingkat nasional dan berasal dari Kabupaten Langkat, menyatakan dukungan penuh untuk pencalonan H. Syah Afandin, S.H. sebagai Bupati Langkat periode 2024-2029. Irwandi, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PB HIMALA dan Sekretaris Jenderal SAPMA PKN Kabupaten Langkat, menyebutkan bahwa H. Syah Afandin…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kbanews · 1 year
Text
Sentil Adian Napitupulu dan Andre Rosiade, Willy Aditya Sebut Anies Baswedan Representasi Aktivis
JAKARTA | KBA – Anies Baswedan merupakan calon pemimpin yang lahir dan tumbuh bersama rakyat. Karena bakal calon presiden yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan ini merupakan aktivis sejak mahasiswa ketika kuliah di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1989-1995. Ketua Senat Mahasiswa UGM pada tahun 1992-1993 ini bahkan sampai berdarah-darah dalam melawan rezim otoriter Orde Baru. Tampilnya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
madurapost · 1 month
Text
Parade Kebangsaan Hidupkan Semangat Kemerdekaan ke-79 RI di Kecamatan Kadur
PAMEKASAN, MaduraPost – Karang Taruna Candradimuka Kecamatan Kadur, Pamekasan, Madura, menggelar Parade Kebangsaan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-79 pada Selasa (20/08/2024). Acara yang meriah ini menghadirkan berbagai elemen masyarakat untuk merayakan semangat kemerdekaan dengan penuh antusiasme. Ketua Karang Taruna Kecamatan Kadur, Rifqan Ahmad Zarnuji, mengungkapkan bahwa…
0 notes
kantorberita · 3 months
Text
Ratusan Mahasiswa HMI Bengkulu Gelar Demonstrasi di Depan Kantor DPRD Provinsi
Ratusan Mahasiswa HMI Bengkulu Gelar Demonstrasi di Depan Kantor DPRD Provinsi KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU|| Pada Selasa, 25 Juni 2024, Ratusan Mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bengkulu melakukan aksi demonstrasi di depan Kantor DPRD Provinsi Bengkulu. Mereka datang untuk menyampaikan tujuh poin tuntutan yang dianggap mewakili aspirasi masyarakat terkait berbagai kebijakan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Bismillah pagi yang cerah semoga hari ini Allah datangkan ke ajaiban, terbuka segala jalan dan mendatangkan orang-orang terbaik untuk dakwah ini.
Tadi aku bertanya di dalam diri "Harus dari mana aku belajar untuk memahami segala ketidak fahaman ku dari gerakan dakwah ini?"
Lalu aku teringat sebuah ungkapan dari sebuah lirik "Allahu ghayyatuna.... Arrasul Qudwatuna.... Al Quran Dusturuna.... " Aku terhenti pada kalimat "Al Quran Dusturuna".
Ya... Al Qur'an Dusturuna, Al Qur'an pedoman kami.
Lalu aku bertanya kepada diri "Apakah aku sudah menjadikan Al Quran sebagai pedoman dalam hidup?" Jawabannya belum, aku baru menjadikan Al Qur'an sebagai bacaan yang berpahala tapi belum menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidup.
Ku buka Al Qur'an dan ku dapati surah Al alaq yang artinya segumpal darah, ayat perayat ku baca dengan artinya dan aku mendapati akar permasalahan dalam diri ku yaitu kurang membaca.
Tumblr media
Allah menegaskan dalam surah Al alaq ayat 1-5 adalah perintah membaca, bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan mu, Dia yang menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan tuhanmu yang mahamulia, yang mengajarkan manusia dengan pena, dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat ini sangat menampar ku secara pribadi selama ini hanya baca dan aku tau juga artinya tapi baru kali ini, baru benar-benar masuk kedalam diri dan menyadarkan dengan jawaban kongkrit yaitu kamu harus baca nanti Allah yang berikan pemahaman dari apa yang kamu baca.
Maaf yaa Allah, selama ini baru menjadikan Al Qur'an hanya sebatas bacaan yang berpahala belum menjadikan Al Qur'an menjadi sebenar-benarnya pedoman dalam hidup.
Yaa Allah cintai dan sayangi para pembaca, kekalkan lah cinta kami dan kuatkanlah ikatan kami.
1 note · View note
iqbalnurrahim · 2 years
Text
Laut Bercerita: A refreshment, reminder and recall
“Matilah engkau mati”. “Kau akan lahir berkali-kali.”
Kisah Laut Bercerita dibuka dengan nukilan puisi Soetardji Calzoum Bachri yang diberikannya kepada penulis. Cerita ini diangkat dari kejadian “hilangnya” 13 orang aktivis (hingga sekarang) yang rela mengorbankan dirinya demi mengembalikan ruh demokrasi bagi bangsa ini.
Novel Laut Bercerita berlatar belakang sosial budaya dan peristiwa sejarah pada rentang tahun 1991-2000, berkisah tentang perjuangan aktivis mahasiswa bernama Biru Laut dalam upayanya bersama rekan-rekan sesama mahasiswa menggulingkan kediktatoran pemerintahan yang berkuasa lebih dari 3 dekade pada saat itu di Indonesia. Biru Laut adalah implementasi dari aktivis-aktivis mahasiswa pada masa itu yang ikut menyuarakan kepentingan-kepentingan rakyat yang ditindas oleh pemerintah yang otoriter. Pelarian dari satu tempat ke tempat yang lain dalam mencari keamanan diri dari kejaran aparat hingga ketiadaan kabar atau hilangnya aktivis-aktivis mahasiswa merupakan narasi sejarah yang dihadirkan di dalam novel Laut Bercerita. Banyaknya kebijakan-kebijakan yang diputuskan dan tidak berpihak kepada rakyat juga menjadi persolan yang diangkat di dalam novel Laut Bercerita ini.
Cerita ini mengangkat kembali memoar dan semangat yang sempat “kupinggirkan” karena realitas kehidupan yang menghantam. Namun membaca buku ini membawa lagi semangat, ingatan, hingga pemikiran akan problematika yang ada di bangsa ini. Secara utuh buku ini mampu menggambarkan bagaimana buruknya perlakuan pemerintah kala itu terhadap sosok-sosok yang bergerak secara akar rumput untuk mengembalikan semangat demokrasi di Indonesia. Pada kesempatan ini, izinkan saya sedikit mengambil beberapa pembelajaran penting dari hasil refleksi bacaan ini.
1. Every action that we take exacts a cost and produces consequences. Nothing can be undone.
F aksi = -F reaksi. Untuk setiap aksi yang dilakukan, akan selalu ada reaksi yang datang dengan arah yang berbeda. Hukum III Newton sudah cukup meringkas apa yang disampaikan dalam buku ini. Seruan solidaritas, gerakan, aksi massa yang dilakukan Laut, Lintang, dkk. sudah barang tentu akan mendapat perlawanan pula dari pihak yang merasa ditantang. Sayang seribu sayang, iklim demokrasi saat itu (diceritakan dalam buku ini) begitu buruk dan tidak menguntungkan rakyat sebagai pemegang penuh kekuasaan dalam konsep demokrasi itu sendiri. Bukan sekali dua kali, namun berkali-kali Laut dkk. ditangkap, disiksa, “diberi pelajaran” karena usaha mereka mengembalikan demokrasi bangsa dirasa mengganggu otoritas pemerintahan saat itu. Pertanyaan seperti “siapa yang mendalangi kalian?” seolah menjadi deja vu bagi sebagian aktivis mahasiswa masa kini. Isu dalang mendalangi selalu ada, seolah-olah mahasiswa sebegitu rendahnya sehingga menjadi alat untuk kendaraan politik belaka.
2. Dreams do come true, if only we wish hard enough. You can have anything in life if you will sacrifice everything else for it
Dalam praktiknya, sudah barang tentu banyak hal yang dikorbankan untuk menggapai mimpi. Apalagi jika mimpi tersebut mengharuskan kita “melawan” entitas yang begitu besar, kuat, dan berkuasa. Aku sangat tergelitik dengan cerita bagaimana Asmara (Adik Laut) selalu menggoda sang Kakak dengan celetukan “Yang paling ingin membela bangsa” atau kalimat sejenisnya. Entahlah, sepertinya karena aku pernah mendapat “pujian” dengan maksud yang sama. Pengorbanan itu tertuang dalam berbagai hal. Dalam kasus ini, Laut dkk mengorbankan akademik kampusnya, waktu, tenaga, materi, kisah romansa, hingga waktu bersama keluarga. Bersolidaritas bersama rakyat seperti menjadi aktivitas healing bagi mereka. Hingga akhirnya beberapa di antara mereka “hilang” dan tidak kembali hingga sekarang. Begitulah mimpi mewujudkan demokrasi yang mereka inginkan untuk bangsa tercapai, namun dengan pengorbanan yang sungguh besar pula.
3. Loyalty is hard to find. Trust is easy to lose. Actions speak louder than words.
Sedih, kecewa, marah, semua emosi tersebut membaur menjadi satu saat Laut mengetahui ternyata rekannya di Winatra merupakan antek-antek pemerintah yang menyebabkan tertangkapnya ia dan rekan-rekan lain. Gusti, sosok penggemar fotografi dengan flash yang ia kira loyal dan berbagi visi yang sama, ternyata merupakan pengkhianat di organisasi tersebut. Lagi-lagi buku ini mengingatkan bahwa membangun solidaritas, gerakan, harus berhati-hati terhadap segala bentuk pengkhianatan. Tidak jarang, organisasi seperti ini memiliki banyak “ring” untuk memastikan alur informasi terdistribusi dengan baik dan menghindari serigala berbulu domba. Mencari orang-orang yang loyal memang sungguh sulit, aku pun belum mengetahui caranya. Namun sekali kita menemukannya, maka yakinlah mereka akan selalu ada di sisi kita.
Pada akhirnya, buku ini merupakan bacaan yang baik bagi rekan-rekan yang ingin mengetahui tragedi penghilangan paksa aktivis di era 90an dengan narasi yang menarik dan mudah dicerna. Bacaan yang mengingatkan bahwa masih ada PR setelah kembali merebut sistem demokrasi, memastikan penegakan dan implementasinya berjalan dengan baik.
1 note · View note
mamadkhalik · 22 days
Text
Seputaran Umat
Saat liqo kemarin, saya menanyakan satu hal :
"Apa isu umat yang kalian tahu hari ini?"
A : Ada informasi kalau isu kebencian terhadap etnis rohingnya ternyata settingan, terutama tiktok.
B : Lagi rame mbak rara diusir dari Aceh gegara pawang hujan.
C : Lagi rame juga terkait isu Nasab Baalawi yang dipertanyakan beberapa orang tentang keaslianya.
D : Kemarin Komandan Brigade Saraya Al-Quds Syahid di Tepi Barat.
Beberapa isu di atas agaknya perlu menjadi perhatian bagi aktivis dakwah hari ini.
Perihal Rohingnya, Narasi TV menerbitkan hasil investigasi perihal narasi kebencian Rohingnya yang masif sekitar 1 tahun yang lalu. Kita diperlihatkan berbagai temuan bagaimana isu ini dinaikan dengan masif melalui akun-akun tertentu sebagai upaya demonisasi Rohingya dan pengalihan isu-isu nasional. Dampaknya warganet ikut membenci bahkan didemo oleh mahasiswa Aceh.
youtube
Masih sama di Aceh, mbak rara saat pagelaran PON mendapat protes dari Gubernur dan masyarakat karena mempertontonkan kesyirikan di Serambi Makkah. Khusus profesi ini, sudah menjadi rahasia umum banyak pejabat pemerintahan maupun Event Organizer menggunakan jasa ini untuk keberlangsungan acara. Mereka beragama Islam tapi mereka mempercayai tradisi ini karena sudah menjadi budaya dan dianggarkan!
youtube
Lanjut di kasus Nasab Baalawi, orang-orang yang mempertanyakan masalah ini bukanlah orang baru. Perasaan saya ini memang proxy yang sengaja dibuat untuk menyibukan umat melihat kasus-kasus besar di nasional. Rabithah Alawiyah menyambutnya dengan diskusi ilmiah dan memberikan fakta-fakta akademis membantah tuduhan tersebut. Jasmerah. Para Habaib ini besar sekali peranya dalam kemerdekaan Indonesia.
youtube
Terakhir, Syahidnya Abu Syuja Komandan Brigade Saraya Al-Quds (Faksi Nasionalis Fatah) menjadi babak baru dan hikmah tersendiri. Beliau Syahid terindikasi karena info mata-mata yang berasal dari orang Palestina sendiri. Tak jauh dari itu, ternyata Pasukan Keamanan Otoritas Palestina yang terafiliasi dengan Zionis juga membubarkan aksi protes di Tepi Barat. 2 Peristiwa ini dapat dilihat ada benang merahnya dan ternyata dalam setiap perjuangan akan ada orang-orang munafik di dalamnya.
youtube
Kawan-kawan sekalian, selamat datang di Akhir Zaman. Betapa fitnah itu meralela dan secara langsung merusak pemikiran dan mengadu domba Kaum Muslimin.
Maka apa yang harus kita lakukan ?
Mengupayakan Sholat Subuh Berjamaah di Masjid sebagai penguatan ruhani.
Mempelajari kembali Sirah Nabawiyah yang di dalamnya banyak ibrah perjalanan hidup dan rambu-rambu.
Dekat dengan Para Ulama (yang kredibel) sebagai tempat untuk bertanya, menuntut ilmu semampunya, dan menjadi perekat antar elemen umat Islam atas pelajaran yang sudah di dapat.
Membentuk lingkaran positif dalam rangka meningkatkan dan mengingatkan dalam kebaikan.
Berbakti kepada Orang Tua sebagai jaminan sukses di perjalanan hidup. Terkhusus bagi laki-laki kepada Ibunya.
Menerapkan apa yang penjadi perintah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam : "Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain."
Yayasan Nur Hidayah Surakarta, 02 September 2024
7 notes · View notes
nonaabuabu · 8 months
Text
Pandangan Politik dari Rakyat Biasa
Zaman mahasiswa, kayaknya adalah masa di mana aku paling melek sama politik. Selain karena status mahasiswa, obrolan yang pasti memasukkan politik, aku juga punya ketertarikan tersendiri. Apalagi pernah jadi korban politik kampus. Padahal aku bukan aktivis, dan bukan mahasiswa yang suka bersuara juga. Mungkin kalau bukan karena itu, aku udah jadi aktivis kali. Tapi yang terjadi lain, sehingga bagi aku masa itu cukup untuk melihat seberapa nggak menyenangkan politik itu bahkan masih di tingkat mahasiswa.
Saking skeptisnya, aku sampai percaya teori ini, siapapun yang jadi pemimpin negeri ini, dia pasti dikendalikan oleh yang punya kuasa. Kuasa di sini nggak mengacu kepada elit global ya apalagi Tuhan, tapi suatu sistem yang terstruktur untuk menguasai negeri ini.
Tahun 2014 dan 2019, aku nggak memilih karena waktu itu juga aku menganut, nggak memilih adalah bentuk pilihan. Secara ringkas aku nggak melihat kalau pak Jokowi sudah cukup layak jadi presiden di tahun 2014, apalagi sebelum mencalonkan diri sebagai presiden aku ingat meski samar ia mengadakan kunjungan ke Undip, dan bilang nggak akan mencalonkan diri sebagai presiden.
Tahun ini kontestasinya beda, begitu banyak euforia yang rasanya nggak cuma hitam dan putih. Jadi sekali lagi aku terpanggil untuk melihat politik dari aku yang sudah bukan mahasiswa lagi. Omong-omong dulu aku beranggapan mahasiswa adalah orang yang paling bebas kepentingan dalam politik sehingga punya penilaian paling objektif dan rasional, tapi makin kesini anggapan itu mulai bergeser. Apalagi melihat fenomena yang terbaru, mahasiswa almet merah yang menangis untuk salah satu capres (menangis kan bagian emosi bukan nalar) dan memilih karena kesan yang nggak memberikan kesan.
Ketiga paslon sekarang ini awalnya nggak ada yang cukup banyak aku soroti, kecuali apa yang dihidangkan media tanpa dicari. Tapi memang karena aku kuliah di Semarang dan sempat kerja di sana (2013-2019) aku punya pengamatan yang lebih panjang terhadap pak Ganjar dibanding yang lain. Apalagi di awal-awal kepemimpinan beliau jadi gubernur, ya meski sejak lulus akhirnya blas stres mikirin pasca kampus, mana lagi mengkonsumsi berita politik.
Pak Anies yang menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan di zaman aku kuliah nggak memberikan peran signifikan karena saat itu universitas ada di bawah kemenristekdikti yang menterinya kebetulan rektor terpilih Undip pak Nasir, jadi secara otomatis nggak cuma aku mungkin juga teman-temanku di kampus, lebih banyak ngomongin pak Nasir daripada pak Anies. Pula aku bukan rakyat Jakarta yang dulu nggak pernah berniat ke Jakarta, ya semacam urusan kalian lah itu pemilihan gubernur, kami mah ya penonton.
Sedangkan pak Prabowo, nggak akan aku denial kalau beliau aku blacklist sebagai pilihan di tahun 2014 dan 2019 karena cerita 1998. Apalagi di tahun itu aku nggak pernah membaca kiprah politik beliau di pemerintahan (kecuali ketua partai yang bagi aku nggak dihitung sebagai peran dalam pemerintahan) untuk bisa dijadikan acuan akan bagaimana beliau memimpin Indonesia. Karir teranyar beliau untuk negara ini dicopot di tahun 1998 karena pelanggaran HAM. Makanya pas 2019 beliau dipilih jadi Menhan, aku bingung karena kalau dalam pemahaman aku sebagai orang awam, dari tahun 1998-2019 artinya udah ada 21 tahun beliau nggak bekerja untuk pertahanan negara. Kalau aku jadi bos dalam suatu usaha yang membutuhkan pengalaman, jelas aku nggak akan memilih seseorang yang sudah vakum 21 tahun. Jadi pada akhirnya kolaborasi 2019 waktu itu dalam pandangan awamku ini adalah bentuk monopoli kekuasaan.
Bayangin aja waktu itu, eksekutif (presiden) dan legislatif (ketua DPR) udah dari partai yang sama, eh ada oposisi diajak kolaborasi, mau lagi. Ya apa kabar demokrasi?
Sekarang pas beliau mencalonkan diri lagi, aku udah pasti nggak akan pilih beliau, apalagi pas cawapres yang dia gandeng datang dari pelanggaran etik. Nggak cukup di situ, beliau juga tampil dengan kontradiktif, di satu sisi joget gemoy di sisi lain ngatain. Dibilang tegas nggak pas dibilang bersahabat lebih jauh. Semakin kuat nih AsalBukan02.
Untuk menentukan pak Anies atau pak Ganjar, aku maraton nonton debat. Jujur aja aku nggak nonton pas live. Jadi testimoni orang-orang dulu, warganet unek-unek dulu, baru aku nonton. Jadi cukup mengherankan bagi aku kenapa banyak orang menilai pak Anies terlalu manis mulutnya, padahal sebagai calon pemimpin negara, retorika beliau itu adalah standar.
Debat pertama, aku merasa pak Ganjar lebih kontekstual, seandainya aku cuma nonton debat pertama, mungkin aku bakal pilih pak Ganjar.
Tapi akhirnya kan aku harus melihat lain, visi misi, jejak peran, jejak digital, siapa yang mengusung bahkan pendukungnya bagaimana dan siapa juga harus jadi pertimbangan.
Itu kenapa akhirnya aku memilih pak Anies.
Dari banyak berita, atau sikut-sikutan orang pak Anies adalah yang paling adem menanggapi setiap peristiwa. Kalau dalam bahasa sehari-hariku beliau yang paling pintar manajemen emosi. Buat aku itu poin penting, kalau mau ngikutin bahasa gen Z, kan nggak mungkin kita dipimipin presiden tantrum.
Testimoni pak Anies semakin diperkuat sama warga DKI yang sebenarnya mereka lebih pengen pak Anies jadi gubernur aja. Apalagi ditambah bukti kerja nyata. Itu memberikan validasi bahwa kepemimpinan pak Anies itu baik, sampai mereka nggak rela bagi-bagi.
Puncaknya adalah, gerakan warga di media sosial, yang nggak dibayar apa-apa tapi seikhlas itu mendukung pak Anies demi perubahan. Fenomena pak Anies membuktikan bahwa masih banyak rakyat yang nggak bisa dibeli dengan uang. Mereka memilih dengan kesadaran.
Ini warna baru dalam dunia politik yang aku lihat, di mana banyak sekali partisipan pendukung pak Anies yang serela itu mengocek kantungnya sendiri di saat kita tahu bersama, sebelum ini banyak pilihan orang yang bisa dibeli dengan amplop yang isinya tak seberapa. Ya meski dengar-dengar sekarang banyak influencer dan artis yang dibayar mahal untuk dibeli nuraninya.
Belum lagi konsep desak Anies, itu adalah dialog nyata rakyat, tempat aspirasi masyarakat. Beliau keliling dari satu kota ke kota lain, menjawab pertanyaan tanpa mempertanyakan kemampuan berpikir si penanya.
Aku tahu, kita nggak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana. Tapi seandainya pun ada plot twist yang dihidangkan di masa depan, setidaknya kita nggak memilih tanpa berpikir dengan matang. Dan ini adalah narasi yang juga sering aku dengar dari pemilih pak Anies lain.
Aku berani katakan, aku pilih pak Anies dengan komposisi visi misi, jejak kepemimpinan (pengalaman), jejak digital (sikap), pendidikan (intelektual dan bahasa), strategi kampanye, juga sikap dan solidaritas pendukungnya.
Dan aku rasa kamu juga harus memiliki pertimbangan ini setidaknya tiga dari ini untuk memilih, mana yang menurutmu layak. Kalau masih nggak ada yang menurutmu paling layak, singkirkan aja yang nggak layak. Kalau ketiganya masih nggak layak, ya wassalam.
03 Februari 2023.
20 notes · View notes
azmi-azizah · 6 months
Text
Rindu yang paling besar itu, rasanya adalah rindu pada versi diriku beberapa tahun lalu. Yang tidak mudah takut pada apapun. Yang tidak berlebihan memikirkan apa kata orang. Yang punya tekad besar dan semangat yang menggebu dalam mewujudkan mimpi-mimpi serta menjalani amanah demi amanah yang diembannya.
Ya, aku rindu dia. Tapi aku nggak ingin membanding-bandingkan diriku dengan dia. Sebab aku tau, fase hidup dia itu memang sedang full of support system, sedang menyala-menyalanya sebagai mahasiswa + aktivis, dan dia belum mengalami krisis-krisis kehidupan.
Aku paham, versi diriku yang saat ini sebenarnya masih memiliki semangat itu. Hanya saja masih meredup. Butuh waktu untuk kembali menyala. Butuh waktu berdamai dengan badai yang melandanya tahun-tahun terakhir ini. Ya nggak papa. Akan datang kok waktunya semua badai ini mereda. Bertahan yaa, diriku!
13 notes · View notes
aulyarmp · 2 months
Text
Laut Bercerita
Resensi Novel Laut Bercerita
Judul: Laut Bercerita Penulis: Leila S. Chudori Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia Tahun Terbit: 2017 Genre: Fiksi Sejarah, Politik
Sinopsis:
Novel "Laut Bercerita" karya Leila S. Chudori menceritakan kisah Biru Laut, seorang aktivis mahasiswa yang diculik dan disiksa oleh rezim Orde Baru pada tahun 1998. Novel ini mengikuti perjalanan Biru dan kawan-kawannya dalam memperjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia di tengah represi pemerintah. Novel ini juga menceritakan kisah keluarga Biru yang harus hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian setelah Biru diculik.
Kelebihan:
Novel ini ditulis dengan gaya bahasa yang indah dan mudah dimengerti.
Leila S. Chudori berhasil menggambarkan dengan sangat nyata kekejaman rezim Orde Baru dan perjuangan para aktivis mahasiswa.
Novel ini mengangkat tema-tema penting seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan cinta kasih.
Novel ini dapat membuka mata pembaca tentang sejarah kelam Indonesia pada masa Orde Baru.
Kekurangan:
Novel ini cukup panjang dan mungkin terasa lambat bagi beberapa pembaca.
Beberapa adegan dalam novel ini cukup menegangkan dan brutal.
Novel ini mungkin tidak cocok untuk pembaca yang sensitif terhadap kekerasan.
Kesimpulan:
"Laut Bercerita" adalah novel yang sangat kuat dan menyentuh hati. Novel ini wajib dibaca oleh semua orang yang ingin memahami sejarah Indonesia dan perjuangan para aktivis dalam memperjuangkan demokrasi.
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel:
Keberanian: Para aktivis mahasiswa dalam novel ini menunjukkan keberanian yang luar biasa dalam memperjuangkan apa yang mereka yakini.
Persahabatan: Biru dan kawan-kawannya menunjukkan rasa persahabatan yang kuat dan saling mendukung satu sama lain.
Cinta kasih: Biru dan keluarganya menunjukkan cinta kasih yang besar satu sama lain, bahkan di tengah situasi yang sulit.
Keadilan: Novel ini mengangkat tema keadilan dan pentingnya memperjuangkan hak asasi manusia.
Kebebasan: Novel ini juga mengangkat tema kebebasan dan pentingnya demokrasi.
Rekomendasi:
Novel ini direkomendasikan untuk pembaca yang tertarik dengan sejarah Indonesia, politik, dan aktivisme. Novel ini juga cocok untuk dibaca oleh remaja dan dewasa muda.
6 notes · View notes
theartismi · 9 months
Text
Alasan orang rohingya memilih Indonesia, tak lain karena banyak umat muslim.
Theartimi, Januari 2024
Mereka tau jika kita diikat oleh ikatan aqidah islam, sebagai saudara. Hingga pelabuhan mereka ada pada negara ini. Aku sangat amaze dengan semua alur Allah Swt, bagaimana saat sejak 7 Oktober Genosida Gaza terus gencar, hingga isu rohingya ini mencuat. Mereka umat muslim menunjukkan sikap yang berbeda kepada Rohingya, bahkan mahasiswa yang katanya intelektual pun turut serta mengusir mereka. Ternyata ada zionis didalam negaraku, merekalah yang menyebar hoax, yang provakatif, yang sampai mengusir. Iya Allah Swt menunjukkan zionis model lain di dalam waktu yang sama.
Lalu, saat share konten rohingya ada beberapa yang reply "mereka gk pantes dibela, karena adab, sedangkan palestina mereka sangatlah beradab" Sebenernya ini pernah dibahas oleh banyak aktivis ttg hal ini, pada intinya palestina masih diberi akses untuk mendapatkan pendidikan, sistem sosial masih berjalan. Lalu Rohingya tak sama sekali, semua dirampas mereka tak paham apapun. Bukankah kita mewajarkan jika ada degradasi moral saat ada penyebabnya? Lantas kenapa mereka tak dianggap seperti itu. Sungguh bagi umat muslim ini ladang dakwah yang tinggi untuk memahamkan mereka ttg islam, ttg adab, banyak sekali. Kita hanya terlalu fokus pada pemberian bantuan, camp dan banyak lainnya yanh ternyata itupun hoax. Lagi2 kan materi dunia, tak lagi akhirat yang kita pikirkan. Mereka kesinin tak membawa senjata, mereka tak untuk menyerang, mereka kehilangan kewarganegaraan yang dirampas habis oleh junta myanmar. Kawan kalian adalah mahasiswa, yang mana diajarkan untuk melihat akar masalah bukan hanya akibat, kenapa ilmu itu tidak engkau pakai? Buat apa prestasi menjuntai namun melihat saudara sendiri tak pernah kau suarakan, pedih hati ini melihat banyak umat muslim diam seribu bahasa melihat rohingya. Mereka saudara kita, diikat dengan ikatan akidah islam, mereka wajib untuk ditolong.
5 notes · View notes
fadiladeen · 10 months
Text
Mata
Cerita ini aku rahasiakan dulu di Tumblr sebelum aku post dan nulis buku.
Tiga tahun yang lalu, aku adalah seorang aktivis muslimah yang penuh dengan kegiatan. Aku suka menulis dan mengajar. Tak tanggung-tanggung aku aktif di tiga organisasi sekaligus, dan beberapa organisasi lainnya yang aku join ketika senggang. Aku pulang ke asrama tempat singgahku hanya untuk istrahat dan tidur saja. Selain berorganisasi, tentu saja aku memiliki kewajiban untuk berkuliah karena statusku sebagai seorang mahasiswa. Aku disibukkan dengan segala kegiatan yang membuatku lupa dengan satu hal, yaitu urusan cinta.
Sebagai muslimah yang sedang belajar taat, saat itu aku ingin membatasi diri dari memiliki perasaan spesial kepada lawan jenis. Meskipun mungkin ada, dan itupun suka (belum cinta ya) dalam diam dengan seseorang yang pertama kali membuatku kagum di kampus.
Kami bertemu ketika ada acara Musabaqah Quran, aku menjadi panitia di belakang layar dan dia leadernya. Aku kagum dengan caranya bertutur dan berinteraksi dengan akhwat, sangat menjaga dan tidak pernah kontak mata secara langsung. Pun sama ketika beberapa waktu yang lalu, yayasanku mengadakan sebuah event. Aku terkejut dia tiba-tiba hadir lalu menyampiriku untuk mengisi registrasi. Sempurna, dia tak menatapku secara langsung. Tapi lucunya aku yang keterlaluan salah tingkah. Haha.
Diantara kisah cinta yang paling kusyukuri adalah aku pernah menjauh dengan seseorang setelah mengetahui perasaanya kepadaku. Saat itu aku sedang ada kelas yang digabung dengan kelas lain. Aku mendapati sosok laki-laki tinggi, putih dan fasih bahasa Inggris menyorot mataku dalam waktu lama. Aku tahu dia seseorang yang cukup terkenal di jurusanku yang mungkin banyak yang menyukainya.
Aku mencoba menunduk saat ia menatapku tapi tetap saja matanya terus menyorotiku dalam waktu yang cukup lama. Setelah selesai kelas dan masing-masing pulang ke kosnya. Aku mengecek HP dan melihat storynya. "Matanya sangat indah"
Kurang lebih seperti itu ia menulisnya dalam bahasa Inggris. Kukira hanya sekali tapi ternyata ia sering membuat story tentang perasaan kagum baik berbentuk puisi, majas, atau Quotes. Saat itu aku berpikir itu bukan untukku, mungkin saja ia sedang merangkai kata dalam bahasa inggris untuk meningkatkan skillnya. Aku merasa tidak peka dengan apapun yang ia tulis.
Namun suatu ketika rasa penasaranku semakin meningkat. Apa iya kata-kata begini hanya ditujukan padaku? Aku pun menanyakannya kepada teman teman kelasnya tentang storynya apakah di hide atau untuk semua orang. Dan ternyata benar, itu hanya untukku.
Namun lagi-lagi setelah aku tahu itu, aku tetap tidak merasakan apa-apa. Aku merasa bahwa tidak mungkin orang yang luar biasa seperti dia bisa mengagumiku yang perihal skincare saja tidak tahu apalagi memakainya. Aku memilih menjauh darinya, memblokir nomor hingga unfollow sosial medianya. Aku takut saja jika kekagumannya berlarut-larut pada orang yang banyak dosa seperti diriku.
Pun kalau saja aku merespon perasaanya, lalu setelah itu apa? meresmikan dengan pacaran?
Big no... Posisiku dalam lini dakwah saat itu cukup penting sehingga untuk berpacaran saja sudah benar-benar melanggar marwah sebagai aktivis dakwah. Aku tidak mau menggubris perasaanya, itu sama saja aku siap meluncur kedalam jurang yang mungkin membuatku tidak bertemu lingkungan kebaikanku saat ini.
Aku bersyukur karena memilih menjauh darinya meski ada perasaan iba dan tetap ingin dicintai namun prinsipku sangat kuat untuk tidak meresponnya. Hingga sampai saat ini, tak ada lagi komunikasi diantara kami, tidak pernah saling tahu sosial media masing-masing, nomor juga tidak saling save. Semua aman terkendali.
Tapi aku curiga ia datang dengan versinya yang baru, bukan untuk mengajakku pacaran tapi untuk ke jenjang yang serius seperti yang ada di cerita-cerita hehe. Canda, ini hanya kehaluan saja.
Namun yang pasti, di posisiku saat ini sebagai seorang muslimah yang aktif dan diharuskan berinteraksi dengan ikhwan sehari-hari, aku memang perlu berpikir untuk memliki tambatan hati. Karena jujur saja, aku merasa risih dengan beberapa laki-laki yang mendekatiku. Aku bisa merasakan mereka mengagumiku meski belum 100% pasti. Tapi karena mungkin tindak polosku yang membuat mereka salah paham sehingga bebas saja mereka menaruh rasa.
Perasaan ini menyiksaku. Aku rindu seseorang yang namanya tertulis dalam lauhul mahfudz. Aku rindu kehadirannya. Dia adalah satu-satunya orang yang akan menyelamatkanku, menjadi orang yang paling kucinta dan satu-satunya teman hidupku selamanya.
Kapankah kau akan menjemputku?
Semoga Allah menjagamu dalam ketaatan, melindungimu dari segela keburukan dan dosa. Semoga Allah jadikan perasaan rindu kita sebagai jihad cinta menuju SyurgaNya....
10.12.23 ~ Menunggumu disini.
3 notes · View notes
fawazsidiqi · 1 year
Text
Ketika mengisi beberapa forum dan kajian mahasiswa muslim (bahkan forum untuk ketua LDK), saya seringkali bertanya siapa diantara mereka yang sudah minimal menamatkan 1 buku Sirah Nabawiyah. Mirisnya hampir semua kompak menjawab belum pernah. Sekalipun ada, itu pun hanya satu atau dua orang saja. Saya masih berhusnuzhan bahwa mereka sengaja tidak mengaku untuk menghindari riya' atau ujub.
Namun jika saja hal itu benar, maka ini tentu menjadi fakta yg perlu disayangkan. Di tengah dominasi pemikiran sekuler dan liberal, juga merebaknya publikasi dari orientalis yg  mendiskreditkan sang nabi, para aktivis muslim (setidaknya di forum yg saya temui) seolah dgn sengaja menjerumuskan diri dengan tidak berusaha mengenali Rasulullah secara mendalam.
Sosok yang harusnya menjadi teladan, bisa jadi hanya dikenali dari potongan ceramah atau bahkan postingan. Padahal, sekian banyak buku Sirah sudah ditulis para ulama, dalam berbagai tema dan bahasa, termasuk Indonesia.
Maka, di akhir sesi saya selalu menugaskan atau setidaknya menganjurkan mereka untuk bersegera membaca dan/atau menamatkan satu dulu saja buku Sirah nabi yang lengkap. Bagi yang membaca status ini, dan juga belum pernah menamatkan satu buku Sirah pun atau bahkan belum punya bukunya di rumah, melalui postingan ini saya mengajak untuk bersegera memenuhi hajat tersebut. Karena, bagaimana mungkin mampu meneladani bahkan mencintai sang nabi, jika kita tidak mengenalinya dengan baik. 
Misal dalam hal rumah tangga. Hari ini (sebenarnya dari dulu, dan nanti juga kemungkinan bakal terjadi lagi) kita dibikin khawatir oleh banyak kisah miring terkait hubungan rumah tangga dalam berbagai dimensi: orangtua, anak, mertua, menantu, tetangga, orang asing dsb.
Banyak saya temukan postingan bernada pesimis dan ketakutan u/ menikah, bahkan sebagian besarnya malah dengan sadar mengkampanyekan u/ tidak menikah.
Mirisnya, kita juga justru malah menjauhi kisah rumah tangga teladan yang secara berabad-abad dikaji tanpa pernah selesai. Alih² menyibukkan diri memenuhi hasrat keingintahuan permasalahan rumah tangga orang lain, lebih baik kita mulai pelajari (kembali) bagaimana Nabi dan istri²nya memberikan teladan dalam berumahtangga.
Tidak perlu terganggu oleh agitasi bahwa meneladani nabi berarti konservatif alias kolot atau jadul. Kita harus yakin, dan sebagaimana dijelaskan para ulama, bahwa keteladanan nabi itu bersifat abadi sepanjang zaman. Ia akan selalu relevan, apapun tantangan dan bagaimanapun kondisi zaman.
Allahumma Shalli ‘alaa Muhammad
11 notes · View notes
mutiasha · 7 months
Text
Kita sedang berduka
Melihat Indonesia sedang sekarat, tak ada yang merawat baik-baik, perlahan denyut nadinya makin tidak bisa terasa lagi..
Ada beberapa pihak yang ingin menyelamatkannya segera, membawakan segala obat yang diperlukan, tapi secara mudah dihalangi dengan mengatakan obatnya rusak, orangnya tak berkapasitas. Makin tak bisa lagi diselamatkan kekritisan yang sedang dialami oleh Indonesia..
Banyak orang lain yang hanya bisa melihat, hanya bisa berteriak, hanya bisa menangis dalam diam, hanya bisa mengetuk-etuk pintu ruangan, layaknya penjenguk yang hanya bisa menunggu di luar, tak pernah bisa benar-benar hadir di samping nya. Indonesia terasa sendiri berjuang di dalam sana..
Sedangkan pihak lainnya, di kondisi Indonesia yang segawat ini, masih bisa-bisanya meraup harta Indonesia sebanyak-banyaknya, dikira dia akan benar-benar mati, sehingga tak salah memanfaatkan hartanya sekarang juga.. Makin miskin lah Indonesia untuk mendapatkan perawatan yang layak..
Kasihan sekali Indonesia, negeri indah serta kaya raya sedang dirampok dan diperdaya hingga jatuh sekarat :")
Kita, demokrasi Indonesia, sedang berduka
Demokrasi, yang berarti dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, sedang diperkosa sekeji-kejinya.. Diminta untuk hadir agar memenuhi ambisi sebagian saja, tidak benar-benar mewakili seluruh rakyat Indonesia. Harga dirinya benar-benar sudah ditanggalkan begitu saja..
Kemampuannya untuk bebas berbicara, untuk bebas menampilkan segalanya digunakan dengan begitu mudah untuk menghalangi pihak² penyelamat Indonesia hanya dengan satu kata "fitnah" atau frasa "pasti dibayar". Hanya karena mereka "bukan rakyat biasa" merasa mudah mengatakan hal itu dg lantang.
Mimpi akan keindahan demokrasi yang diperjuangkan oleh seluruh mahasiswa tahun 1998, oleh seluruh aktivis yang hilang atau meninggal, oleh seluruh manusia yang bertahan.. Mahal harganya, kini bisa dihancurkan hanya dengan tanda tangan pada sebuah putusan pusat..
Suasana sedih, marah, geram, dirasakan oleh seluruh warga Indonesia
yang paham, yang peduli, yang sadar, yang menghargai harga mati dari demokrasi yang sekarang ada di negeri ini..
Apakah kita salah satu di antaranya?
Cintakah kalian pada Indonesia yang diperjuangkan oleh seluruh pahlawan-pahlawan kita? Relakah apabila seluruh perjuangan itu kebaikannya hanya dipegang sebagian saja? Tak cemburukah kau?
Tolong selamatkan Indonesia :"
2 notes · View notes
auliasalsabilamp · 1 year
Text
Ruang gerak dakwah
Saat kita sudah lulus kuliah dan harus hidup bermasyarakat di luar lingkungan kampus ruang gerak dakwah sudah mulai terlihat di batasi.
Jika dulu saat sedang aktif menjadi mahasiswa, ruang gerak dakwah terasa sangatlah luas, di tambah lagi jika kita aktif mengikuti organisasi atau unit kegiatan mahasiswa setingkat LDK (Lembaga Dakwah Kampus) misalnya.
Ruang gerak kita sebagai aktivis dakwah sangatlah luas dan memiliki support systems yang baik dari internal organisasi.
Berbanding terbalik jika sudah keluar dari lingkungan tersebut. Di lingkungan masyarakat ruang gerak dakwah tidaklah seluas itu.
Jika sudah bekerja di suatu instansi atau suatu perusahaan akan ada pembatasan aktivitas dakwah. Pembatasan tersebut ada di dalam peraturan tertulis dan memiliki konsekuensi.
Aku sendiri pernah mengalaminya. Saat itu aku membuat story di dua sosial media, Instagram dan Whatsapp. Storynya berisi tentang Zionis Israel berusaha untuk mengganggu jamaah yang sedang i'tikaf di Masjid Al Qibli.
Kasus Pertama: Story di Instagram
Tumblr media
Ibuku adalah seorang PNS, alhamdulillah ibuku sudah menjadi PNS selama 23 tahun dari tahun 2000 saat pengangkatan pertama.
Aku sempat tanya dengan Kak Vitara, temanku di komunitas literasi Yuk Iqro. Menurut penjelasan Kak Vitara, jika ada PNS yang melanggar peraturan akan di lepas jabatan PNS nya. Salah satu peraturan yang ada di PNS adalah tidak di perbolehkan melakukan share informasi sensitif contohnya informasi seperti berita Palestina.
Kasus Kedua: Story di WhatsApp
Aku juga membuat story di whatsapp tentang berita Palestina. Ibuku juga mereply storyku dan menyuruhku untuk menghapus story tersebut.
Aku sempat menangis dan sedih karena orang tuaku membatasi ruang gerak dakwah anaknya sendiri. Sedangkan disisi lain informasi tentang Palestina harus selalu di share ke publik. Tujuannya agar dunia tahu ada negara yang direbut kemerdekaannya dan sampai saat ini belum mendapatkan kemerdekaan kembali. Agar dunia tahu, ada penjajahan yang tidak kunjung selesai.
Tumblr media
Aku sendiri baru tahu, ternyata dakwah di dunia pekerjaan sangat-sangat di batasi. Pesan dari Kak Vitara, untuk kita yang masih berstatus menjadi mahasiswa dan belum aktif bekerja, kita bisa maksimalkan waktu yang dimiliki untuk berdakwah dan berkarya.
Bandung, 06 April 2023
17 notes · View notes
mamadkhalik · 1 month
Text
4 Hal Penting dalam Dakwah Kampus
Untuk kalian yang terlibat dalam aktivitas dakwah, penting untuk memperhatikan empat hal berikut agar dakwah yang dilakukan menjadi lebih efektif dan efisien:
1. Sejarah Gerakan
Seperti kata Bung Karno, Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Gerakan Dakwah Kampus itu tidak hadir di ruang hampa, dia memiliki ruh yang dibangun dengan keringat, waktu, dan juga perjuangan para pendahulu. Memahami sejarah Dakwah Kampus membuat kita memiliki bangunan pikiran yang kompleks hingga akhirnya tahu untuk melakukan apa dan memperbaiki apa. 
Kalau ditarik garis waktu, gerakan dakwah kampus memiliki dinamikanya di setiap zaman dan patut dijadikan pelajaran di zaman sekarang. Dari sejarah kita akhirnya mengerti tujuan apa sebenarnya dari dakwah kampus itu.
Dari Fase Jong Islamintient Bond sebagai upaya mendukung sumpah pemuda, kemunculan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai antitesis gerakan kiri, terbentuknya Latihan Mujahid Dakwah ITB mendidik generasi muslim baru saat orde baru, munculnya FSLDK-BKLDK-KAMMI yang akhirnya mewarnai gerakan dakwah kampus hingga sat ini.
Selain itu, memahami sejarah dapat dilakukan dengan berdiskusi dengan tokoh, ulama atau dengan alumni. Cara ini biasanya mendapatkan gambaran sejarah yang waktunya tak terlalu jauh. 
2. Software Gerakan
Software Gerakan dapat diartikan sebagai ideologi dari gerakan. Secara jelas Ideologi gerakan dakwah kampus adalah adalah Islam yang mengacu kepada manhaj pergerakan dakwah Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dakwah Rasul mengajarkan kita untuk berpikir secara konstruktif, dari bawah ke atas. Secara sederhananya kita diingatkan lagi dengan Syahadatain  sebagai dasar ideologi seorang Muslim. Diterjemahkan dalam bingkai kepemimpinan profetik yaitu berarti mendudukan nalar wahyu diatas nalar akar manusia. 
Selanjutnya kita dipahamkan lagi oleh Syumuliatul Islam (Islam Yang Menyeluruh) sebagai cara pandang Islam melihat dunia diluar pribadi seorang muslim, dilanjutkan dengan amalan untuk bermanfaat bagi orang lain dan mendekatkan seorang muslim dengan ketakwaan.
3.Hardware Gerakan
Hardware Gerakan berarti perangkat yang mewadahi ideologi dan juga tujuan dari dakwah itu sendiri. 
Halaqah : Ruang pembinaan kader
Dauroh : Pelatihan dalam mengelola sebuah isu 
Mabit : Wadah peningkatan keimanan dan konsolidasi
Rihlah : Tafakur alam sebagai sarana healing
Syuro/Muktamar : Tempat penentuan keputusan mengenai agenda-agenda dan kebijakan dakwah 
Kurang lebih itu beberapa perangkat dakwah dan bisa fleksibel dalam mengikuti zaman.
4. Realitas Dakwah Hari ini
Tentunya dakwah saat orde baru berbeda dengan masa pasca covid hari ini. Aktivis dakwah perlu jeli dalam melihat realitas zaman agar dapat memberikan solusi yang sesuai dengan zamanya juga.
Minimal lakukanlah survey terhadap kepuasan pelayanan dakwah, kalau bisa mahasiswa umum yang benar-benar awam terhadap dengan LDK, kalau yang mengisi sesama kader dakwah yang beramanah berbeda lembaga ya sama saja, kurang akurat.
Analisislah survey itu dengan metode yang sesuai, kalau merasa kebingungan bisa mendatangkan ahli dari kalangan profesional atau alumni.
Selanjutnya, cobalah untuk diskusi dengan lembaga yang memiliki representasi populasi besar, semisal himpunan mahasiswa atau organisasi kemasyarakatan. Coba gali pandangan mereka terhadap kinerja lembaga dakwah, karena lembaga-lembaga seperti ini terkadang memiliki keresahan akan permasalahan sosial, namun kurang wadah untuk memberikan pandangan. Jadilah aktivis dakwah yang luas pergaulanya. 
***
Ketika kita memahami sejarah, software, hardware, dan realitas dakwah hari ini, akan terbentuk bangunan pikiran yang kompleks yang memiliki benang merah yang jelas sebagai pijakan untuk melakukan progam kerja dakwah. 
Bahwa dakwah adalah jalan yang panjang, kita hanya ada di satu masa dengan permasalahan tersendiri. Dari 4 hal itu harapannya kita dapat melanjutkanya dengan progam kerja dakwah yang dasar bergeraknya tidak hanya tahun lalu seperti ini, tahun selanjutnya kita samakan saja.
(Buku Bahtera dakwah)
15 notes · View notes