Tumgik
#CeritaHot
zhafira · 4 years
Photo
Tumblr media
http://bit.ly/3aeDyz8 Becumbu Dengan Bosku Yang Ganteng
4 notes · View notes
majalahforbes-blog · 5 years
Text
MENIKMATI TUBUH SEPUPUKU YANG ADUHAI
Cerita Sex ini berjudul ” MENIKMATI TUBUH SEPUPUKU YANG ADUHAI “Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019. Ini terjadi pada tahun 1997. Ini merupakan ceritaku asli/nyata, Pada saat aku masih kuliah di semester 2, ibuku sakit dan dirawat di kota S. Oh, iya aku tinggal di kota L. Cukup jauh sih dari kota S. Karena ibuku sakit, sehingga tidak ada yang masak dan menunggu dagangan. Soalnya adik-adikku semua masih sekolah. Akhirnya aku usul kepada ibuku kalau sepupuku yang ada di kota lain menginap di sini (di rumahku). Dan ide itu pun disetujui. Maka datanglah sepupuku tadi. Sepupuku (selanjutnya aku panggil Anita) orangnya sih tidak terlalu cantik, tingginya sekitar 160 cm, dadanya masih kecil (tidak nampak montok seperti sekarang). Tetapi dia itu akrab sekali dengan aku. Aku dianggapnya seperti kakak sendiri. Nah kejadiannya itu waktu aku lagi liburan semester. Waktu liburan itu aku banyak menghabiskan waktu untuk menunggu dagangan ibuku. Otomatis dong aku banyak menghabiskan waktu dengan Anita. Mula-mulanya sih biasa-biasa saja, layaknya hubungan kami sebagai sepupu. Suatu malam, kami (aku, Anita, dan adik-adikku) sudah ingin tidur. Adikku masing-masing tidur di kamarnya masing-masing. Sedang aku yang suka menonton TV, memilih tidur di depan TV. Nah, ketika sedang menonton TV, datang Anita dan nonton bersamaku, rupanya Anita belum tidur juga. Sambil nonton, kami berdua bercerita mengenai segala hal yang bisa kami ceritakan, tentang diri kami masing-masing dan teman-teman kami. Nah, ketika kami sedang nonton TV, dimana film di TV ada adegan ciuman antara laki-laki dan perempuan (sorry udah lupa tuh judul filmnya). Eh, Anita itu merespon dan bicara padaku, “Wah temenku sih biasa begituan (ciuman).” Terus aku jawab, “Eh.. kok tau..?” Rupanya teman Anita yang pacaran itu suka cerita ke Anita kalau dia waktu pacaran pernah ciuman bahkan sampai ‘anu’ teman Anita itu sering dimasuki jari pacarnya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sampai dua jarinya masuk. Setelah kukomentari lebih lanjut, aku menebak bahwa Anita nih ingin juga kali. Terus aku bertanya padanya, “Eh, kamu mau juga nggak..?” Tanpa kuduga, ternyata dia mau. Wah kebetulan nih. Dia bahkan bertanya, “Sakit nggak sih..?” Ya kujawab saja, “Ya nggak tau lah, wong belum pernah… Gimana.., mau nggak..?” Anita berkata, “Iya deh, tapi pelan-pelan ya..? Kata temenku kalo jarinya masuk dengan kasar, ‘anunya’ jadi sakit.” “Iya deh..!” jawabku. Kami berdua masih terus menonton film di TV. Waktu itu kami tiduran di lantai. Kudekati dia dan langsung tanganku menuju selangkangannya (to the point bok..!). Kuselusupkan tangan kananku ke dalam CD-nya dan kuelus-elus dengan lembutnya. Anita tidak menolak, bahkan dengan sengaja merebahkan tubuhnya, dan kakinya agak diselonjorkan. Saat merabanya, aku seperti memegang pembalut, dan setelah kutanyakan ternyata memang sejak 5 hari lalu dia sedang menstruasi. Aku tidak mencoba membuka pakaian maupun CD-nya, maklumlah takut kalau ketahuan sama adik-adikku. Dengan CD masih melekat di tubuhnya, kuraba daerah di atas kemaluannya. Kurasakan bulu kemaluannya masih lembut, tapi sudah agak banyak seperti bulu-bulu yang ada di tanganku. Kuraba terus dengan lembut, tapi belum sampai menyentuh ‘anunya’, dan terdengar suara desisan walau tidak keras. Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha mengangkat pantatnya agar jari-jariku segera menyentuh kemaluannya. Segera kupenuhi keinginannya itu. Waktu pertama kusentuh kemaluannya, dia terjengat dan mendesis. Kugosok-gosok bibir kewanitaannya sekitar 5 menit, dan akhirnya kumasukkan jari tengahku ke liang senggamanya. “Auw..,” begitu reaksinya setelah jariku masuk setengahnya dan tangannya memegangi tanganku. Setelah itu dengan pelan kukeluarkan jariku, “Eeesshh…” desisnya. Lalu kutanya, “Gimana..? Sakit..?” Dia menggeleng dan tanpa kusadari tangannya kini memegang telapak tangan kananku (yang berada di dalam CD-nya), seakan memberi komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku. Sambil terus kukeluar-masukkan jariku, Anita juga tampak meram serta mendesis-desis keenakan. Sementara terasa di dalam CD-ku, batang kemaluanku juga bangun, tapi aku belum berani untuk meminta Anita memegang rudalku (padahal aku sudah ingin sekali). Sekitar 10 menit peristiwa itu terjadi. Kulihat dia tambah keras desisannya dan kedua kakinya dirapatkan ke kaki kiriku. Sepertinya dia telah mengalami klimaks, dan kami akhirnya tidur di kamar masing-masing. Hari berikutnya, aku dan Anita siap-siap membuka warung, adikku pada berangkat sekolah, sehingga hanya ada aku dan Anita di warung. Hari itu Anita jadi lebih berani padaku. Di dalam warungku sambil duduk dia berani memegang tanganku dan menuntunnya untuk memegang kemaluannya. Waktu itu dia memakai hem dan rok di atas lutut, hingga aku langsung bisa memegang selangkangannya yang terhalang CD dan pembalut. Kaget juga aku, soalnya ini kan lagi ada di warung. “Nggak pa-pa Mas.., khan lagi sepi.” katanya dengan enteng seakan mengerti yang kupikirkan. “Lha kalo ada pembeli gimana nanti..?” tanyaku. “Ya udahan dulu, baru setelah pembelinya balik, kita lanjutin lagi, ok..?” jawabnya. Dengan terpaksa kuraba-raba selangkangannya. Hal tersebut kulakukan sambil mengawasi di luar warung kalau-kalau nanti ada pembeli datang. Sementara aku mengelus selangkangannya, Anita mencengkeram pahaku sambil bibirnya digigit pelan tanda menikmati balaianku. Peristiwa itu kuakui sangat membuatku terangsang sekali, sehingga celana pendekku langsung terlihat menonjol yang bertanda batang kejantananku ingin berontak. “Lho Mas, anunya Mas kok ngaceng..?” katanya. Ternyata dia melihatku, kujawab, “Iya ini sih tandanya aku masih normal…” Aku terus melanjutkan pekerjaanku. Tanpa kusadari dia pun mengelus-elus celanaku, tepat di bagian batang kemaluanku. Kadang dia juga menggenggam kemaluanku sehingga aku juga merasa keenakan. Baru mau kumasukkan tanganku ke CD-nya, tiba-tiba aku melihat di kejauhan ada anak yang sepertinya mau membeli sesuatu di warungku. Kubisiki dia, “Heh ada orang tuh..! Stop dulu ya..?” Aku menghentikan elusanku, dia berdiri dan berjalan ke depan warung. Benar saja, untung kami segera menghentikan kegiatan kami, kalo tidak, wah bisa berabe nanti. Sehabis melayani anak itu, dia balik lagi duduk di sebelahku dan kami memulai lagi kegiatan kami yang terhenti. Seharian kami melakukannya, tapi aku tidak membuka CD-nya, karena terlalu beresiko. Jadi kami seharian hanya saling mengelus di bagian luar saja. Malam harinya kami melakukan lagi. Aku sendirian nonton TV, sementara adikku semua sudah tidur. Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikut tiduran di lantai, di dekatku sambil nonton TV. Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan dituntun ke selangkangannya. Aku yang langsung diperlakukan demikian merasa mengerti dan langsung aku masuk ke dalam CD-nya, dan langsung memasukkan jariku ke kemaluannya. Sedangkan dia juga langsung memegang batang kejantananku. “Aku copot ya CD kamu, biar lebih enakan.” kataku. Dia mengangguk dan aku langsung mencopot CD-nya. Saat itu dia memakai rok mininya yang tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya dan langsung tanganku mengorek-ngorek lembah kewanitaannya dengan jari telunjukku. Aku juga menyuruh mengeluarkan batang kejantananku dari CD-ku, sehingga dia kini bisa melihat rudalku dengan jelas, dan dia kusuruh untuk menggenggamnya. Kukorek-korek kemaluannya, kukeluar-masukkan jariku, tampaknya dia sangat menikmatinya. Kulihat batang kemaluanku hanya digenggamnya saja, maka kusuruh dia untuk mengocoknya pelan-pelan, namun karena dia tidak melumasi dulu batangku, maka kemaluanku jadi agak sakit, tapi enak juga sih. “Eehhsstt… eehhsstt… Ouw.., eehhsstt… eehhsstt… eehhsstt…” begitu erangannya saat kukeluar-masukkan jariku. Kumasukkan jariku lebih dalam lagi ke liang kewanitaannya dan dia mendesis lebih keras, aku suruh dia agar jangan keras-keras, takut nanti adikku terbangun. “Kocokkannya lebih pelan dong..!” kataku yang merasa kocokkannya terhenti. Kupercepat gerakan jariku di dalam liangnya, kurasakan dia mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya ke depan dan ke belakang, seakan dia lagi menggauli jariku. Dan akhirnya, “Oh.., oohh.. oohh.. ohh…” rupanya dia mencapai klimaksnya yang pertama, sambil kakinya mengapit dengan keras kaki kananku. Kucabut jariku dari kemaluannya, kulihat masih ada noda merah di jariku. Karena aku belum puas, aku langsung pergi ke kamar mandi dan kutuntun Anita. Di kamar mandi aku minta dia untuk mengocok batang kejantananku dengan tangannya. Dia mau. Aku lepaskan celanaku, setelah itu CD-ku dan batang kejantananku langsung berdiri tegap. Kusuruh dia mengambil sabun dan melumuri tangannya dengan sabun itu, lalu kusuruh untuk segera mengocoknya. Karena belum terbiasa, sering tangannya keluar dari batangku, terus kusuruh agar tangannya waktu mengocok itu jangan sampai lepas dari batangku. Setelah 5 menit, akhirnya aku klimaks juga, dan kusuruh menghentikan kocokannya. Seperti pagi hari sebelumnya, kami mengulangi perbuatan itu lagi. Tidak ada yang dapat kuceritakan kejadian pagi itu karena hampir sama dengan yang terjadi di pagi hari sebelumnya. Tapi pada malam harinya, seperti biasa, aku sendirian nonton TV. Anita datang, sambil tiduran dia nonton TV. Tapi aku yakin tujuannya bukan untuk nonton, dia sepertia ketagihan dengan perlakuanku padanya. Dia langsung menuntun tanganku ke selangkangannya. Aku bisa menyentuh kewanitaannya, tapi ada yang lain. Kini dia tidak memakai pembalut lagi. “Eh, kamu udah selesai mens-nya..?” tanyaku. “Iya, tadi sore khan aku udah kramas, masa nggak tau..?” katanya. Aku memang tidak tahu. Karena memang aku kurang peduli dengan hal-hal seperti itu. Aku jadi membayangkan yang jorok, wah batang kejantananku bisa masuk nich. Kuraba-raba CD-nya. Tepat di lubang kemaluannya, aku agak menusukkan jariku, dan dia tampak mendesis perlahan. Tangannya kini sudah membuka restleting celana pendekku, selanjutnya membukanya, dan CD-ku juga dilepaskankan ke bawah sebatas lutut. Digenggamnya batang kejantananku tanpa sungkan lagi (karena sudah sering kali ya..?). Aku juga membuka CD-nya, tapi karena dia masih memakai rok mini lagi, jadi tidak ketahuan kalau dia sekarang bugil di bagian bawahnya. Dia kini dalam keadaan mengangkang dengan kaki agak ditekuk. Kuraba bibir kemaluannya dan dengan agak keras, kumasukkan seluruh jari telunjukku ke lubang senggamanya. “Uhh.. esshh.. eesshh.. esshh…” begitu desisnya waktu kukeluar-masukkan jariku ke lubang senggamanya. Sementara dia kini juga berusaha mengocok batang keperkasaanku, tapi terasa masih sakit. Kukorek-korek lubang kemaluannya. Lalu timbul keinginanku untuk melihat kemaluannya dari dekat. Maklumlah, aku khan belum melihat langsung bentuk kemaluan wanita dari dekat. Paling-paling dari film xx yang pernah kutonton. Kuubah posisiku, kakiku kini kuletakkan di samping kepala Anita, sedangkan kepalaku berada di depan kemaluannya, sehingga aku dengan leluasa dapat melihat liang kewanitaannya. Dengan kedua tanganku, aku berusaha membuka bibir kemaluannya. Tapi, “Auw.. diapaain Mas..? Eshh.. uuhh..” desisannya tambah mengeras. “Sorry.., sakit ya..? Aku mo lihat bentuk anumu nih, wah bagus juga yach..!” sambil terus kukocokkan jariku. Kulihat daging di lubangnya itu berwarna merah muda dan terlihat bergerak-gerak. “Wah, jariku aja susah kalo masuk kesini, apalagi anuku yang kamu genggam itu ya..?” pancingku. Dia diam saja tidak merespon, mungkin lagi menikmati kocokan jariku karena kulihat dia memaju-mundurkan pantatnya. “Eh, sebenarnya yang enak ini mananya sich..?” tanyaku. Tangan kirinya menunjuk sepotong daging kecil di atas lubang kemaluannya. “Ini nich.., kalo Mas kocokkan jarinya pas menyentuh ini rasanya kok gatel-gatel tapi enak gitu.” “Mana.., mana.., oh ini ya..?” kugosok daging itu (yang kemudian kuketahui bernama klitoris) dan dia makin kuat menggenggam batang kemaluanku. “Ahh. auu.. enakk Maass… eehh… aahh.. truuss Mass, terusiinn.. ohh..!” Tangannya setengah tenaga ingin menahan tanganku, tapi setengahnya lagi ingin membiarkan aku terus menggosok benda itu. Dan akhirnya, “Uhh.. uhh.. uuhh.. ahh.. aahh..” dia mencapai klimaks. Aku terus menggosoknya, dan tubuhnya terus menggelinjang seperti cacing kepanasan. Lalu kubertanya, “Eh, gimana kalo anuku coba masuk ke sini…? Boleh nggak..? Pasti lebih enakan..!” Dia hanya mengangguk pelan dan aku segera merubah posisiku menjadi tidur miring sejajar dengan dia. Kugerakkan batang kejantananku menuju ke lubang kemaluannya. Kucoba memasukkan, tapi rasanya tidak bisa masuk. Kurubah posisiku sehingga dia kini berada di bawahku. Kucoba masukkan lagi batangku ke lubangnya. Terasa kepala anuku saja yang masuk, dia sudah mendesis-desis. Kudorong lebih dalam lagi, tangannya berusaha menghentikan gerakanku dengan memegang batangku. Namun rasanya nafsu lebih mendominasi daripada nalarku, sehingga aku tidak mempedulikan erangannya lagi. Kutekan lagi dan, “Auuwww.. ehhssaakkiitt..!” Aku berhasil memasukkan batang anuku walau tidak seluruhnya. Aku diam sejenak dan bernapas. Terasa anunya memeras batangku dengan keras. “Gimana, sakit ya.., mo diterusin nggak..?” tanyaku padanya sambil tanganku memegang pantatnya. Dia tidak menjawab, hanya terdengar desah nafasnya. Kugerakkan lagi untuk masuk lebih dalam. Mulutnya membuka lebar seperti orang menjerit, tapi tanpa suara. Karena dia tetap diam, maka kulanjutkan dengan mengeluarkan batangku. Dan lagi-lagi dia seperti menjerit tapi tanpa suara. Saat kukeluarkan, kulihat ada noda darah di batangku. Aku jadi kaget, “Wah aku memperawaninya nih.” “Gimana.., sakit nggak.., kalo nggak lanjut ya..?” tanyaku. “Uhh.. tadi sakiitt sich… uhh. geelii..” begitu katanya waktu anuku kugesek-gesekkan. Setelah itu kumajukan lagi batang kejantananku, Anita tampak menutup matanya sambil berusaha menikmatinya. Baru kali ini batangku masuk ke liangnya wanita, wah rasanya sungguh nikmat. Aku belum mengerti, kenapa kok di film-film yang kulihat, batang kejantanan si pria begitu mudahnya keluar masuk ke liang senggama wanita, tapi aku disini kok sulit sekali untuk menggerakkan batang kejantananku di liang keperawanannya. Namun setelah beberapa menit hal itu berlangsung, sepertinya anuku sudah lancar keluar masuk di anunya, maka agak kupercepat gerakan maju-mundurku di liangnya. Kurubah posisiku hingga kini dia berada di bawahku. Sambil masih kugerakkan batangku, tanganku berusaha mencapai buah dadanya. Kuremas-remas buah dadanya yang masih kecil itu bergantian, lalu kukecup puting buah dadanya dengan mulutku. Dia semakin bergelinjang sambil mendesis agak keras. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 10 menitan, kaki Anita berada di pantatku dan menekan dengan keras pantatku. Kurasa dia sudah orgasme, karena cengkeraman bibir kemaluannya terhadap anuku bertambah kuat juga. Dan karena aku tidak tahan dengan cengkeraman bibir kemaluannya, akhirnya, “Crot.. crot.. crot..” air maniku tumpah di vaginanya. Serasa aku puas dan juga letih. Kami berdua bersimbah keringat. Lalu segera kutuntun dia menuju kamar mandi dan kusuruh dia untuk membersihkan liang kewanitaannya, sedangkan aku mencuci senjataku. Setelah itu kami kembali ke tempat semula. Kulihat tidak ada noda darah di karpet tempat kami melakukan kejadian itu. Dan untung adik-adikku tidak bangun, sebab menurutku desisan dan suara dia agak keras. Lalu kumatikan TV-nya, dan kami berdua tidur di kamar masing-masing. Sebelum tidur aku sempat berfikir, “Wah, aku telah memperawani sepupuku sendiri nich..!” Sewaktu aku sudah kuliah lagi (dua hari setelah kejadian itu), dia masih suka menelponku dan bercerita bahwa kejadian malam itu sangat diingatnya dan dia ingin mengulanginya lagi. Aku jadi berpikir, wah gawat kalo gini. Aku jadi ingat bahwa waktu itu aku keluarkan maniku di dalam liang keperawanannya. “Wah, bisa hamil nich anak..!” pikirku. Hari-hariku jadi tidak tenang, karena kalau ketahuan dia hamil dan yang menghamili itu aku, bisa mampus aku. Setelah sebulan lewat, kutelpon dia di rumahnya. Setelah kutanya, ternyata dia dapat mens-nya lagi dua hari yang lalu. Lega aku dan sekarang hari-hariku jadi balik ke semula. Begitulah ceritaku saat menggauli sepupu sendiri, tapi dasar memang sepupuku yang agak ‘horny’. Tapi sampai saat ini kami tidak pernah melakukan perbuatan itu lagi Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri. Read the full article
54 notes · View notes
kampus66com · 5 years
Video
Perawanku Di Ambil Pacarku Yang Ganas oleh Cerita Dewasa Via Flickr: Cerita seks - Sejak berhubungan dengannya terlintas dalam benakku untuk melakukan adegan layaknya dalam cerita dewasa, tapi aku masih malu apalagi mas Edy jarang sekali mengajakku jalan bareng. Dan kalau dipikir-pikir memang baru satu kali dia mengajakku makan siang bareng, dan hubungan kami memanag romatis hanya di dalam dunia maya saja. Namun entah mengapa aku merasa itu sudah cukup menggembirakan Mungkin aku benar-benar mencintai mas Edy, hingga akhirnya pada suatu hari aku berniat main ke rumah mas Edy. Dan selama ini aku memang belum pernah kesana meskipun aku tahu alamatnya, tepatnya hari minggu aku pergi ke rumahnya. Seorang pembantu membukakan pintu untukku dan tidak lama kemudian mas Edy datang langsung saja aku peluk tubuhnya dia agak kaget tapi akhirnya membalas pelukanku. Mas Edy kemudian mengajakku ke kamarnya dengan alasan lebih nyama ngobrolnya, akupun mau saja karena aku lihat pembantunya memang agak kepo dengan lirikannya padaku. Di dalam kamarnya dia menyuruhku untuk duduk tapi karena aku begitu kangen padanya akupun duduk tapi dengan pelukan hangat darinya hingga akhirnya kamipun sama-sama terpancing untuk melakukan hal yang lebih, kami berciuman lama sekali. Selanjutnya >> kisahondehoi.blogspot.com/2019/12/kisah-ondehoi-perawanku...
4 notes · View notes
tambangbokep-blog · 6 years
Photo
Tumblr media
CERITA DEWASA PEMBANTU KU JAGO MEMIJIT SAMPAI CROT Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan aku .. https://bit.ly/2U6fWVL
3 notes · View notes
triyuki · 4 years
Photo
Tumblr media
Malas aku hidup di dunia ini. Sejak Mas Anton mendua, hatiku tersayat-sayat perih melihat dia asyik berdua-duaan dengan betina jahanam itu. * Sedang aku, hanya bisa mengurut dada, memijit pelipis setiap kali mereka ber-indehoy cikidipappap di rumahku sendiri. Mereka baru pergi setelah kamar porak poranda seperti habis diterjang badai. * Aku gak bisa diginiin. Walaupun aku stroke, aku masih istri sahnya Mas Anton. Masih layak untuk dihargai dan dihormati. * Dalam hati aku bertekad untuk sembuh. Segala cara harus kutempuh untuk bisa kembali eksis di blantika dunia yang penuh cerita ini. * Mungkin kalian bertanya-tanya, usia belum sampai empat puluh kok bisa stroke? * Sini, aku teriakin! Yang namanya sakit, itu tidak memandang usia. Kalau bisa memilih, aku tidak ingin mendapatkan penyakit sialan ini. Kalian kira enak, di saat mulutku pencong, badan lemas sebelah, eh suami malah asyik merajut kasih dengan binal sundal lacur sialan itu, yang dulunya adalah sahabatku sendiri. * Tuti, begitu namanya. Instruktur senam yang bisa dipanggil kemana-mana. Maksudku, dia bisa diundang untuk menjadi guru senam. Gak tahu juga, sih, apa dia juga bisa menjadi wanita panggilan. * Mungkin karena profesinya itu, dia selalu terlihat cantik dan menawan. Tidak ada yang menyangka kalau usianya sudah 38 tahun. * Makanya, aku ingin sekali bisa sembuh. Kalau aku sembuh, akan kusemprot dengan cabe merah plus merica kue apemnya itu. Biar dia sadar dan tobat karena tega-teganya merebut perhatian Mas Anton. * Sakit! Sakit sekali rasanya hati ini. Mas Anton yang dulunya penuh kasih, sekejap mata berubah dingin dan cuek dengan keadaanku. * Yang paling menyedihkan, si Tuti bergelayut manja di lengan lelakiku itu sambil berkata, "Sudah tidak ada harapan, Mas. Si Timar tidak akan bisa sembuh. Hanya menunggu waktu untuk Malaikat mencabut nyawanya. Namun, kamu jangan sedih, Mas. Aku selalu siap membuatmu BASAAHHH!" * Penasaran? Monggo dipesan ebooknya, yah? Link bisa cek di bio atau copast ini ke browser kamu. https://play.google.com/store/books/details/Triboy_Mustika_PELAKOR_DI_KOLONG_RANJANG?id=RJvnDwAAQBAJ #ebook #googlebook #playstore #pelakor #dewasa #hotnews #ceritahot #ceritapanas https://www.instagram.com/p/CAxZq0yAvFN/?igshid=17oqumhez7n0x
0 notes
zhafira · 4 years
Photo
Tumblr media
https://bit.ly/34KjXD2   Birahi Seorang Tante GirangBirahi Seorang Tante Girang - lah penilaian lelaki memang susah dijabarkan oleh perempuan….Sssssshhh…...
1 note · View note
majalahforbes-blog · 5 years
Text
Bersetubuh Seharian Dengan Murid Binal
Cerita Sex ini berjudul ” Bersetubuh Seharian Dengan Murid Binal “cerita hot,cerita hot tante,cerita hot terbaru,cerita mesum,cerita ngesex,cerita sec,cerita tante,cerita tante hot,cerpen hot,cersex tante,cersex terbaru,tante hot,tante kesepian,tante tante. Ceritasexindo – Suatu pagi telepon di kamarku berbunyi, dgn rasa malas kupaksakan diri mengangkatnya. Ternyata telepon itu dari Pak Karyo, tukang kebun dan penjaga villa-ku. Rasa kantukku langsung hilang begitu dia menyuruhku untuk segera datang ke villa, dia bilang ada masalah yg harus dibicarakan di sana. Sebelum kutanya lebih jauh hubungan sdh terputus. Hatiku mulai tdk tenang saat itu, ada masalah apa di sana, apakah kemalingan, kebakaran atau apa. Aku juga tdk tahu harus bertanya pada siapa lagi saat itu karena saat itu kedua ortuku sedang di luar kota. Segera setelah siap aku mengendarai mobilku menuju ke villa-ku di Bogor, tdk lupa juga kuajak Sela, sahabatku yg sering pergi bareng untuk teman ngobrol di jalan. Sesampainya di sana, kami disambut oleh Pak Karyo, seorang laki-laki setengah baya berusia 60-an, rambutnya sdh beruban, namun perawakannya masih gagah. Dia adalah penduduk desa dekat villa ini, sdh empat tahun sejak ayahku membeli villa ini Pak Karyo ditugasi untuk mengurusinya. Kami sekeluarga percaya padanya karena selama ini belum pernah villa-ku ada masalah sampai suatu saat akhirnya aku menyesal ayahku mempekerjakannya. Pak Karyo mengajak kami masuk ke dalam dulu. Di ruang tamu ternyata sdh menunggu seorang pria lain. Pak Karyo memperkenalkannya pada kami. Orang ini bernama Pak Jaya, berusia 50-an, tubuhnya agak gemuk pendek, dia adalah teman Pak Karyo yg berprofesi sebagai juru foto di kampungnya. Tanpa membuang waktu lagi aku langsung to the point menanyakan ada masalah apa sebenarnya aku disuruh datang. Pak Karyo mengeluarkan sebuah bungkusan yg dalamnya berisi setumpuk foto, dia mengatakan bahwa masalah inilah yg hendak dibicarakan dgnku. Aku dan Sela lalu melihat foto apa yg ditunjukkan olehnya. Betapa terkejutnya kami bak disambar petir di siang bolong, bagaimana tdk, ternyata foto-foto itu adalah foto-foto erotis kami yg diabadikan ketika liburan tahun lalu, ada foto bugilku, foto bugil Sela, dan juga foto adegan persenggamaan kami dgn pacar masing-masing. “Pak.., apa-apaan ini, darimana barang ini..?” tanyaku dgn tegang. “Hhmmmmm.. begini Neng, waktu itu saya kebetulan lagi bersih-bersih, pas kebetulan di bawah ranjang Neng Cika saya lihat kok ada barang yg nongol, eh.. taunya klise foto asoynya Neng Cika sama Neng Sela, ya udah terus saya bawa ke Pak Jaya ini untuk dicuci.” jawabnya sambil sedikit tertawa. “Apa, kurang ajar, Pak.. Bapak digaji untuk menjaga tempat ini, bukannya mengoprek barang saya..!” kataku dgn marah dan menundingnya. Aku sangat menyesal kenapa begitu ceroboh membiarkan klise itu tertinggal di villa, bahkan aku mengira barang itu sdh dibawa oleh pacarku atau pacar Sela. Wajah Sela juga ketika itu juga nampak tegang dan marah. “Wah.. wah.. jangan galak gitu dong Neng, saya kan nggak sengaja, justru Neng sendiri yg ceroboh kan?” mereka berdua tertawa-tawa memandangi kami. “Baik, kalau gitu serahkan klisenya, dan Bapak boleh pergi dari sini.” kataku dgn ketus. “Iya Pak, tolong kita bisa bayar berapapun asal kalian kembalikan klisenya.” tambah Sela memohon. “Ooooo.. nggak, nggak, kita ini bukan pemeras kok Neng, kita cuma minta..” Pak Jaya tdk meneruskan perkataannya. “Sdhlah Pak, cepat katakan saja apa mau kalian..!” kata Sela dgn ketus. Perasan aneh mulai menjalari tubuhku disertai keringat dingin yg mengucuri dahiku karena mereka mengamati tubuh kami dgn tatapan lapar. Kemudian Pak Karyo maju mendekatiku membuat degup jantungku makin kencang. Beberapa senti di depanku tangannya bergerak mengelus payudaraku. “Hei.. kurang ajar, jangan keterlaluan ya..!” bentakku sambil menepis tangannya dan mendorongnya. “Bangsat.. berani sekali kamu, kalian kira siapa kalian ini hah..? Dasar orang kampung..!” Sela menghardik dgn marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajah Pak Karyo. “Hehehe.. ayolah Neng, coba bayangakan, gimana kalo foto-foto itu diterima orangtua, pacar, atau teman-teman di kampus Neng? Wah bisa-bisa Neng berdua ini jadi terkenal deh..!” kata Pak Jaya dan disusul gelak tawa keduanya. Aku tertegun, pikiranku kalut, kurasa Sela pun merasakan hal yg sama dgnku. Nampaknya tiada pilihan lain bagi kami selain mengikuti kemauan mereka. Kalau foto-foto itu tersebar bagaimana reputasiku, keluargaku, dan reaksi pacarku, apalagi Sela yg berprofesi sebagai model pada majalah ***(edited), bisa-bisa karirnya tamat gara-gara masalah ini. Pak Karyo kembali mendekatiku dan meraba pundakku, sementara itu Pak Jaya mendekati Sela lalu mengelilinginya mengamati tubuh Sela. “Gimana Neng, apa sdh berubah pikiran..?” tanyanya sambil membelai rambutku yg sebahu lebih. Kupikir-pikir untuk apa lagi jual mahal, toh kami pun sdh bukan perawan lagi, hanya saja kami belum pernah bermain dgn orang-orang bertampang kasar seperti mereka. Akhirnya dgn berat hati aku hanya dapat menganggukkan kepala saja. “Hahahahahaha.. akhirnya bisa juga orang kampung seperti kita merasakan gadis kampus, ada foto modelnya lagi..!” mereka tertawa penuh kemenangan. Aku hanya dapat mengumpat dalam hati, “Bangsat kalian, dasar tua-tua keladi..!” Pak Karyo memelukku dan tangannya meremas-remas payudaraku dari luar, lidahnya bermain dgn liar di dalam mulutku. Perasaan geli, jijik dan nikmat bercampur menjadi satu bersamaan dgn gejolak birahiku yg mulai naik. Tangannya kini makin berani menyusup ke bawah kaos ketat lengan panjang yg kupakai, terus bergerak menyusup ke balik BH-ku. Degub jantungku bertambah kencang dan napasku makin memburu ketika kurasakan tangan kasarnya mulai menggeraygi dadaku, apalagi jari-jarinya turut mempermainkan putingku. Tanpa terasa pula lidahku mulai aktif membalas permainan lidahnya, liur kami menetes-netes di pinggir mulut. Nasib Sela tdk beda jauh dgnku, Pak Jaya mendekapnya dari belakang lalu tangannya mulai meremas payudara Sela dan tangan satunya lagi menaikkan rok selututnya sambil meraba-raba paha Sela yg jenjang dan mulus. Satu-persatu kancing baju Sela dipreteli sehingga nampaklah BH-nya yg berwarna merah muda, belahan dadanya, dan perutnya yg rata. Melihat payudara 36B Sela yg menggemaskan itu Pak Jaya makin bernafsu, dgn kasar BH itu ditariknya turun dan menyembul lah payudara Sela yg montok dgn puting merah tua. “Whaooooo.. ternyata lebih indah dari yg di foto, mimpi apa saya bisa merasakan seorang foto model kaya Neng Sela,” katanya. Pak Jaya menghempaskan diri ke sofa, dibentangkannya lebar-lebar kedua belah kaki Sela yg berada di pangkuannya. Tangannya yg semula mengelus-elus pahanya mulai merambat ke selangkangannya, jari-jari besarnya menyelinap ke pinggir celana dalam Sela. Ekspresi wajah Sela menunjukkan rasa pasrah tdk berdaya menerima perlakuan seperti itu, matanya terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan. “Eeemhh.. uuhh.. jangan Pak, tolong hentikan.. eemhh..!” Kemudian Pak Jaya menggendong tubuh Sela, mereka menghilang di balik kamar meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Setelah menaikkan kaos dan BH-ku, kini tangannya membuka resleting celana panjangku. Dia merapatkan tubuhku pada tembok. Aku memejamkan mata berusaha menikmati perasaan itu, kubayangkan yg sedang menggeraygi tubuhku ini adalah pacarku, Yudi. Tua bangka ini ternyata pintar membangkitkan nafsuku. Sapuan-sapuan lidahnya pada putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Sekarang kurasakan tangannya sdh mulai menyelinap ke balik CD-ku, diusap-usapnya permukaan kemaluanku yg ditumbuhi bulu-bulu halus lebat itu. “Sshh.. mmmppphhhhh..!” aku mulai meracau tdk karuan saat jari-jarinya memasuki memekku dan memainkan klistorisnya, sementara itu mulutnya tdk henti-hentinya mencumbu payudaraku, sadar atau tdk aku mulai terbawa nikmat oleh permainannya. “Hehehe.. Neng mulai terangsang ya?” ejeknya dekat telingaku. Tiba-tiba dia menghentikan aktivitasnya dan dgn kasar didorongnya tubuhku hingga terjatuh di sofa. Sambil berjalan mendekat dia melepas pakaiannya satu persatu. Setelah dia membuka celana dalamnya tampak olehku kemaluannya yg sdh menegang dari tadi. Gila, ternyata k0ntolnya besar juga, sedikit lebih besar dari pacarku dan dihiasi bulu-bulu yg sdh beruban. Kemudian dia menarik lepas celanaku beserta CD-nya sehingga yg tersisa di tubuhku kini hanya kaos lengan panjang dan BH-ku yg sdh terangkat. Dibentangkannya kedua belah pahaku di depan wajahnya. Tatapan matanya sangat mengerikan saat memandangi daerah selangkanganku, seolah-olah seperti monster lapar yg siap memangsaku. Pak Karyo membenamkan wajahnya pada selangkanganku, dgn penuh nafsu dia melaahap dan menyedot-nyedot memekku yg sdh basah itu, lidahnya dgn liar menjilati dinding memek dan klitorisku. Sesekali dia mengorek-ngorek lubang kemaluan dan anusku. Perlakuannya sungguh membuat diriku serasa terbang, tubuhku menggelinjang-gelinjang diiringi erangan nikmat. Tdk lama kemudian akhirnya kurasakan tubuhku mengejang, aku mencapai orgasme pertamaku. Cairan cintaku membasahi mulut dan jari-jari Pak Karyo. “Sluurrpp… sluurpp.. sshhrrpp..” demikian bunyinya ketika dia menghisap sisa-sisa cairan cintaku. Disuruhnya aku membersihkan jari-jarinya yg berlepotan cairan cinta itu dgn mengulumnya, maka dgn terpaksa kubersihkan jari-jari kasar itu dgn mulutku. “Memek Neng Cika emang enak banget, beda dari punya lonte-lonte di kampung Bapak,” celetuknya sambil menyeringai. “Sialan, masa gua dibandingin sama lonte kampung..!” umpatku dalam hati. “Nah, sekarang giliran Neng merasakan kontol Bapak ya..!” katanya sambil melepas kaos dan BH-ku yg masih melekat. Sekarang sdh tdk ada apapun yg tersisa di tubuhku selain kalung dan cincin yg kukenakan. Dia naik ke wajahku dan menyodorkan k0ntolnya padaku. Ketika baru mau mulai, tiba-tiba telepon di dinding berbunyi memecah suasana. “Angkat teleponnya Neng, ingat saya tahu rahasia Neng, jadi jangan omong macam-macam,” ancamnya. Telepon itu ternyata dari Yudi, pacarku yg mengetahui aku sedang di villa dari pembantu di rumahku. Dgn alasan yg dibuat-buat aku menjawab pertanyaannya dan mengatakan aku di sini baik-baik saja. Ketika aku sedang berbicara mendadak kurasakan sepasang tangan mendekapku dari belakang dan dekat telingaku kurasakan dengus napasnya. Tangan itu mulai usil meraba payudaraku dan tangan satunya lagi pelan-pelan merambat turun menuju kemaluanku, sementara pada leherku terasa ada benda hangat dan basah, ternyata Pak Karyo sedang menjilati leherku. K0ntolnya yg tegang saling berhimpit dgn pantatku. Aku sebenarnya mau berontak namun aku harus bersikap normal melayani obrolan pacarku agar tdk timbul kecurigaan. Aku hanya dapat menggigit bibir dan memejamkan mata, berusaha keras agar tdk mengeluarkan suara-suara aneh. Dasar sial, si Yudi mengajakku omong panjang lebar sehingga membuatku makin menderita dgn siksaan ini. Sekarang Pak Karyo menyusu dariku, tdk henti-hentinya dia mengulum, menggigit dan menghisap putingku sampai memerah. Akhirnya setelah 15 menit Yudi menutup pembicaraan, saat itu Pak Karyo tengah menyusu sambil mengorek-ngorek kemaluanku, aku pun akhirnya dgn lega mengeluarkan erangan yg dari tadi tertahan. “Heh, sopan dikit dong..! Tau ngga saya tadi lagi nelepon..!” marahku sambil melepas pelukkannya. “Hohoho.. maaf Neng, saya kan orang kampung jadi kurang tau sopan santun, eh.. omong-omong itu tadi pacar Neng ya? Tenang aja habis merasakan kontol saya pasti Neng lupa sama cowok itu..!” ejeknya dan dia kembali memeluk tubuhku. Disuruhnya aku duduk di sofa dan dia berdiri di hadapanku, k0ntolnya diarahkan ke mulutku. Atas perintahnya kukocok dan kuemut k0ntol itu, pada awalnya aku hampir muntah mencium k0ntolnya yg agak bau itu, namun dia menahan kepalaku hingga aku tdk dapat melepaskannya. “Sedoottt, sedot yg kuat Neng, jangan cuma dimasukin mulut aja..!” suruhnya sambil terus memaju-mundurkan k0ntolnya di mulutku. Sayup-sayup aku dapat mendengar erangan Sela dari dalam kamar yg pintunya sedikit terbuka itu. Lama kelamaan aku sdh dapat menikmatinya, tangannya yg bergerak lincah mempermainkan payudaraku dan memilin-milin putingnya membuatku semakin bersemangat mengulum dan menjilati kepala k0ntolnya. “Naahh.. gitu dong Neng, ayoo.. terus.. Neng jilatin ujungnya, eengh.. bagus..!” desahnya sambil menjambak rambutku. Selama 15 menit aku mengkaraokenya dan dia mengakhirinya dgn menarik kepalaku. Setelah itu dibaringkannya tubuhku di sofa, dia lalu membuka lebar-lebar kedua pahaku dan berlutut di antaranya. Aku memejamkan mata menikmati detik-detik ketika k0ntolnya menerobos memekku. K0ntolnya meluncur mulus sampai menyentuh rahimku. Aku mengerang setiap kali dia menyodokkan k0ntolnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati perkosaan ini, aku tdk perduli lagi orang ini sesungguhnya adalah pembantuku. Sambil menyetubuhiku bibirnya tdk henti-hentinya melumat bibir dan payudaraku, tangannya pun selalu meremas payudara dan pantatku. Erangan panjang keluar dari mulutku ketika mencapai klimaks, sekujur tubuhku mengejang beberapa detik sebelum melemas kembali. Keringat bercucuran membasahi tubuhku sehingga kelihatan mengkilat. Tanpa memberiku kesempatan beristirahat dia menaikkan tubuhku ke pangkuannya. Aku hanya pasrah saja menerima perlakuannya. Setelah k0ntolnya memasuki memekku, aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun. Pak Karyo menikmati goyanganku sambil ‘menyusu’ payudaraku yg tepat di depan wajahnya, payudaraku dikulum dan digigit kecil dalam mulutnya seperti bayi sedang menyusu. Terkadang aku melakukan gerakan memutar sehingga memekku terasa seperti diaduk-aduk. Aku terus mempercepat goyanganku karena merasa sdh mau keluar, makin lama gerakanku makin liar dan eranganku pun makin tdk karuan menahan nikmat yg luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai aku menjerit histeris sambil mempererat pelukanku. Benar-benar dahsyat yg kuperoleh walaupun bukan dgn lelaki muda dan tampan. Kali ini dia membalikkan badanku hingga menungging. Disetubuhinya aku dari belakang, tangannya bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhku. Harus kuakui sungguh hebat lelaki seumur dia dapat bertahan begitu lama dan membuatku orgasme berkali-kali, atau mungkin sebelumnya dia sdh minum obat kuat atau sejenisnya, ah.. aku tdk perduli hal itu, yg penting dia telah memberiku kenikmatan luar biasa. Sdh lebih dari setengah jam dia menggarapku. Tdk lama setelah aku mencapai klimaks berikutnya, dia mulai melenguh panjang, sodokanya makin kencang dan kedua payudaraku diremasnya dgn brutal sehingga aku berteriak merasakan sakit bercampur nikmat. Setelah itu dia menarik lepas k0ntolnya dan naik ke dadaku. Di sana dia menjepitkan k0ntolnya yg sdh licin mengkilap itu di antara kedua payudaraku, lalu dikocoknya sampai maninya menyempot dgn deras membasahi wajah dan dadaku. Aku sdh kehabisan tenaga, kubiarkan saja maninya berlepotan di tubuhku, bahkan yg mengalir masuk ke mulut pun kutelan sekalian. Sebagai ‘hidangan penutup’, Pak Karyo menempelkan k0ntolnya pada bibirku dan menyuruhku membersihkannya. Kujilati k0ntol itu sampai bersih dan kutelan sisa-sisa maninya. Setelahnya dia meninggalkanku terbaring di sofa, selanjutnya aku tdk tahu apa-apa lagi karena sdh tdk sadarkan diri. Begitu aku bangun jam sdh menunjukkan pukul 4 sore, aku menemukan diriku masih bugil, sisa-sisa sperma kering masih membekas pada wajah dan dadaku, sekujur tubuhku terutama dada penuh dgn bekas cupangan yg memerah. Aku melihat sekeliling, hening tanpa suara, entah kemana Sela dan kedua ‘kambing bandot’ itu. Aku tdk memikirkan apa-apa lagi, aku menuju kamar mandi karena ingin kencing, lalu kunyalakan shower dan kubersihkan tubuhku dari sisa-sisa persetubuhan tadi. Dalam hati aku masih merasa marah, kesal, dan sedih karena dijebak dan diperkosa seperti itu, namun setiap teringat yg barusan, aku malah ingin mengulanginya lagi. Sehabis mandi, kepenatan tubuhku terasa mulai berkurang, kuraih kimono kuning dan memakainya tanpa memakai apa-apa di baliknya. Ketika aku keluar kamar mandi masih belum merasakan tanda-tanda keberadaan mereka di sini, begitu juga kamar yg tadi dipakai Sela dan Pak Jaya, di sana hanya kudapati ranjang yg sdh berantakan dan masih tercium aroma sperma bekas pertarungan tadi. Pakaian Sela dan Pak Karyo juga masih berceceran di ruang tamu. Terlintas di benakku saat itu kolam renang, ya mereka pasti di sana. Aku segera menuju kolam di belakang untuk memastikan. Dugaanku ternyata tepat, di sana terlihat pemandangan yg membuat darah bergolak. Di tepi kolam itu Sela sedang dikerjai oleh mereka berdua. Dia tengah memacu tubuhnya di atas k0ntol Pak Karyo yg berbaring sambil meremasi dadanya, sementara mulutnya dijejali oleh k0ntol Pak Jaya yg berdiri di sampingnya, tubuh ketiganya basah oleh air kolam, langit senja yg berwarna kuning keemasan menambah erotisnya suasana. “Hai, Neng Cika udah bangun toh..!” sapa Pak Karyo. “Wah, saya udah lama nungguin Neng Cika, tp tunggu ya, Neng Sela lagi asyik makan es mambo nih..!” sahut Pak Jaya. Sela hanya dapat melirik sayu padaku karena mulutnya penuh oleh k0ntol dan Pak Jaya menahan kepalanya. Adegan mesum itu membangkitkan kembali nafsuku, selangkanganku terasa basah. Lima menit kemudian Pak Jaya mencabut k0ntolnya dari mulut Sela dan mendekatiku. “Pak, kapan klisenya kalian kembalikan..?” tanyaku tdk sabar. “Tenang Neng, sekarang mau pulang juga sdh kemalaman, klisenya pasti kita kasih ke Neng besok,” jawabnya sambil menepuk bahuku. “Apa..! Besok..? Keterlaluan kalian..!” bentakku. “Jangan marah-marah gitu dong Neng, besok pagi saya janji pasti ngasih klisenya ke Neng,” katanya sambil memutari tubuhku. Kurasakan elusan Pak Jaya pada paha belakangku, tangannya makin naik menyingkap kimonoku dan akhirnya meremas pantatku. “Hoi, Pak Karyo, ternyata nona majikanmu ini asoy bener, pahanya mulus, pantatnya juga wuiih.. montok..!” serunya pada temannya. Kupingku benar-benar panas mendengar ejekannya, namun dalam hati aku justru berharap dia berbuat lebih jauh. “Ooouuhhh..!” demikian desahan pelan yg keluar dari mulutku ketika tangan Pak Jaya sampai ke belahan kemaluanku. Jarinya membuka belahan itu dan meraih klistorisnya, daerah sensitif itu dimainkannya sehingga membuatku mendesah dan kedua kakiku terasa lemas tdk bertenaga. Dibaringkannya tubuhku pada kursi santai di tepi kolam itu. Tercium bau rokok murahan dari mulutnya ketika dia melumat bibirku, lidahnya mengelitik lidahku. Pak Jaya melepaskan tali pinggangku sehingga kimonoku terbuka, ciumannya perlahan-lahan turun dari dagu dan leher menuju payudaraku. Sambil melumat payudaraku tangan yg satunya dgn kasar mengobrak-abrik memekku. “Auuuww.. Pak, sakit.. pelan-pelan Pak..!” rintihku kesakitan. Aku melihat ke arah Sela yg sedang dikerjai Pak Karyo. Dia sedang dalam posisi dogie, Pak Karyo dari belakang melakukan penetrasi ke lubang anus Sela. Dia menjerit-jerit kesakitan ketika k0ntol besar itu dgn paksa memasuki duburnya yg sempit. Bukannya kasihan tp nampaknya Pak Karyo malah semakin bergairah melihat penderitaan Sela, ketika sdh masuk setengahnya dihujamkannya k0ntol itu dgn keras, spontan tubuh Sela tersentak dan jeritan panjang yg memilukan keluar dari mulutnya. Selanjutnya dgn ganas Pak Karyo menyodomi Sela sambil mendesis-desis menikmati k0ntolnya terjepit dubur Sela yg sempit. Aku sangat kasihan melihat penderitaan Sela, tp apa dayaku karena aku sendiri sedang dalam kesulitan. Kini Pak Jaya membuka lebar kedua pahaku, tangan satunya memegang k0ntolnya yg gemuk itu dan menggesek-geseknya pada bibir kemaluanku sehingga aku mendesah nikmat dan tubuhku menggeliat-geliat. Setelah memekku basah kuyup dia menekan k0ntolnya hingga amblas seluruhnya. Aku melihat jelas bagaimana k0ntol itu keluar masuk ke dalam memekku. Kenikmatan dahsyat telah melanda tubuhku hingga aku tdk kuasa untuk tdk mengerang. Suara desahan terdengar sahut menyahut di tepi kolam itu. Kemudian aku merasakan tubuhku bagaikan tersengat listrik, aku menjerit sekuat tenaga dan mempererat genggamanku pada pegangan kursi. Cairan kemaluanku muncrat dgn derasnya dan kurasakan tubuhku seperti lumpuh. Namun Pak Jaya belum menyudahi perbuatannya. Sekarang dia memiringkan tubuhku dan mengangkat kaki kiriku, lalu dia meneruskan genjotannya pada tubuhku. Aku sdh setengah sadar ketika tiba-tiba sebatang k0ntol sdh berada di depan wajahku. Kutengadahkan kepalaku dan kulihat Pak Karyo berdiri di sampingku dgn k0ntolnya masih berdiri kokoh, tdk jauh dari situ nampak tubuh telanjang Sela yg sdh terkapar lemas. Tanpa membuang waktu lagi diraihnya kepalaku, mulutku penuh sesak oleh k0ntolnya yg berlumuran aneka cairan itu. Tiba-tiba mereka menurunkan tubuhku dari kursi, kini aku berada di lantai dgn posisi anjing, kimonoku mereka lepas hingga aku bugil total. Pak Karyo mengambil posisi di belakangku lalu dia membuka duburku dan tangan satunya mengarahkan k0ntolnya ke sana. Ooohh.. tdk, dia mau menyodomiku seperti yg dia lakukan pada Sela, masih terbayang olehku betapa brutalnya lelaki ini memperlakukan Sela barusan. “Jangan Pak, jangan di situ aduuuh.. sakit.. ooh..!” rintihku memelas ketika dia memasukkan k0ntolnya. “Aakkh… akhh… oougghh…” aku terus merintih-rintih, mataku terpejam merasakan kepedihan tiada tara sampai airmataku meleleh membasahi pipi. “Wah.., enak, lebih seret dari Neng Sela..!” kata Pak Karyo disambut gelak tawa mereka. Dia mulai menggenjot tubuhku sementara di depanku Pak Jaya memaksaku mengkaraoke k0ntolnya. “Udah jangan nangis, lu sebenernya keenakan kan..! Ayo emut nih kontol..!” perintahnya sambil menjambak rambutku. Aku benar-benar merasa terhina saat itu namun menikmatinya, perlakuan kasar ini mendatangkan kenikmatan tersendiri. Selain menyodomiku, Pak Karyo juga sesekali menampar pantatku hingga terasa panas dan sakit. Di tempat lain Pak Jaya terus menahan kepalaku yg sedang mengulum k0ntolnya sambil memaju-mundurkan pantatnya seolah sedang menyetubuhiku, wajahku makin terbenam pada bulu-bulu kemaluannya yg lebat. Tdk lama kemudian kurasakan k0ntol Pak Jaya dalam mulutku semakin berdenyut dan akhirnya tumpahlah spermanya di mulutku. Ehheek.. hhkk.. aku tersedak tp kepalaku ditahan olehnya sehingga terpaksa cairan itu kutelan, sebagian meleleh keluar membasahi bibirku. Pada saat hampir bersamaan pula aku klimaks yg kesekian kalinya, tubuhku mengejang, aku ingin menjerit namun mulutku tersumbat k0ntol Pak Jaya sehingga hanya terdengar suara erangan tertahan dari mulutku yg berlepotan sperma dan airmataku makin membanjir. Beberapa menit kemudian akhirnya Pak Karyo ejakulasi, aku merasakan cairan hangat dan kental menyirami duburku. Aku merasa sangat lelah, napasku terengah-engah dan menangis terisak-isak apalagi saat kudengar mereka tertawa-tawa dan mengucapkan kata-kata yg merendahkan kami, makin panas saja telinga dan hatiku. Pak Karyo masuk ke dalam dan tdk lama kemudian ia kembali dgn 2 gelas air, disodorkannya gelas itu padaku dan Sela yg dibangunkannya dgn menyiram air kolam. Langit sdh gelap ketika itu, Pak Karyo keluar membeli makan malam untuk kami. Sambil menunggu Pak Jaya beristirahat dgn berendam di kolam dangkal bersamaku dan Sela, tingkahnya seperti raja minyak saja, dia meminta Sela yg payudaranya montok melakukan pijat ala Thai, sedangkan aku digeraygi dan diciuminya seperti mainan. Sungguh benci aku padanya, tp terpaksa harus bersikap manis agar dapat lekas bebas darinya. Malam harinya sebelum tidur kami main berempat sekaligus di ranjangku. Pak Jaya berbaring, aku naik ke atas wajahnya berhadap-hadapan dgn Sela yg naik ke atas k0ntolnya. Kami berdua sibuk mengkaraoke k0ntol Pak Karyo yg mengacung di antara kami. Secara bergantian kami menjilati dan mengulum k0ntol itu hingga memuncratkan maninya membasahi wajah kami. Sementara itu kurasakan memekku mulai banjir lagi akibat permainan lidah Pak Jaya. Malam itu, setelah digarap habis-habisan akhirnya kami berempat tertidur kelelahan di kamar itu. Pagi harinya kembali aku digarap di bathtub oleh Pak Karyo ketika mandi bersama, aku dibuatnya klimaks dua kali dan dia semprotkan maninya dalam memekku. Setelah seharian menjadi budak seks, mereka akhirnya mengembalikan klise itu pada kami. Kami memeriksanya dgn seksama agar tdk mendapat kesulitan lagi di kemudian hari. Segera setelah itu kusuruh mereka hengkang dari villa-ku dan kami pun pulang ke Jakarta. Hari berikutnya Pak Karyo menghubungi ayahku untuk pamit mengundurkan diri dan sejak itu pula atas bujukanku dgn macam-macam alasan, keluarga kami tdk pernah lagi menyewa orang untuk menjaga villa. Aku masih dendam pada mereka yg telah memperdayaiku, namun terkadang aku merasa rindu mengulanginya, rindu tangan-tangan kasar itu menggeraygi tubuhku. Hingga detik ini belum seorang pun mengetahui peristiwa itu temasuk keluarga dan kekasih kami. Pengalaman pahit ini hanya kuceritakan pada pembaca sebagai curhat dan juga peringatan agar tdk ceroboh menyimpan rahasia pribadi supaya tdk mendapat kesulitan seperti kami. cerita hot,cerita hot tante,cerita hot terbaru,cerita mesum,cerita ngesex,cerita sec,cerita tante,cerita tante hot,cerpen hot,cersex tante,cersex terbaru,tante hot,tante kesepian,tante tante Read the full article
17 notes · View notes
windaus-blog1 · 5 years
Link
https://maniakseks19.blogspot.com/2019/07/aku-jadi-selingkuhan-tante-sri.html
0 notes
ceritasexpanas · 7 years
Link
23 notes · View notes
zhafira · 4 years
Photo
Tumblr media
https://bit.ly/3r8uu4z Nafsu Ngewe Dengan Cewek Kampus
0 notes
majalahforbes-blog · 5 years
Text
Ngentot Bu Kost Nikmat
Cerita Sex ini berjudul ”Ngentot Bu Kost Nikmat” cerita hot,cerita hot tante,cerita hot terbaru,cerita mesum,cerita ngesex,cerita sec,cerita tante,cerita tante hot,cerita tante kesepian,cerita terbaru,cerpen hot,cersex tante,cersex terbaru,kisah hot. Pagi itu kulihat Bu Yeyen sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih sekal, wajahnya segar dan cukup cantik. Rambut dan beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang wanita setengah baya yang sedang kukagumi. Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai wanita yang jauh di atas umurku. Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihatku dari luar sana. Bu Yeyen mengenakan kaos singlet dengan BH putih dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat bahunya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Pak Yuda suaminya yang karyawan swasta. Memang Bu yeyen kegiatannya lebih banyak di rumah kerana tidak aktif sebagai pegawai,justru kerena itu ia lebih banyak waktu untuk mengurus dirinya. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 3 orang mahasiswa sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri. Bu Yeyen telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku , aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan BU Yeyen yang melakukannya… Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Bu Yeyen sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. “Masuk..!” kataku. Tak berapa lama kulihat Bu Yeyen sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang, “Bagaimana D? Ada kemajuan..?” dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit. “D mau dibikinkan susu panas?” tanyanya. “Terima kasih Bu, D sudah sarapan tadi,” balasku.”Enak dipijit seperti ini?” aku mengangguk.Dia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu. “D kakimu mulus sekali ya.” “Ah.. Bu bisa aja, kan kulit Pak Yuda lebih mulus lagi,” balasku sekenanya.Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit. ” D, Ibu jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi. “Jangan Bu, nanti Bapak marah..”Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Bu Yeyen sebagai Wanita sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat kemaluanku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya Bu Yeyen tidak mengenakan celana dalam sehingga bulu memeknya terlihat,tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat benda yang hitam dan mengunung itu. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku. Bu Yeyen membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya . Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa. Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku. “D kau cakep sekali..” dia memujaku. “Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perjaka..?” aku mengangguk lemah.Memang aku masih perjaka, walaupun aku pernah “petting” dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Bu Yeyen induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperjakaan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak. “Bagaimana D? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapanya. “Bu… pakai tangan saja,” bisikku kecewa.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, payudaranya yg putih dan mulai kendur nampak bergelantungan minta disentuh,sedangkan memeknya yg menggunduk nampak merekah diantara kedua pahanya sangat mulus. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat kontolku telah mengkilat lembab penuh air mani, bonggolnya mengeras sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan dimasuki. Bu Yeyen membungkuk dan mulai memasukan kemaluanku dimulutnya….nyyeerrr…darahklu berdesir merasakan hangatnya mulut Bu Yeyen yg mengulum batangku. ” OOouuhhkk,…Buuuu….” rintihku sambil mencengkram rambutnya tanpa sadar. Ia semakin agresif menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku semakin menggeliat geliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah kepala kontolku, kupegang kepalanya makin erat seolah ingin Bu Yeyen memasukna kontolku ke seluruh tenggorokannya. Bu Yeyen seolah olah mengerti,sambil tak henti henti menyedot dan menjilat kontolku,dikuluumnya kontolku dalam dalam hingga terasa dinding tenggorokannya menyentuh kepala kontolku,dan aku semakin merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas kepala kontolku yang makin membengkak. Karena kenikmatan itu, tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Bu Yeyen melakukan sedotan kecil di liang kontolku, kadang disedot kencang, kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, “Buuu… aduh.. Buuu… D mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan kuluman di kontolku. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang gemuk itu kemulutku. ” Gantian ya D.. aku ingin kau jilat kemaluanku.” Kutangkap pantatnya, terasa empuk dan hangat dalam pelukanku. Bu Yeyen sudah terlentang dengan membuka kedua pahanya selebar lebarnya,sehingga lubang memeknya yg coklat kemerah merahan nampak terbuka dihadapanku, dan posisiku segera membungkuk siap untuk menjilat kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya. Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke sisi memeknya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali D…” dia berdesis. Kemudian kujilat klitorisnya dan kusedot-sedot dengan lidah sedangkan lubang kemaluannya kuelus dengan jariku. Suara desahan Bu Yeyen membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah mengangkang di atas tubuhnya, memeknya berlendir yg merah melongo persis di depan depan kontolku. ” Bu, D masukin dikit ya Bu, D pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. “Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…” Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluanku, kutempelkan pada bibir kemaluannya, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan… oh, ketika kepala kemaluanku kumasukan dalam lubangnya, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluanku, ujung kemaluanku masih menancap dalam lubang vaginanya. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam kepala kontolku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya. Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu di bibir dalam klitoris dan bibir dalam memeknya yg lembut dan hangat, sangat besar terasa menggeser kepala dan batang kontolku yg tergenggam erat oleh memeknya. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam, kenikmatan terasa makin dalam, separuh batang kemaluanku sudah melesak dalam kemaluannya. Kutekan seluruh pantatku sehingga terasa seluruh bonggolku menacap sepenuhnya di dalam memek bu Yeyen…terasa kenikmatan yg belum pernah kualami menyerang seluruh syaraf batang kontolku….aku hanya merintih sambil merebahkan seluruh tubuhku diatas tubuh Bu Yeyen yg segera menciumi mulutku sambil mendekap tubuhku erat sekali…. ” OOooouhhh,,,,Bu,….eeennnak sekaliii……” rintihku lemas,sementara Bu Yeyen menyambut pantatku sehingga terasa kontolku semakin dalam dan sesuatu ditubuhku seolah olah akan meledak…. Aku diam sejenak menikmati nikmatnya lubang hangat dan lembut yg menggenggam erat kontolku,lalu..,kukocokkan kemaluanku naik-turun, ternyata terasa amat nikmat sehingga aku hanya mampu mendesis desis. Jepitan kemaluannya cukup ketat dan menggenggam erat batang kontolku. Kulepas kembali…kumasukan lagi..kulepas…,kumasukan lagi..begitu berulang ulang… “Oh.. D kau hebat, Tusukanmu nimat sekali.” Kudengar Bu Yeyen mendesis-desis, payudaranya kuremas-remas dan membuatnya semakin merintih-rintih ketika dalam tusukanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga memek Bu Yeyen sudah kemabali sepenuhnya ditanami batang kontolku,sungguh kurasakan kenikmatan yang meledak-ledak. Dari posisi telungkup semakin kurubuhkan badanku di atas badannya, susunya semakin menempel didadaku sehingga terasa amat lembut, perutku melekat pada perutnya. Kudekap Bu Yeyenerat-erat. Tangan kiri Bu Yeyen mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda hangat kenyal dan besar menggenggam erat dan mengocok ngocok kontolku dari bawah. Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan yg tadinya kecil terasa semakin keras,aku berusaha mempertahankan diriku ,namun… dalam lenguhan yg panjang aku mengejang..dan akhirnya meledaklah kontolku mengeluarkan cairan mani yg banyak membasahi memek Bu Yeyen. ” AAAooouuuhhhkkk….Buuuuuu………” aku mengejang sejadi jadinya merasakan nikmat yg tak terhingga yg menguasai kontolku. Kutekan kontolku memenuhi memeknya, kedutannya keras sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vaginanya terasa keluar cairan hangat, membasahi batang kontolku,lalu beberapa kali terasa kedutan kedutan kecil mulut dan dinding memeknya meremas remas batang kontolku. “OoohhhD…..Ibu juga keluaaarrrr ssssaaayaaangghhhh….…” Bu Yeyen juga juga mengejang,pantatnya ditekan keatas seolah ingin memasukan seluruh batang kontolku di memeknya, matanya nampak merem melek sementara mulutnya setengah terbuka. Urat urat lehernya terlihat mengeras menerima ejakulasinya,sementara punggungnya melengkung lengkung seperti udang sambil memelukku erat erat,ia telah orgasme pada saat yang bersamaan denganku. Rupanya dia terangsang dengan orgasmeku,sehingga ketika tadi aku mengejang dan menyepak nyepak sepeerti sekarat, Bu Yeyen juga merasakan hal yg sama sehingga mengeluarkan air lendir dari memeknya. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluanku masih menyesaki vaginanya. Kurasakan kontolku masih berkedut kedut dan makin lama makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan. Bu YYeyen cuma tersenyum mamandangku…. ” Gimana D ? ” Enak ??? ” Aku tersenyum malu,dan ketika dirasa kontolku mengecil,aku segera turun dari tubuhnya. Pagi itu keperjakaanku hilang oleh memek tua Bu Yeyen yg empuk,tapi aku tidak menyesal. cerita hot,cerita hot tante,cerita hot terbaru,cerita mesum,cerita ngesex,cerita sec,cerita tante,cerita tante hot,cerita tante kesepian,cerita terbaru,cerpen hot,cersex tante,cersex terbaru,kisah hot Read the full article
12 notes · View notes
kampus66com · 5 years
Link
0 notes
tambangbokep-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
NGENTOTIN PNS ANGKUH YANG MASIH PERAWAN Ujungnya masuk dan aku merasakan kesakitan yang lebih. Lalu dia menekan  .. https://bit.ly/2Wa42I2
1 note · View note