𝐏𝐑𝐀𝐒𝐀𝐒𝐓𝐈 𝐇𝐎𝐑𝐑𝐄𝐍
( Een Beschreven Koperplaat uit Zuid-Kediri ).
𝘿𝙞𝙡𝙚𝙢𝙖 𝙏𝙖𝙧𝙞𝙠𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙏𝙖𝙛𝙨𝙞𝙧 𝙎𝙚𝙟𝙖𝙧𝙖𝙝𝙣𝙮𝙖 🤔🇮🇩
PRASASTI HORREN,
merupakan jenis Tambra Prasasti yg ditulis di atas lembar keping tembaga segi empat dengan ukuran panjang 32.60 cm, dan lebar 10.60 cm.
Prasasti tersebut diketemukan di daerah Kediri Selatan; tepatnya di wilayah Kecamatan Campur Darat, Kabupaten Tulung Agung, Propinsi Jawa Timur.
Di dalam nya tidak disebutkan nama seorang raja atau pejabat kerajaan, maupun kerajaan apa yg menerbitkan prasasti, serta tdk menyertakan tarikh diterbitkannya prasasti (❓) 🤔🇮🇩.
Hal inilah yg menjadi kendala penyebab utama penentuan kronologi (tarikh) dan peristiwa sejarah di belakangnya.
Pada awalnya oleh bbrp sejarawan prasasti tsb diduga berasal dari Jaman Kerajaan Majapahit. Namun jika diteliti dari gaya dan struktur bahasanya, prasasti tsb lebih mendekati ke Jaman Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan di Abad ke XI M (Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, 2008: 388).
Yang menarik di dalam isi Prasasti Horren, yaitu disinggung ttg adanya sebuah peristiwa perselisihan/perseteruan antara sebuah Kerajaan yg dipimpin oleh seorang Sri Paduka Maharaja (?) yg berada di wilayah Jawa bagian timur, dg Kerajaan Sunda yg dikatakan sebagai musuh (Satru).
Menurut pandangan sejarawan W. F. Stutterheim, bahwa prasasti tersebut dari jaman Majapahit dan diduga dibuat setelah/pasca peristiwa BUBAT tahun 1357 M.
Ia berpendapat bahwa selepas peristiwa BUBAT, Kerajaan Sunda sebenarnya melakukan serangan balasan ke Majapahit (W.F. Stutterheim, 1933: 102-104).
PRASASTI HORREN
𝘼𝙡𝙞𝙝 𝘼𝙠𝙨𝙖𝙧𝙖 ( Transkripsi) dan 𝘼𝙡𝙞𝙝 𝘽𝙖𝙝𝙖𝙨𝙖 ( Terjemahan). 👇🇲🇨
LEMPENG II Sisi A :
Baris ke-1 =
"... haji manatha kunda pinupu pingro katiga kasaha padam laknang sang hyang ajnya haji prasasti, sa-... "
{ Raja, Manatha, Kunda, dipungut dua kali; ketiga, kesembilan, Dibuatlah prasasti raja untuk desa itu }.
Baris ke-2 =
"...-mbandha ikang waramgajgi i horren manembah i ibu paduka cri maharaja mang hyang i knohan ya-... "
{ yang menjadi sebabnya ialah Warga Desa Horren datang menghadap raja dan memohon supaya }.
Baris ke-3 =
"... -n sumima thaninya umagehhakna kalilirana dening wkawetnya menne hlem tka ri dlaha ni... "
{ desanya dijadikan sima, agar diteguhkan dan dapat diwarisi oleh anak keturunannya sejak sekarang hingga kemudian, untuk selama- }
Baris ke -4 =
"... dlaha mangkana mitta mangkana manastapa nikang warggaji i horren tan kasumbat swarkarmman ya-... "
{ lamanya. Demikianlah yang menjadi sebabnya dan (keinginan ini) menjadikan sedihnya Warga Desa Horren tak ketinggalan pula pekerjaannya sendiri- }.
Baris ke-5 =
"... -ri kahambeknya nyandeni tanpantara hakirim tak ni catru tatan hana sangka ni panghuninya... "
{ yang menjadi pikiran (tujuannya), tidak berapa lama antaranya, setelah (mereka) mengirim (upeti), datanglah MUSUH tidak ada dugaan atau yang mengetahui }
Baris ke-6 =
"... ring kahadara nguniweh an dadyan tumangga-tangga datang nikanang catru sunda, mangkana rasa ning panembah ni... "
{ tentang kerusakan yang tiba-tiba, lagi pula secara mendadak datanglah MUSUH (dari) SUNDA. Demikianlah isi permohonan }
LEMPENG II, SISI B :
Baris ke-1 =
"... kanang warggaji i horren i ibu ni paduka cri maharaja, kunang sangkari mahasara nikahotsa-... "
{ Warga Desa Horren kepada Sri Maharaja, karena beban serta usaha }.
Baris ke-2 =
"... -ha nikanang warggaji i horren makanimitta pinaka hujung karang paminggir catu ni matingkah baba-... "
{ Warga Desa Horren yang bagaikan ujung batu karang, dapat menyingkirkan batu yang tidak baik letaknya }.
Baris ke-3 =
"... -han nitya lot kahudanan kapyeyan makadadah cari ni paprihaken ibu ni paduka cri maha-... "
{ yang selalu kehujanan dan kepanasan, dan mengorbankan diri dengan maksud untuk mengusahakan/membebaskan Sri Maharaja }.
Baris ke-4 =
"... -raja ri samara karyya sarisari tumamaha sadatang ni salmah wukir nikanang catru i katakottama... "
{ dari medan pertempuran yang ragu-ragu karena dimasuki dan didatangi musuh dari tanah/gunung dengan tiba-tiba. Itulah keutamaan }
Baris ke-5 =
"... ni pamrih nikanang warggaji i horren ika mangkana ya tika nuwushaken murbyakena sama i cri ma-... "
{ dari usaha Warga Désa Horren. Usaha itulah yang menumbuhkan rasa senang bagi Sri Ma- }.
Baris ke-6 =
"... -haraja hetu ni turun i karunya cri maharaja i manghyang nikanang warggaji i horren... "
{ -haraja itulah yang menjadi alasan turun nya anugerah Sri Maharaja atas permohonan Warga Désa Horren... }☝🇮🇩
Prasasti Horren mengisahkan tentang adanya sebuah pertempuran/peperangan di sebuah desa bernama Horren di wilayah Tulung Agung bagian Selatan, yg diserang musuh dari SUNDA secara mendadak/tiba-tiba tanpa diduga sebelumnya.
Namun Warga Desa Horren secara mati2an berhasil menghalau musuh dan mempertahankan wilayahnya yg merupakan bagian daerah kekuasaaan Paduka Sri Maharaja (❓) 🤔
Hal tsb di atas itulah yg menyebabkan Warga Desa Horren memohon kepada Paduka Sri Maharaja, agar desanya dijadikan SIMA utk selamanya.
Indikasi lain tentang adanya permusuhan/perseteruan antara Kerajaan di Jawa Timur dengan Kerajaan Sunda di wilayah Jawa bagian Barat, yaitu peristiwa SUNDA-BUBAT yang disebutkan di dalam Naskah Karya Sastra (sumber sekunder) PARARATON dan KIDUNG SUNDA/KIDUNG SUNDAYANA (Bali = Gaguritan Sunda).
Beberapa Naskah Karya Sastra lain hanya sebagai pendukung dan pelengkap kedua naskah tsb di atas antara lain :
CARITA PARAHYANGAN, PUSTAKA RAJA-RAJYA I BHUMI NUSANTARA.
Beberapa versi cerita tentang Peristiwa Sunda Bubat diduga dipicu oleh beberapa faktor sebagai penyebabnya antara lain:
𝙎𝙪𝙢𝙥𝙖𝙝 𝙋𝙖𝙡𝙖𝙥𝙖 (Amukti Palapa) GAJAH MADA ☝🇲🇨
Pertama, akibat realisasi Sumpah Palapa (Amukti Palapa) yg diprakarsai oleh Gajah Mada dalam cita-citanya memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit menjadi sebuah Imperium Nusantara, salah satunya tanpa terkecuali adalah SUNDA.
Ketika Gajah Mada dilantik menjadi Mahapatih Amangkubhumi di Majapahit, ia mengucapkan ikrar/sumpah " AMUKTI PALAPA " yg isinya:
"... lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seran, tanjungpura, ring haru, ring pahang, dompo, ring bali, sunda, palembang, tumasik,
samanya isun amukti palapa... "
{ Sesudah Nusantara, saya menikmati istirahat. Sesudah kalah daerah Gurun, Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, SUNDA, Palembang, Tumasik.
"Waktu itulah saya istirahat !" }
Kemudian datang peristiwa Sunda-Bubat.
Baginda Raja menginginkan Putri Sunda.
Patih disuruh mengundang Orang Sunda, Orang Sunda setuju akan perkawinan itu.
(PARARATON, edisi terjemahan Arif Studio, Bab VIII, hal. 63-65)🤔🇲🇨
PARARATON, merupakan sebuah naskah Karya Sastra Jawa Pertengahan yg digubah ke dalam Bahasa Kawi, yg isinya menceriterakan tentang Sejarah Para Raja Singasari dan Majapahit di Jawa Timur.
Naskah tsb tdk mencantumkan nama penulis, kapan waktu penulisannya, serta dimana tempat penulisannya.
Salah satu dari naskah yg sama mencantumkan tarikh ( penyalinan ? ) 1522 Saka = 1600 Masehi.
Pada bagian akhir penulisan cerita ditutup dg sebuah peristiwa, sebuah gunung meletus yg terjadi pd tahun "... kayambara sagareku... " = 1403 Saka = 1481 Masehi. (PARARATON, edisi terjemahan Arif Studio, Bab IX, hal. 73).
{ PARARATON, edisi terjemahan Arif Studio, Applikasi Google, J.L.A. Brandes, PARARATON (Ken Arok) of het boek der Kontingen van Tumapel en van Majapahit Uitgegeven en toeglecht. Batavia, 1897 (Albrecht.'s. Have: Nijhoff VBG 49.1) }.
Sebaliknya menurut sumber primer tertulis Naskah Karya Sastra Kakawin NAGARAKERTAGAMA atau DESAWARNANA ( J.L.A. Brandes, "Nagarakretagama; Lofdicht van Prapantja op Koning Rajasanagara, Hayam WURUK, van Majapahit nar het lenige daar van bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok. " VBG, Batavia, 1902) thn 1365 M, dimana nama SUNDA tidak disebutkan diantara wilayah 2 taklukan Majapahit seperti yg disebut :
Pupuh 12: 6 =
"... lwir ttaragraha tekanang nagara sesannekha mukyang
daha mwang nusantara sarwwa mandalita rastra nasraya kweh mark..."
{ Negara-negara di NUSANTARA dengan DAHA bagai pemuka tunduk menengadah, berlindung di bawah (MAJAPAHIT) }
Pupuh 13: 1-2 =
Pupuh 14: 1-5 =
(Lihat dan baca isi naskah❗)
"... lwir ning nusa pranusa pramukha sakahawat... "
{ terperinci pulau demi pulau negara bawahan }.
Tentang negara-negara/wilayah/daerah bawahan/taklukan yg disebut dengan istilah NUSANTARA (NKG p. 12:6), DWIPANTARA (NKG p. 15:3), DIGANTARA (NKG p. 16:1, 17:1) diwajibkan mempersembahkan pajak upeti pd musim tertentu.
Pupuh 15: 3 =
"... kuwus rabdang dwipantara sumiwri asri narapati, pada sthity awwat pahudama wijil anken/pratimasa, sake kotsahan/sang prabhu ri sakkahayawanyan iniwo, bhujanga mwang mantrinutus umaha lot/patti
satata... "
{ semenjak NUSANTARA menadah perintah Sri Baginda, tiap musim tertentu mempersembahkan pajak upeti, terdorong keinginan akan menambah kebahagiaan, Pujangga dan Pegawai diperintah menarik upeti }.
Khusus perkecualian tentang PULAU MADURA (Nusa Madura) yg tidak disebut sebagai daerah bawahan atau bagian dari NUSANTARA .
Pupuh 15: 2 =
"... kunang tekang nusa madura tetap ilwing papari,
ri denyan tungal mwang yawadarani... "
{ tentang PULAU MADURA, tidak dipandang negara asing karena sejak dahulu dengan JAWA menjadi satu }.
Di jaman era pemerintahan Sri Rajasa- negara (Hayam Wuruk) 1350 - 1389 M, oleh Pujangga Prapanca nama SUNDA tidak disebut, tentu ada sesuatu yg disembunyikan oleh Pujangga Prapanca tentang SUNDA. (❓) 🤔🇮🇩
Lain halnya dg penutur- an Dang Hyang Ratnangsah kepada Rakawi Prapanca pd tahun 1359 M yg tetap dicatat olehnya di dalam Naskah Nagarakertagama 1365 M tentang keadaan SUNDA di era pemerintahan Raja Kartanagara (1254 - 1292 M), dituliskan pada;
Pupuh 42: 2 =
"...ndatan linen i sunda len madura pan satanah i yawa, bhakti tan salah... "
{ SUNDA dan MADURA tak perlu dikatakan, sebab sudah terang se tanah JAWA, berbakti tanpa cela }☝🤔🇮🇩
Menurut isi Naskah Karya Sastra KIDUNG SUNDA
terdapat indikasi peristiwa
peperangan antara Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Majapahit di wilayah Sunda yg kemungkinan dilakukan oleh ekspedisi Gajah Mada dalam rangka mewujudkan cita-cita mempersatukan Nusantara setelah ikrar Sumpah Palapa (Amukti Palapa). ☝🇮🇩
Sebuah cuplikan dialog antara utusan Kerajaan Sunda yang memaki-maki Patih Gajah Mada saat menghadap di kepatihan (rumah dinas) di bagian istana Majapahit menurut Naskah KIDUNG SUNDA (Bait 1, pada 66 b - 68 a) =
"... ih, angapa gajah mada.
agung wuwusmu i kami.
ngong iki mangkw angaturana sira sang raja putri.
adularana bakti mangkana rakwa karepmu,
pada lan nusantara.
dede sunda iki.
durung-durung ngong iki andap ring yuda... "
{ Wahai Gajah Mada !
Apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami !
Kita ini sekarang ingin membawa Tuan Puteri.
Sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti (persembahan/upeti), sama
seperti halnya dari NUSANTARA ☝
Kita lain !
Kita Orang SUNDA ✊
Belum pernah kami kalah berperang 💪 }
"... abasa lali po kita nguni duk kita anekani jurit,
amrang pradesa ring gunung
enti raméning yuda, wong sunda kagingsir.
wong jipang amburu,
praptapatih sunda apulih,
rusak wadwamu gingsir... "
{ Seakan-akan engkau lupa DAHULU KALA.
Ketika engkau berperang.
Bertempur di daerah-daerah pegunungan.
Sungguh dahsyat peperangananya.
Diburu Orang JIPANG.
Kemudian Patih Sunda datang kembali, dan tentara mu mundur. }.
"... mantrimu kalih tinigas anama les-beleteng angemasi bubar wadwamu malayu. amurug-murug rwi,
lwir patining lutung, uwak setan pating burengik, pada
malakw ing urip... "
{ Kedua Mantrimu yang bernama Les dan Beleteng, diparang dan mati 😭
Pasukanmu bubar dan melarikan diri.
Ada yang jatuh ke jurang dan terkena duri-duri.
Mereka mati bagaikan kera siamang dan setan.
Di mana-mana mereka merengek-rengek minta tetap hidup }.😫
"... mangke agung kokohanmu.
uwabmu lwir ntuting gasir.
kaya purisya tinilar ing asu.
mengkene kahurepta tan prasura juti.
ndi sasana tinutmu gurwaning dustarusuh, dadi angapusi sang sadubudi.
patitaning niraya atmamu tembe yen antu ! ... "
{ Sekarang besar juga kata-kata mu.
Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing.
Sekarang maumu itu tidak sopan, dan berkhianat.
Ajaran apa yang kau ikuti ?
Selain engkau ingin menjadi guru yang berdusta dan berbuat buruk.
Menipu orang yang berbudi syahdu.
Jiwa mu akan jatuh ke neraka jika mati ! }.
(C.C. Berg, " Kidung Sunda" Inleiding, tekst, vertalingen
aan teekeningen. 's Grov, BKI, 1927 ).
Dialog di atas mengindikasikan adanya peristiwa invasi yg dilakukan oleh utusan Gajah Mada yg gagal utk menyerang Kerajaan Sunda sebelum peristiwa Bubat 1357 M.
0 notes