Tumgik
#Kecelakaan Bus
tangerangraya · 7 months
Text
Kecelakaan Bus di Tol Cipali, Disperkimta Tangsel Gerak Cepat Fasilitasi Pemakaman Korban
PONDOK AREN – Suasana duka tampak menyelimuti rumah korban meninggal dunia atas nama Yuyun (47) korban kecelakaan bus rombongan peziarah warga Ciputat Timur di Tol Cipali. Terlihat keluarga, kerabat hingga warga sekitar telah berdatangan dan memenuhi rumah duka untuk mendoakan jenazah, pada Senin (04/03/2024). Sementara itu Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
riaunews · 2 years
Text
Kecelakaan Bus Pariwisata di Jalur Bukittinggi - Padangpanjang, Tabrak Motor dan Pejalan Kaki
Kecelakaan Bus Pariwisata di Jalur Bukittinggi – Padangpanjang, Tabrak Motor dan Pejalan Kaki
Bus pariwisata mengalami kecelakaan di jalur Bukittinggi-Pasangpanjang, tepatnya di Nagari Kotobaru, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar. Bukittinggi (Riaunews.com)- Satu unit bus pariwisata mengalami kecelakaan hingga menabrak tiga rumah warga di Jalan Raya Padang Panjang-Bukittinggi, Nagari Koto Baru, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat (Sumbar), Kamis (15/12/2022). Kasat Lantas…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
borobudurnews · 2 years
Text
Berikut Hasil Investigasi KNKT Kecelakaan Maut Bus Wisata di Bantul
Berikut Hasil Investigasi KNKT Kecelakaan Maut Bus Wisata di Bantul
BNews–JOGJA-– Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengumumkan hasil investigasi kecelakaan bus wisata PO Gandos Abadi. Dimana kejadian tersebut terjadi di Jalan Bukit Bego, Bantul, Yogyakarta, pada 6 Februari 2022 lalu. Dalam rilisnya, KNKT menyebutkan faktor kecelakaan terjadi karena penyakit rem blong. Di sisi lain, bodi bus yang keropos turut menambah fatalitas kecelakaan. Faktor…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 3 months
Text
Bawa Motor Mogok, Perempuan Warga Pandeglang Terlindas Bus
SERANG – Kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Raya Serang – Pandeglang tepatnya di Kampung Koprah Desa Panyirapan, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang Senin (24/6/2024). Pemotor berjenis kelamin perempuan berinisial T.E (28) warga Kampung Nyoreang Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang itu tewas setelah terlindas bus. Korban yang mengendarai Honda Beat A 3579 JT terluka parah di bagian kepala dan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sumbarlivetv · 5 months
Text
Bus ALS Tujuan Padang Via Medan Alami Kecelakaan Tunggal di Malalak
Agam,Sumbarlivetv.com – Mobil bus ALS mengalami kecelakaan tunggal di Malalak, Kabupaten Agam, Senin 15 April 2024, sekitar pukul 16.10 WIB. Kejadian tragis ini menimbulkan kekhawatiran karena sebagian korban dilaporkan terjepit oleh badan truk yang rubuh di pinggir jurang. Bus yang mengalami kecelakaan tersebut sedang dalam perjalanan dari Medan menuju Padang. Saat kecelakaan terjadi, kondisi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
gooselacom · 1 year
Text
Rilis Satlantas Polres Ngawi, Bus Eka Versus Bus Sugeng Rahayu: 3 Tewas 15 Luka-luka
Rilis Satlantas Polres Ngawi, Bus Eka Versus Bus Sugeng Rahayu: 3 Tewas 15 Luka-luka
Ngawi, Goosela.com – Satlantas Polres Ngawi langsung merilis data mutakhir korban tewas dan terluka, beberapa saat usai terjadinya tabrakan dua buah bus cepat antar Provinsi. Rilis itu menyusul insiden adu muka Bus Eka Vs Bus Sugeng Rahayu, yang terjadi di Jalan Raya Ngawi – Maospati, depan SMPN 2, Desa Tambakromo, Kecamatan Geneng, Kamis pagi (31/8/2023). Kepada para jurnalis, Kapolres Ngawi,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Evakuasi Korban Laka Bus Pariwisata di Sarangan, Dipimpin Kapolres Magetan
Evakuasi Korban Laka Bus Pariwisata di Sarangan, Dipimpin Kapolres Magetan
Evakuasi Korban Laka Bus Pariwisata di Sarangan, Kapolres Magetan Turun ke TKP (more…)
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
narasinews · 2 years
Text
Kecelakaan Maut Bus vs Truk, Anggota Polisi Meninggal
Kecelakaan Maut Bus vs Truk, Anggota Polisi Meninggal
Narasinews.id, ACEH UTARA – Kecelakaan maut terjadi di Kilometer 34, Jalan Provinsi KKA Bener Meriah, Gunung Salak, Desa Alue Dua, Kecamatan Nisam, Aceh Utara, Minggu (9/10/2022). Laka Lantas tersebut melibatkan truk colt diesel dengan Nopol BL 8549 Y dan bus sekolah dengan Nopol B 2207 XCT. Satu orang meninggal dalam insiden nahas itu. Menurut informasi, korban meninggal adalah sopir Truk Colt…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rrabbyy · 10 months
Text
: Whenever it rains
Tumblr media
Sepatu, tas, serta pakaian Haffa kini basah kuyup karena hujan. Sengaja ia lakukan, setelah urusan di kampusnya selesai Haffa langsung berlari menerobos lebatnya hujan.
Mulai tidak tahan dengan dinginnya angin hujan, Haffa pun memutuskan untuk berteduh sebentar di halte bus terdekat.
Terus ia tatap tetesan air hujan yang tampaknya tidak akan berhenti dalam waktu sebentar, hingga secara otomatis kenangan dari masa lalu mulai kembali berputar dalam otaknya. “Hujan, ya?” gumam Haffa.
Sudah 1 tahun berlalu setelah kejadian di musim hujan bulan februari lalu.
Dingin dan menyakitkan, itulah yang Haffa rasakan setiap kali mengingatnya.
~🐮🐯~
Waktu itu Yalen adalah murid pindahan di sekolah Haffa. Seolah sudah saling berjanji di kehidupan sebelumnya, Haffa dan Yalen memiliki begitu banyak kesamaan. Mulai dari orang tua mereka yang sama saling bercerai, anak tunggal, kesukaan, dan bahkan cara berpikir mereka pun sama.
Karena hal sederhana itulah mereka akhirnya bisa menjadi teman baik.
Menjalani hari-hari sebagai teman seharusnya sudah cukup bagi Haffa dan Yalen. Namun tanpa sadar keduanya mulai menginginkan hal lebih.
Haffa bagaikan musim hujan yang lembut, kehadirannya selalu membuat Yalen tenang dan merasa nyaman ketika bersamanya.
Dan seperti musim panas. Yalen anak yang manis, ceria, hangat, dan selalu penuh dengan kasih sayang.
Faktanya Haffa dan Yalen memang pasangan yang sempurna.
Begitulah, hanya dalam waktu beberapa bulan. Mereka berdua bisa saling menaruh hati kepada satu sama lain.
~~~
Awal bulan november, musim hujan pertama mereka. Haffa dan Yalen berhasil menjadi sepasang kekasih. Bagi mereka bisa selalu bersama adalah hal membahagiakan yang tidak akan bisa digantikan oleh apapun.
Namun, di musim hujan kedua mereka. Saat itu bulan februari. Ketika Haffa dan Yalen memberanikan diri untuk memberi tahu orang tua mereka tentang hubungan mereka.
Ayah Yalen bisa menerima dengan mudah, tetapi sebaliknya ibu Haffa berteriak tidak terima.
Tepat di hadapan Yalen ibu Haffa mengutarakan begitu banyak kata-kata kasar yang menyakitkan. Terutama ketika di ucapkannya dengan lantang bahwa ia sangat membenci hubungan sesama jenis.
Sesak, juga kecewa. Akan tetapi Yalen tidak bisa menyalahkan siapapun. Membuat ia hanya bisa melarikan diri, sembari menangis di kala hujan lebat Yalen berlari pergi meninggalkan Haffa dan ibunya.
Yalen terlalu kalut dengan perasaannya, hingga ia mencelakakan dirinya sendiri karena menyeberang jalan tanpa hati-hati.
Haffa yang sedari tadi mengejar Yalen dalam hitungan detik tubuhnya langsung di buat lemas, bahkan untuk mengeluarkan sepatah kata saja rasanya ia sudah tidak mampu.
Mendapati sang kekasih yang sudah tergeletak bersimbah darah di ujung jalan. Kebisingan di sekitar sudah tidak dapat Haffa dengarkan lagi, hanya sebuah dengungan keras yang kini memenuhi telinganya.
Pelan-pelan Haffa hampiri Yalen yang masih dalam keadaan setengah sadar saat itu.
Puluhan kata andai memenuhi isi kepala Haffa. Andai ia tidak membawa Yalen untuk bertemu ibunya, andai ia mengejar Yalen lebih cepat, atau andai.. dari awal mereka menjadi teman baik saja tanpa meminta menjadi lebih.
Haffa menangis tiada suara, sembari mengangkat tubuh Yalen kemudian di peluknya erat. “Maaf..” sebuah kata yang di ucapkan dengan nada teramat rendah dan penuh rasa putus asa. Menjadi kata terakhir yang Haffa ucapkan untuk Yalen pada tahun itu.
~~~
Yalen selamat. Sayangnya kecelakaan membuat ingatannya tentang Haffa, bahkan tentang dirinya sendiri hilang.
Sejak itu pula lah Haffa tidak pernah muncul kehadapan Yalen lagi. Entah karena tidak ingin menyakiti Yalen, atau merasa malu karena telah gagal untuk menjaganya.
Bisa mengetahui bahwa Yalen selamat bagi Haffa itu sudah lebih dari cukup.
Hubungan mereka berakhir tanpa kata putus dan ucapan selamat tinggal. Semuanya berlalu begitu saja, bagaikan angin.
~🐮🐯~
Kembali ke masa kini.
Lelah mengenang kejadian 1 tahun lalu. Haffa beranjak niat meninggalkan halte bus, sial hujan masih tak kunjung henti membuatnya sedikit jengkel.
“Ah! Terobos aja lah” geram Haffa.
Namun sebelum Haffa melangkah, sebuah tangan menarik ujung lengan bajunya. “Nih payung.. kamu udah basah banget. Kalo tetap terobos hujan, mungkin besok bakal sakit”
Deg.. detak jantung Haffa berdetak cepat tidak karuan. Begitu mengetahui siapa orang yang saat ini menawarkannya sebuah payung, spontan Haffa memundurkan kakinya beberapa langkah.
Orang yang selama 1 tahun ini hampir setengah mati ia hindari, sekarang muncul dengan senang hati di hadapannya.
“Yalen..”
“Hm? Ngomong apa?” Yalen sedikit mendekat, karena suara hujan ia tidak dapat mendengar ucapan Haffa.
Haffa hanya bisa menunduk tanpa berani menatap ke arah Yalen. “Aku.. gak perlu payung”
“Ambil aja! Aku kasih” sambil tersenyum Yalen langsung meletakan payungnya di tangan Haffa.
“Kamu gimana?”
Yalen kembali tersenyum. “Rumah pacar aku dekat sini, bentar lagi dia jemput aku”
Haffa bernafas lega mendengar jawaban Yalen, meski sebenarnya ada sedikit rasa tidak terima di hatinya.
Perlahan Haffa mulai mengangkat kepalanya, membuat matanya dan mata Yalen kini bertemu.
Jujur saja, keinginan Haffa untuk menarik Yalen masuk ke dalam pelukannya sangatlah kuat. Rasa rindu yang ia tahan dengan lancang kembali menggerogoti hatinya. Namun dirinya adalah orang yang paling tahu jika di keadaan yang sekarang sudah sangat mustahil untuk kembali.
Haffa gigit bibir bawahnya sebentar, sebelum ia kembali berbicara.
……….
“Aku pernah jatuh cinta sama seseorang..
Ini adalah kisah cinta di musim hujan. Tapi karena aku gagal buat ngelindungin dia..
Di musim hujan itu jugalah aku kehilangan dia”
Hujan mereda, suara tetesan air hujan yang awal seperti mengamuk seketika berubah menjadi lembut.
Tangan Yalen bergerak menyentuh dadanya sendiri. Mendengar setiap kata yang Haffa ucapkan, tiba-tiba membuat dadanya seakan ingin meledak.
“Dan sekarang.. aku cuma bisa berharap supaya dia selalu bahagia. Gak perduli dengan cara apapun, gak perduli sama siapapun, asalkan itu bisa bikin dia senang.. itu artinya harapan aku udah terwujud” tutur Haffa, kemudian ia memberikan senyum terbaiknya kepada Yalen.
Meski Yalen melupakannya, setidaknya Haffa ingin memberitahu Yalen lewat senyumannya. Walau masih sedikit sulit, tapi kini dirinya sudah baik-baik saja.
“Makasih, dan.. selamat tinggal Yalen..” Haffa usap sejenak pucuk kepala Yalen, lalu berlari pergi setelahnya.
Sembari menatap kepergian Haffa, Yalen terus menepuk kuat dadanya. “Sakit..” air mata pun tanpa permisi mulai membasahi pipi Yalen.
Ia masih tidak tahu pasti apa penyebabnya. Namun Yalen percaya, jika seseorang yang barusan berbicara dengannya adalah seseorang yang pernah menjadi bagian terindah dari hidupnya.
Ketika Yalen ingin mengejar Haffa, Jerry pacarnya yang baru tiba dengan cepat menahannya. Begitu menyadari Yalen yang menangis, Jerry segera memeluknya tanpa bertanya.
Perasaan Yalen semakin acak-acakan. Ingatannya memang hilang, tapi hati tidak bisa berbohong.
Perasaan sakit kehilangan seseorang yang pernah menjadi kebahagiaan berharga, mustahil untuk di jelaskan entah dengan cara apapun.
Satu hal yang bisa Yalen lakukan sepertinya hanyalah menangis. Yalen menangis semakin keras di dalam pelukan Jerry, menangis.. dan terus menangis.
Benar.. saling merelakan adalah pilihan yang terbaik untuk keduanya. Memaafkan dan mendo’akan untuk kebahagiaan satu sama lain, begitulah seharusnya.
Hari-hari hangat yang pernah Haffa dan Yelen jalani bersama, sekarang hanya menjadi sebuah kenangan yang dingin.
Dengan mengucapkan selamat tinggal, hubungan Haffa dan Yalen telah benar berakhir.
~~~
Orang bilang cinta adalah sesuatu yang lembut, manis, dan penuh kasih sayang. Akan tetapi bagi Haffa dan Yalen nyatanya semua itu hanyalah omong kosong.
Jatuh cinta kepada seseorang, adalah sesuatu yang jauh lebih kejam dan menyakitkan.
- rra
3 notes · View notes
diarynur · 1 year
Text
Rezeki Gak Akan Kemana, y g y?
Halo temen-temen budiman dimana pun berada, semoga senantiasa dalam perlindungan Allah SWT. Aku pengen banget sharing mengenai sebuah kisah sederhana tapi lumayan dalem gitu hikmahnya. Ini kisah pribadi yang aku alami sendiri, hehe. Cerita sederhana ini berawal dari huru-hara film yang lagi viral itu, KKN di Desa Penari. Udah tiga tahun nungguin tuh film tayang tapi enggak tayang juga. Dan Qadarullah tahun ini bisa tayang juga ya, nonton dong!
Perkara war tiket nonton hari kemarin, bikin aku excited banget buat berangkat ke bioskop hari ini. Ya, gimana lagi, prosesi panjang hari kemarin─panas-panasan, antri panjang, dan kecapekan, cuma demi sobekan kertas putih yang biasa disebut tiket, pun yang tersedia untuk slot untuk hari besoknya (hari ini) dan tersisa kursi bagian depan. Mana harga tiketnya bisa dapet mie ayam dua mangkuk + udah sama es tehnya ya kan. Gak boleh kelewat dong!
Udah menyiapkan mental, jiwa, dan raga, Insya Allah cuss. Eh dapet kabar kalau keluarga besar dari Bapak mau dateng ke rumah. Dan kemudian Mamaku pun minta, biar aku gak perlu pergi ke bioskop. Aduh, hancur sudah harapanku. Tapi temen-temen tahu gak sih perkara rezeki itu? Dalam suatu hadits yang mana familiar banget gitu ya cuplikannya: “…Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya…” (Hadist Riwayat Bukhori dan Muslim). Nah, hari itu banyak pelajaran yang kuambil mengenai rezeki. Yuk simak yuk!
Di sela-sela kedatangan keluarga besar, aku diminta mamaku buat beli ayam krispi alias Kentucky. Sontak, aku sarankanlah sebuah restoran Kentucky yang menjual paket murah satu kotak nasi. Mamaku yang tadinya ingin membeli Kentucky di bakul asongan pun menyetujui perubahan plan yang kusarankan.
Di resto yang kumaksud, “Mbak saya mau beli Paket Ayam Murahnya 25 apakah bisa?”, tanyaku. “Paket Ayam Murahnya habis.” Balas Mbak-Mbak kasir restoran. Yah, baiklah, aku bergegas panik dan kebingungan. Kuambil sepeda motorku dan berpikir. Namun, aku tak menemukan ide atau solusi bagus hingga aku menyalakan motor dan bergegas pergi. Naluriku menggerakkan tanganku untuk kembali pulang. Di tengah perjalanan, aku berpikir, sepertinya aku salah mengambil keputusan. Ku berhenti sejenak dan merenung.
“Kayanya aku harus beli Kentucky sesuai planning awal?”, pikirku dalam hati. Gejolak di otakku membuatku kebingungan hingga hatiku ikut bersuara, “Gak bakalan salah, akan lebih salah kalau aku pulang tanpa bawa apapun.” Baiklah, langsung putar balik dan berniat membeli Kentucky di pedagang asongan manapun yang pertama kulihat.
Waktu kulihat pedagang Kentucky disana, pikiranku kembali berkecamuk, “Ya Allah, aku ke cabang resto Ayam Murah desa sebelah saja!” Jaraknya tidak jauh pula dekat, 5 km. Ngebutlah aku, tiba-tiba “byurr,” guyuran air dari langit. Aku kebingungan tetapi mencoba terus ngegas─ngenggg. Semakin kesana makin deras, wah wajib balik nih. “Memang harusnya beli Kentucky di pedagang tadi aja yah? Ya Allah?” heranku seolah diusir untuk kembali oleh Kuasa-Nya.
Saat kembali, hujan pun mereda sampai aku menyesal karena berbalik. Di tengah kekesalan ini, kusadari ada pedagang lain selain yang pertama kulihat. Tanpa pikir lagi, aku menepi dan membeli disana. Baru beberapa detik turun dan duduk disana, guyuran hujan makin tak kira-kira. “Yah, hujan Mbak”, ucap Ibu tersebut. “Aduh, iya, tiba-tiba hujan deres ya Bu. Ibu, mau beli Kentucky 25 ada?” tanyaku. Tidak ada guys, hanya ada 13 buah. Baiklah tidak apa.
Hujan terlihat tak akan berhenti beberapa menit bahkan jam ke depan. Aku menatap langit dan mengingat sepertinya bioskop yang kudambakan, yang kuperjuangkan dari kemarin tidak akan bisa kugapai. Mengingat sejam lagi pemutaran film dimulai. Melupakan semua itu aku bergegas ke motor, berhujan-hujanan, dan pergi menuju ke penjual Kentucky yang pertama kulihat. Terlupa, kebaikan Ibu penjual tersebut memberikan kresek doble agar Kentucky yang kubeli tidak basah.
Lanjut… Saat sampai di pedagang Kentucky, “Pak beli 12 ya Pak!” ucapku. Tiba-tiba aku berpikir, “Sepertinya aku terlalu banyak membeli Kentucky.” Menghasilkan keputusan, “Eh Pak, jadinya 10 aja ya!” Tak lama hujan tiba-tiba berhenti. Aku keluar dari tenda pedagang itu dan menatap langit. Waktu yang sangat pas untuk melihat awan-awan membuka tirainya untuk sang Mentari, silau sekali. “Kok bisa?”, heranku. Langit tiba-tiba berubah menjadi biru, awan-awan gelap mulai menyingkir dan lenyap.
Tak kupikirkan hal aneh yang serba kebetulan tadi terjadi, bergegas pulang menuju rumah tersayang. Waktu sampai, aku terkejut melihat semua orang sudah bersiap untuk masuk ke mobil. “Loh, mana nasi ayamnya?” Tanya Mamaku kebingungan. “Habis Ma, Cuma beli Kentucky.” Hal tersebut membuat Bulikku mengambil satu kresek saja untuk bekal di jalan dan meninggalkan satu kresek lainnya untuk keluargaku. Akhir kata, selamat jalan keluargaku~
Pas sekali! Pemutaran film tinggal 30 menit lagi. Dengan cepat, aku bersiap diri dan menjemput Kakak sepupuku-nonton bareng. Di sana, kita sampai tepat waktu sesuai jadwal. Tertatih-tatih berjalan, khawatir film sudah diputar. Dan ternyata belum, senang sekali. Tiga jam berlalu, film pun telah usai. Akhirnya, setelah penantian 3 tahun, bisa juga kutonton film ini.
Sesuai rencana awal, mau beli Thai Tea dulu hehe. Waktu sampai disana, “Nur, tadi di film ada bakul cilok ya, kamu pengen cilok gak?” Tanya Kakak sepupuku itu. Sontak aku pun tertawa, “Nonton film bikin ngidam cilok ya Mba? Ayo Mba cari!” Ajakku. Memang tadi saat dilewati kulihat banyak penjual di pinggir jalan, mungkin cilok salah satunya. Karena melihat telur gulung yang sangat kusukai, aku pun mampir dulu. Kebetulan sebelahnya ada penjual Bakso Pentol Mercon, “Mba? Pentol ini cilok bukan sih?” tanyaku belum kutemukan deskripsi lebih lanjut-batu melihat tulisan “pentol”. “Bukan Ning, itu bakso tuh tulisannya, lihat gambarnya juga deh.” Oh iya, betul.
Di tengah-tengah penggulungan telur, “Aku beli Bakso Merconnya juga deh Ning!” ucapnya. “Oke.” Sepupuku itu membelinya, sepertinya sedap juga kulihat. Setelah telor gulung dan bakso pentol usai, “Gimana Mba? Masih mau beli cilok?” tanyaku. Dia melihat kea rah depan, aku pun mengikutinya. Terlihat para pedagang sudah tidak begitu ramai dan sepertinya banyak yang sudah pergi. “Tadi kamu lihat Siomay kan?” tanyanya. “Iya, lihat Mba.” Jawabku. “Aku agak kepengen siomay kan rada mirip ya sama cilok, hehe.” Ungkapnya. Sontak aku kembali teringat lagi dengan film KKN di Desa Penari tadi. “Iya, ayo Mba.”
Berjalan dan terus berjalan, perasaan tadi penjualnya dekat. “Kok jauh ya Mba?” ucapku sembari tertawa. “Iya hehe, padahal kukira tadi disini.” Balasnya. Aku setuju dengannya. Saat kulihat ke belakang, sungguh sudah sangat jauh dari tempatku beli Thai Tea. Kakak sepupuku itu mulai ragu, ia memperlambat jalannya dan mencoba mengatakan untuk berbalik saja karena takut aku merasa capek. “Ih gak papa Mba, kan udah sejauh ini, tanggung kalau balik lagi dengan tangan kosong.”
Berjalan dan terus berjalan, kok gak nyampe-nyampe ya? Aku teringat sesuatu, “Mba jangan-jangan bakul siomaynya ada di depan Alfamart ya?! Aku barusan keinget gitu.” Dia pun mengiyakan hal tersebut. Tandanya, ini masih setengah jalan. “Tok tok tok” suara ketukan bambu dari jalanan. “Siomay Mbak!” Seruku. Kakak sepupuku itu terlihat panik, sama sepertiku. Mungkin kalau aku yang beli, akan aku panggil tukang Siomay yang sedari tadi menatap ke arahku. Tapi ini dia yang beli, seharusnya dia yang memutuskan.
Aku hanya saling menatap dan menunjukkan gerak-gerik panic satu sama lain. Bakul siomay tu sudah melewati kami berdua, sebelum terlalu jauh, “Gimana Mba? Mau gak? Kupanggillin nih!” Kesalku karena jujur aku lelah. Tetapi sepupuku itu menunjukkan ekspresi menolak di tengah raut wajahnya yang kepanikan. Hal itu membuatku ragu untuk berteriak memanggil bakul siomay tersebut. Dan, siomay itu pun berlalu, wkwk.Setelah jauh, kami berdua saling tertawa dan keheranan atas apa yang barusan terjadi. Entahlah, aku pun masih heran.
Di tengah lelahnyaberjalan, aku kembali mengingat hari ini. Saat ingin pergi ke cabang resto yang lain, eh dicegah hujan. Kemudian, membeli 23 Kentucky dengan membaginya ke dua penjual berbeda. Pulang-pulang keluarga besarku dari Ayah, sudah hendak pergi. Alhasil mendapatkan satu kresek Kentucky dan bisa pergi ke bioskop. Sampai di bioskop pun tepat waktu dan film pun belum diputar. Terakhir, parkara panic dan ngefreeze membuat sepupuku melewatkan bakul siomay. Sepertinya memang semuanya sudah diatur oleh Sang Khaliq.
Langkah demi langkah sampai di depan Alfamart tempat siomay itu berada. “Mungkin memang sudah rezeki penjual siomay ini.” Pikirku. Karena rasa lelah tadi pun aku akhirnya berpikiran untuk ikut membeli dan membelikan juga ketiga adikku yang ada di rumah. Baru kusadari, tanda-tanda kebesaran-Nya dengan kisah yang kualami ini. Rezeki bakul Kentucky, siomay, keluargaku yang mendapat Kentucky, dan rezekiku menonton film, tersalurkan lewatku, tersalurkan lewat kisahku.
Bahkan kalian sadar gak sih? Secara gak langsung ceritaku ini akan pula menjelaskan perkara rezeki para tim pembuat film KKN di Desa Penari. Dari tahun 2019 silam, film itu ditunda rilisnya hingga 3 tahun ke depan. Banyak pihak yang berspekulasi dan pesimis film ini tidak akan laris sebab digadang-gadang sudah kehilangan hype-nya yang tergerus 3 tahun lamanya. Tapi nyatanya? Dengan strategi yang ciamik film ini berhasil mematahkan spekulasi-spekulasi. Bahkan film ini disebut-sebut sebagai film terlaris sepanjang masa yang per tanggal 19 Mei kemarin sudah ditonton 7 juta penonton. Dan akan terus bertambah mengingat film ini masih dalam penayangan.
Jadi itulah kisah sederhana dariku, tapi temen-temen dapet kan pesan moralnya? Hehe. Perkara masa depan termasuk rezeki, sudah Allah tuliskan jalannya di Lauful Mahfuz. Namun perkara takdir itu rahasia Ilahi, yang bisa kita lakukan adalah berusaha dan bertawakkal kepada Allah SWT. Kita tidak tahu usaha mana dan do’a mana yang akan mendatangkan rezeki. Sekian kisah rezeki dariku, mari sering perhatikan sekitar kita dan sadari tanda-tanda kebesaran Allah agar kita semakin bertaqwa. Keep Hamasah!
4 notes · View notes
merakiasa · 1 year
Text
bagiku, perjalanan kereta lebih dari sekadar mengantar para insan menuju tempat terbaik yang mereka inginkan.
bagiku, perjalanan dengan suara vokalis The Neighbourhood yang mengalun di kedua telinga serta samar-samar suara roda kereta yang menghantam jalan di bawahnya adalah salah satu waktu terbaik untuk melayangkan pikiran dengan bebas.
bagiku, perjalanan kereta lebih indah dari suara Pak Nardi, wali kelas semasa aku SMA yang menyebutkan nama panjang serta pencapaianku menjadi juara 1 lomba olimpiade fisika tingkat nasional yang diakhiri dengan riuhnya tepuk tangan dari seluruh murid di lapangan.
bagiku, kamu alasannya.
alasan mengapa sinar matahari yang terlampau silau dari jendela kereta ini tidak terlalu menyebalkan. padahal aku tidak terlalu suka cahaya yang terangnya sama seperti cahaya ponsel para orang tua. aku tidak protes bahkan ketika penumpang di sebelah kiriku berkata, “saya sangat suka pemandangan Semarang-Bandung ketika sore begini loh, mas. jendelanya saya buka lebar-lebar kayak gini gapapa ‘kan, mas?”
aku menghargai seorang wanita paruh baya yang tersenyum lebar padaku saat itu. “Saya juga suka, bu.” aku membalasnya dengan kebohongan.
padahal, aku lebih suka gelap. padahal, pemandangan di luar jendela yang bergerak itu bahkan membuatku mual.
nyatanya aku saat itu hanya merasa tidak enak saja pada orang yang bahkan tidak kuketahui nama panggilannya.
sama seperti ketika kamu pertama kali menyodorkan sebotol air putih kepadaku tiga tahun lalu, Sab.
saat aku berusaha sekuat tenaga menahan tangis, setelah mendapat kabar bahwa orang tersayang yang membuatku cepat-cepat pergi ke Semarang untuk melihat perkembangannya di Rumah Sakit Paru bahkan sudah meninggalkan kami semua bahkan sebelum aku tiba di sana untuk memecah rindu.
satu-satunya kerabat sedarah yang menyayangiku dengan sepenuh hati, satu-satunya yang selalu menyambut hangat kedatanganku di Semarang dengan dialog andalannya yang terdengar sangat ramah di telinga, “Mas Rai, mau nenek buatkan teh panas atau jahe susu?”
aku selalu pilih jahe susu.
tangisku pecah, Sab, saat ingat itu. asmaku entah kenapa kambuh setelah kukira aku sudah sembuh beberapa tahun lalu. semua kenangan indah yang tidak bisa dihitung pakai jari perlahan memenuhi isi kepala. berisik, menyakitkan, dan tidak bisa dikontrol.
tangisku pecah namun aku sebisa mungkin tidak bersuara. rasanya sesak, aku bahkan makin sulit bernapas. dadaku naik turun tidak karuan, berusaha memproses kabar yang kudapatkan dari Pakde melalui pesan singkat. sedangkan tanpa aku tahu pasti kapannya, kamu menyodorkan botol ke hadapanku.
“Mas, minum.”
tanpa bertanya, kamu menyuruhku begitu saja. seakan ini bukan yang pertama kali.
tanpa bertanya juga, aku mengambilnya dan menuruti perintahmu. refleks, aku menyerahkan botol tersebut ke tanganmu setelah usai meminum dua tegak.
“Feeling better?”
saat kalimat itu terlontar, barulah aku menyadari napasku mulai teratur. Tangisku terhenti, walau dada rasanya masih sesak. Aku menoleh ke kiri, akhirnya dapat melihat wajahmu sepenuhnya dengan pemandangan hijau di belakangnya.
“So much better. Makasih, ya.” aku memaksakan senyum.
“Gak perlu senyum kalau emang lagi ngerasa sedih, mas.”
aku tertegun.
“Pemberhentian setelah ini lumayan lama, sekitar 15 menit. Mas bisa turun dari kereta lalu ke toilet stasiun. Nangis sepuasnya.”
aku tertegun, lagi.
“Makasih, ya.”
setelah itu, aku kembali menuruti ucapanmu. kereta yang berhenti cukup lama itu membuat aku cukup bisa meluapkan semua emosi yang sejak tadi tertahan.
namun, siapa sangka, Sab? ternyata ucapanmu selalu aku turuti hingga 2 tahun setelah kita lebih mengenal satu sama lain.
kamu yang selalu protes kalau aku kurang minum air putih. kamu yang selalu melarangku untuk mengangkat telefon saat berkendara karena fokusku gampang terpecah dan aku bisa saja mengalami kecelakaan, bahkan ketika telefon itu dari kamu.
kamu yang selalu mengingatkan bahwa aku tidak boleh terlalu banyak merokok karena asmaku sering kambuh. kamu yang selalu memesankan makanan saat aku bahkan lupa waktu jam makan siang. padahal aku di Bandung, kamu di Semarang. secanggih itu, ya, teknologi sampai bisa membuat yang jauh selalu terasa dekat.
sayangnya, teknologi tidak bisa menyatukan dua orang yang memang bukan takdirnya sejak awal ya, Sab.
kalau bisa, sumpah, aku akan bekerja 24/7 tanpa libur untuk bisa mengumpulkan uang dan membeli teknologi itu, Sab.
karena sejak kamu memutuskan untuk pergi, kamu membawa sebagian semangatku untuk hidup.
duniaku mendadak runtuh sejak sore itu kamu berkata, “Rai, aku harap kamu bisa temuin orang yang lebih pantas buat kamu nantinya. Yang bisa selalu mengerti isi kepalamu yang penuh itu. Yang selalu bisa memprioritaskan hidup kamu dibanding hidupnya sendiri. Yang selalu mencintai kamu lebih dari ia mencintai dirinya sendiri dan hal-hal yang membahagiakannya.”
“I hope you’ll meet a person who can do all the things I can’t do for you, Rai.” tangismu pecah waktu itu. tepat saat aku ingin meraih tanganmu, kamu sudah buru-buru membalikkan badan untuk pergi.
bahkan sampai saat ini, punggungmu yang menjauh di hari itu selalu hadir di bunga tidurku sebagai mimpi buruk, Sab.
aku kira hidupku setelah kepergianmu sore itu juga termasuk mimpi buruk. rupanya aku masih bisa merasakan jahitan di kakiku yang kudapatkan dari kecelakaan dua minggu lalu karena terjatuh dari motor.
bukti nyata, ya, Sab. hidupku kacau tanpa kamu.
aku kira semuanya mimpi buruk. tapi kenapa kertas undangan pernikahanmu di genggaman tanganku ini terlihat sangat nyata, Sab?
kamu menghantuiku sampai ke mimpi karena aku terlalu egois saat kita masih pacaran, ya? kamu dendam, Sab?
kalau bisa, aku akan menyuruhmu untuk dendam saja. untuk benci, untuk memukulku, untuk memakiku. asal kamu di sini, di sampingku, melintasi Bandung ke Semarang dengan kereta sambil bercanda tawa. kita pada akhirnya menikah di kota asalmu, kota asal nenek, kota yang menjadi awal dari kisah kita.
siapa kira aku justru duduk sendiri di bangku kereta dengan penumpang di sebelah kiriku yang tidak berhenti berbicara padaku tentang masa indahnya bersama mendiang suaminya dulu dan aku hanya bisa mengangguk lalu tersenyum pahit.
aku bisa membayangkan kamu 20 tahun lagi mungkin akan seperti ibu di sebelahku ini, Sab. berbicara tanpa jeda, tersenyum, matanya berbinar seakan kisah yang sedang diceritakan baru saja terjadi kemarin. sayangnya, yang kamu ceritakan nantinya bukan aku tapi pasanganmu.
sialnya, dalam hitungan kurang dari 20 jam, aku harus menyaksikan kamu tersenyum dan mengucap ikrar sehidup semati tanpa aku di hadapanmu.
Sab ... kalau kamu saja bisa memaafkan aku dengan segala kebodohan dan kesalahanku ketika kita masih bersama, kenapa aku sampai detik ini justru berharap aku pergi dari dunia ini dibanding harus menjalani hidup tanpa kamu di dalamnya?
3 notes · View notes
ariekdimas · 1 year
Text
Bangkit
Tumblr media
Aku sadar keputusan berat ini harus diambil karena diriku tidak mau terpuruk terus dalam ketidakpastian. Tindakan amputasi pun akhirnya dilakukan. Pagi esoknya aku terbangun dengan perasaan berbeda. Kain putih rumah sakit menutupi kakiku. Aku menarik seprai dan melihat bahwa kaki kananku kini sudah tidak ada.  Setelah berpisah dengan kaki kananku, dokter menyarankan aku harus menjalani masa pemulihan di rumah selama beberapa bulan.
Tidak hanya pemulihan fisik yang aku butuhkan, namun juga pemulihan psikologis. Karena mentalku benar-benar sedang hancur saat ini. Bagai tersambar petir di siang bolong. Mimpi seorang remaja laki-laki itu untuk menjadi pesepakbola profesional kini kandas begitu saja.
Benar rupanya, manusia tidak sadar bahwa apa yang mereka punya begitu berharga sampai Tuhan mencabut nikmat tersebut darinya. Padahal hanya satu anggota tubuhku saja yang diambil, namun itu sudah cukup untuk membuatku tidak berdaya dan kehilangan tujuan hidup yang ingin aku capai selama ini.
“Arrgh! Mengapa harus aku yang mendapatkan musibah ini!?” Keluhku yang terbaring mengurungkan diri di dalam kamar.
Tok! Tok! Tok! Terdengar suara ketukan pintu
“Mas Arga, Ibu izin masuk ya.”
“Kamu nggak mau keluar kamar? Belakangan ini Ibu perhatikan kamu sering murung. Ibu tahu pasti berat menerima keadaanmu saat ini. Tapi nggak baik loh kalau terlalu larut dalam kesedihan.”
“Iya Bu, ntah mengapa aku masih belum bisa menerima kondisiku saat ini. Rasanya sekarang aku udah nggak bisa ngapa-ngapain lagi deh. Maaf ya bu, kayaknya Arga udah nggak ada harapan lagi untuk bisa ngasih yang terbaik ke Ayah dan Ibu.”
“Huss Arga! Nggak boleh ngomong gitu. Berputus asa nggak akan membawa kamu kemana-kemana. Kamu cuma kehilangan satu anggota tubuh, bukan berarti dunia  telah berakhir. Ingat tujuan mas Arga selama ini kan ingin bisa jadi juara.”
“Tapi bu, sekarang untuk berdiri saja aku kesulitan. Bagaimana mungkin aku bisa jadi juara?”
 “Seorang juara nggak melulu tentang kemenangan atau pencapaian sebagai sebuah keharusan, mas Arga. Tetapi tentang melihat apa yang ia dapat  tampilkan dengan sebaik-baiknya. Jadilah seseorang yang mampu mengendalikan diri dalam situasi apapun yang menekannya dan selalu bersiaplah dengan berbagai keadaan yang dialami. Baik itu yang dapat diprediksi hingga keadaan yang luar perhitungan. Inilah yang disebut sebagai mental juara.” Aku terdiam mendengar perkataan Ibu.
“Memiliki mental juara nggak hanya bagi orang-orang yang sedang menghadapi pertandingan atau perlombaan. Tanamkan dipikiran kamu bahwa kamu mampu, mas Arga. Ibu yakin kamu pasti bisa menghadapinya .” kata Ibu sambil mengelus kepalaku.
“Tapi bagaimana cara agar aku bisa menumbuhkan mental juara tersebut Bu?” tanyaku.
“Caranya, yakin pada diri sendiri. Tepiskan rasa pesimisme dari hati, dan hargai sekecil apapun prestasi yang kita raih.” senyum Ibu kepadaku.
“Kamu tahu, dari dulu Ibu sebenarnya sudah khawatir kalau mas Arga menjadi pemain bola. Karena kemungkinan cedera atau kecelakaan di pertandingan rentan terjadi. Tapi Ayahmu yang selalu menenangkan dan meyakinkan Ibu untuk tidak terlalu mencemaskanmu. Buktinya kamu bisa memenangkan berbagai liga sepakbola junior di sekolah. Pokoknya, Ibu akan selalu do’akan mas Arga yang terbaik.
Sejak dapat nasehat dari ibu, aku mulai merenung dan mencoba untuk menerima diri ini kembali. Ternyata sudah setahun aku ngendog di rumah aja tanpa melakukan apapun. Hatiku sudah lebih tenang sekarang. Mungkin ini saatnya aku mulai beraktivitas kembali. Aku pun mulai membiasakan diri menggunakan kruk agar bisa berjalan. Agak sulit memang, karena butuh mengatur keseimbangan biar stabil. Tapi lama-kelamaan mulai biasa untuk menggunakannya.
Keesokkan harinya rumah kami kedatangan seorang tamu. Ia adalah teman lamaku. Yaps benar, Rio mampir menjengukku. Sebelumnya  aku dengar kabar kalau dia masuk kedalam timnas U-17. Tim sekolah kami kalah dibabak final waktu itu, tetapi karena Rio dianggap sebagai salah satu pemain terbaik di turnamen tersebut maka dia mendapat kesempatan bergabung dari PSSI. Dia baru bisa pulang karena harus mengikuti Pelatnas (pemusatan latihan nasional) di luar kota selama satu tahun kemarin.
“Assalamu’alaikum Arga!”
“Wa’alaikumsalam Rioo..Apa kabar lo? Lama nggak ketemu.”
“Baik gue alhamdulillah. Lo sendiri gimana? Masih hidup aja lo Ga.”
“Hahaha sialan lo. Oh iya, ngomong-ngomong selamat ya Yo. Gue turut bangga lo bisa masuk timnas U-17. Seru dong nih bisa dilatih sama pelatih kelas internasional?”
“Rasanya bersyukur Ga bisa berlatih bersama tim professional. Tapi gue nggak  bisa masuk kalau tanpa lo Ga. Karena lo yang buat guee semangat dalam bermain bola. Jujur kesan combo dynamic duo kita udah lama nggak gue rasakan lagi. Andai lo bisa ikutan juga pasti akan lebih seru lagi rasanya.”
“Kelas Pro tekanannya lebih besar pasti. Lo harus membiasakan diri bertanding tanpa gue Yo. Dikondisi gue yang sekarang, gue nggak mikirin lagi untuk jadi pesepak bola.”
“Eh iya Ga, udah lama kan lo nggak main bola? Ikut gue ke lapangan yuk, kita main bareng!”
“Gimana caranya? Lo nggak lihat kondisi gue sekarang?”
“Bisa tenang aja. Lo cuma nggak pernah nyoba lagi aja.”
Aku mengambil kedua tongkat berjalanku dari dalam kamar lalu bergegas ke luar. Kami pun menuju ke lapangan dekat rumah, tempat kami biasa bermain bola waktu kecil. Senang sekali rasanya bisa berada di lapangan hijau kembali. Bau rumput lapangan ditambah dengan hembusan angin sore, melingkupi seluruh tubuhku.
Rio membawa bola dan kemudian mengopernya kepadaku.
“Coba oper bola nya kesini Arga. Gunakan tongkat lo buat tumpuan dan tendang.”
Aku lalu mencoba memposisikan diriku ke arah bola. Ku gunakan tongkat sebagai sandaran seperti yang Rio katakan. Kemudian aku condongkan badanku kebelakang dan menekuk kaki kiriku sedikit.  Lalu ku tending dengan kaki bagian dalam. Tendanganku agak meleset diawal Aku pun mencobanya kembali dan berhasil mengoper bola ke Rio dengan baik.   Di momen itu serasa ada energi bercampur rasa bahagia yang seakan terisi kembali dalam tubuhku.
“Haha lihat itu Yo! Tendangan super Arga kembali!”
“Tendangan super apanya, cuma operan biasa itu loh. Apa gue bilang kan, lo tuh bisa Ga! Sekarang kalau lo bosen di rumah coba main bola aja, biar biasa mainnya juga.”
Tak terasa matahari hampir terbenam. Waktu terasa cepat ketika bermain bola. Walaupun saat ini aku hanya bermain saling mengoper sebentar saja dengan Rio, tetapi itu udah cukup untuk membangkitkan semangatku untuk mulai bermain bola kembali.
(Bersambung) (c) Ariek Dimas
5 notes · View notes
borobudurnews · 3 months
Text
Bus Pariwisata Rombongan Pelajar SMK Purworejo Kecelakaan di Semarang
BNews-JATENG- Bus pariwisata yang mengangkut rombongan study tour siswa SMK asal Purworejo, Jawa Tengah, mengalami kecelakaan di Tol Semarang. Kecelakaan ini menyebabkan tiga orang mengalami luka ringan. Menurut polisi, kecelakaan terjadi pada Kamis (13/6/2024) pukul 09.30 WIB di Tol Semarang ABC ruas Tembalang. “Itu bus sedang dalam perjalanan studi banding dari Purworejo menuju ke Demak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 4 months
Text
Bus Penuh Penumpang Kecelakaan di Tol Tangerang-Merak
SERANG – Puluhan perangkat desa dari tiga kecamatan di Kabupaten Serang, Banten mengalami kecelakaan tunggal di Tol Tangerang-Merak Km 46.200, Selasa (21/5/2024). Bus yang mengangkut mereka terperosok ke saluran air setelah diduga mengalami mati mesin. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, delapan orang penumpang mengalami luka-luka dan dilarikan ke RS Hermina Ciruas untuk mendapatkan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sumbarlivetv · 2 years
Text
Diduga Hilang Kendali,Satu Unit Mobil ALS Masuk Jurang
Diduga Hilang Kendali,Satu Unit Mobil ALS Masuk Jurang
Sumatera Utara,Sumbarlivetv.com – Bus ALS rute Medan-Panyabungan masuk jurang di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum), tepatnya Desa Aek Badak Jae, Kecamatan Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan (Tapsel).   Kecelakaan itu diduga dipicu oleh pengemudi yang hilang kendali hingga masuk ke jurang sedalam empat meter.   Kabid Humas Polda Sumut Kombes Hadi Wahyudi mengatakan kejadian itu terjadi pada pukul…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
imas-rifki-sahara · 1 year
Text
SELIMUT RINDU (Bagian 2)
Rintik hujan mulai turun. Cepat-cepat aku membuka pintu pagar sambil melindungi kepalaku dari guyuran air hujan dengan tas ransel yang kupakai. “Assalamu’alaikum bundaaaa......” sapaku se semangat mungkin. Kucoba menyembunyikan segala kegelisahanku di hadapan ibu. Aku tidak ingin menambah beban pikirannya dengan masalah yang sedang kuhadapi. Sejak bapak meninggal, kehidupan kami penuh tantangan. Terutama dari segi ekonomi. Dulu bapak bekerja sebagai satpam di salah satu bank bumn, sedangkan ibu adalah seorang ibu rumah tangga tulen tanpa pekerjaan sampingan. Almarhum bapak memang tipe suami yang sangat memuliakan istrinya. Tidak diizinkannya ibu bekerja agar ibu fokus mengurus rumah tangga terutama aku. Hingga suatu hari, tanpa pernah kami bayangkan sedikitpun, tiba-tiba bapak meninggalkan kami untuk selamanya. Bapak mengalami kecelakaan saat pulang kerja dan meregang nyawa di tempat kejadian.
Semenjak itu, kehidupanku dengan ibu betul-betul berubah. Aku yang saat itu baru saja lulus SMA, sempat mengurungkan niat untuk melanjutkan kuliah. Aku ingin membantu ibu beradaptasi setelah kepergian bapak. Di hadapanku, ibu mencoba kuat, meski aku tau, dalam ketegarannya, kutemukan isak tangis di setiap sujudnya. Butuh waktu setahun untuk membuat ibu kembali ke dapur. Tempat itu menyimpan banyak kenangan bagi ibu dan bapak. Beliau berdua banyak menghabiskan waktu di sana. Nyaris dalam satu tahun pertama setelah kepergian bapak, ibu tidak pernah menyentuh alat-alat dapurnya. Perihal kebutuhan makanan kami, ibu lebih banyak membeli masakan matang di warung daripada memasak sendiri. Sedangkan aku, sejak kecil tidak pernah diizinkan oleh ibu untuk membantu nya belajar memasak dengan alasan, aku diminta fokus belajar agar bisa melanjutkan kuliah di universitas terbaik di negeri ini, yang tempatnya masih satu kota dengan tempat tinggal kami.
Perlahan-lahan kami mulai beradaptasi. Ibu mulai berjualan kue dan menerima permak jahitan di rumah untuk menyambung kebutuhan hidup kami. Sedangkan aku, berhasil masuk ke universitas impian kami dan aku juga berhasil berkuliah disana tanpa mengeluarkan biaya. Memang benar apa yang dituliskan dalam kitab suci kami, bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
“wa’alaikumussalam sayangnya bundaa” jawab ibu atas salamku. Beliau rentangkan kedua tangannya dan bersiap memelukku. Kusambut pelukannya, hangat dan terasa nyaman. Sejenak, hilang semua kegundahanku, kupeluk erat beliau, rasanya tidak ingin kulepaskan.
“bun, maaf ya hari ini Sarah pulang telat tanpa memberitahu Bunda” ucapku, masih dalam pelukan ibu. “gak apa apa sayank. Tapi tolong jangan diulangi ya. Karena ini membuat ibu khawatir Sa” sambung ibu.
Kulepaskan pelukannya, “baik bu, Sarah janji akan selalu mengabari ibu jika Sarah pulang telat” jawabku meyakinkan ibu.
“Alhamdulillah, yaudah sekarang kamu segera mandi dan kita makan malam bersama. Ibu tadi membuat sayur trancam kesukaanmu” lanjut ibu. Aku mengiyakan dan bergegas mandi serta ganti baju, kemudian bergabung dengan ibu yang sudah menunggu di meja makan.
Sambil menyuapkan nasi ke mulutku, aku mengambil ancang-ancang untuk memulai obrolan dengan ibu soal ajakan Zian. Kutarik nafas dalam beberapa kali. Sepertinya, ibu menangkap tingkah ganjilku.
“tumben banget nih anak ibu makan sayur trancam seperti tidak berselera begitu? Ada apa Sa? Apakah ada masalah dengan pengajuan judul skripsimu?” tanya ibu mulai membuka obrolan. Ibuku bukanlah tipe orang tua yang suka mengintrogasi anaknya. Jika ada aku sedang ada masalah, biasanya ibu tidak akan menanyakan langsung apa masalahku, namun beliau akan memancing obrolan yang mengarah kesana. Jika aku tidak nyaman dan masih belum ingin bercerita, biasanya beliau cukup dengan memberi nasehat kepadaku tanpa menyinggung masalahku. Namun sepertinya kali ini berbeda, karena beliau langsung bertanya ke inti masalah, tanpa ada intro pembuka. Rasa-rasanya, wajahku benar-benar kusut sampai ibu langsung bertanya seperti itu.
“emmmm....bun.... bunda ingat nggak sama temenku yang namanya Zian?”tanyaku hati-hati.
Ibu berpikir sebentar, kemudian menjawab “bunda lupa tepatnya yang mana. Tapi, kalo tidak salah ingat, kamu pernah cerita soal dia ke bunda. Kamu bilang kalo kamu punya teman yang sama-sama suka baca series novel Artemis Fowl”.
“nah iya betul yang itu bun!” tanpa kusadari aku merespon cepat tanggapan ibuku.
Ibu menghentikan makannya sejenak, menarik kursi dan mendekatiku “wah sepertinya ada yang menarik untuk dibicarakan nih” ucap ibu sambil tersenyum memandangku dengan tatapan sedikit meledek.
Aku menjadi serba salah dengan ucapan ibu, makananku belum habis tapi tiba-tiba aku merasa kenyang. Sayur trancam yang biasanya menjadi favoritku kini terasa hambar dan saat kumakan seperti tercekat di tenggorokan, bertabrakan dengan kata-kata yang ingin keluar dari mulutku.
“gimana gimana, bunda siap mendengarkan nih. Tapi habiskan dulu makanannya” ucap ibu memberi lampu hijau untuk bercerita.
Demi mendengar ucapan ibu, aku langsung bergegas menghabiskan makananku dan membereskan meja makan kami. Setelah mencuci piring dan perlengkapan makan lainnya, aku bersiap menceritakan maksud Zian kepada ibu.
Pelan-pelan kuceritakan kepada ibu tentang siapa Zian, dimana kami pertama bertemu, hal apa yang membuatku tertarik padanya dan bagaimana hubungan kami selama ini.
“wah dari ceritamu, sepertinya Zian adalah sosok yang menarik ya Sa? Atau jangan-jangan ceritamu berlebihan, jadi sebetulnya Zian biasa saja, namun karena kamu tertarik sama dia, jadi kamu mendeskripisikannya dengan sedemikian menarik?” tanya ibu menggodaku.
“ih enggak bun. Zian memang baik dan menarik hihi. Selama ini belum ada yang membuat Sarah se nyaman ini selain Zian bu. Sarah merasa kalo Zian tuh ngertiin Sarah banget bu. Bahkan sebelum Sarah ngomong, Zian sudah bisa menebak apa yang akan Sarah sampaikan. Canggih kan bu hihihi” ucapku menjelaskan panjang lebar soal kelebihan Zian yang aku rasakan. Menceritakannya mengundang kupu-kupu berkumpul di perutku. Rasanya menggelitik, dan pipiku sepertinya juga bersemu merah karena malu kepada ibu.
“hahahaha Sarah... Sarah, ya pasti Zian adalah yang paling ngertiin kamu, lhawong sebelum sama Zian, kamu gak pernah dekat dengan cowok manapun” ledek ibu.
Aku menekuk wajah, demi mendengar respon ibu terhadap penjelasanku soal Zian.
“loh kok jadi cemberut begitu sih hahhahaha ,,,, terus lanjutan ceritanya bagaimana?” tanya ibu memintaku untuk melanjutkan cerita.
“Zian ingin main ke sini bun...” jawabku menggantung. Hanya itu yang mampu kusampaikan kepada ibu. Ternyata nyaliku belum cukup besar untuk menyampaikan niat Zian kepada ibu. Pikirku, biar Zian sajalah yang menyampaikan sendiri maksudnya kepada ibu.
“yaudah kalo mau ke sini ya ke sini saja. Gak harus ijin ibu kan?” balas ibu
“boleh gitu bun?” tanyaku balik
“lah.... kenapa gak boleh? Hahahha” tanya ibu dilanjutkan tawa renyahnya
“hmmm ... kalo nanti tetangga berpikiran yang tidak-tidak bagaimana bun?” tanyaku khawatir.
Ibu mulai bingung mendengar pertanyaanku.
“kenapa Sarah mengkhawatirkan omongan tetangga. Kan Zian kesini bukan mau ngapa-ngapain Sarah” ucap ibu sambil tersenyum. “Zian boleh main ke sini. Kapanpun itu” lanjut ibu.
Setelah itu kami membicarakan hal lain. Hatiku sedikit tenang karena ibu telah mengizinkan Zian datang ke rumah. Aku tidak sabar memberitahu Zian tentang respon ibu. Semoga saja besok kami bisa bertemu di taman kampus seperti biasa.
********
Keesokan paginya, aku pergi ke kampus dengan semangat karena akan bertemu Zian. Jika kufikir-fikir lagi, rasanya aku malu dengan diriku sendiri. Mahasiswa tingkat akhir yang lebih memikirkan pernikahan daripada menyelesaikan skripsinya. Di lain sisi aku membela diri, bukankah pernikahan juga bagian dari masa depan. Siapa sih yang tidak ingin saat wisuda nanti sudah punya pendamping wisuda yang halal. Aku tersenyum sendiri membayangkannya. Rasanya keren sekali, menjadi seorang istri sekaligus mahasiswa. Kalo lagi malas mengerjakan tugas ada yang nyemangatin. Ada tempat berbagi keluh kesah. Punya sobat sambat yang tidak akan menceritakan keluh kesah kita ke orang lain. Aduhai indah nian semua itu dalam bayanganku.
“drttt .... drttt.... drttttt” gawaiku bergetar, tanda ada pesan yang masuk. Kuambil benda mungil dengan cashing berwarna biru muda itu. Kulihat di layar tertera nama “sunbaenim” yang merupakan nama Zian di kontakku. Aku sengaja menamainya dengan bahasa korea karena itu merupakan bahasa yang kusukai. Dan rasanya lucu saja menamai kontak Zian dengan sebutan itu.
“Sa, maaf aku tidak bisa datang ke taman. Ayah nyuruh aku datang ke kantornya”
Ada selisik rasa kecewa saat membaca pesannya. Kumulai mengetik balasan “aku sudah nunggu kamu hampir satu jam. Masa pertemuan kita batal?” pesan terkirim
2 menit ..... 3 menit... dan 5 menit pesanku belum mendapat jawaban.
10 menit kemudian baru Zian membalas pesanku
“kata ayah, kamu disuruh nyusul kesini Sa” isi balasan pesan Zian
“aku takut Zi. Aku belum pernah bertemu dengan ayahmu. Lagian ayahmu itu wakil dekan Zi. Aku tambah malu nanti” balasku.
Kemudian Zian menelfonku untuk meyakinkan bahwa tidak apa-apa aku menyusul ke kantor ayahnya. Kucoba mengumpulkan segenap keberanianku bertemu dengan ayahnya untuk pertama kalinya. Aku menaiki bus kampus dan turun di fakultas tempat ayah Zian mengajar. Fakultas tempat ayah Zian mengajar merupakan fakultas paling elit di kampusku. Dan ayah Zian merupakan salah satu dosen dan merangkap sebagai wakil dekan tiga di sana. Sesampainya di sana, kulihat Zian sudah menungguku di pintu masuk. Dia melambaikan tangan ke arah aku sambil tersenyum. Aku sedikit berlari ke arahnya.
“Zi beneran ini aku gapapa ketemu ayahmu?” tanyaku khawatir
“gapapa, ayah sendiri yang memintamu datang. Aku sudah menceritakan tentang rencana pernikahan kita ke ayah” jawab Zian dengan wajah berbinar.
Aku kaget, kuhentikan langkahku dengan tiba-tiba sampai Zian hampir menubrukku.
“kamu seriuss???” tanyaku kaget. “lalu bagaimana respon ayahmu Zi? Aku kan belum ngasih jawaban ke kamu gimana-gimananya” lanjutku
“ayah merespon dengan baik. Dan memangnya kamu bakalan ngasih jawaban tidak untuk ajakanku?” tanyanya sambil mengerlingkan mata. “yuk ah, ayah pasti sudah menunggu” ajaknya.
Hatiku semakin berdesir, segerombolan kupu-kupu terasa sedang menari di dalam perutku. Tidak kusangka, janji temu siang itu dengan Zian berakhir dengan pertemuan dengan calon mertuaku. Kira-kira bagaimana ya kesan pertama kami saat bertemu nanti. Selama ini aku hanya mengenalnya melalui karya-karya besar dan beberapa kebijakannya yang digunakan oleh pemerintah dalam bidang perekonomian. Dan hari ini, aku akan bertemu langsung dengannya sebagai seseorang yang spesial dalam hidupku. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya dalam hidupku, akan ada skenario seperti ini. Rasanya seperti terlalu sempurna untuk diriku yang biasa ini.
3 notes · View notes