Tumgik
#OrganisasiKesehatanDunia
womanspediaid · 3 years
Text
Bisnis Vaksin Dalam Perspektif Politik Islam
Tumblr media
Vaksin menjadi kebutuhan mendesak dalam menanggulangi virus corona (Covid-19) di seluruh dunia. Womanspedia.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ancaman kesehatan dunia salah satunya yaitu gerakan anti-vaksin. Vaksin yaitu proses di dalam tubuh, dimana seseorang menjadi kebal terhadap penyakit dan menekan angka kematian. Gerakan anti-vaksin pun ada di Indonesia salah satu fakor anti-vaksin ialah isu kandungan babi pada vaksin. Padahal Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Agustus 2018 lalu menetapkan vaksin Measles-Rubella (MR) produk dari India boleh digunakan lewat fatwa mubah, karena situasi mendesak imunisasi MR selama 2 tahun baru mencapai 87 persen. Di Indonesia, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) kembali merilis izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) untuk dua jenis vaksin virus corona (Covid-19). Sembilan jenis vaksin Covid-19 di Indonesia telah mendapat EUA dari BPOM. BPOM mengaskan bahwa semua jenis vaksin Covid-19 telah melalui pengkajian yang intensif terhadap keamanan, khasiat, dan juga mutu. Berikut sembilan jenis vaksin Covid-19 mendapat EUA dari BPOM: 1.Sinovac Vaksin Sinovac adalah vaksin Covid-19 pertama di Indonesia yang mendapat izin penggunaan dari BPOM. Izin penggunaan darurat terhadap Sinovac diberikan setelah BPOM mnegkaji hasil uji klinis tahap III vaksin yang di lakukan di Bandung. Jumlah efikasi vaksin Covid-19 Sinovac sebesar 65,3 persen dan diberikan dua dosis. Jumlah setiap dosis 0,5 ml dengan interval minimal pemberian antar dosis pertama dan kedua adalah selama 28 hari. Adapun efek samping vaksin Sinovac dengan derajat berat seperti sakit kepala, gangguan di kulit atau diare yang dilaporkan hanya sekitar 0,1 sampai dengan 1 persen. 2. Bio Farma Pada 16 Februari 2021, BPOM mengeluarkan EUA untuk vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero). Vaksin dengan nama produk vaksin Covid-19 memiliki nomor izin 2102907543A1. Vaksin diproduksi oleh PT Bio Farma ini berasal daru bahan baku vaksinyang secara bertahap telah dikirimkan oleh Sinovac. Vaksin ini memliki bentuk sediaan vial 5 ml. Setiap vial berisi 10 dosis vaksin yang berasal dari virus di-naktivasi. Untuk menjaga mutu dan kualitas, harus disimpan dalam tempat penyimpanan dengan suhu stabil antara 2-8 derajat celsius. Pada setiap vial telah dilengkapi dengan dua dimensi barcode khusus yang menunjukan detail informasi dari setiap vial. Hal ini berfungsi untuk melacak vaksin dan mencegah pemalsuan vaksin. 3. AstraZeneca Hanya berselang beberapa hari, pada 22 Februari 2021 BPOM kemudian kembali mengeluarkan EUA untuk vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, dengan nomor EUA 2158100143A1. BPOM memberikan izin penggunaan darurat untuk AstraZeneca usai melakukan evaluasi bersama Komite Nasional Penilai Obat dan pihak lainnya. Vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan University of Oxford ini memiliki efikasi sebesar 62,1 persen. Vaksin ini diberikan secara intramuskular dengan dua kali penyuntikan. Setiap penyuntikan dosis yang diberikan sebesar 0,5 persen dengan interval minimal pemberian antar dosis yaitu 12 minggu. Efek samping vaksin Astrazeneca bersifat ringan dan sedang. Berikut efek samping vaksin AstraZeneca diantaranya nyeri, kemerahan, gatal, pembengkakan, kelelahan, sakit kepala, meriang, dan mual. 4. Sinopharm Pada 29 April 2021, BPOM mengeluarkan EUA untuk vaksin Covid-19 Sinopharm dengan nomor EUA 2159000143A2. Vaksin Sinopharm didistribusikan oleh PT.Kimia Farma dengan platform inactivated virus atau virus yang dimatikan. Berdasarkan hasil evaluasi, pemberian vaksin sinopharm dua dosis dengan selang pemberian 21 hari menujukkan profil keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik. Hasil uji klinik fase III yang dilakukan oleh peneliti di Uni Emirates Arab (UAE) dengan subjek sekitar 42 ribu menunjukan efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78 persen. Efek samping vaksin Sinopharm yang banyak dijumpai adalah efek samping lokal yang ringan. Di antaranya seperti nyeri atau kemerahan di tempat suntikan, efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare, dan batuk. 5. Moderna Covid-19 Moderna mendapat EUA dari BPOM pada Jumat, 2 Juli 2021. Berdasarkan data uji klinis fase ketiga menunjukkan efikasi vaksin Moderna sebesar 94,1 persen pada kelompok usia 18-65 tahun. Efikasi vaksin Moderna kemudian menurun menjadi 86,4 persen untuk usia di atas 65 tahun. Hasil uji klinis juga menyatakan vaksin Moderna aman untuk kelompok populasi masyarakat dengan komorbid atau penyakit penyerta. Komorbid yang dimaksud yakni penyakit paru kronis, jantung, obesitas berat, diabetes, penyakit lever hati, dan HIV. Efek samping dirasakan seperti nyeri di tempat suntikan, kelelagan, nyeri otot, nyeri sendi, dan pusing. Sementara itu muncul gejala umum berupa lemas, sakit kepala, menggigil, demam, dan mual. 6. Pfizer Selang dua pekan kemudian, BPOM kembali menerbitkan EUA untuk vaksin Covid-19 Pfizer pada 15 Juli 2021. Data uji klinik fase III menunjukkan efikasi vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer Inc. dan BioNTech ini sebesar 100 persen pada usia remaja 12-15 tahun, kemudian menurun menjadi 95,5 persen pada usia 16 tahun ke atas. Beberapa kajian menunjukkan keamanan vaksin Pfizer ini dapat ditoleransi pada semua kelompok usia. Vaksin Pfizer diberikan secara intramuskular dengan dua kali penyuntikan. Setiap penyuntikan dosis yang diberikan sebesar 0,3 ml dengan interval minimal pemberian antar dosis yaitu 21-28 hari. Untuk efek samping pasca-vaksinasi, sebagian besar cenderung bersifat ringan. Berikut beberapa efek samping vaksin Pfizer yang umum dilaporkan seperti nyeri badan di tempat bekas suntikan, kelelahan, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan demam. 7. Sputnik V BPOM menerbitkan EUA untuk vaksin Covid-19 Sputnik V. EUA diterbitkan oleh BPOM pada Selasa, 24 Agustus 2021. Vaksin Sputnik V digunakan untuk kelompok usia 18 tahun ke atas. Vaksin ini diberikan secara injeksi intramuscular dengan dosis 0,5 mL untuk 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 3 minggu. Vaksin yang dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Russia ini menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (Ad26-S dan Ad5-S). Efek samping dari penggunaan Sputnik v merupakan efek samping dengan tingkat keparahan ringan atau sedang seperti flu yang ditandai dengan demam, menggigil, nyeri sendi, nyeri otot, badan lemas, ketidaknyamanan, sakit kepala, hipertermia, atau reaksi lokal. 8. Janssen Terbaru, BPOM mengumumkan EUA terhadap vaksin Covid-19 yang diproduksi Johnson & Johnson, yaitu Janssen Covid-19 Vaccine. Izin penggunaan darurat untuk vaksin Janssen diumumkan BPOM pada 7 September 2021. Vaksin Janssen digunakan untuk kelompok usia 18 tahun ke atas dengan pemberian sekali suntikan atau dosis tunggal sebanyak 0,5 mL secara intramuscular. Janssen adalah vaksin yang dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutical Companies dengan platform Non-Replicating Viral Vector menggunakan vector Adenovirus (Ad26). Dalam hal efikasi, berdasarkan data interim studi klinik fase 3 pada 28 hari setelah pelaksanaan vaksinasi, efikasi vaksin Janssen untuk mencegah semua gejala Covid-19 adalah sebesar 67,2 persen. 9. Convidecia EUA terhadap vaksin Covid-19 yang diproduksi CanSino, yaitu Convidecia diumumkan bersamaan dengan vaksin Janssen yaitu pada 7 September 2021. Vaksin Convidecia merupakan vaksin yang dikembangkan oleh CanSino Biological Inc. dan Beijing Institute of Biotechnology juga dengan platform Non-Replicating Viral Vector menggunakan vector Adenovirus (Ad5). Sama seperti Janssen, vaksin Covid-19 Convidecia juga digunakan untuk kelompok usia 18 tahun ke atas dengan pemberian sekali suntikan atau dosis tunggal sebanyak 0,5 mL secara intramuscular. Efikasi vaksin Convidecia untuk perlindungan pada semua gejala Covid-19 adalah sebesar 65,3 persen. Untuk perlindungan terhadap kasus Covid-19 berat, efikasi mencapai 90,1 persen. Dari hasil kajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari sisi keamanan, secara umum pemberian vaksin Convidecia dapat ditoleransi dengan baik. Seperti Janssen, reaksi lokal maupun sistemik dari pemberian vaksin Convidecia menunjukkan tingkat keparahan grade 1 dan 2. KIPI dari pemberian vaksin Convidecia juga menunjukkan reaksi ringan hingga sedang. KIPI lokal yang umum terjadi, antara lain adalah nyeri, kemerahan, dan pembengkakan, serta KIPI sistemik yang umum terjadi adalah sakit kepala, rasa lelah, nyeri otot, mengantuk, mual, muntah, demam dan diare.
Tumblr media
Pixabay Pemerintah menggencarkan vaksinasi Covid-19 disamping menerapkan protokol kesehatan 3M yaitu mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker meski telah melaksanakan yang diperintahkan oleh pemerintah angka kematian disebabkan oleh Covid-19 di masyarakat Indonesia cukup tinggi. Mengingat kepedulian akan kesehatan masyarakat dalam beraktivitas dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pemerintah menargetkan 70% warga Indonesia telah di suntik vaksin bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik terhadap suatu penyakit tertentu terutama Covid-19. Dalam perspektif Islam selain ikhtiar untuk kesembuhan dan mencegah tertularnya penyakit. Rasullah SAW mengajarkan umatnya untuk berobat telah diriwayatkan dalam sebuah Hadist. “Berobatlah, sebab sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak meletakkan penyakit kecuali baginya obat. Kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), yaitu usia tua.” (HR Abu Dawud). Bagaimana bisa pemerintah memastikan warganya terlindug dari virus tidak terkecuali pemberian vaksin. Masalah wabah atau penyakit bahkan kesehatan dan keselamatan masyarakat urusan dan tanggung jawab pemerintah. Kepentingan publik saat ini sedang diprioritaskan apalagi menyangkut nyawa dan kesehatan masyarakat. Penulis: Murani, Mahasiswa UIN Raden Fatah - Palembang Read the full article
0 notes