Tumgik
#Warung Kopi Soraya
yaudahgituaja · 26 days
Text
Riyadi: Story Telling Warkop Soraya Agar Tak Semenjana
Ya Udah Gitu Aja – Tanpa membonceng identitas warung kopi global, warung kopi sejatinya menawarkan identitas sendiri yang khas, yang menariknya selain satu sama lain tak serupa, juga menyajikan kepercayaan diri yang tinggi. Ambil contoh di Kota Cirebon tepatnya depan Mall Grage City. Ketika cuatan warung kopi lokal alami banyak dimunculkan, Warung Kopi (Warkop) Soraya (Sor Jalan Raya) pantang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
noznez · 3 years
Photo
Tumblr media
CHAPTER 1
Iswara Adriani Bimaja. Ketika orang-orang memanggilnya dengan nama Iswara, hanya segelintir orang yang memanggilnya dengan sebutan Rara, orang-orang tersebut adalah keluarga intinya dan para sahabatnya di sekolah . Perempuan remaja yang kini sedang melihat pantulan dirinya di depan cermin. Memasukkan baju seragamnya ke dalam rok, merapihkan kembali anak-anak rambut yang keluar dari jepitan rambutnya. Memoles bibir berwarna salmon tersebut dengan lipbalm agar terlihat lebih segar. Tidak ada hari paling membahagiakan kecuali hari ini ucapnya dalam hati. Hari terakhir ujian akhir semester. Ia tidak sabar untuk meletakan tumpukan bukunya ke dalam rak, membuang  coretan hitung-hitungan yang telah memenuhi meja belajarnya dan tidak perlu membeli kopi panas agar tetap terjaga dimalam hari. Isi kepalanya sudah berisi rencana-rencana yang akan dilakukan usai ujian bersama 4 orang sahabatnya.  Bergosip di kafe terdekat, pergi belanja ke mall untuk sekedar membeli skincare ataupun hunting makanan disekitar Dago, Bandung. Tetapi tetap saja hatinya belum tenang sepenuhnya, matematika segera menanti. Ia pun mengambil tas coklatnya dan melesat ke lantai bawah.
“Selamat pagi mamah ku yang cantik, muach!” sapanya, seraya meletakan tas disebelah sisi bangku.
“Ih kamu  Ra,  pipi Mamah kan keringetan, kamu engga liat nih ” ucap Ratih, Mamah Iswara.  Ia masih sibuk menyiapkan sarapan pagi, bulatan merah terlihat dari celemek hitamnya, noda dari cipratan saus tomat.
“Mamah Ratih masak apa hari ini?” ucap Iswara, seraya membuka selembaran kertas berisi rumus matematika yang masih dia hafalkan.
“ Taraaa…!! Spaghetti Bolognese!” ucap Ratih dengan  tangan kanan memegang gagang Teflon dan satunya lagi melebarkan tangan ala chef distasiun tv.
“Sini sini biar juri Rara yang nilai masakan Chef Mamah Ratih” ucap, Rara dengan berkacak pinggang
Ratih pun menuangkan masakan tersebut kepiring Iswara.
“ Jadi gimana Ra, ujian kamu lancar? Eh.. udah selesai kan?”
 Iswara pun meraih sendok dan garpunya, menggulung spaghettinya yang masih berasap dan mulai melahap makanan tersebut. “Mmm.. nyam nyam, Mamah engga liat nih disamping piring aku ada apa? Nyam.. nyam.. Ini catatan rumus matematika aku mah” ucapnya, dengan mulut penuh spaghetti.
“Ih kamu  nih kebiasaan deh, telan dulu yang ada dimulut kamu, Ra. Baru jawab pertanyaan Mamah. Ujian Matematika kah? “
“Hehehee iya mah, ujian  hari terakhir” ucapnya, seraya mengisi gelas kosongnya dengan air, meminumnya dan mengelap sisa-sisa butiran air disekitar mulutnya
“Mamah udah bisa nebak  nih, pasti kamu mau main sama keempat temanmu itu kan? Ingat ya, jangan pulang larut malam
“Iya Mah”
“Karena ada yang mau Mamah dan Papah bicarakan untuk Rara”
“Apa itu Mah?” tanyanya dengan sedikit mengeriyitkan dahi
“Lihat saja nanti malam” ucap Mamah Ratih dengan mata sebelah dikedipkan, tersenyum simpul dan kembali ke dapur untuk mencuci panci bekas rebusan spaghetti.
“ Siappp… Rara engga pulang larut malam palingan subuh mah baru pulang”
“Raraaa…” ucap Ratih menoleh kearah Rara dengan mata melotot.
“Ampun mah ampun cuma bercanda hahaha… udah ya mah aku berangkat dulu. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam, hati-hati Ra”
“Aduhhh… Raaaa, mampus deh gue belom belajar, gimana nih Ra gue semalem ketiduran gara-gara capek, tuh diajak nge-gym sama temen lo yang lagi obsesi banget buat kurus.” ucap Andin, dengan merapihkan poninya yang pendek, ia memincingkan matanya kearah Soraya.
 “Heh! Tapi kan gue bayarin ya ndin, tau engga harga 1x gym lo kemaren seharga biaya makan lo sebulan” ucap Soraya sambil cekikikan.
“Ishhh, tanggung jawab ya kalo nilai matematika gue hari ini jeblok.” ucap Andin dengan gaya melipat tangannya seakan peduli dengan nilai-nilai ujiannya, padahal setiap ujian pun ia memang tidak pernah belajar. Iswara yang mendengar kedua temannya itu menggelengkan kepala dengan senyuman simpul.
Dari kejauhan terlihat Chaca dan Siska, mereka pun menghampiri ketiga temannya. “Kita kira udah mulai ujian loh” ucap Siska, menyandarkan badannya ketembok
“Pasti lo semalem ga belajar ya Ndin” ucap Chaca menepuk pundak Andin dan duduk disebelahnya, ia sudah bisa menebak cerita temannya. Lima hari ujian. Lima hari pula Andin tidak belajar. Selalu ada saja alasannya.
“Gara-gara Soraya tuhhh” unjuk Andin menggunakan mulut
…..
Suara bell berbunyi, mereka berlima pun masuk ke ruang ujian. Posisi Andin berada tepat di depan meja pengawas. Ia melihat keempat temannya yang menahan tawa dengan tatapan awas aja lo nanti. Tetapi Andin mampu mengerjakan ujiannya dengan lancar karena selain dianugerahi kepintaran dari kedua orang tuanya, ia adalah tipe anak yang sudah belajar dari jauh-jauh hari. Iswara, Chaca, Soraya dan Siska pun nampak lancar mengerjakan soal matematika tersebut. Pengawas yang menjaga pada hari itu tidak terlalu galak atau bisa dikatakan cuek, hal tersebut membuat beberapa anak bisa bertukar jawaban dengan temannya yang lain. Mereka pun mengumpulkan tugas dengan tepat waktu saat sang pengawas ujian meminta mereka untuk berhenti mengerjakan soal.
 ….
 “Guyyysss kita selesai. yeayyyy… Saatnya…”
“Refreshing!!!” ucap mereka berlima seraya melemparkan selembaran kertas jadwan ujian mereka ke udara.
“Weh, weh nyampah weh” ucap Chaca ketika melihat diseberang lapangan ada penjaga kebersihan yang sedang memantau mereka. Niat ingin seperti difilm-film, mereka justru mengambil lagi kertas mereka berserakan di tanah dan membuangnya ke tong sampah. Mereka pun melesat keluar gerbang sekolah bersiap jalan-jalan, merayakan kelarnya ujian akhir semester dan merencanakan kemana tujuan pertama mereka. Soraya meminta mereka untuk menunggunya di depan gerbang selama 10 menit. Tidak lama, sosoknya muncul dengan membawa sebuah mobil mini cooper berwarna merah “Guys ayok naik” ucap Soraya yang sudah muncul dibalik kaca mobilnya.
“Gila lo Ya, bawa mobil tanpa SIM, kalo ditilang gimana woy” ucap Iswara
“Mobil nyokap lo kenapa di bawa lagi sih woy” ucap Chaca cekikikan.
“Udah itu urusan nanti, ayok naik cepetan” ucap Soraya dengan setengah berteriak
Mereka mereka pun bergerak memasuki mobil Soraya- mobil Ibunya yang dia bawa secara diam-diam. Iswara duduk disebelah Soraya. Chaca, Andin dan Siska duduk dibagian tengah.
“Aduh, kalian masih pada pake baju  seragam? Gue berasa jemput anak sekolahan tau ga sih. Itu tuh ambil dibangku paling belakang kemarin gue sama nyokap baru beli baju belum ditaro kedalam  rumah, buat kalian aja tuh” ucap Soraya. Andin yang duduk dibagian tengah pun denga senang hati mengambil empat setel baju untuk mereka pakai.
“Sultan memang beda” ucap Siska yang kali ini tersenyum lebar karna memakai kaus Soraya yang sesuai dengan seleranya. Kaus  berwarna hitam dengan tulisan kecil, bertuliskan I’m a boss
“Kalian harus tahu sih kejadian gue kemarin” ucap Andin dengan nada mengundang penasaran. Membuka topic pergibahan, Semua mata langsung menuju kearah Andin, termasuk Soraya yang melihatnya dari pantulan spion dalam mobil.
 “Kemarin pas kalian udah masuk ke kelas, tiba-tiba gue haus, terus gue balik ke warung Bu Ijah buat beli es teh , gue ngeliat Ayu lagi digodain Rafi. Mindep-mindep gitu lah. Terus karna posisi gue sendiri sedangkan Rafi berdua sama temennya- kalo engga salah namanya Gery deh, akhirnya gue cuma bisa teriak dari jauh, nyuruh mereka buat pergi. Tadinya gue mau ngasih tau kalian, tapi pas sampai kelas, Bu Rini udah masuk sambil bawa kertas ujian” ucap Andin
“Rafi yang cengengesan itu? Yang pernah kita bawa keguru BK gara-gara ketawan lagi godain Laras?” tanya Chaca memastikan. Andin mengangguk.
“Udah gila ya Rafi, padahal sebulan yang lalu udah kita kasih pelajaran” ucap Chaca dengan geram. Rafi adalah kaka tingkat diatas mereka,berbadan kurus, wajah  kusam,dan sikap tengilnya terlihat dari nada bicaranya. Entah mengapa semua anak-anak takut dengannya. Tidak dengan Iswara dan teman-temannya. Mereka berhasil membawa Rafi di depan guru BK (bimbingan konseling) karena terbukti sedang mencoba menggoda salah satu murid kelas 10. Rafi pun mendapat surat peringatan. Jika dia melakukan lagi, maka sekolah akan mempulangkan ia kepada orang tuanya.
“Asli engga bisa kita diemin ini, pasti ada korban-korban lain selain Ayu” ucap Soraya kesal dengan memegang stir mobilnya dengan kencang.
“Kaki gue rasanya butuh pemanasan nih” ucap Siska, sahabat Iswara satu-satunya yang menjadi atlet karate. Tidak diragukan lagi ketangkasan Siska. Ia pernah meraih medali perunggu diturnamen antar Asia Tenggara
“Langsung aja lah kita ke TKP.  Ndin, cari tau dimana posisi mereka berdua sekarang” perintah Soraya. Andin pun mengeluarkan handphonenya, jarinya mulai berselancar dilayar tersebut. Tidak membutuhkan waktu  lama Andin telah menemukan posisi Rafi dan Gery berada. Soraya langsung menancapkan gasnya dengan kencang. 20 menit kemudian mereka berlima pun telah sampai ditujuan, tapi tidak ada Gery, hanya Rafi yang sedang merokok sendirian ditemani oleh ibu-ibu penjaga warung dan para buruh yang sedang istirahat.
 “HEH LO RAFI, OTAK UDANG KEMARI LO!” ucap Soraya berteriak, yang dipanggil menoleh. Ia membuang puntung rokoknya dengan kasar dan beranjak dari tempat duduknya menghampiri sumber suara. Rafi mengerinyitkan dahi “Panggil apa lo tadi?!”
“OTAK UDANG” ulang Siska dengan enteng. Mendorong pundak Soraya dengan pelan, memberi kode untuk mundur agar Siska yang berhadapan dengannya.
“Berani banget lo” ucap Rafi. Kakinya maju beberapa langkah.
“Ngapain lo masih godain temen-temen gue di sekolah hah? Belom cukup lo dikasih surat peringatan?!”
“Hahaha, lo mau gue godain juga?” ucapnya dengan muka menjijikan
“Kurang ajar lo, berhenti godain cewek-cewek di sekolah atau gue buat kritis sampai mampus lo!” ucap Siska. Pukulan kencang berhasil mendarat kerahang pipinya. Belum sempat Rafi membalas, Andin sudah meluncurkan pukulan ke atas kepalanya, tasnya berisi beberapa buku tebal yang ia pinjam dari perpustakaan. Badan Rafi mulai oleng, belum sempat menegakkan tubuhnya dengan sempurna para buruh yang sedang beristirahat segera melerai mereka, membuat Andin harus menceritakan kronologi yang sebenarnya. Mereka pun dibubarkan untuk pulang ke rumah masing-masing.
“Gue kasih kesempatan satu kali. Sampai ngulangin lagi, jangan harap lo masih bisa hidup” ucap Siska dengan tatapan tajam. Rafi membuang ludah dengan kasar, menatap Siska dengan sinis.
….
“Asli ya seru banget tadi” ucap Chaca. Mereka kini sudah berada di dalam mobil. Sedangkan Rafi dibawa ke kantor polisi terdekat untuk diminta keterangan lebih lanjut.
“Akhirnya pemanasan juga badan gue, sebelum tournament” ucap Siska.
Bandung menunjukan langit yang cerah. Cuaca sangat bersahabat pada hari itu. Alunan musik Really Don’t Care by Demi Lovato memenuhi isi mobil, mereka bernyanyi dan berteriak sesekali.
 But even if the stars and moon collide
I never want you back into my life
You can take your words and all your lies
Oh oh oh I really don’t care
 Even if the stars and moon collide
I never want you back into my life
You can take your words and all your lies
Oh, Oh, Oh, I really don’t care
Oh, Oh, Oh, I really don’t care
Hari itu mereka lewati dengan penuh keceriaan, menyewa ruang karaoke dengan menyanyi beberapa lagu, dari yang semangat untuk teriak-teriak, memakai property seperti wig rambut, kacamata badut, dan kecrekan yang telah disediakan sampai akhirnya rahang mereka pegal dan satu persatu dari mereka menghempaskan badannya di atas sofa. Tidak ada dibenak mereka untuk menjalankan sebuah hubungan dengan seseorang, dan patah hati. Merasa kesepian adalah hal yang dilarang diantara mereka,  terlalu berbihan mungkin, tapi memang begitu adanya.
“Bye Rara, Goodnight!” ucap keempat sahabatnya seraya melambaikan tangan ke Iswara. Ia melihat layar handphone-nya. Pukul 21.08 wib. Ia pun memasuki rumahnya, mengindap-ngindap memastikan kedua orang tuanya telah tidur. Kakinya tetap melangkah hingga sampai berada di ruang tengah fyuhh. Iswara melepaskan napas. “Ko baru pulang Ra?”, tidak asing dengan sumber suara, Rara menolehkan kepalanya dengan pelan Mamahnya sudah menatap kearahnya dengan melipat kedua lengannya, dirinya menggeleng-gelengkan kepala. Rara tersenyum dengan menggulum mulutnya.
0 notes
yaudahgituaja · 2 months
Text
Filosofi Warung Kopi Sor Jalan Raya "Soraya" Depan Pintu Masuk Mall Grage City Kota Cirebon
Ya Udah Gitu Aja – “Urip iku urup,” kata pemilik warung kopi soraya (sor jalan raya) tepatnya berada di depan pintu masuk Mall Grage City Kota Cirebon yang juga ketua Forum Penikmat Kopi pelan. Pepatah tua yang sangat mainstream kalau aku boleh bilang. Di rumah, di sekolah, di langgar, bahkan di lapang dari orang yang lebih tua diberi kesempatan untuk ngelungguhne wong atau memberi nasihat,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes