Tumgik
#bellawaty
waty-art · 10 months
Text
Tumblr media Tumblr media
The king and queen of Mean
Akumatized Adrienette!
601 notes · View notes
violet-book · 2 years
Text
HANYA TERSISA PENYESALAN
Oleh :  Bellawati Suparnoputeri
Malam-malam yang kulewati selalu sama saja. Sepi dan dingin. Bintang-bintang malam itu terlihat sangat indah saat bersanding bersama langit. Aku yang sedang berjalan menapaki trotoar ini dengan pikiran yang entah pergi ke mana. 
Kulirik benda bundar yang melingkar di pergelangan tanganku. Benda itu menunjukkan pukul 11 malam. Sepanjang perjalanan, aku hanya bisa menghembuskan nafas karena pekerjaan hari ini cukup membuatku lelah. Kutatapi kembali langit malam yang tanpa bintang itu. Kuhentikan langkahku sesaat dan kupejamkan mataku. Lalu kuhirup dalam-dalam aroma basah khas hujan malam ini. Sungguh menenangkan bau hujan pikirku.
Kubuka pintu yang ada di depanku saat ini. Saat kubuka, hanya kekacauan yang kulihat ada di ruangan itu. Aku tahu ini pasti ulahnya. Kuambil satu demi satu barang yang berserakan di lantai keramik itu. Lalu, kuletakkan kembali di tempatnya masing-masing.
“Bunda, sudah pulang?”
Aku datangi dirinya dengan senyuman tulusku. Kudekap dia dengan erat. Namun, dia meringis kesakitan saat aku mengelus punggungnya.
“Kenapa ini?” tanyaku khawatir.
“Biasa bunda. Kakek mengiraku anak nakal yang mencuri bola cucunya. Aku dipukul menggunakan tongkat tadi siang.”
Ayahku memang sudah tua. Beliau memiliki penyakit demensia yang sudah diidapnya selama 8 bulan terakhir. Hatiku sangat hancur saat mengetahui hal itu. Perbuatan yang menyebabkan rumah ini berantakan pun pasti ulah ayah.
Kudatangi dirinya yang sedang tidur dengan posisi duduk di kusir kamarnya. Beliau membuka matanya dengan raut wajah yang sedikit terkejut.
“Kau siapa ?” tanyanya padaku saat membuka matanya.
Hal ini sering terjadi hampir setiap harinya. Sudah terbiasa aku mendengarnya, walaupun masih sama rasanya yaitu sakit tetapi tidak sesakit sebelumnya.
Kejadian semalam benar-benar membuatku sangat lelah, karena aku harus membersihkan kekacauan di rumah ini sebelum tidur. Walaupun aku memiliki Bibi Iyem yang membantu membersihkan rumah tetapi beliau tidak bekerja sampai malam hari. Beliau hanya bekerja dari pagi sampai sore hari saja.
Hari ini aku kesiangan untuk berangkat bekerja. Matahari hari ini tidak membiarkan aku untuk tidur lebih lama barang sebentar saja. Aku buru-buru untuk berangkat ke kantor takut nanti atasanku memarahiku sesampainya aku tiba di kantor. Hanya aku saja saat ini yang menjadi tulang punggung keluarga. Sebelum berangkat, Bibi Iyem memberikanku kotak makan berisi bekal untuk kumakan sebagai pengganti sarapan yang telah kulewatkan. Aku terlalu buru-buru untuk berangkat sampai aku tidak mendengar Bibi Iyem mengatakan apa.
Sesampainya aku di kantor, aku langsung dipanggil oleh atasanku. Atasan yang sering disebut mirip raksasa yang kejam ini, memang sering memberikan pekerjaan yang banyak kepada pegawainya dan sering tidak membiarkan pegawainya menikmati hari liburnya.
Aku terus mengetik tiada henti sampai-sampai rasanya jari-jari ini akan putus dari tempatnya. Aku terlalu fokus bekerja sampai-sampai waktu sudah menunjukkan sudah saatnya untuk makan siang. Aku baru ingat bahwa Bibi Iyem memberikanku bekal makanan sebelum berangkat tadi. Aku membukanya dan sungguh senang hatiku saat kulihat isinya adalah nasi goreng kesukaanku.
Saat sedang menikmati rasa nasi goreng itu, aku tiba-tiba teringat akan pembicaraanku tadi dengan salah satu orang tua teman Rizki. Rizki adalah anakku satu-satunya. Ibunya berbicara bahwa ketika anaknya bermain dengan Rizki di rumah kami, ayah memukulnya karena beliau mengira anak itu adalah pencuri cilik yang menerobos masuk ke dalam rumah.
aku sudah meminta maaf kepadanya tetapi ada satu ucapannya yang membuatku emosi jika hanya mengingatnya. Dia mengatakan kepadaku agar aku menaruh ayahku di panti jompo saja, karena takut ayahku akan melukai orang lebih banyak lagi. Tidak sekali atau dua kali aku menerima ucapan seperti itu. Mereka mengatakan itu karena menganggap aku terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak mampu merawatnya, apalagi aku adalah orang tua tunggal untuk Rizki. Belum tentu Rizki sudah kurawat dengan baik, ditambah ayahku yang sakit membuat mereka semakin tidak percaya terhadapku.
Seketika aku tidak lagi merasa lapar setelah mengingat semua itu, hingga kuputuskan untuk kuakhiri acara makan siangku ini. kulanjutkan dengan mengerjakan tugas-tugasku yang masih menumpuk seperti gunung yang sangat tinggi itu. laporan yang kubuat telah selesai, langsung kuantarkan laporan itu dengan tangan dan kakiku sendiri ke ruangan atasanku. Sesampainya di sana, aku tidak mendapatkan apa yang seperti kubayangkan. Yang kudapatkan hanyalah laporanku yang ditolak. Mereka juga mengatakan bahwa cara kerjaku tidak sebagus para pegawai lainnya.
Keputusan yang dibuat oleh atasanku pada sore hari itu membuatku sangat hancur. Keputusan itu berisi pemecatanku dari perusahaan itu. Dunia seakan berhenti berjalan saat itu. Aku bingung, bagaimana aku harus mencari pekerjaan baru demi memenuhi kebutuhan aku dan keluargaku ke depannya.
Kejadian tadi benar-benar membuatku sangat hancur dan pusing. Aku hanya bisa menghela nafas pertanda sudah sangat lelah dengan semua ini. kutatapi langit malam itu dengan tatapan seakan aku menatap seseorang yang sedang kurindukan.
“Aku sungguh sudah lelah dengan semua ini, seharusnya kau mengajakku pergi bersamamu,” batinku seakan aku melihat suamiku.
Setelah kejadian pemecatan oleh atasanku itu, akhirnya aku memutuskan untuk mencari pekerjaan yang baru. Sudah kumasuki berbagai kantor dari yang paling ujung sampai ke ujung lagi, hasilnya tetap sama aku tidak mendapatkan pekerjaan baru. Aku memutuskan untuk pulang saja ke rumah dengan kegagalan yang kubawa.
Sesampainya di rumah, aku langsung menjatuhkan diriku di atas sofa sambil memejamkan mataku sebentar karena aku merasa tubuhku sangat lelah. Baru rasanya aku memejamkan mata, aku mendengar teriakan dan benda pecah yang sangat nyaring. Suasana malam yang sepi seakan membuat suara itu semakin jelas terdengar.
Kudatangi sumber suara itu dan yang kulihat adalah ayahku yang sedang melempar barang-barang di sekitarnya sambil berteriak minta tolong secara histeris seakan melihat sosok yang sangat menyeramkan di depannya. Ayah melempar barang-barang itu ke arah depannya yang saat itu di depannya adalah Rizki.
Kudatangi ayah untuk berusaha menenangkannya. Namun, aku malah didorong hingga dahiku mencium tembok dengan sangat keras. Rizki yang melihat kejadian itu menangis ketakutan. Aku berusaha menenangkan ayahku, namun tetap tidak berhasil.
Hingga kesabaranku habis saat melihat semua barang-barang hancur dan berantakan. Ini sudah lebih parah dari biasanya. Memang ayah memiliki ingatan bahwa dulu ibuku meninggal karena dibunuh oleh pencuri. Hal inilah yang membuatnya mengalami ketakutan jika melihat orang yang tidak dikenalnya.
“AYAH! HENTIKAN SEMUA INI. AKU INI ANAKMU!” bentakku yang tidak sadar diiringi air mata yang terus turun karena merasa benar-benar lelah atas drama yang terjadi hari ini.
Akhirnya ayah mulai tenang dan tidak berteriak minta tolong lagi setelah mendengar teriakkanku barusan. Aku menuntunnya untuk istirahat karena waktu sudah menunjukkan untuk istirahat. Saat aku sedang menemani ayah di kamarnya, aku mendengar suara ketukan di pintu. Tampak ada beberapa tetangga sekitar rumah dan pak RT yang berdiri di depan pintu rumahku.
“Selamat malam, bu. Maaf mengganggu waktu istirahatnya. Tadi kami mendengar ada suara teriakan minta tolong dari rumah ini. Apakah terjadi sesuatu?” tanya pak RT padaku.
“Mohon maaf untuk semuanya, saya jadi tidak enak telah membuat para tetangga dan pak RT sampai datang ke sini karena khawatir pada kami. Ayah saya mengalami demensia, jadi beliau terkejut melihat saya saat penyakitnya kambuh. Saya mohon maaf sekali lagi.”
“Oh, syukurlah. Apa sebaiknya tidak ditaruh di panti jompo saja, bu? Sebenarnya ketika ibu belum pulang kerja, saya sering mendengar ayah ibu Desi berteriak dan kadang memukul Rizki dengan tongkatnya.” Ucap salah satu bapak yang tinggal di seberang rumah.
“Apakah itu tidak berbahaya kalau dibiarkan?” sambungnya.
“Maaf pak, saya masih sanggup merawat ayah saya sendiri dan ayah saya tidak setiap hari memukul Rizki.” Ucapku.
“Baiklah kalau begitu. Kami hanya memastikan tidak ada masalah serius. Terima kasih. Selamat beristirahat, bu.”
Setelah mendengar semua perkataan itu, aku buru-buru menutup pintu itu. Aku menangis memikirkan apakah ayahku sangat mengkhawatirkan seperti yang orang-orang katakan padaku. Aku mengingat lagi bagaimana luka yang sering didapatkan Rizki sesuai dengan perkataan tetanggaku tadi.
Aku menangis karena merasa gagal dalam menjaga dan merawat ayahku sendiri. Permasalahan hari ini datang banyak sekali tanpa henti Ya Tuhan
Beberapa hari kemudian, aku merasa sepertinya memang aku harus menaruh ayahku di panti jompo untuk sementara waktu. Apakah keputusanku ini tepat? Apa aku berubah menjadi anak yang jahat? Semua pikiran itu aku tepis jauh-jauh. Jika kuberitahukan alasannya, ayah pasti bisa mengerti.
Jika dibiarkan, kasihan tetangga di sekitarku yang terganggu atas ulahnya. Aku pun lelah jika harus berpindah rumah lagi. Sudah berapa kali kami berpindah rumah karena hal seperti ini terus terjadi. Mungkin ini keputusan yang terbaik untuk saat ini.
Aku dan Rizki sudah siap untuk mengantar ayah ke sebuah panti jompo pada siang hari ini. Saat sudah setengah perjalanan kulihat ada sebuah toko es krim di seberang jalan besar itu. Aku menghentikan mobilku di pinggir jalan, lalu menyeberangi jalanan besar itu untuk membeli es krim kesukaan kami bertiga. Kami menyukai rasa es krim yang sama yaitu coklat.
Aku mengecek apakah ayah dan Rizki masih di berada di tempat yang sama atau tidak. Aku melihat Rizki sedang memainkan bola basket kesayangannya yang selalu dia bawa ke mana pun di pinggir jalan raya itu. Aku sudah memberikan isyarat kepadanya untuk berhati-hati. Dia pun menganggukkan kepala pertanda mengerti dengan isyaratku. Aku tersenyum saat melihat ayah yang menatapku dari dalam mobil. Tiba-tiba saja kenangan masa kecilku bersama ayah, yang selalu mengajakku membeli es krim sebagai hadiah saat aku menangis dulu, memenuhi kepalaku saat ini. Kenangan itu begitu manis.
Aku tersadar dari lamunanku saat penjual es krim itu memanggilku untuk memberikan pesananku. Kuambil selembar uang berwarna merah, lalu kuberikan padanya. Kubawa es krim itu untuk ayah dan anakku dengan sangat hati-hati. Aku takut es krim ini terjatuh sebelum di kami menikmatinya.
Saat aku mulai melangkah untuk menyeberangi jalan besar itu, aku melihat anakku yang sedang mengambil bolanya yang menggelinding di tengah jalan raya itu. Awalnya aku tidak khawatir akan terjadi sesuatu karena kulihat jalanan hari ini cukup sepi. Namun, saat kulihat ada mobil datang dari arah kiriku dengan kecepatan yang sangat tinggi, rasa takut mulai menghampiriku.
Aku sudah membuang es krim yang kubawa sejak tadi dan bersiap berlari. Namun, rasanya kakiku tidak dapat digerakkan seperti ada sesuatu yang menahannya. Aku hanya bisa berteriak memanggil nama Rizki dengan harapan dia akan baik-baik saja.
Sampai akhirnya aku mendengar suara dentuman yang sangat keras. Aku menutup mataku saat itu, aku sangat takut untuk melihatnya. Namun, aku harus melihat apa yang terjadi agar aku yakin. Saat kubuka mataku, ada perasaan senang karena kulihat Rizki selamat. Namun, aku terkejut saat kulihat, ayahku sudah terbaring lemah di jalanan dengan darah yang sangat banyak.
Aku hanya bisa terduduk lemas sambil berteriak memanggil-manggil ayahku. Ayahku menatapku dengan senyuman tulusnya seperti mengatakan tidak perlu khawatir. Aku sempat melihat gerak mulutnya yang mengatakan,
“Ayah menyayangimu.”
Kata-kata itu terakhir kalinya kudengar, sebelum akhirnya ayah benar-benar memejamkan matanya untuk selama-lamanya.
Aku terbangun saat kurasakan ada seseorang yang menggoyang-goyangkan tubuhku sambil terus memanggil namaku. Kulihat Bibi Iyem saat kubuka mataku. Aku bersyukur bahwa kejadian yang kulihat tadi ternyata hanyalah mimpi. Kupandangi semua orang di ruangan itu dengan penuh tanda tanya. Semua orang saat itu mengenakan baju serba putih, tidak terkecuali Rizki yang ditambah dengan perban di kepalanya.
“Ini kenapa, nak?” tanyaku.
Saat kubertanya tentang luka di kepalanya, Rizki justru menangis.
“Bunda, maafkan Rizki. Kalau Rizki tidak bermain bola basket di pinggir jalan itu, mungkin kakek masih bersama kita saat ini. ” Jawabnya.
Aku tidak tahu maksud ucapan Rizki beberapa saat, sampai aku melihat di luar kamarku sudah banyak orang yang sedang datang memberikan ucapan duka kepadaku. Awalnya kau hanya mengira itu mimpi, ternyata itu kejadian yang benar-benar terjadi.
Setelah beberapa hari semenjak kepergian ayah, aku mengetahui banyak peristiwa yang sebelumnya tidak aku tahu. Ternyata, bekal makanan yang saat itu Bibi Iyem berikan padaku adalah buatan ayah. Ayah membuatnya dengan dibantu oleh Bibi Iyem saat ingatannya kembali. Ayah juga suka menyelimutiku saat aku ketiduran karena terlalu lelah bekerja. Awalnya kukira, itu adalah perbuatan Rizki. Bibi Iyem juga sering melihat ayah duduk di samping tempat tidurku. Beliau melihat itu saat datang pada malam hari untuk mengecek apakah aku sudah pulang atau belum. Ayah melakukan ini dengan alasan ingin menatap putri kesayangannya saat ingatannya kembali sepuasnya. Ayah takut jika ingatannya tidak kembali lagi selamanya.
Aku menemukan surat yang ditulis oleh ayah sebelum ayah berangkat ke panti jompo dengan kami. Aku menemukannya saat aku memasuki kamarnya untuk sekedar mengingat kenangan terakhir bersamanya. Surat itu diletakkan di dalam laci meja di samping tempat tidur. Isi surat itu adalah:
“Putriku tersayang, maaf ayah telah menyusahkanmu selama ini dengan penyakit ayah. Kalau Tuhan memberikan ayah pilihan untuk mati atau penyakit ini, lebih baik ayah memilih mati daripada harus menyusahkanmu dengan penyakit ayah ini. Hiduplah bahagia dan sehat selalu bersama cucuku tercinta. Ayah menyayangimu.”
Surat itu memang sederhana dan pendek tetapi mampu memberikan dampak yang besar bagiku. Aku memeluk surat itu sambil menangis karena menyesal. Mengapa aku harus membawanya ke panti jompo saat itu? Mengapa juga aku harus mendengarkan ucapan orang-orang itu? Semua pertanyaan itu seperti terus berteriak di dalam kepalaku. Hanya kata maaf yang bisa terucap oleh bibirku sampai sekarang. Selamat jalan Ayah. Semoga kau bahagia di sana.
1 note · View note
waty-art · 10 months
Text
Tumblr media
The Book of Life. Manolo as La Muerte.
473 notes · View notes
waty-art · 10 months
Text
Tumblr media
The Book of Life!
I Watched this movie for the first time in my life and I saw some amazing fanart of Manolo as La Muerte. Of course I had to do one too😂.
I regret missing this movie when I was a kid.
258 notes · View notes
waty-art · 11 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Memories Are Made: Heatwave and kade comic.
An example of how during these two’s character growth they would secretly harbor a soft spot for the other.
210 notes · View notes
waty-art · 11 months
Text
Tumblr media Tumblr media
“We can’t save everyone bud…” Heatwave and kade comic.
Heatwave blames himself for his human’s grief while Kade tries to bottle up his emotions. Fortunately they have can help each other on their journey to healing.
158 notes · View notes
waty-art · 11 months
Text
Tumblr media
“So you do care about me?” Comic: part two of Kade and Heatwave comic!
part one
part three
125 notes · View notes
waty-art · 11 months
Text
Tumblr media
Heatwave trying to protect his stubborn partner (who actually feels like listening to his bot this time)
sorry you must bear with my current obsession with these two.🥰
125 notes · View notes
waty-art · 1 year
Photo
Tumblr media
“Goodnight Marinette.”
Chat noir saying goodnight to his lady. Marichat fanart.
209 notes · View notes
waty-art · 11 months
Text
Tumblr media
“So you do care about me” comic: part 3 of Kade and Heatwave comic.
Part one
part two
113 notes · View notes
waty-art · 11 months
Text
Tumblr media
“So you do care about me” comic: Kade and Heatwave comic!
Love these two and had to do a comic of Heatwave being protective of his human partner.
please forgive me!🥲 I love drawing comics but I suck at them.
Part two
part three
107 notes · View notes
waty-art · 1 year
Text
Thunderbirds Are Go!
Tumblr media
Scott & Virgil Tracy! The brothers are having a day in the city but someone is interrupting sibling bonding time😂
In other words, Angry Virgil & confused Scott.
146 notes · View notes
waty-art · 11 months
Text
Tumblr media
“Thanks for the lift you old bucket of bolts.” -kade
“Any time Lamebrain.” -Heatwave
120 notes · View notes
waty-art · 11 months
Text
Tumblr media
“Stop screwing around you hunk of metal.” -kade
“Not a chance bonehead.”- Heatwave
Heatwave and kade messing around.
wow…I did not realize how much fanart I have done of these two😅
87 notes · View notes
waty-art · 1 year
Photo
Tumblr media Tumblr media
Scott, Gordon, and John. An odd trio but I love them❤️
I loved thunderbirds and thunderbirds are go and have been inspired to start doing fanart of the Tracy boys by an awesome fanfic writer @tsarisfanfiction.  I hope to do more!
126 notes · View notes
waty-art · 1 year
Photo
Tumblr media
“I hope you still remember me.”
Luka couffaine fanart yet again! This time it sort of mirrors the one I did for Adrien. They are actually supposed to go together.
Btw I have a Pinterest and am posting some artwork there!
https://pin.it/1vwDE2V
129 notes · View notes