Tumgik
#dandhi
vymarcos · 1 year
Text
diz que entende meu jeito de amor
já me conhece há tantos Carnavais
deixei meu coração em Salvador
e se eu for lá buscar não volto mais…
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
LP Beatzz & Dandhi Braz
6 notes · View notes
babibubabo · 4 months
Text
Dirty Vote
Dirty Vote | sutradara: Dandhy Laksono
youtube
View On WordPress
0 notes
inidataid · 1 year
Link
Ketua AJI Lhokseumawe Irmansyah mengatakan Kelas Jurnalistik Ramadan ini gratis. “Kita ingin berbagi pengetahuan sambil menjalankan ibadah puasa, dan juga berbuka puasa bersama dengan para peserta KJR ini”.*
https://twitter.com/inidataid_/status/1642599393743491073?s=20
0 notes
kabardaily · 1 year
Photo
Tumblr media
Jurnalis Investigasi, Dandhy Laksono serta 5 Jurnalis Siap Isi Kelas Jurnalistik Ramadan AJI Lhokseumawe
0 notes
jejakpikiran · 1 year
Text
Catatan Harian 5
BEBERAPA bulan lalu, AJI Surabaya membantu Lembaga Pemberdayaan Tunanetra (LPT) untuk membangun media inklusif bernama "Radio Braille Surabaya". Mereka digerakkan oleh empat orang, yaitu Sugi, Tutus, Atung, dan Hanan. Hanya Sugi yang low vision, sehingga ia bertugas sebagai pengambil foto/video.
Mereka memakai platform YouTube untuk menghasilkan konten-konten mereka. Diberi nama " Radio" karena ingin menyuguhkan konten yang bersifat auditif, mengandalkan audio sebagai deskripsi utama dalam berita yang dibikin.
Sudah ada 5-8 konten yang mereka buat. Topik yang diangkat memakai perspektif disabilitas, sebagai upaya menyuarakan hak-hak mereka yang belum dipenuhi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Seperti isu-isu transportasi publik, trotoar, halte, jembatan seberang, hingga menstruasi.
Yang menarik, walau memiliki keterbatasan fisik dan pekerjaan utama sebagai guru di YPAB, bukan berarti RBS angin-anginan. Mereka justru konsisten liputan di Surabaya setiap minggu. Mereka tampak percaya diri, yakin, dan semangat.
Dari RBS aku belajar, bahwa keterbatasan fisik tidak membuat semangat mereka patah untuk menjadi jurnalis. Hal itu, aku ambil sebagai hikmah dan pelajaran berharga. Di saat kondisi psikologiku dalam 2-3 bulan ini rentan merasa "insecure".
Hela sempat bilang, setiap kali laki-laki merasa rendah diri, merasa tidak aman, atau merasa tidak punya nilai tawar, seketika value sebagai laki-laki menjadi berkurang. Setelah aku pikir, benar juga.
Sebaiknya aku melihat RBS sebagai motivasi, bukan ingin menjadi jurnalis-jurnalis di luar sana yang latar belakang keluarga, pendidikan, dan privilege lebih baik dari aku. Agar bisa menghargai setiap proses diri dalam berkarir.
Jujur, sebelum diingatkan Hela, aku sering ingin menjadi seperti Reno Surya, Miftah Faridl, Fahri Salam, Mawa Kresna, Charlenne Kayla Roesli, Ann Putri, Ronna Nirmala, Adi Renaldi, Evi Mariani, Ahmad Arif, Dandhy Dwi Laksono, Wahyu Dhyatmika, Abdus Somad, Eko Rusdianto, Andreas Harsono, dan lain-lain; mengenai prestasi jurnalistik.
Namun, mengingat perjuangan kawan-kawan RBS. Aku bersyukur telah sampai di titik ini, sampai di tahap ini, sampai di puncak ini. Walau, bila dibandingkan dengan orang-orang yang aku tulis itu, prestasiku masih jauh di bawah. (*)
1 note · View note
Text
On Our 3rd Anniversary
Dear Adinda,
Semoga telingaku cukup bagimu untuk mendengarkanmu saat kau sedang lelah dan marah pada dunia. Semoga pelukanku cukup bagimu untuk menghangatkanmu saat kau sedang menggigil. Karena aku tak punya apa-apa dan tak tahu apa-apa tentang jalan nasib dan sisa waktu kita di dunia. Semoga aku, dalam bagian umurmu, menjadi salah satu di antara penanda-penanda bahagiamu.
Selamat tiga tahun
Love,
Dandhi
Tumblr media
0 notes
dandhipr-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
No puedo amar, Jàlez ft dandhi @aneta_vezzosi ❤️👁️💯 #dandhi #dandhiofficial #reggeaton #trapeton🎶🔥 #trap #traplatino #honirolabel #honiro #musica #collaboretion #santodomingo #colombia #hermano #hiphop #messinabedda #sicilia #bhmg #rocciamusic #italia🇮🇹 #music #musicmylife #sonymusic #universalmusic #umitalia #costanza (presso Sicilia, Italy) https://www.instagram.com/p/BuYkOQEFMaD/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1iv7tbufxwtxk
0 notes
acehkita · 3 years
Text
Watchdoc Terima Penghargaan Ramon Magsaysay 2021
Watchdoc Terima Penghargaan Ramon Magsaysay��2021
BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Hari ini, Selasa (31/8/2021) Ramon Magsaysay Award Foundation mengumumkan bahwa Watchdoc Documentary Maker dari Indonesia berhak menerima penghargaan Ramon Magsaysay 2021 untuk kategori “Emergent Leadership”. Penghargaan ini diberikan karena film-film dokumenter Watchdoc dianggap masuk ke dalam jurnalisme investigasi yang menggunakan platform baru dan kreatif dalam…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
radarsukabumi-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Dandhy Laksono, Jurnalis Sexy Killers Ditangkap Polisi Tengah Malam RADARSUKABUMI.com - Dandhy Dwi Laksono ditangkap polisi karena diduga melakukan tindak pidana ujaran kebencian, serta melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
0 notes
astriodd · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
glad you found each other.
For Dinda and Dandhi.
1 note · View note
fleurdebleue · 5 years
Text
Iwaspr efectly fine and dandhy he wasbjut rude and ihad ti !it otaly had it
1 note · View note
mastur6asi-blog · 5 years
Text
Asimetris: Perang kelas, dipangkuan kekuasaan bumi harus dikebumikan
Panjang umur kemuakan! Karena bumi hancur oleh kebuasan (birokrasi, elite, aparat, kapital; hipokrit).
Tumblr media
Sebuah film yang berjudul “asimetris” dirilis pada 12 maret 2018. Film dokumenter kesembilan ekspedisi Indonesia biru ini diputar di lebih dari 26 kota yang ada di Indonesia pada pemutaran perdananya. Banyak film yang telah digarap oleh Dandhy Laksono, tema film asimetris tidak jauh dari upaya menginterprestasikan persoalan ketimpangan sosial, lingkungan, maupun ekonomi dari dampak alih fungsi lahan, pembakaran hutan/kebakaran hutan, dan perkebunan kelapa sawit. Dokumenter ini menampilkan secara realistik bagaimana kehidupan “korban” dari industri Kelapa Sawit dengan wawancara langsung kepada mereka dan ekploitasi lahan besar- besaran atas hutan di Papua, Sumatera dan Kalimantan.
Film dokumenter ini kembali mengingatkan kita terhadap seluruh konsumsi sehari- hari kita adalah berbahan baku sawit. Seperti peralatan mandi, produk kosmetik, bahan makanan, sampo, sabun, detergen, lotion, minyak wangi,bahan pelumas mesin, campuran bahan bakar, minyak goreng dan banyak produk lainnya. Ya, itu bisa berarti kalimat sarkas yang coba disampaikan bahwa secepatnya larilah dan hentikan beli-beli-beli (baca:konsumerisme).
Sayangnya minyak yang diproduksi dari perkebunan kelapa sawit membutuhkan lahan yang tidak sedikit, membutuhkan air dalam jumlah banyak, serapan unsur hara dalam jumlah besar dan membutuhkan pekerja yang diupah murah.Untuk itulah hutan-hutan Indonesia dibabat habis.Untuk proses pengalihan lahan, pertama- pertama lahan harus dalam keadaan bersih, pembakaran hutan secara ilegal menjadi jurus tercepat. Dengan begitu kita pasti sudah bisa menebak siapakah yang bertanggungjawab dengan kabut asap yang berdampak pada 97 juta jiwa pada tahun 2015 hingga sekarang.
Tentu kita perlu membuang tenaga mempersalahkan semua manusia, sebab hampir semua yang menguasai perkebunan kelapa sawit adalah korporasi, elite, dan penguasa (baca:kapitalisme). Dont blame it satan. Jangan salahkan setan, salahkan yang mengakumulasi kekayaan (baca:borjuasi). Mereka para korporasi tidak hanya melakukan eksploitasi pada alam, namun juga pada manusia yang ia pekerjakan dengan upah murah. Tidak puas dengan mengeksploitasi alam, masyarakat adat juga berkali-kali terancam oleh kapital. Serta tentu dari kesemuanya, korporasi lah yang paling di untungkan dalam mengakumulasi kekayaan.
Lagi-lagi selalu ada masyarakat yang tertuduh atas kegagalan ekonomi Negara, padahal pemerintah lupa bahwa ia tidak hanya mengambil banyak dari alam tapi ia juga telah memakan warganya hidup-hidup. SukuDayakmembakar hutan tidak dengan jumlah yang besar dan bukan untuk kepentingan pemodal, tentu hanya untuk semata-mata mempertahankan ruang hidup dan kehidupannya.
Film Asimetris juga menampilkan potret ketimpangan sosial yang dialami buruh Kelapa Sawit, mereka dieksploitasi secara terang-terangan. Anak SD berkerja dengan mengumpulkan Daun kelapa sawit yang kering, perkerja wanita yang sudah lebih dan puluhan tahun berkerja akan selamanya dicap sebagai freelance atau
perkerja lepas, berangkat pukul 3 pagi dan pulang pukul 3 sore dengan gaji 25-50rb per hari. Pekerja lepas yang artinya tidak ada UMR, tunjangan di hari tua, atau asuransi ketika sakit, gaji harian hanya bisa untuk makan, mengingat harga pokok di luar Jawa jauh lebih mahal.
Dalam film dokumenter ini, kritik konsumerisme dilakukan dengan melihat warga BOTI, Nusa Tenggara yang mampu membuat minyak kelapa dan minyak rambutnya sendiri. Seperti warga Baduy dalam juga menggunakan sampo dari daun cicaang. Kita memilih hidup dengan mengkonsumsi, beli-beli-beli, tanpa membaca dan berfikir sedikitpun.
Film dokumenter ini memiliki keberpihakannya pada warga dan masyarakat. Lantas apakah dengan jelas di film Asimetris ini mengajak warga dengan terangan-terangan memboikot produk kelapa sawit beserta turunannya? Atau dengan sengaja melawan komoditas terbesar Indonesia yang menjadi tumpuan orang banyak.
3 notes · View notes
southeastasianists · 6 years
Link
Last month President Jokowi announced a moratorium on new oil palm concession licenses. Nestlé decided to break its ties with the Salim group, one of Indonesia’s largest producers. Meanwhile Indonesian oil palm interests are working to counter what they see as a “black campaign” by the European Union against Indonesia’s most important industry. Earlier in the year Dandhy Laksono’s WatchdoC lobbed a cinematic grenade, the documentary Asimetris, into this heated debate.
The film opens with dramatic scenes shot in Central Kalimantan. It’s 2015 and forest fires are burning through a million hectares of forest and peat land. A child is rushed in the hospital struggling to breathe. WatchdoC’s film maker has a headache and is coughing violently.
The film shows how palm oil, a commodity in such global high demand, is transforming environmental, social, political and economic realities across a swathe of Indonesia. This area is now larger than Java Island. The film argues that this has set Indonesia on an unsustainable development trajectory.
Inoculating Indonesian viewers against a nationalist reaction, the film shows how the top 25 oil palm tycoons, taking finance from international banks, dominate the plantation sector. It suggests that the boom accentuates inequalities and creates new forms of vulnerability for those choking in the fumes or struggling as labourers on the plantations. The film suggests that neither State policies nor the Roundtable on Sustainable Oil Palm have yet addressed these problems.
In later scenes the film makers show people opening ladang the traditional way, farming rice, tapping rubber and cultivating oil palm smallholdings as the landscape around them is transformed in a dramatic fashion. This section, rich in ethnographic detail, provides a cinematic ode to the creativity and perseverance of marginal rural people who face their quotidian struggles with enormous dignity.
Yet the film fosters the romance of old and more sustainable forms of farming. This begs a series of difficult questions. Is it possible to go back to old ways?  Given the poor price of rubber and the eclipse of extensive swidden systems following decades of land enclosures, do old agricultural systems provide answers to meeting cash needs? What development models can work in these landscapes?
In Indonesia the film has provoked reaction amongst supporters of the oil palm industry who see the film as too negative. The filmmakers might have added scenes of oil palm smallholders doing well, local elites facilitating the process, or shown alternatives to the large scale plantation model associated with these problems.  While the film suggests the need for a radical break with existing models of development, the closing scenes offer little hope. The viewer might be reminded that other development models are possible.
In one scene Jokowi encourages smallholders who now achieve productivity per hectare at just one fifth of what the plantations achieve. Jokowi wants to address the problem of smallholder production. Elsewhere in the world countries have developed smallholder friendly policies. Indonesia also needs representative organisations to affect long-term change and to avoid the pitfalls of policies that do not support the poor.
Despite this, for Indonesian viewers this film opens up a set of critical questions that Indonesia’s policy makers are facing. How to address the environmental problems and conflicts posed by oil palm? How to resolve livelihood and climate insecurity posed by the evolution taking place on the oil palm frontiers? Finally, on what terms does Indonesia want the oil palm boom? How much is enough? And how to overcome the governance problems associated with the boom?
John McCarthy is a researcher in the Crawford School of Public Policy and is the co-editor of The Oil Palm Complex: Smallholders, Agribusiness and the State in Indonesia and Malaysia. You can watch the Asimetris trailer below or the full movie here at YouTube.
9 notes · View notes
Text
Tumblr media
Ganapati tAlam
VikatOt kada sundara dandhi mukham bhujagEndra susarpa katA -baranam
Gaja nila gajendra ganAdhi-patim pranatoshmi vinayaka hasti-mukham
Sura sura Ganapati sundara-kesham
hRishi hrishi Ganapati yagna samAnam
Bhava bhava Ganapati Padma-sharIram
Jaya jaya Ganapati divya Namaste

Gajamukha vaktram girijA putram
gana-guna mitram Ganapati mIsha priyam

Kara krutha parashum kankana pAnim kapalita padmaruchim

Surapati vandyam sundara rUpam suracita mani-makutam

Pranamata dEham prakadita tAlam
shad-giri tAlam-idam
tat tat shad-giri tAlam-idam
tat tat shad-giri tAlam-idam
LambOdara-vara kunjA sura kruta kunkuma varna-dharam

Shweta-sha shrunkam mOdaka hastam priti-sa panasa phalam


Nayana traya-vara nAga-vibhushita nA nA ganapati tam

Tat -Tan Nayana traya-vara naga-vibhushita nA nA ganapati tam
Tat tan nA nA ganapati tam,
Tat tan nA nA ganapati tam 

Tava-lita jala-dhara tava-lita candram
pani-mani kirana vibhushita kadkam

Tanu-tanu visha-hara shula kapAlam
hara hara shiva shiva ganapatim- abhayam

Tava-lita jala-dhara tava-lita candram
pani-mani kirana vibhushita kadkam

Tanu-tanu visha-hara shula kapAlam
hara hara shiva shiva ganapatim- abhayam

Kata-tada vikalita madha-jala jala-sthita ganapati vAdyam-idam

Kata-tada vikalita madha-jala jala-sthita ganapati vAdyam-idam
Tat tat ganapati vAdyam-idam

Tat tat ganapati vAdyam-idam
Tatka tinnam Tariku tarijanuku
Kukutatti kukutakida ding-dinggu diguna kuku-tatti
Tat-tajam jam tarita
Ta jam jam tarita
Takada jam jam tarita
Ta jam jam tarita
Taritanata jana-junuta junatimita
Kidatakida tOm takida kidatakita tOm
Takida kidatakita tOm tAm
Taka-takida taka-takida taka-takida tat tOm
Sashi-kalita shashi-kalita maulinam shulinam

Taka-takida taka-takida taka-takida tat tOm
vimala subha-kamala-jala pAdukam pAninam


thit-takida thit-takida thit-takida tat tOm
Pramatha gana-guna kachita shobhanam shobhitam

thit-takida thit-takida thit-takida tat tOm
trutula bhuja sara-sija vishAnakam pOshanam

Taka-takida taka-takida taka-takida tat tOm
Panasa phala kadali phala mOdanam mOdakam

thit-takida thit-takida thit-takida tat tOm
pramatha guru shiva-tanaya Ganapati tAlanam
Ethi Ganapathi Thalam!
8 notes · View notes
salmanania · 7 years
Text
Samakan Megawati dengan Aung San Suu Kyi, Dandhy Dwi Laksono dipolisikan
Salma Nania Samakan Megawati dengan Aung San Suu Kyi, Dandhy Dwi Laksono dipolisikan Artikel Baru Nih Artikel Tentang Samakan Megawati dengan Aung San Suu Kyi, Dandhy Dwi Laksono dipolisikan Pencarian Artikel Tentang Berita Samakan Megawati dengan Aung San Suu Kyi, Dandhy Dwi Laksono dipolisikan Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Samakan Megawati dengan Aung San Suu Kyi, Dandhy Dwi Laksono dipolisikan
Tumblr media
Akun media sosial Facebook bernama Dandhy Dwi Laksono, dilaporkan ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jawa Timur oleh Dewan Pengurus Daerah Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) Jawa Timur, organisasi sayap PDIP. http://www.unikbaca.com
0 notes
ayojalanterus · 2 years
Text
Dandhy Laksono: Indonesia Tak Bisa Atasi Masalah Papua, Selain Kirim Tentara dan Keruk SDA
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Pendiri Watchdoc, Dandhy Laksono menilai kalau negara tidak memiliki solusi politik untuk menyelesaikan permasalahan di Papua yang sudah berjalan hingga puluhan tahun. Alih-alih memberikan solusi, negara malah hadir dengan membawa aparat militer sembari terus mengambil sumber daya alam di Bumi Cenderawasih. Itu disampaikan Dandhy tepat pada hari yang dianggap sebagai kemerdekaan rakyat Papua Barat setelah melawan penjajah, yakni 1 Desember. Hari itu juga kerap dikaitkan dengan hari ulang tahun organisasi papua merdeka (OPM). "60 tahun masalah Papua, dan Indonesia tak punya solusi politik apapun selain mengirim tentara, tragedi kemanusiaan, sambil terus menguras kekayaan alamnya," kata Dandhy melalui akun Twitternya @Dandhy_Laksono  pada Rabu (1/12/2021). Dhandy telah memberikan izin Suara.com untuk mengutip cuitannnya tersebut. Melihat apa yang dilakukan negara terhadap Papua, Dandhy menilai hal tersebut menjadi contoh sebuah negara yang malah gagap dengan konstitusinya sendiri. Padahal menurutnya, Papua juga memiliki hak untuk merdeka sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945. "Ini contoh negara yang gagap dengan konstitusinya sendiri: "Kemerdekaan adalah hak segala bangsa". 1 Desember 1961 - 2021," ujarnya. (suara)
from Konten Islam https://ift.tt/3xQTwcj via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/12/dandhy-laksono-indonesia-tak-bisa-atasi.html
0 notes