#dch2019
Explore tagged Tumblr posts
Text
Bercerita tentang Hackathon
Dalam rangka merayakan International Open Data Day 2019 2 maret 2019 U-Inspire Indonesia mengadakan “Mini Hackathon” sebagai upaya pengurangan risiko bencana. Mini hackathon merupakan sebuah wadah untuk berdiskusi secara terbuka mengenai gagasan dan upaya dalam menguragi risiko bencana di indonesi dengan menggunakan literasi data kebencanaan. Grup diskusi ini terdiri dari beberapa anggota dengan latar belakang keilmuan dan pengalaman bereda di dalam kebencanaan, sehingga pencampuran pendapat dan pengalaman menghasilkan ide atau gagasan baru dalam menggunakan data untuk upaya pengurangan risiko bencana. Mini hackathon dilakukan dengan santai dan sangat fun, membuat semua peserta setiap kelompok tidak segan dan sungkan untuk berapresiasi mengemukakan ide ide brilliant yang mereka miliki
Ada beberapa materi Kece dari narasumber yang sempat saya rangkum
semoga bermanfaat
Sesi pemaparan materi :
Wisnu Widjaya, Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB
Memaparkan mengenai perubahan paradigma “Indonesia Negeri Bencana” menjadi pandangan optimistis mengenai sisi lain bencana yang dapat dijadikan sebagai industri keselamatan bencana dan pembelajaran. Beliau mengatakan bahwa “Jaman now, jaman kolaborasi, saling terhubung (oleh teknologi) menjadi satu kesatuan informasi yang dapat digunakan Bersama (Big data). Kiita ibaratnya satu kesatuan organic, big data adalah otaknya, kolaborasi adalah komponen pembentuk tubuh, konektivitas adalah jaringan urat syaraf kita”.
Perubahan paradigm menuju industri keselamatan becana perlu dilakukan untuk melihat sisi positif atau optimistis dalam bencana, mensyukuri apa yang dimiliki, percaya kepada keselatan dan selalu tersesianya peluang dan menghadapi segala masalah dengan positif sebagai pembelajaran. Mengutip dari ki hajar dewantara “Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru” hal ini yang harus dilakukan oleh kita sebagai praktisi dikebencanaan, melihat bencana dari paradigma yang berbeda untuk belajar dan mengatasinya.
Suherman Idris, Departemen Kepegawaian BKN
Dalam sesi ini, pemateri menggagas integrasi “Satu data Indonesia” tidak mudah untuk menjalankannya, beliau berkata “data di Indonesia itu seperti Hantu, bila dibutuhkan tidak ada namun kita selalu meributkannya”. Kondisi saat ini data menyebar dan sulit didapat sekalipun dapat diakses sering kali harus dibenturkan dengan birokrasi yang rumit. Koordinasi yang terjadi antar kelembagaan sangan lemah, banyak data yang masih dipegang oleh individu. Format dan metodologi pengambilan data belum sinkron antar lembaga. Dengan kebijakan satu data diharapkan terjadinya integrasi data pemerintahan, terstrukturnya koordinasi antar instritusi dan keterbukaannya data pemerintah.
Definisi “Satu Data Indonesia” adalah kebijakan yang ebrtujuan untuk mewujudkan data yang akurat, mutahir dan dapat diakses oleh pengguna data sebagai dasar perencanaan pelaksanaan dan evaluasi dan pengendalian pembangunan melalui perbaikan tata kelola data pemerintah.
Pujiono pemimpin Pujiono center
Literasi kebencanaan diperlukan untuk menangani penanggulangan bencana dengan risiko bencana yang tinggi di Indonesia. Untuk menuju kearah ketangguhan kita perlu keterampilan dalam mengelola komponen risiko seperti bahaya, kerentanan, keterpaparan dan kesenjangan kemampuan menjadi perilaku tangguh yang memahami, mencegah, tidak memperburuk dan menyiapkan diri menghadapi bencana. Keterampilan ini dapat kita peroleh dengan literasi kebencanaan, mengelola karakter pribadi masing masing untuk menjadi karakter tangguh bencana dan melengkapi kopetensi yang dimiliki untuk siap menghadapi bencana serta di dukung pula oleh kebijakan kelembagaan dan mekanisme pengorganisasian sumberdaya dan program penanggulangan bencana. Kata kata menarik dituturkan oleh pak Pujiono “sebagai anak muda kita harus merubah ”Risk become Resilience”
Sesi ini membuka luas pandangan saya mengenai data, pemuda dan bencana. Banyak yang kita bisa lakukan untuk mengurangi risiko bencana paling tidak belajarlah untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang potensi bencana didaerah yang kita tempati.
Sesi “Mini Hackathon”
Peserta dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing masing kelompok berisi komposisi keahlian yang berbeda dianataranya adalah keahlian pemetaan (GIS), kebumian atau geologi, management bencana dan ilmu social. Hackathon merupakan acara serupa dengan diskusi untuk menghasilkan ide sebagai solusi dari masalah masalah yang dihadapi, terutama masalah literasi bencana dan data kebencanaan.
Bertemu dan berjejaring dengan orang orang baru dari disiplin ilmu yang berbeda membuat kita membuka mata akan seberapa kecilnya kita dihadapan yang kuasa dengan sicuil ilmu yang dipunya. Mba Amyu, mba Eka, mas Ridwan dan Mas Hanif mengajarkan saya untuk mendengarkan dan berfikir bersama dengan cara yang fun.
1 note
·
View note
Text
Duck Cover and Hack (Hackathon 2019)

menjadi orang terpilih untuk diskusi bersama orang orang hebat di kebencanaan









Awesome......!
0 notes