Tumgik
#ffr: puns
fireflyramblings · 5 years
Text
He brings her tea, she brings him croissants.
[ Timari ]
Thank you @the-navistar-carol for the prompt!
The first time we met,
I wasn't in my right mind.
But it wasn't something i regret,
It was something fate designed.
You were the bakers' daughter,
And you gave me croissants,
When my head was in the gutter,
So i gave you a faint smile in response.
I tried to return the favour,
In full fervour.
You hence relented,
"Get me tea", you grunted.
So, we acquainted.
From that we grew,
A unique brew.
A friendship that blossomed,
Which i felt was kinda awesome.
And then you found out i was the son of a multimillionaire,
Running away, in need of air.
"We can't be friends", you stated,
"Why?" I cried, devastated.
You said you were a nobody,
To that i had to disagree.
You were my budding rose,
A complete juxtapose.
To my achings,
You wanted to express your heart-felt feelings.
To another dude.
Blinking, i said, "go for what you think is good".
You ended up being distraught,
When You caught,
His face full of snide.
So, You cried,
Calling to me,
Left with your heart's debris.
It started with hugs,
Which felt like drugs.
You said that with me, you felt safe,
Intoxicating me further, to my grave.
We were like,
The coffee bean and tea leaf.
So different,
Yet the same.
My fingers fumbled around the box,
As your finger twirled your locks.
I wanted you to be my end game,
And You said," what a shame."
Pulling out two rings of gold,
"Me too," you told.
Eyes sparkling oh so bold,
Tears streamed down uncontrolled.
And so we sealed off our pact.
But I still can't appreciate enough that,
We are timari,
And, You are my tiramisu.
A/N: It's been 3 years since i last wrote a poem, so i wanted to get back into it. It's a bit of a mess (understatement, really), and i admit, i wrote the ending scene and then worked my way to the start. It is,,odd.
9 notes · View notes
canduaksara · 7 years
Photo
Tumblr media
Pada suatu hari, ada 10 ekor kodok yang sedang berlomba-lomba untuk mencapai puncak suatu menara yang sangat tinggi. Saat perlombaan berlangsung, banyak kodok-kodok lain yang sedang menyaksikan perlombaan itu, mereka saling meremehkan kemampuan 10 ekor kodok itu. Dengan lantang nya mereka berkata : "Kalian gak akan bisa sampai dipuncak menara itu!". "Udah, nyerah aja! Cape-cape naik kalo akhirnya jatuh, buat apa". "Puncak itu terlalu tinggi, gak akan ada satupun diantara kalian yang sanggup sampau dipuncak menara itu!". "Mimpi kalian terlalu tinggi". Dan, "Kalian lemah, dan gak akan berhasil". Akhirnya, satu persatu kodok-kodok itu pun mulai berjatuhan dan menyerah karena mereka sudah pesimis mendengar ucapan teman-teman nya. Tapi ternyata, ada satu kodok yang tetap naik dan berhasil sampai dipuncak menara itu. Kodok-kodok yang sedang menyaksikan perlombaan itu mereka terkejut, juga 9 peserta yang telah dinyatakan gagal mereka sangat terkejut, karena kodok yang berhasil sampai dipuncak itu hanyalan seekor kodok yang paling kecil diantara 9 peserta lainnya, mereka saling bertanya. "Bagaimana bisa seekor kodok kecil mampu sampai dipuncak menara yang sangat tinggi itu?". Jawabannya hanya satu, 'kodok itu Tuli'. Saat 9 ekor kodok lainnya pesimis karena mendengar perkataan-perkataan negatif tentang kemampuan mereka, kodok kecil itu tidak mendengar satu katapun, yang dia dengar hanyalah bisikan hatinya yang terus menerus berkata "saya bisa dan saya mampu". Dia tidak mendengar satupun kata yang mematahkan semangatnya, karena itu kodok kecil itu mampu sampai dipuncak menara yang sangat tinggi itu. . Apa yang dapat kita pelajari dari kisah kodok kecil itu?. "Berpura-pura Tuli saat orang lain meremehkan kemampuanmu". Tetap yakin pada tekadmu, dengarkan kata hati kecilmu. Saat orang lain berkata "Kamu gak akan bisa, gak akan mampu!" atau "Jangan kebanyakan ngehayal". Berpura-pura tuli lah, jangan pesimis dengan ocehan orang lain, yakinlah kamu punya Tuhan yang bisa membuat segalanya menjadi mungkin. . -- FFR --
1 note · View note
majalahforbes-blog · 6 years
Text
Bunga Acuan BI Diramal Tetap 6%
Forbes - Jakarta - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau 7days reverse repo rate hari ini diprediksi tak akan mengalami kenaikan. Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto menjelaskan ada faktor eksternal dan internal dari prediksi penahanan suku bunga di level 6% tersebut. Dari faktor eksternal, diyakini arah gerak fed fund rate (FFR) semakin longgar atau dovish dimana The Fed tidak lagi agresif menaikkan FFR mengingat sdh ada indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi AS di bawah 3% disertai laju inflasi mendekati 2%. Pilihan The Fed ada dua, antara menahan FFR di level saat ini yg 2,25%-2,50% hingga akhir tahun 2019 atau menaikkan FFR hanya sekali sebesar 25 bps menjadi 2,5%-2,75% hingga akhir tahun 2019. Bahkan ada yg menghendaki FFR turun 25 bps menjadi 2,0%-2,25% hingga akhir tahun 2019 untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi AS. Sejumlah bank sentral di dunia juga cenderung menahan suku bunga acuannya dan beberapa bank sentral malah sudah menurunkan suku bunga acuan (BOJ, ECB). Dari faktor internal, BI dan pemerintah memiliki stance yg sama, yakni stability over growth, sehingga pilihan paling rasional dan taktis adalah RDG BI tetap menahan BI7DRRR di level 6%. Juga deposit facility dan lending facility di level yg tetap. Level bunga acuan yg 6% saat ini sesungguhnya sudah priced in atau factored in dimana level 6% ini sudah mempertimbangkan peluang FFR naik 25-50 bps di tahun 2019 ini. "Langkah BI yg tahun 2018 lalu secara agresif menaikkan BI7DRRR sebesar 175 bps dari 4,25% ke 6% merupakan langkah preventive dan ahead the curve yg tepat mengiringi kenaikan FFR 100 bps saat itu sehingga jika RDG BI saat ini tidak menaikkan BI7DRRR alias tetap 6% adalah langkah tepat," ujar Ryan dalam keterangannya, Kamis (21/3/2019). Menurut dia, keputusan ini bisa membantu penguatan daya tahan ekonomi Indonesia terhadap tekanan eksternal (trade war, risiko geopolitik dan Brexit), menjaga stabilitas makroekonomi, khususnya rupiah, dan mempertahankan daya tarik investor asing untuk memegang aset dalam rupiah karena lebih atraktif. Juga membantu masuknya dana asing atau capital inflows yang dapat menguatkan kurs rupiah, IHSG di BEI serta memperkecil defisit transaksi berjalan (CAD) menjauhi 3% dari PDB. Momentum pertumbuhan pun masih bisa dikelola dgn baik. "Ditahannya BI7DRRR akan disambut gembira kalangan perbankan, sektor riil dan investor portofolio karena level 6% ini dinilai akomodatif," jelas dia. Kepala Riset LPEM FEB UI Febrio Kacaribu menjelaskan BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya sampai upaya pemerintah untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan mulai terlihat dan menjanjikan. "Di sisi positifnya, jika arus masuk modal portoflio terus berlangsung dengan kuat dan BI diproyeksi dapat mengumpulkan cadangan devisa yang memadai, kami memandang BI seharusnya memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga kebijakan sebanyak 50 bps nanti di tahun ini. Akan tetapi, untuk saat ini lebih tepat menunggu dan melihat perkembangan pasar sampai bulan depan," jelas Febrio. Read the full article
0 notes
inanews-blog1 · 6 years
Text
Bersiap, Ekonomi Indonesia Hadapi Koreksi Pada 2019
Inanews - PT Danareksa (Persero) memprediksi ekonomi Indonesia pada akhir tahun ini akan tumbuh antara 5,2%-5,3%. Namun, pertumbuhan tersebut akan sedikit terkontraksi pada tahun 2019 sebesar 5,1%-5,2%, sebelum kemudian kembali naik antara 5,3%-5,4% pada 2020. Adapun, motor pertumbuhan ekonomi masih akan didorong konsumsi rumah tangga, peningkatan investasi, dan ekspor. Head of Economic Research Danareksa Research Institute Damhuri Nasution mengatakan angka pertumbuhan tersebut masih lebih baik dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 di level 5,07%. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi pada semester I/2018 sebesar 5,17% ditopang peningkatan investasi dan ekspor. “Beberapa pertimbangan pertumbuhan ekonomi tahun ini dan 2019 di antaranya ekspor dan investasi yang diproyeksi masih tumbuh bagus, sejalan dengan ekspansi ekonomi dunia. Konsumsi rumah tangga pun diproyeksi tumbuh relatif stabil atau sedikit membaik,” kata Damhuri, dalam Economic & Market Outlook, dengan tema Perkembangan dan Prospek Makro Ekonomi serta Pasar Modal 2018 – 2019, Rabu (19/9). Damhuri mengatakan, investasi diperkirakan tumbuh baik sejalan dengan pembangunan infrastruktur, peningkatan rating, dan perbaikan iklim investasi.  Adapun konsumsi pemerintah juga diproyeksikan relatif stabil seiring dengan upaya menyehatkan APBN. Terkait dengan rupiah, Damhuri menegaskan bahwa nilai tukar rupiah saat ini masih mungkin bergejolak akibat normalisasi kebijakan moneter dan ekspansi fiskal Amerika Serikat (AS), kekhawatiran atas perang dagang AS-China, dan kenaikan harga minyak dunia karena geopolitik, yang dapat memperlebar Current Account Deficit (CAD). Sementara itu, suku bunga acuan Bank Indonesia, BI-7-Day Repo Rate dinilai berpotensi kembali dinaikkan menjadi 5,75%-6% pada tahun ini dan 5,5%–6% pada tahun depan. “Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan di bawah nilai fundamentalnya karena faktor eksternal, tapi tekanan tersebut akan mulai mereda pada tahun 2019 dan 2020,” tegas Damhuri. Menurut dia, kebijakan moneter global masih cenderung ketat pada tahun depan dan mulai longgar pada tahun 2020, karena diperkirakan tekanan inflasi mereda dan pertumbuhan ekonomi mengalami moderasi. Dengan kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Funds Rate (FFR) dua kali tahun 2019 yang berarti tidak seagresif tahun 2018, maka volatilitas pasar keuangan akan sedikit mereda. Damhuri juga menilai upaya yang sudah dilakukan BI merupakan langkah tepat dalam meredam depresiasi rupiah, di antaranya menaikkan BI 7-Day (sudah 125 basis poin) yang diikuti kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), sehingga investasi di SUN mulai menarik kembali. Selain itu, BI juga melakukan dual intervention atau intervensi ganda demi menjaga volatilitas rupiah dan likuiditas dan sekaligus stabilisasi pasar SUN.  "Sehingga Danareksa perkirakan tekanan terhadap Rupiah dapat mereda, untuk akhir tahun 2018." Dia memperkirakan rupiah per US Dollar di kisaran Rp14.400 dan sekitar Rp14.300 pada 2019. Hanya saja, katanya, tekanan yang perlu diantisipasi ialah risiko eksternal perang dagang AS-China, perang mata uang, geopolitik yang kian memanas, ekspansi fiskal AS yang pro-siklikal, serta normalisasi kebijakan moneter bank sentral global. “Untuk domestik, kepemilikan asing yang masih tinggi pada obligasi Pemerintah tetap menjadi resiko. Kemarau panjang juga berpotensi menyebabkan kenaikan tekanan inflasi pangan. Terakhir Pilpres dan Pileg yang sejuk dan damai tentu menjadi harapan pelaku pasar, baik domestik maupun asing.” Read the full article
0 notes
seputarbisnis · 8 years
Text
Penaikan Bunga Acuan BI Bisa Cegah Capital Outflow
Jakarta (SIB)-  Sejumlah kalangan menilai apabila Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan, BI 7-day Reverse Repo Rate, saat ini maka akan berdampak positif menahan aliran dana keluar atau capital outflow ketika bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuan, Fed Fund Rate (FFR). Bank sentral AS, The Fed, diperkirakan akan menaikkan FFR tiga kali pada tahun ini. "Jika bunga acuan BI dinaikkan, investor menilai suku bunga di Indonesia menjanjikan. Sebab, sebenarnya suku bunga itu sama saja risiko. Apabila BI menaikkan sedikit, maka premi risikonya dinaikkan. Jadi, ini bisa menahan penjualan surat utang dan aset investasi lain," ujar pengamat ekonomi Indef, Bhima Yudhistira, ketika dihubungi, Kamis (19/1). Bhima pun memperkirakan BI akan menaikan suku bunga acuan pada pertengahan tahun ini. "Angkanya sekitar 0,25-0,50 persen sampai akhir tahun. Pas bulan Juni, pasar sudah menebak," kata dia. Untuk saat ini, lanjut Bhima, jika BI memaksa menurunkan suku bunga acuan akan kontraproduktif. Sebab, surat utang dan suku bunga Indonesia menjadi kurang atraktif di mata investor asing. "Jadi kalau diturunkan, otomatis asing akan melakukan aksi jual. Biasanya mereka mengalihkan dana ke tempat dengan suku bunga lebih tinggi," jelas dia. Sementara itu, jika BI mempertahankan BI 7-day Reverse Repo (RR) Rate, menurut Bhima, kebijakan itu setidaknya bisa menahan dorongan bagi investor untuk melepas aset investasi di Indonesia. Seperti dikabarkan, BI, Kamis (19/1), memutuskan mempertahankan suku bunga acuan, BI 7-day RR Rate, sebesar 4,75 persen. Kebijakan ini berlaku efektif mulai 20 Januari 2017. Selain itu, bank sentral juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 4 persen. Adapun suku bunga lending facility juga dipertahankan pada posisi 5,50 persen. "Keputusan tersebut sejalan dengan upaya BI menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan tetap mendukung pemulihan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara.(KJ/ r) http://dlvr.it/N9Fjkn
0 notes