Tumgik
#janji kampanye
rasiooid · 11 days
Text
Janji Sekolah Gratis, Benarkah Semudah Itu?
  RASIOO.id – Menjelang pilkada, selalu ada calon kepala daerah yang muncul dengan janji-janji yang bikin kita garuk-garuk kepala. Salah satu yang paling sering didengar adalah janji menggratiskan sekolah, nggak cuma sekolah negeri, tapi juga sekolah swasta. Kayaknya sih, niatnya mulia. Tapi, kok rasanya janji ini kayak impian yang terlalu indah, ya? Mungkin mereka mikir, kalau udah jadi kepala…
0 notes
bantennewscoid-blog · 4 months
Text
Jelang Pilkada, Pengamat Politik Untirta: Jangan Pilih yang Umbar Janji Tak Terukur
SERANG– Menjelang kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) khususnya di Kota Serang, beberapa politikus tampak berbondong-bondong mulai memperlihatkan niatnya memimpin ibukota Banten. Hal tersebut terlihat dari menjamurnya baliho bakal calon walikota di tiap sudut kota. Beberapa baliho bahkan sudah mencantumkan program apa saja yang diusung politisi tersebut sampai variasi foto menggunakan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kbanews · 1 year
Text
Di Mata Pengusaha, Anies Baswedan Antitesis Jokowi
JATENG | KBA – Bagi banyak pelaku usaha di Jawa Tengah, Bakal Calon Presiden (Bacapres) Anies Baswedan dianggap sebagai antitesis dari figur Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pengusaha muda di Karanganyar, Jawa Tengah, Irfan Choiruddin berpendapat, antitesis kedua tokoh itu salah satunya terlihat dalam hal pemenuhan janji-janji sebagai pemimpin. “Beliau (Anies Baswedan) antitesis Pak Jokowi. Yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
maitsafatharani · 8 months
Text
Terimakasih, Pak Anies.
Barangkali, itu kalimat pertama yang ingin aku ungkapkan, jika ditanya tentang kesan di Pemilu 2024.
Terimakasih ya Pak, sudah berjuang untuk maju, menjadi salah satu calon presiden yang membuat kontestasi Pemilu terasa lebih ada 'ghirah'nya.
Jujur, di 2014 dan 2019, rasanya jengah sekali. Setiap membuka medsos, isu-isu SARA yang menjadi bahasan. Kampanye yang begitu-begitu saja, membuat bosan untukku pribadi melihat perjalanan kampanyenya. Karena paling ya, begitu saja tren-nya. Blusukan ke warga-warga, kampanye di atas pentas sembari bermonolog di bawah terik matahari, juga bagi-bagi amplop *eh.
Di 2024, Pak Anies dan tim menciptakan atmosfer yang berbeda. Desak Anies dan Slepet Imin, menjadi model kampanye yang berani tampil beda di sejarah pesta demokrasi Indonesia.
Dalam Desak Anies dan Slepet Imin, terjadi dialog antara capres-cawapres, dengan audiens. Audiens bisa menanyakan apa pun, bahkan mengadukan keresahan apa pun.
Ini menarik.
Melihat bagaimana para calon pemimpin kita berdialog dengan rakyat biasa maupun para mahasiswa, yang penuh dengan keluhan dan kritik yang beraneka ragam. Gaya kampanye ini meruntuhkan gaya konservatif, dan aku tidak bisa bilang tidak, gaya kampanye ini adalah gaya yang mendidik rakyat.
Buatku pribadi, ini mengagumkan. Bagaimana capres-cawapres bahkan memperhatikan bagaimana strategi dalam berkampanye. Memperhatikan bahwa proses pesta demokrasi, bukanlah sekedar pesta untuk yang akan maju mencalonkan diri. Tapi senyatanya, pesta demokrasi haruslah dirasakan sebagai 'pesta' oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Meski tidak bisa langsung mengikuti agenda Desak Anies, aku adalah salah satu pendengar setia rekamannya di Youtube. Pak Anies selalu menyampaikan di setiap dialog, bahwa Desak Anies adalah cara paslon 01 menawarkan 'cara berpikir' mereka. Menurut beliau, rakyat harus tahu bagaimana cara pemimpinnya membuat keputusan, dimana keputusan lahir dari cara berpikir. Menurut beliau lagi, pemimpin itu tugasnya membuat keputusan, maka sudah seharusnya rakyat memilih pemimpin dengan cara berpikir yang paling relevan. Aku semakin kagum dengan strategi beliau.
Terbayang, menghadiri berbagai dialog pasti adalah hal yang menguras pikiran dan tenaga. Belum lagi jika ada kritik-kritik yang perlu dijawab, betapa melelahkannya. Tapi Pak Anies dan segenap tim, tetap memilih proses yang 'out of the box' ini demi mendidik rakyat dalam proses pemilu. Selain juga pasti ada misi menjaring suara.
Pak Anies, kuakui adalah sosok yang memiliki kelebihan dalam public speaking nya. Beberapa pihak bersentimen negatif, menyebut kelebihan ini sebagai 'omon-omon' belaka, atau 'janji manis' tanpa eksekusi nyata. Beberapa juga berpandangan, orang yang ucapannya manis di mulut, tidak selalu baik dalam bekerja. Tapi, kurasa itu logika yang tidak selalu benar dan tidak bisa dipukul rata. Kecerdasan berbicara tidak berarti payah dalam kerja nyata. Tidak bisa dihakimi begitu saja. Dan lagi, rekam jejak selama Pak Anies menjabat Gubernur Jakarta pun dapat kita pelajari di berbagai platform media sosial.
Ada lagi yang menarik menurutku. Performa Pak Anies saat debat. Aku kebetulan menyimak debat ketiga secara live via Youtube. Disana, Pak Anies tampak begitu 'menyerang'. Jujur, sebagai orang yang tidak suka dengan konflik, aku agak jengah menonton serangan demi serangan tersebut. Tapi, secara jernih aku mencoba berpikir. Acaranya ini judulnya debat, lagipula saat itu temanya adalah pertahanan, dimana salah satu paslon adalah juga menteri pertahanan. Wajar kalau terjadi kritik yang pedas, dan harapannya yang bersangkutan piawai dalam menjawab. Namun, seperti yang kita lihat dan saksikan sendiri, yang terjadi justru sebaliknya. Ah, sepertinya tidak perlu kujelaskan, netizen bisa menilai sendiri dengan mindsetnya masing-masing :)
Aku tersadar, bahwa saat itu Pak Anies sedang menjalankan peran, sebagai seorang kontestan yang berdebat. Terimakasih Pak, sudah menjalankan peran sesuai dengan situasinya.
Lalu tentang visi-misi. Aku belum membaca dokumen visi-misi paslon secara lengkap. Tapi beberapa kali, aku melihat postingan yang mengutip visi-misi dari para paslon. Dan, aku melihat hampir di setiap aspek, Pak Anies selalu memiliki visi-misi yang digagas. Di isu kesehatan, ekonomi, sampai diaspora pun beliau tuangkan gagasan. Dokumen visi-misi yang lengkap ini amat membantu jika kita ingin mencari isu yang menjadi fokus kita. Dan rata-rata mostly isu-isu tersebut ada di dokumen paslon 01.
Tidak hanya itu, muncul juga berbagai gerakan organik seperti aniesbubble, humanies, senimanbersatu, dll yang mendukung perjalanan kampanye Pak Anies. Pak, rasanya saya susah membayangkan gerakan-gerakan seperti itu terbentuk jika tidak ada ketulusan (apalagi tanpa bayaran), karena satu tujuan menginginkan perubahan.
Oh ya, aku juga respect dengan para pendukungnya yang tetap objektif meski mendukung paslon AMIN. Contohnya, pada saat debat cawapres. Patut diakui Cak Imin masih sangat blunder ketika itu. Tapi, para pendukung mengkritik dan menasihati, bukan menutup mata atas kekurangan itu. Dan alhamdulillah, Cak Imin pun terbuka dan menerima kritik. Di debat berikutnya, performanya lebih baik daripada sebelumnya. Membayangkan Indonesia dengan pempimpin yang terbuka, berkepala dingin, mampu memproses (bukan hanya menampung lalu jadi angin lalu) kritikan, luar biasa sekali rasanya.
Pak Anies, aku berharap, apapun yang terjadi selepas Pemilu, Pak Anies tetaplah menjadi Pak Anies yang seperti ini. Pak Anies yang menginspirasi, dan terus menyuarakan suara rakyat, terlepas apa pun pilihan politik Pak Anies. Aku sudah di titik pasrah dengan hasil Pemilu. Pak Anies terpilih ataupun tidak, Allah sudah mengaturnya, bukan.
Namun, setidaknya rakyat mendapat pendidikan yang berharga sepanjang perjalanan pesta demokrasi ini. Dan semoga, terus terdidik dan naik kelas demokrasi di Indonesia.
Pak Anies, terimakasih karena banyak kalimat Pak Anies yang menggugah dan terngiang di banyak orang. Aku jadi teringat salah satu ayat Al Quran,
Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit (QS. Ibrahim ayat 24).
Salah satu kalimat yang aku ingat dari Pak Anies adalah saat Pak Anies membicarakan prinsip kebijakan. Kata beliau, "Membesarkan yang kecil, tanpa mengecilkan yang besar.". Maknanya, dalam sekali. Dan kalau itu menjadi basis dari setiap kebijakan, rasanya Indonesia Adil Makmur untuk semua bisa terlaksana.
And, the last. Terimakasih Pak Anies, sudah menggerakkan saya untuk menulis. Baru pertama ini, saya mendukung dan memilih calon pemimpin sampai dituangkan dalam sebentuk tulisan.
Semoga, Allah memberikan yang terbaik untuk Indonesia.
277 notes · View notes
mamadkhalik · 2 years
Text
Sebuah Pesan Untuk Ikhwah
Akhirnya, ikhwah, sampailah kita pada hari ini. Ketika kita begitu sukar membedakan, manakah dakwah, manakah hasrat, ambisi, dan cita-cita pribadi semata yang tercampur kedalam kerja-kerja dakwah ini.
Sampai pulalah kita, pada masa-masa saat kepercayaan adalah hal yang paling mudah hilang dari jalan dakwah ini. Kita dipaksa bergantung hanya pada tangan sendiri. Kita dipaksa maklum pada dosa-dosa yang mewabah; yang penyebarannya tak bisa kita hentikan lagi.
Di mana-mana kita dengar orang meratap. Di segala arah, kita mendengar para pejuang kini mengeluh; menjadi orang yang teguh pada filosofi awal barisan ini dirapatkan, rupanya, rasanya sudah sama dengan menggenggam bara api.
Sebuah peristiwa besar mengguncang barisan ini. Sebagian berkata, ini sudah biasa. Sebagian lagi memilih diam. Tetapi, dalam hati semua orang, kita sebenarnya tahu: Ini berbahaya. Orang sudah mulai tak percaya omong kosong rilis, atau betapa membualnya narasi-narasi undangan berkumpulnya kita, setiap beberapa bulan sekali.
Yang kita rindukan, adalah ketulusan dakwah, dan kejujuran amanah. Kita bosan, ikhwah, menyaksikan diamnya barisan ini pada ketololan dan kezaliman.
Kita bosan, ikhwah, pada orang-orang yang mulai mirip penjual janji yang setiap lima tahun sekali akan mengotori jalan dengan spanduk kampanye. Kita ini, ikhwah, ingin sekadar berdakwah tanpa atribut yang terlalu meriah.
Kita, ikhwah; adalah orang-orang yang berbaris karena percaya, gerakan ini ingin memenangkan islam, bukan memenangkan hasrat pribadi; atau sekadar menunjukkan betapa mahirnya orang perorang, daerah per daerah, ataupun marhalah per marhalah mana saat memimpin dakwah.
Kita percaya, ikhwah, bahwa barisan ini akan bersikap tegas pada kebatilan. Kita, bukanlah pelacur murahan yang dibayar segera setelah jasanya yang menjijikan itu selesai. Kita akan bergerak menyampaikan islam ini, meskipun kemiskinan, kelaparan, dan tekanan terus mengancam.
Yang butuh uang banyak, selalu adalah lambung dan lidah kita. Yang butuh undangan dan pengakuan penguasa selalu adalah kecilnya panggung kita di hadapan manusia.
Dengan atau tanpa barisan kita, ikhwah, Allah akan tetap memenangkan agama ini. Dengan atau tanpa bendera kita, Allah akan mengutus orang-orang yang tidak diam pada kemungkaran karena sudah keracunan harta dari kemungkaran itu, atau kakinya dibebani dengan dosa-dosa besarnya sendiri yang tak ia mintakan taubatnya.
*
Ikhwah, angkatlah kepalamu. Abaikanlah mereka yang menggonggongimu dengan ancaman kelemahan, atau kemiskinan.
Berpalinglah dari mereka yang menuduh, bahwa dakwah butuh biaya. Selalu, sahabat, yang butuh biaya adalah kelaparan kita, atau keinginan kita untuk hidup mewah sebagai pejabat-pejabat kecil di barisan ini.
Berhentilah ingin tahu kegaduhan apa yang muncul akibat racun-racun jabatan itu telah mengotori barisan kita.
Berhentilah ingin tahu kejahatan apa yang diperdebatkan jauh di atas sana. Pulanglah, ikhwah, ke bumi ini, ke tengah jalan panas dan sepi ini.
Ajaklah orang-orang kepada syaksyiyatul islam, kepada manisnya iman yang menyelamatkan kita dari kemurtadan, atau dari kesesatan zaman ini.
Ajaklah orang-orang bukan kepada seteru yang tak berguna, tapi kepada manisnya syahadat, yang membawa kita pada sebuah titik untuk memulai hidup yang baru.
Sebagai mahasiswa muslim, yang berpikir, dan bertindak merdeka, berhentilah menagih janji dari mereka yang mengaku mengurus barisan ini. Berjalanlah, peganglah tangan saudaramu, dan jagalah mutaba'ah harian mereka.
Teruslah salat bersama mereka, dan kembalilah puasa bersama mereka. Nasihatilah kembali saf-saf kita untuk bangun malam, dan menepati jumlah ayat yang kerap kita baca.
Bacalah Al-Qur'an kembali bersama mereka, perdengarkan lagi janji-janji Allah untuk menolong kita di saat semuanya menjadi berat. Saat semua orang menuding kita adalah teroris, pendusta, orang gila, atau apa saja agar kita berhenti memanggil orang pada kemenangan islam.
*
Kelambanan, kesenyapan, keheningan, dan kepengecutan, kini nyaris menguasai kita. Kita memasuki masa pandemi.
Di masa ini kita memerlukan kepemimpinan yang jelas. Kita membutuhkan panduan yang detail, tetapi ternyata kegamangan dan sikap diam terlalu jauh merusak barisan ini.
Tetapi, jangan peduli. Engkau, ikhwah, tetap memiliki barisanmu sendiri. Di daerahmu sendiri, di wilayahmu sendiri.
Seharusnya, ikhwah, kita mampu mengajak orang pada syumuliatul islam ini. Kepada manhaj yang sederhana ini. Memang, memang! Harusnya itu tugas yang sedang ribut itu. Harusnya ini kewajiban dari sebuah kepemimpinan.
Mengkaderlah. Ajaklah lagi orang kepada dakwah ini dengan atau tanpa narasi dari atas. Narasi kita, ikhwah, telah dirumuskan sejak kita belum ada di barisan ini.
Narasi itu ada pada prinsip dan paradigma barisan ini. Narasi itu masih terpasang rapi pada kredo dan visi misi barisan ini. Narasi itu bahkan telah dijelaskan di dalam manhaj barisan ini, dengan gamblang dan detailnya.
Mengkaderlah; ajaklah orang memenangkan islam. Ajaklah orang memerangi kebatilan, dan tak perlu peduli pada pertengkaran orang.
Kalau nanti orang menakut-nakutimu dengan kelemahan, atau menahanmu karena ancaman menyusutnya jumlah, atau tak lakunya idealisme dijual di zaman ini:
Berpalinglah. Berpalinglah. Kita tumpas generasi itu di ingatan kita. Kita basmi generasi itu dari percakapan kita.
Dan palingkan saja wajahmu pada generasi baru yang akan datang. Pada generasi yang haus ilmu; yang menemuimu, ikhwah, karena ingin bersalat dalam jamaah, karena ingin berdakwah dalam jamaah.
Palingkan wajahmu pada generasi yang baru ini. Yang mau membersihkan dirinya dengan barisan ini, bukan generasi yang justru mengotori dirinya bahkan saat sedang berdakwah.
Kita, ikhwah, adalah barisan dakwah, bukan barisan politik semata. Kita bukan barisan orang-orang yang suka main-main dengan firman Allah atau sumpah yang kita lakukan setiap kali kepemimpinan berganti.
Pengkhianat, sahabat, selalu akan mengintaimu dari belakang. Sedangkan para pengecut selalu akan membebani langkahmu dengan ketakutan mereka sendiri pada dirinya.
Percayalah pada janji Allah saja. Didiklah generasi itu, ikhwah, yang akan menggantikan kepemimpinan beberapa tahun kedepan.
Kita ubah kepemimpinan yang keracunan, yang lemah, pengecut, pragmatis, dan selalu lapar ini, dengan generasi kepemimpinan yang hanya takut kepada Allah, takzim kepada ulama, dan punya harga diri.
Yakinlah, ikhwah, Allah akan menggantimu dengan barisan lain, jikapun engkau tak lagi mampu menjelaskan siapa dirimu di hadapan musuh Allah.
*
Allah akan menggantimu kalau engkau sudah kikir. Sudah tak mau lagi berpeluh-lelah buat barisan dakwah. Allah akan menggantimu dari jalan dakwah ini, kalau engkau sudah merasa butuh selain Allah, sudah mengajak orang kepada selain Allah, di barisan dakwah ini.
Percayalah, ikhwah, akupun dibuat ragu, dengan apa yang terjadi belakangan ini. Tapi untuk Allah sajalah segala kerja ini, kita sampaikan.
Akupun dibuat menangis, dan terpojok karena kepercayaanku sendiri pada ketulusan dan kesucian sahabat-sahabat seperjuangan. Tetapi Allah akan selalu membuktikan, betapa fananya manusia. Betapa sementaranya manusia.
Kita panggil lagi orang-orang yang sudah berpencar itu kepada Allah saja. Kepada islam saja. Menangislah, menangislah, ratapilah nasib barisan ini.
Mereka yang mampu menangis, adalah orang yang masih memiliki rasa malu kepada Allah, yang selalu bertanya-tanya, sedang berdakwahkah kami ini?
Sedang memperjuangkan Allahkah kami ini?
Sedang menyerukan islamkah kami ini?
Menangislah, ikhwah, menangislah.
Panggil sajalah umat ini kepada kemenangan islam, bukan kepada hawa nafsu yang membuat dakwah tampak sekadar meriah.
Menangislah untuk sebuah barisan yang telah lama tidak memanggil orang membaca Al-Qur'an. Menangislah untuk barisan yang sudah lama tidak melawan musuh-musuh Allah, dan sekadar menjual jasa orasi, berhiaskan takbir, dengan harga murah.
Menangislah untuk perzinaan, homoseksual, dan kejahatan-kejahatan syahwat lain yang mulai merebak, dibiarkan, dan dimaafkan atas nama kekurangan orang.
Menangislah untuk percakapan kita di barisan ini, yang seakan-akan sudah jarang menyebut nama Allah, dan begitu ringan untuk menyebut aib saudara sendiri, atau menagih upah atas "jasa menyerukan orang kepada dakwah ini."
Menangislah, untuk berjalan lebih lama, pada dakwah ini.
Saudaramu,
Amar Ar-Risalah.
*
Tulisan Bang Amar saat pandemi ini jadi pengingat kalau pas lagi futur-futurnya. Perlu rasanya untuk membagikan ini kepada ikhwah sekalian, semoga jadi pengingat bersama!
75 notes · View notes
ameliazahara · 1 year
Text
Berbicara politik
Tumblr media
Pagi ini, baru sampe ruangan, buka IG nemu berita ini. Pertanyaannya adalah, apakah harus jadi presiden dulu swasembada energi berjalan? Emang kalau ga kepilih ga akan terwujud? Emang lawan politik yang lain ga bisa wujudkan swasembada energi tersebut?
Percaya kalau niatnya emang ingin membangun negeri ini, ya pasti turut membantu siapa saja yang terpilih. Jika hanya sekedar ego menang semata, jika sudah menang, pasti lupa akan janji-janji tersebut.
Masak iya ada orang yang bisa diam saja saat dia tau bisa melakukan hal besar untuk membangun negeri, apalagi beliau sadar punya kekuatan yang juga besar. Gue aja yang masih ‘minim’ kekuatan cuma punya sumber daya yang ‘minim’, aja sangat-sangat ingin mengabdikan sumber daya itu dengan maksimal di manapun berada.
Jangan lagi kampanye soal janji-janji. Masak iya, sudah 78 tahun negeri ini merdeka, masih menggunakan cara-cara di tahun-tahun sebelumnya.
Gue bener-bener membuka mata soal politik sejak terjun ke dunia kerja, dan sejak jadi mahasiswa magister. Sebelumnya mah, gue bodoamat juga. Ternyata urusan politik itu ga bisa dianggap bodoamat. Itu juga suatu yang memiliki andil besar bagi suatu bangsa.
7 notes · View notes
nawangrizky · 11 months
Text
Cinta Papa
Halo sayang,
Biar kumulai tulisan ini dengan sebuah cerita.
Sebuah hari di perjalanan kami menuju kencan makan malam, jika aku tidak salah mengingat. Di Jalan Lurah menuju pertigaan Gandawijaya yang sedang macet, laki-laki yang saat itu masih jadi pacarku tiba-tiba bicara banyak soal isi pikiran dan hatinya. Sesuatu yang jarang ia lakukan. Aku tak ingat awal percakapannya, yang kuingat ia bilang bahwa saat ini ia bekerja keras agar anak-anaknya nanti tidak mengalami kesulitan seperti yang dulu ia alami.
Termasuk keputusan memilihku menjadi ibu bagi anak-anaknya nanti.
Karena, katanya, ia yakin anak-anaknya akan bahagia jika punya ibu seperti aku.
Kalimat itu tercetus dengan lancar. Ditambah sapuan tatapan sebentar ke arahku. Tidak ada senyum gombal atau bercanda. Ia serius seperti sedang bicara sesuatu yang semua orang sudah tahu. Padahal aku tidak. Itu pertama kalinya ia bicara soal anak-anak, itu pertama kalinya ia bicara soal aku yang punya potensi jadi ibu (dan istrinya, berarti). Beruntung hanya ada sorot lampu jalan dan kendaraan remang-remang sehingga aku bisa menyembunyikan efek butterfly in my belly pada wajahku. Ia tidak pernah semanis itu.
Seingatku, baru beberapa minggu kemudian laki-laki itu tiba-tiba memintaku menyiapkan hal-hal yang kami perlukan untuk menikah. Di kesempatan yang berbeda, di akhir kencan makan malam kami di bebek slamet. Seingatku aku tak banyak bicara dan berekspresi juga waktu ia mengajakku menikah, siapa yang menyangka ajakan makan bebek goreng berakhir dengan sodoran segepok uang serta perintah agar aku membuat daftar, mulai tanggal baik, seserahan, jumlah undangan, hingga printilan pelaminan. Aku masih bengong sampai ia mengantarku pulang, juga setelah ganti baju dan cuci muka, bahkan setelah terbaring di kasurku menatap langit-langit. Hingga tiba-tiba ia mengirimiku kabar sudah tiba di rumah dan pesan berisi tautan Youtube, lagu John Mayer - You’re Gonna Live Forever in Me dan sepenggal kalimat bahwa ia cinta aku.
Jika kelak kamu bertanya-tanya bagaimana mama dan papamu bisa menikah, begitulah. Tak ada candle light dinner, bunga mawar, atau sematan cincin berlian. Hanya ajakan makan bebek goreng di restoran yang tidak fancy, dindingnya hijau dan rontok di beberapa bagian, ada lilin, tapi untuk mengusir lalat, dan bukan cincin berlian yang ia sodorkan, tapi uang segepok. Dalam artian sebenarnya. Seperti ia habis merampok bank atau apa. Hasil menabung dan usahanya selama ini. Tak ada janji-janji kampanye akan membahagiakanku selamanya, yang ada hanya perintah agar aku menyiapkan apa-apa yang perlu.
Si paling romantis, emang.
Tapi, bahagia, Nak, tidak pernah senyata itu.
Begitulah papamu, dia tidak pernah panjang lebar mengucap janji. Mencetuskan kalimat manis pun menunggu setahun sekali. Jika kelak kau mewarisi bahasa cintaku, lalu kau tak paham kenapa papamu tak pernah bermanis-manis bicara, kau tatap saja matanya. Laki-laki itu pandai menyembunyikan emosi, tapi matanya tak pandai berbohong. Yang kutahu pasti, usaha dan perjuangannya untuk membuktikan apa-apa yang baginya penting lebih lantang dari segalanya. Kita hanya perlu yakin dan percaya, ia mencintai kita dengan usaha yang tak pernah surut.
Tumblr media
Aku selalu membayangkan di tangannya ada banyak bola yang perlu ia jaga: waktu yang terbatas, pekerjaannya yang padat, lelahnya, cita-citanya, keinginannya belanja, dan beban tanggung jawab. Namun, di atas segalanya, ia selalu punya ruang untuk menggenggam tanganku, memastikan aku bahagia dan baik-baik saja. Aku yakin, ia juga akan selalu punya ruang untukmu, Nak, menjadikanmu nomor satu apa pun keadaannya.
Aku melihatnya sendiri, bukti pernyataannya pada awal ceritaku ini. Ia selalu menemaniku kontrol ke dokter demi melihat perkembanganmu. Meski lelah, ia selalu punya waktu untuk menyapa dan mengajakmu bicara, gembira saat ia kautendang kencang. Ia menguras tabungannya agar kami punya rumah sendiri, yang toiletnya duduk dan tak punya tangga, demi aku nyaman membawamu yang makin hari makin besar. Katanya, tubuhnya juga membesar demi aku tidak insecure menatap tubuhku yang juga makin besar. Tiap malam ia bertanya apa yang belum kami punya, hal-hal yang kamu perlukan. Ia yang memilih sendiri bajumu. Ia yang mencari car seat dan stroller terbaik buatmu. Membelanjakan uang hasil kerja kerasnya untukmu, makhluk yang ia cintai sepenuh hati, selalu membuat mata cokelatnya berbinar-binar bahagia.
Mata yang kuyakin akan kauwarisi.
Semoga cinta dan bahagia kami juga ya, Nak.
10 November 2023, @nawangrizky
Semalam, saat tak henti mengajakmu mengobrol dan menciumimu yang masih di perutku, ia bertanya apa aku akan cemburu jika kelak ada kamu. Jawabannya pasti, tapi aku senang ia menyayangimu melebihi sayangnya padaku karena kamu adalah dunia kami selanjutnya.
Tapi barangkali, kelak akan ada hari-hari ketika aku perlu mengingatkanmu bahwa sebelum jadi papamu, dia pacarku dan suamiku lebih dulu.
See you soon, sayang. Mama papa loves you already.
6 notes · View notes
iisnabila · 1 year
Text
Tugas 21 Agustus 2023
Rian Ernest , SH, MPA
adalah politikus yang dikenal sebagai mantan staf ahli hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang lahir pada tanggal 24 Oktober 1987 dan menikah pada tahun 2016 dan mempunyai seorang istri yang bernama Nurul Luntungan. Mereka menikah secara beda agama di Hongkong. Dari pernikahannya ini, Rian dan Nurul dikaruniai 2 anak, putra dan putri.
Pendidikan dan Karir
Rian lahir dari pasangan Jörg Cichosz dan almarhum Levi Mulyati Tanudjaja. Ia memulai pendidikan dasar di SD Maria Fransiska, Bekasi dan lulus pada tahun 1999, lalu melanjutkan ke SMP Marsudirini Bekasi yang lulus pada tahun 2002 kemudian SMAN 82 Jakarta dan merupakan lulusan dari tahun 2005, dan Rian menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, tepatnya di bidang Hukum Bisnis.
Sebelum terjun ke dalam dunia politik dan pemerintahan, di tahun 2013-2015, Rian merupakan Associate untuk firma hukum Hadiputranto, Hadinoto & Partners, bagian dari firma hukum global Baker & McKenzie. Ia juga menjadi Junior Associate bagi Melli Darsa & Co pada kurun waktu 2009-2013. Sebagai konsultan hukum, dia fokus dalam pemberian advis dan analisa tentang investasi, jual beli perusahaan, menyiapkan IPO serta audit dari sisi hukum.
Saat bekerja di firma hukum, Rian pernah membantu Anies Baswedan dalam tim transisi Presiden-Wakil Presiden Terpilih 2014, dalam mensinkronkan kebijakan dalam bidang pendidikan agar sesuai dengan janji kampanye. Ia juga alumni Indonesia Mengajar pada tahun 2011-2012 dan menjadi guru kelas 5 SD atas 28 murid di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) selama setahun penuh.
Karena terpanggil ke dunia politik dan pemerintahan, Rian lalu meninggalkan praktek hukum swasta untuk menjadi staf hukum bagi Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta saat itu. Kemudian Rian meneruskan pendidikan dan bergelar Master Public Administration di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, atas beasiswa penuh. Rian sempat bekerja sebagai Asisten Staf Khusus Presiden bidang hukum, sebelum akhirnya mengundurkan diri di Desember 2021 untuk aktif di DPP PSI hingga Desember 2022, saat dia mengumumkan keluar dari partai tersebut. Di Januari 2023, Rian resmi diperkenalkan sebagai Ketua Biro Pemuda Partai Golkar DKI Jakarta di kantor DPD Golkar Jakarta.
2 notes · View notes
intannuraeni · 1 year
Text
Mengenal Politikus Muda (21/08/23)
Tumblr media
Rian Ernest Tanudjaja, SH, MPA
Lahir di berlin, jerman pada tanggal 24 oktober 1987 (35 tahun) merupakan seorang politikus yang dikenal sebagai mantan staf alhi hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Jelang Pemilu 2019 Rian Ernest merupakan calon Legislatif (Caleg) untuk DPR RI yang diusung oleh Partai Solidaritas Indonesia, dengan daerah pemilihan DKI Jakarta I. Rian Ernest mulai dikenal Masyarakat saat mendampingi Basuki Tjahaja Purnama saat mengajukan gugatan atas aturan pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, Rian Ernest telah mengundurkan diri dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada 15 desember 2000. Dengan menempati posisi terakhir adalah sebagai Dewan Pemimpin Pusat PSI. Kemudian, Pada bulan Januari 2023 Rian Ernest resmi menjadi Ketua Biro Pemuda Partai Golkar DKI Jakarta.
Pendidikan & Karir
Rian Ernest memulai pendidikan sekolah dasar di SD Maria Fransiska, Bekasi dan lulus tahun 1999, lalu Rian Ernest melanjutkan pendidikannya pada SMP Marsdirini Bekasi yang kemudian lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan sekolahnya lagi pada Sekolah Menengah Atas Negeri 82 Jakarta lulus pada tahun 2005. Selanjutnya, Rian Ernest menyelesaikan Pendidikan sarjananya di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Tepatnya pada bidang hukum bisnis.
Sebelum terjun ke dalam dunia politik dan pemerintahan, di tahun 2013-2015, Rian merupakan Associate untuk firma hukum Hadiputranto, Hadinoto & Partners, bagian dari firma hukum global Baker & McKenzie. Ia juga menjadi Junior Associate bagi Melli Darsa & Co pada kurun waktu 2009-2013. Sebagai konsultan hukum, dia fokus dalam pemberian advis dan analisa tentang investasi, jual beli perusahaan, menyiapkan IPO serta audit dari sisi hukum.
Saat bekerja di firma hukum, Rian pernah membantu Anies Baswedan dalam tim transisi Presiden-Wakil Presiden Terpilih 2014, dalam mensinkronkan kebijakan dalam bidang pendidikan agar sesuai dengan janji kampanye. Ia juga alumni Indonesia Mengajar pada tahun 2011-2012 dan menjadi guru kelas 5 SD atas 28 murid di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) selama setahun penuh.
Karena terpanggil ke dunia politik dan pemerintahan, Rian lalu meninggalkan praktek hukum swasta untuk menjadi staf hukum bagi Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta saat itu. Kemudian Rian meneruskan pendidikan dan bergelar Master Public Administration di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, atas beasiswa penuh. Rian sempat bekerja sebagai Asisten Staf Khusus Presiden bidang hukum, sebelum akhirnya mengundurkan diri di Desember 2021 untuk aktif di DPP PSI hingga Desember 2022, saat dia mengumumkan keluar dari partai tersebut. Di Januari 2023, Rian resmi diperkenalkan sebagai Ketua Biro Pemuda Partai Golkar DKI Jakarta di kantor DPD Golkar Jakarta.
2 notes · View notes
prhndini · 1 year
Text
Rumah Teguh (1)
Mesin cetak digital yang ukurannya hampir sepanjang tempat tidur baru saja selesai bertugas setelah seharian ini harus bekerja keras. Memasuki masa-masa kampanye pemilu, membuat usaha percetakan digital Teguh ramai. Berbagai wajah dan bendera partai disertai rencana program kerja anggota DPR tergambar apik di poster, banner, spanduk, dan baliho. Tidak ada yang tahu apakah program-program kerja gemilang tersebut menjadi nyata ataukah berakhir sebagai janji manis saja. Tapi Teguh tidak ambil pusing. Toh ia tidak menggandruingi dunia politik--tidak apatis, tidak juga fanatik. Yang jelas ia bersyukur karena dana-dana kampanye politikus itu turut memberikan sumbangsih pada perekonomiannya dalam mencapai salah satu tujuan finansial: membangun rumah di Solo.
Teguh si pekerja keras dan kreatif dalam mencari nafkah. Walaupun saat ini baru tiga pegawai yang harus ia gaji ditambah dirinya dan ikan cupang dalam toples di kosannya yang harus ia hidupi, tapi Teguh juga bekerja dengan giat untuk menghidupi mimpinya. Tentu saja di usianya yang baru saja melewati angka tiga puluh tahun, ingin juga menafkahi pasangan hidup. Tapi apa daya, ia tak punya.
"Alhamduillah selesai juga. Makasih Jo" Teguh menerima gulungan poster dari Jojo, karyawannya.
,“Oke bos! Rame bener ini tadi. Bisa nih bulan depan nambah karyawan baru?” Ucap Jo.
“Pinginnya gitu sih. Doain deh”
Setahun yang lalu ia membangun usaha ini. Menghabiskan tabungan hasil side hustling sebagai web designer ditambah pinjaman modal dari orangtuanya. Teguh bersyukur karena sejauh ini hasilnya cukup memuaskan. Walaupun progresnya belum begitu fantastis, yang penting tetap optimis. Teguh memberi nama “Landscape Digital Printing and Advertising”. Memang namanya sangat kental dengan dunia arsitektur. Bukan tidak ada maksud, sesungguhnya ia dulu adalah mahasiswa arsitektur universitas negeri di kota Solo. Tidak peduli gelar yang disandangnya, panggilan jiwa entrepreneur lah yang membawanya melangkah kesini.
Dikuncinya rolling door setelah semua orang di dalam kembali pulang. Rasanya capek, tapi Bahagia. Ingin ia segera pulang dan mandi air hangat. Teguh baru saja turun dari motor lalu hendak membuka gerbang kos-kos an tempatnya tinggal, hingga pelupuk matanya menangkap sebuah mobil yang parkir di sebrang.
Tumben ada mobil disini? Tamu kali ya?. Sulit mengetahui dengan jelas di gelapnya malam tanpa penerangan lampu jalan. Hanya lampu teras kosannya yang agak enggan bersinar terpaksa menerangi.
Namun sepertinya mobil ini tak asing, Eh, mobil ayah ibu? Kenapa malam-malam kesini?
"Lho, ayah, ibu, kesini malam-malam gini, ada apa?" Disalaminya ayah dan ibu yang duduk di kursi taman. Teguh penasaran karena orangtuanya jauh-jauh dari Wonosobo menemuinya.
"Enggak ada. Mampir aja, tadi ayah dan ibu dari rumah teman, ada reuni SMA" jawab ibunya
"Oohh.. kirain kenapa bu. Nginep sini aja ya yah, bu? Ada kamar kosong kok bisa disewa. Pagi aja baliknya"
Ibu menoleh ke arah ayah, "Gimana, mas?"
"Iya wes. Lama nggak nyetir jauh capek juga badanku. Kamu bilangkan Bapak kos ya le kalo kami nginep sini"
"Siap yah. Tunggu sini bentar, aku bilang pak Hendri. Aku naik dulu ya"
Setelah menemui Pak Hendri, Teguh bergegas ke kamar mandi. Badannya lengket, kaos yang dipakainya terasa kumal. Sangat tidak nyaman. Ingin segera ia hempaskan keringat, debu, kuman, dan bau kecut pada tubuhnya.
Selesai mandi badannya terasa kembali segar tapi perutnya lapar. Ia baru ingat kalau belum makan malam. Setelah solat Isya, segera dihampirinya kamar yang ditempati ayah ibunya.
"Yah, Bu, belum tidur?" Dilihatnya ke balik pintu yang tidak tertutup rapat. Ayah dan ibu sedang asyik dengan handphonenya masing-masing.
"Belum nih. Udah makan kamu?" Tanya ibu
"Belum bu, belum sempat makan tadi sibuk terus. Lagi rame bu, alhamdulillah. Mau nggak temani aku makan?"
"Ayo, le. Sekalian jalan-jalan di Kota. Nostalgia waktu kami dulu kuliah disini. Iya nggak, bu?" ayahnya menyahut.
Ibu hanya tersenyum seraya bersiap untuk jalan-jalan malam.
"Sip. Aku setirin ya yah" Teguh mengendarai mobil. Ayahnya duduk disamping dan ibu duduk di jok belakang.  Senang rasanya jalan-jalan bertiga saja dengan orangtuanya. Sebuah momen yang langka. Biasanya selalu pergi berlima dengan dua adiknya. Mungkin begini ya rasanya waktu dia masih jadi anak tunggal.
"Kangen juga ya, yah bu, jalan-jalan bertiga gini"
"Iya. Dulu waktu kamu masih bocah, kita bertiga jalan jalannya kalau nggak naik motor ya naik mobil cerry. Inget ga kamu?" Tanya ayah dari kursi depan.
"Hahaha. Iya yah. Cerry hijau legenda"
"Kalo jalan2 jauh kayak ke Solo kamu dulu mesti minum obat biar ga mabuk le" Ibu menggoda Teguh yang sedang serius menyetir.
"Hahaha.Untung sekerang udah nggak ya buk. Sudah kebal. " Teguh tertawa lagi mengenang masa kecilnya.
Rasanya syahdu berkendara di kota Solo malam hari. Jalanan masih ramai dengan motor dan mobil juga orang-orang yang sedang nongkrong di pinggir jalan. Temaram lampu kota turut menghiasi pemandangan. Di pinggir jalan banyak sekali pedagang penjual makanan yang masih buka. Segala macam makanan  ada di sana. Teguh memilih nasi goreng sebagai menu makan malamnya.
“Aku beli nasi goreng langgananku disini yah. Dijamin uenak” Teguh membuat isyarat jempol dengan tangannya. “Banyak makanan lain juga itu disekitarnya. Barangkali ayah dan ibu ingin makan lagi”. Mereka menuju tenda hijau dengan gerobag berwajan besar. Api menyala-nyala di dasar wajan. Penjual nasi goreng dengan lihai mengaduk-aduk masakannya dengan spatula yang tak kalah besar. Bau sedap segera memenuhi indra penciuman. Teguh menjadi semakin lapar saja. Tanpa melihat menu ia memilih nasi mawut dan jeruk hangat.
Mereka bertiga memilih duduk di bawah alias lesehan. Baru sebentar duduk, jeruk hangat pesanan Teguh sudah datang. Dicamilnya kacang godog untuk mengganjal perutnya yang keroncongan.
“Ibu jadi teringat Nindya. Dia apa masih di Solo, Guh?” Tanya ibu tiba-tiba.
Nindya adik kelas SMA-nya adalah orang yang dimaksud ibu. Seseorang yang mengisi hatinya sejak masih di bangku sekolah hingga beberapa waktu lalu.
 (Bersambung)
2 notes · View notes
satu-komando · 12 days
Text
Skenario Kotak Kosong itu Skenario Pengecut..!!
JAMBI SATUKOMANDO.COM Alhamdulillah, proses pendaftaran bacagub/bacawagub provinsi Jambi berjalan lancar dan sukses. Hal ini tentu patut di syukuri. Artinya proses pesta demokrasi dalam momentum suksesi BH 1 bakal berjalan dengan seru. Bakal ada adu gagasan dan janji kampanye untuk kemajuan Jambi 5 tahun ke depan dari Romi-Sudirman (baca; ROMAN) sebagai Penantang maupun Petahana. Adu strategi tim…
0 notes
bantennewscoid-blog · 9 months
Text
Anies Janji Koreksi UU Cipta Kerja
JAKARTA – Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan berjanji akan mengoreksi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja untuk membesarkan usaha kecil. Ia menginginkan agar setiap regulasi menghasilkan rasa keadilan, bukannya malah merugikan pihak tertentu. “UU itu harus berdampak. Kira-kira setelah ditetapkan UU Cipta Kerja sampai sekarang, apakah jadi lebih mudah mencari pekerjaan? Kalau tidak, artinya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lampung7com · 1 month
Text
Pasca Dilantik, Anggota DPRD Lamsel Dapil II, Achmad Johani Siap Jalankan Amanah Masyarakat
LAMPUNG SELATAN — Pasca terpilih dan dilantik secara resmi sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lampung Selatan, periode 2024-2029 Ahmad Johani yang merupakan caleg perwakilan dapil II dari partai Demokrat menegaskan siap menjalankan tugas sebagai wakil rakyat sesuai kebijakan ”Harapan saya yah harus menunaikan janji kemarin saat kampanye itu. Karena janji adalah…
0 notes
arifahsatria · 1 month
Text
Ketika kamu diberikan kesempatan menjadi calon legislatif, apa janji kampanye yang kamu berikan?
Hm, dulu pernah diskusi sama dosen filsafat mengenai perpolitikan negeri ini, dan miris sih. Dosennya juga memberikan argumen, "yo, kalo orang baik ngga masuk dalam lingkaran tsb, siapa yang bisa memutuskan rantai kebusukan itu, Mba."
Dalam hati mah, "benar juga ya..". Tapi makin kesini, aku jadi mikir, orang idealis mah ngga dianggap dinegeri ini, malah dimisuh-misuhin. Tapi yo, kalau orang-orang ngga bener ngurusin negeri ini, makin hancur dong? *laah iyooo. Ayok Ri, kamu iso! 🤣
Ehem, baiklah, bapak ibuk mba mas adek uda uni sekalian. Saya Arifah Prima Satrianingrum dengan ini mencoba melakukan perubahan. Nah tadi di awal adalah latar belakangnya. Kita masuk ke intinya.
Janji saya ga muluk-muluk. Program kerja yang saya berikan juga terkesan sederhana saja. Seluruh elemen RT, RW, kelurahan, dan kecamatan harus bersatu padu. Kita mulai dari anak usia dininya. Kembali lagi ke surau. Wajib belajar mengaji sampai SMA (begitupun yang nonis, wajib setiap minggu ke tempat ibadahnya).
Setiap kecamatan punya perpustakaan dan area bermain ataupun nugas (biar ndak di cafe terus, mbok yo mending dekat rumah wae).
Peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga kesehatan.
Sawah-sawah tetap dijadikan sawah, jangan dijadikan real estate. Memang penduduk kita semakin banyak, tapi kita juga butuh makan. Apa bisa paving blok dimakan? Kagak kan? Masih butuh sawah kita tuh. Masih butuh beras. Ga mau kan nanti beras diimpor dari Thailand? Saya aja emoh. Ayoklah, jangan jual sawahnya jadi real estate, duit emang bisa beli apa aja, tp klo makan yo mesti nanem dulu. Sekarang itu makanan pabrik, fast food, ga baik utk tubuh. Makanya banyak yg sakit, toh?
Kalau ada ladang, jangan dijual, berikan aja ke saya, disewa. Nanti biar urusan kami dg dinas pertanian perbincangkan lagi.
Home industri, UMKM, ditingkatkan lagi. Nanti setiap per triwulan kita bakal adakan pelatihan per kelurahan.
Pemuda pemudi mesti digerakan lagi. Kerja itu bukan hanya kantoran ae, rek. Yo, banyak yg bisa dikerjakan. Nanti kita bakal asah berpikir kritis dan pemanfaatan teknologi.
Itulah program kerja saya nantinya jika terpilih sebagai legislatif. Harap dimaklumi ke-gelo-an ini. Akhirulkalam, wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
*udah kek orang bener aje guee🤣🤓
0 notes
trinugroho · 2 months
Link
https://pointconsultant3.blogspot.com/2024/08/menagih-janji-kampanye-calon-presiden.html
0 notes
priangancom · 2 months
Text
Gonjang-ganjing Janji Manis Prabowo soal Makan Siang Gratis
JAKARTA | Priangan.com – Janji memberi makan siang gratis kepada semua anak Indonesia menjadi jualan manis Prabowo dalam kampanye Pilpres 2024. Namun, belum juga dilantik menjadi Presiden, program tersebut sudah menuai banyak drama. Naskah: Wrd | Editor: Yd
0 notes