#java classes in sadar
Explore tagged Tumblr posts
Link
CNC Web World is very good Institute to learn Java Programming Skills
#java classes in nagpur#java classes in nandanvan#java classes in medical square#java classes in sadar#java classes in dharampeth#java classes in ajni#java classes in telephone exchange square
0 notes
Link
0 notes
Link
0 notes
Text
Kampungan, Ndeso: ketika kata kampung dan desa di deskriditkan.
Baru-baru ini ketika pulang ke rumah saya akhirnya bersentuhan lagi dengan televisi, saat itu saya membuka Trans 7 dan menonton OVJ.
Ada scene dimana Parto sang dalang sedang meminta seorang penonton sebut saja A, untuk membacakan naskah cerita selanjutnya. Ketika Patro meminta membaca ia bilang coba bacakan naskahnya tanpa ada logatnya. Ketika meilihat ini saya tersentak, mengapa harus tidak ada logatnya?
Pria ini, A berasal dari Jawa Tengah atau Jawa Timur saya lupa ia memang masih memiliki logat dan penekanan huruf sebagaimana dalam bahasa Jawa. Berkali-kali ketika dia menyebut dibilang, ayo dong jangan ada logatnya pakai bahasa Indonesia. Mungkin secara umum sudah terbiasa mendengar hal ini sehari-hari, bagaimana logat jawa yang medok sering dijadikan bahan tertawaan. Yang paling bikin saya miris adalah ketika Parto bertanya
Parto : “kamu sudah punya pacar?”
A: “Sudah”
Parto : “Pacar kamu di mana?”
A: “Di kampung”
Parto: ” jangan bilang di kampung dong. Bilang ajah jauh gituh di mana”
Tanpa sadar, hal ini terpatri bahwa orang yang memiliki logat Jawa ketika berbahasa Indonesia itu ndeso atau kampungan. Kalauasalnya dari Kampung itu tidak keren. Kampungan sendiri sebagaimana saya kutip dari Performing Contemporary Indonesia: Celebrating Identity Constructing Community di jelaskan bahwa “ the term ‘kampungan’ generally understood to imply lower class vulgarity and lack of style...” (Crosby dalam Hatley dan Hough, 2008).
Jika memang medok itu kampungan, lalu Bahasa Indonesia yang benar itu seperti apa? Yang tidak ada logat jawa nya? atau logat batak-nya? atau logat Sunda-nya? Coba dipikir ulang, toh logat yang katanya tidak berlogat ini menurut saya hanya apa yang terbiasa kita dengar dengan yang tidak belaka. Memangnya salah juga kalau punya pacar di kampung? Mengapa malu kalau berasal dari kampung?
Hal ini mungkin seiiring diafiliasikannya bahwa bahasa yang keren atau gaul itu adalah bahasa seperti orang jakarta. Sebagaimana yang sering dan kerapkali mendapat exposure di media massa. Hal ini juga dijelaskan dalam kutipan berikut ini:
“ if there is an exemplary centre informing the language choices of middle-class youth today, it has less to do with the centres and standards of Java’s courts and aristocracies than it does with the examples provided by a diverse array of new media and institutions,”
(Smith-Hefner, 2007:198 dalam Manss)
Akhirnya iseng-iseng saya cari bagaimana penggunaan kata kampungan dalam internet dan ini yang saya dapat dengan kata percarian “kampungan dalam netizen”
Beberapa contoh penggunaan kata kampungan dan ndeso dalam media online.
Ketika kata kampung dimaknai sebagai sebuah keterbelakangan, dan berada di posisi terbawah, dampak akhirnya terdeskriditkannya masyarakat yang tinggal di kampung. Padahal kampung punya kemampuannya dan kehebatannya tersediri, Kampungan menjadi pembatas pembeda antara mereka yang bergaya dan mereka yang tida dengam indikator gaya berpakaian, gaya rambut, dan logat berbicara. Ketika berbahasa Indonesia dengan logat Jawa atau Batak atau NTT seseorang diafiliasikan sebagai tidak gaul. Sebagaimana yang saya kutip :
Penggunaan kata kampung, ndeso. Tertawa ketika melihat film-film hollywood di translate ke dalam bahasa Jawa. Tertawa ketika teman memiliki penekanan dalam suku kata atau pelafalan huruf tertentu.
Coba dipikir ulang, apa bedanya ketika film-film Hollywood diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia? Apakah gue lo, berarti gaul ? Apakah berasal dari kampung berarti tertinggal? Mungkin apa yang kita anggap normal, dan apa yang kita tertawakan hanya konstruksi makna belaka yang dilakukan dengan menyampingkan orang lain. Better think twice before saying anything.
“the term kampungan it would seem, is closely connected to the way many Indonesian think of themselves, and the shifts connected to the way many Indonesians think of them-selves, and the shifts in its meanings reflect changes in and re-evalulation of their sense of self.” (Crosby: 2008)
Sumber :
Alexander Crosby.(2012). Relocating Kampung, Rethinking COmmunity: Salatiga’s Festival Maa Air. Dalam Performing Contemporary Indonesia: Celebrating Identity Constructing Community. Brill: Leiden Page 67
Howard, Manss. Jakarta Indonesian and youth in regional Java. file:///C:/Users/Jaya%20Santiya/Documents/Universitas%20Indonesia/Academic/Semester%204/PTIK/Resources/Jakarta_Indonesian_and_Youth_in_Java.pdf
http://www.cnnindonesia.com/politik/20170215125126-32-193668/ibas-yudhoyono-fitnah-keji-antasari-kampungan/
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/30/1850564/Jokowi.Jangan.Remehkan.karena.Wajah.Saya.Ndeso..
0 notes