Tumgik
#negeri di atas awan
bantennewscoid-blog · 22 days
Text
Jalan Menuju Wisata Negeri di Atas Awan Lebak Longsor
LEBAK – Jalan Raya Cipanas – Warungbanten, tepatnya di Kampung Parakan Santri, Desa Banjar Irigasi, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak, longsor. Jalut itu menghubungkan akses menuju lokasi wisata Negeri Di Atas Awan. Kepala Pelaksana BPBD Lebak, Febby Rizki Pratama mengatakan, jika amblasnya jalan tersebut awalnya terjadi pada tanggal 18 Mei 2024. “Awalnya sih longsornya jalan tersebut…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mutiarafirdaus · 8 months
Text
Selamat malam Anak Baik, besok insya Allah kamu akan memulai perjalanan yang jauh, pengalaman pertama, dan juga sendirian. Melintasi awan dan melewati lautan. Menggunakan pesawat terbang, berkunjung ke negeri sebrang.
Degup jantungmu menandakan kondisi hati dan pikiranmu yang tak menentu. Hei, ini rasanya seperti satu hari menjelang akad pernikahan kemarin bukan? Tidak bisa tidur, khawatir segala rupa, asam lambung meningkat, tapi ada perasaan buncah bahagia yang sulit diutarakan.
Dengar Anak Baik, jauh sebelum perjalanan yang akan kamu tempuh besok, sejatinya sudah begitu banyak perjalanan yang kamu lakoni. Yang mana itu menjadi hal baru untuk kamu lalui. Perasaan di hari ini pun serupa dengan apa-apa yang terjadi saat itu. Pesanku selalu sama, Allahmu tak akan meninggalkanmu, Anak Baik.
Kamu takut perjalanan ini menjadi akhir masamu menghuni Bumi, sedangkan masih banyak hutang cita-cita yang belum kamu lampaui. Kamu takut orang-orang kerepotan dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan dalam perjalanan. Kamu takut akan kekurangan bekal. Kamu takut akan standar prosedur yang ditetapkan. Ketakutan itu terhimpun dan membuatmu memasang wajah suram. Padahal ini adalah perjalanan yang sudah lama kamu nanti-nantikan.
Tarik nafas panjang, dan ingatlah milyaran kebaikan yang telah Allah berikan. Ingat kaidah, telur ayam dalam genggaman lebih baik daripada ayam bakar di hari mendatang. Berhenti untuk terus memelihara angan-angan dengan label "seharusnya kalau begini, bisa begitu."
Nikmati kesempatan ini. Renungi setiap pelajaran hidup dari tiap jengkal tanah yang kamu tapaki. Lantunkan dzikirmu agar tak lepas dari pengawasan Illahi. Jalin muamalah yang baik atas setiap jiwa yang kamu temui. Niatkan perjalananmu untuk Allah, juga menjadi pelepas rindu dengan suami.
Dan ingatlah segala apa yang terjadi tidak lepas dari kehendak Allah, doa-doa yang kita langitkan, wasilah amal shalih yang dikerjakan, juga penjagaan diri terhadap kemaksiatan.
Kamu tahu, keberangkatanmu besok bersamaan dengan pendaftaran para capres ke KPU.
Maka langitkan doamu dalam safar, bahwa 2024 Indonesia akan mendapatkan pemimpin yang mencintai dan dicintai Allah. Amanah juga fathonah. Tanggung jawab dan memiliki impian menjalankan pemerintahan yang berkah. Dawamkan selalu doa itu, karena dari pemimpin yang baik akan membawa arus kemudi bangsa ke arah yang baik. Juga hari ini, berseliweran di mana-mana kabar tentang perjuangan rakyat Palestina. Maka jangan sampai abai dari doamu.
Begitu banyak hal besar yang sedang terjadi, semoga perjalanan ini menjadi titik balik dirimu menemukan kembali prinsip hidup yang tegak lurus dengan apa yang telah Allah tuliskan dalam Al Quran dan syariat Islam. Menemukan ke dasar dirimu tuas peningkat ghirah yang membuatmu tak berat untuk bergerak. Menemukan ke relung hatimu suara-suara kerinduan akan aktif berkiprah dalam kebenaran.
Anak Baik, beristirahatlah. Setelah ini kamu akan melalui perjalanan panjang. Kuharap bekalmu cukup dan keyakinanmu bahwa Allah selalu menemani kuat tertanam. Selamat malam..
Depok, 18 Oktober 2023
15 notes · View notes
innnnna · 7 months
Text
Datangnya Habib Umar bin Hafidz ke negeri seribu menara ini seperti dititipkan berkah oleh Allah ridhwanullah taala betapa fajr tadi semburat langit dan awan orange kemerahan bercampur dengan cahaya putih yang mulai menilisik di atas piringan ufuk garis horizon sunggu ajibb cantik sekali saya kira tak bisa menggambarkan dengan diksi diksi nan indah hehehe
Kedatangan beliau selain menyampaikan risalah nabiyullah muhammad shallallahu alahi wassalam menekankan dan memberikan nasehat nasehat untuk membangunkan para thalib ilm khususnya agar tak terlena pada ke-ghaflahannya (rasa lalai malas dan jenuh) wal'iyaudzubilllah selain disamping itu untuk membuat ikatan lebih dhabit dan menambah keimanan dan keyakinan terhadap Allah taala beserta rasulullah shallallahu alaihi wa ashabihi ajmain.
Ada lagi yang membuat saya terhenyak dari ketidakfokusan yaitu bukan dikatakan seorang thalib ilm yang tidak melaksankan qiyam lail, betul kata org dahulu yap‐ salafussalihin dan para salik untuk membuat ikatan yang kuat dalam mendorong diri untuk mentsabitkan rasa ikhlas dan keyakinan yg dhobit padaNya.
Wallahu alam bisshowab.
Wabissirril fatihah ila hadrotin nabi wa ashabihi waman badahu
Cairo, 23 November 2023
4 notes · View notes
nuhaaaifa · 1 year
Text
End of this journey (for a while)
Setelah 84 jam di Malaysia, 19 jam di Singapura, rasanya terlalu banyak cerita yg perlu diungkapkan, tapi bingung mulai darimana. Perjalanan first flight ku cukup menegangkan dan bertabur banyak hikmah. Satu hal yg sangat kusyukuri dari perjalanan ini adalah, akhirnya kutau bahwa begitu banyak perbedaan di luar sana, banyak jalan untuk mencapai satu tujuan, dan banyak tujuan yg lahir dari adanya perbedaan.
Ribuan langkah yg coba kutempuh untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas diri di dua negara ini, berhasil membuat diri ini merenungi bahwa begitu luas dan beragam ciptaan-Nya. Rasanya sangat sangat bersalah bagiku yg sering kali menghakimi takdir dan keberkahan-Nya.
Terimakasih kepada negeri jiran, sebagai saudara kebahasaan, dan juga terimakasih kepada negeri kecil, yg kapasitas kemajuannya memang seperti karakter singa, berani, yg sudah memberiku banyak kesempatan untuk menjelajahi dan mengumpulkan segala pengalaman dan pengetahuan yg ada. Singkat memang, tapi karenanya aku bisa lebih membuka mata bahwa kesempatan untuk berkolaborasi untuk meng-upgrade masing-masing kepentingan negeri tidak terbatas oleh perbedaan dari warna kulit.
Kepada pesawat Scoot, terimakasih sudah memperkenankan diri ini untuk beristirahat sejenak dengan bersanding bersama awan. Lelahku, resahku, peluhku, terbantu dengan pelukan awan yang mengingatkan bahwa kita berada di bawah lindungan yg sama, yaitu Sang Pencipta.
Semesta, terimakasih atas kesempatannya, semoga jumpa di perjalanan keberkahan selanjutnya :)
-Kereta Sri Tanjung Sub-Lem, 11 Maret 2022
🎧: Tulus-Kelana & Diri
7 notes · View notes
turisiancom · 10 days
Text
TURISIAN.com - Di tengah rimbunnya hutan pinus di kaki Gunung Tampomas, terhampar sebuah destinasi wisata alam yang menjanjikan. Penuh kedamaian dan keindahan, objek wisata iu bernama Curug Ciputrawangi. Berlokasi di Desa Narimbang, Kecamatan Conggeang, Sumedang, objek wisata ini menghamparkan pesona alam seluas 8 hektar yang memikat hati setiap pengunjung. Udara sejuk dan asri menyambut setiap langkah kaki yang menapaki kawasan ini, membuat siapapun betah berlama-lama menikmati keindahannya. Curug Ciputrawangi bukan sekadar air terjun biasa; ia adalah sebuah oasis di tengah hutan yang menawarkan beragam fasilitas penunjang wisata. BACA JUGA: Taman Seribu Cahaya, Tempat Wisata Baru di Sumedang Ihwan Supriatna, pengelola Curug Ciputrawangi, mengungkapkan bahwa pengunjung dapat menikmati berbagai fasilitas yang telah disediakan. "Di sini, selain menikmati kesejukan dan keindahan curug, tersedia juga permainan anak-anak. Sepoerti, gazebo, jajanan, tempat swafoto, tempat berkemah. Serta pemandian air curug untuk anak-anak dan dewasa,” tuturnya pada Sabtu, 8 Juni 2024. Area wisata ini adalah hasil kerjasama antara Perhutani dan Karang Taruna Desa Narimbang. Setiap tahun, perbaikan dan penataan terus dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung. BACA JUGA: Tamasya ke Kampoeng Ladang, Pusat Wisata Budaya Sumedang Harga tiket masuk yang sangat terjangkau, yaitu Rp5.000 per orang, menjadikan tempat ini semakin menarik. Di puncak lokasi wisata, berdiri gagah air terjun setinggi 7 meter yang airnya bersumber langsung dari mata air Gunung Tampomas. Untuk mencapai curug, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 400 meter dari pintu masuk, yang menyuguhkan pengalaman mendaki yang menyenangkan. BACA JUGA: Subang Punya Bukit Pamoyanan yang Menawan, Seperti Negeri di Atas Awan Erna Setiawati, seorang pengunjung asal Indramayu berusia 42 tahun, mengungkapkan kekagumannya. "Tadi jalan menanjak ke sini memang cukup menguras tenaga, tapi begitu sampai, semua lelah terbayarkan. Airnya sejuk, pemandangannya luar biasa,” tuturnya dengan senyum puas. Curug Ciputrawangi bukan hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga memberikan ruang bagi pengunjung untuk merasakan kedamaian. Termasuk,  kebahagiaan di tengah alam yang masih asri. Sebuah pilihan tepat untuk melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan kota. ***
0 notes
garamterang · 5 months
Text
TUHAN ALLAH MENAMPAKKAN KEMULIAANNYA
Renungan Rabu, 10 Januari 2024 Nas: Keluaran 19:8-15
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal, dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka senantiasa percaya kepadamu." Lalu Musa memberitahukan perkataan bangsa itu kepada TUHAN. - Keluaran 19:9
"Allah menunjukkan kepada Musa tujuan-Nya turun ke atas gunung Sinai, dalam suatu penampakan kemuliaan-Nya yang bisa disaksikan mata, dalam awan yang tebal (ayat 9). Sebab Ia sudah berkata bahwa Ia akan diam dalam kekelaman (2 Taw. 6:1), dan menjadikan kekelaman ini sebagai pondok-Nya (Mzm. 18:12), dengan menutupi pemandangan takhta-Nya ketika Ia mendirikannya di atas gunung Sinai, dan melingkupinya dengan awan-Nya (Ayb. 26:9). Awan tebal ini dimaksudkan untuk melarang pertanyaan-pertanyaan yang tidak semestinya tentang hal-hal yang rahasia, dan untuk membangkitkan kekaguman yang penuh hormat terhadap apa yang diwahyukan. Allah akan turun di depan mata seluruh bangsa itu (ayat 11). Meskipun mereka tidak akan melihat suatu rupa apa pun, namun mereka akan melihat sedemikian banyak hingga mereka diyakinkan bahwa Allah benar-benar hadir di antara mereka. Dan begitu tingginya puncak gunung Sinai itu sehingga diduga bahwa bukan hanya perkemahan Israel, melainkan juga bahkan negeri-negeri sekitar, dapat melihat suatu penampakan kemuliaan yang luar biasa di atas gunung itu, yang akan menimbulkan kengerian pada mereka. Tampak juga bahwa awan tebal itu terutama dimaksudkan untuk memberikan kehormatan kepada Musa: Dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka senantiasa percaya kepadamu (ayat 9)." (MHC: Keluaran 19:8-15, Tafsiran SABDA).
TUHAN ingin umat pilihan-Nya menyaksikan bagaimana Ia berbicara kepada Musa dengan tujuan agar mereka menghormati Musa sebagai pemimpin yang ditunjuk dan ditetapkan Allah sendiri. Israel wajib mendengarkan dan menghormati Musa sebagai nabi-Nya. Mereka harus sadar sepenuhnya bahwa Musa berbicara atas nama TUHAN Semesta. Ia berperan sebagai penyambung lidah Allah, demikian juga nabi-nabi selanjutnya.
Namun sebagai umat Kristen kita perlu mengetahui prinsip bahwa sejak Yesus Kristus, tidak ada lagi jabatan nabi Allah, karena sejak tahun Masehi dimulai, dimana Mesias menyatakan diri, maka TUHAN berbicara kepada kita melalui Yesus Kristus, Sang Firman yang menjadi Manusia itu (Yoh 1:1,14). "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta." (Ibr. 1:1-2).
Setelah menyelesaikan karya penebusan dosa kita, Kristus naik ke sorga dan berjanji akan datang kembali di awan kemuliaan (Kis. 1:11). Sementara kita menanti saatnya tiba, kita harus hidup dalam terang Firman-Nya, menopang segala yang ada dan menghantar kita hingga kesempurnaan, tak bercacat cela di hadapan-Nya.
Doa: Ya Tuhan Yesus, kami menantikan kedatangan-Mu kembali di awan penuh kemuliaan dan keagungan. Betapa indahnya pemandangan alam semesta ketika Engkau datang kali kedua kelak. Kami menanti saatnya. Amin. (TWP)
0 notes
difawisata · 6 months
Text
Puncak Bukit Arang, Keindahan Alam Layaknya Negeri di Atas Awan di Gorontalo
Puncak Bukit Arang di Gorontalo menawarkan pengalaman alam yang mempesona, serasa berada di negeri di atas awan. Desa Lonuo yang terletak di Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango merupakan desa yang menarik dengan potensi wisata alamnya. Salah satu destinasi utama di Gorontalo, Bukit Arang menawarkan pemandangan yang menakjubkan terutama di pagi hari dengan kabut putih yang menyelimuti…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 2 months
Text
Material Longsor Dibersihkan, Akses  Negeri di Atas Awan Lebak Kembali Normal
LEBAK – Petugas membersihkan material longsor di jalan Cipanas-Warung Banten, tepatnya di Kampung Muhara, Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Banten. Para petugas ini berasal dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Pemeliharaan Jalan dan Jembatan (UPTD PJJ) Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Banten wilayah Lebak. Pelaksana Teknis UPTD PJJ Dinas PUPR Provinsi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
xatskee · 8 months
Text
Tumblr media
#QuoteOfTheDay (20231104):
“Hujan dari langit memberi kehidupan pada tanah yang mati. Hidayah dari langit menghidupkan hati yang mati.” (Nouman Ali Khan)
Hujan akhirnya kembali hadir membasahi sebagian bumi Indonesia. Begitu banyak ayat yang menjelaskan peristiwa hujan agar kita mau berpikir kebesaran Allah dan peristiwa kita dibangkitkan. Misalnya, “Dan Allah-lah yang mengirimkan angin; lalu (angin itu) menggerakkan awan, maka Kami arahkan awan itu ke suatu negeri yang mati (tandus) lalu dengan hujan itu Kami hidupkan bumi setelah mati (kering). Seperti itulah (hari) kebangkitan itu.” (Fatir: 9)
Modal untuk memahami peristiwa di atas adalah dengan iman dan cahaya hidayah Allah. “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi… Allah memberi hidayah kepada cahayaNya bagi orang yang Dia kehendaki.” (An-Nur: 35). “Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah, Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam.” (Al-An'am: 125). Semoga Allah senantiasa menaungi kita dengan cahaya-Nya hingga ajal menjemput kelak. Aamiin.
#Rain #from #above #give #life #to #dead #soil #Revelation #dead #heart #Allah #light
Telegram channel: https://t.me/x_QoTD/
0 notes
redrainfalls · 8 months
Text
[IMPIAN]
Sesuatu yang bernama impian itu pasti besar. Hingga menurut kita sangat sulit untuk diraih, membuat berdebar-debar, hingga muncul perasaan; mungkin atau tidak. Jika tidak seperti itu, impiannya terlihat mungkin untuk diraih, berarti apa yang diimpikan masih kecil. Dan itu sebenarnya bukan impian, karena impian tidak ada yang kecil.
Saat seoarang manusia bermimpi akan sesuatu hingga di dalam dirinya merasa impian itu begitu tinggi sampai-sampai merasa seolah-olah tidak mungkin. Maka percayalah, manusia bisa menjadikannya mungkin dengan bantuan-Nya.
Sudah terlalu banyak kisah disekitar kita tentang orang-orang yang dulunya bukan siapa-siapa dan kini menjadi seseorang. Dunia ini sungguhlah kumpulan cerita. Cerita-cerita yang seolah-olah tidak realistis dan tidak mungkin terjadi pada kita. Nyatanya itu terjadi pada orang lain, mengapa tidak pada kita? 
Orang-orang bisa masuk kampus yang begitu besar dan terkenal. Di dalam atau luar negeri. Seorang yang memiliki impian akan fokus pada tujuan dan ketika melihat orang lain mencapainya. Ia akan belajar bagaimana cara yang ia lakukan. Bukan sibuk sakit hati atau putus asa seolah-olah impiannya direbut orang lain. Tidak akan ada yang bisa merebut impian kita kecuali diri kita sendiri yang membunuhnya.
Impian itu mestilah setinggi langit. Bahkan untuk mencapai bulan pun manusia membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan teknologinya. Lihatlah bagaimana kesungguhannya. Dan sesuatu yang dulu dikira dongeng kosong telah menjadi kenyataan bukan? Kita telah menyaksikan foto bumi kita sendiri dari bulan hari ini.
Impian itu mestilah diantara bintang-bintang. Sebab ia tidak akan peduli siang malam, tidak akan peduli hujan badai. Bintang-bintang berada di atas awan. Di langit yang tinggi dan bersinar terang benderang.
Impian itu semakin terasa tidak mungkin justru menjadi semakin menyenangkan. Dan sudah terlalu banyak orang yang merasa kalah oleh keadaan. Tidakkah mereka sadar bahwa ia sendiri yang tidak mengusahakan impiannya. Takut mewujudkannya. Takut pada konsekuensi jalan yang dia ambil. Lalu, mengambil jalan aman. Jalan orang banyak. Impian yang hanya setinggi langit-langit kamar. Dan semua orang bisa meraihnya. Meraih impian yang sama.
Bermimpilah yang lain. Hingga mungkin cemooh orang akan menjadi sarapan pagi. Cibiran orang akan menjadi maka siang dan ketidakyakinan orang lain menjadi cemilan. Kita tidak perlu membuktikan impian kita kepada orang lain, cukup buktikan pada diri kita sendiri bahwa kita bisa melebihi apa yang kita pikirkan. Percayalah, selalu ada Tuhan di setiap hal yang kita yakini baik.
Impian itu pastilah sesuatu yang mendebarkan. Seolah-olah alam semesta hendak  menggagalkan. Kita hanya tidak tahu bagaimana Allah semesta ikut serta mewujudkannya, kita hanya melihat luarannya. Percayalah, impian kita yang terlihat tidak mungkin itu adalah hal yang berharga.
Bangunlah dan wujudkan. Kesempatan hidup kita hanya sekali dan hanya sekali itu pula kita bisa menjadi berarti. Kita tahu bahwa tidak ada yang mampu mengubah takdir kecuali doa dan Allah akan mengubah nasib kita selama kita mau dan bergerak untuk mengubahnya.
Jika ternyata impian kita tidak terlihat terwujud sementara kita sudah begitu keras mewujudkannya, percayalah bahwa Dia mungkin sedang berencana menggantinya dengan hal yang jauh lebih baik. Dia melihat usaha dan doamu, kan? :)
Lyechsya
0 notes
indonesiancrush · 10 months
Text
MERAPAH NEGERI DI ATAS AWAN TORAJA DENGAN YAMAHA XMAX
Makassar, Sulsel – Setelah sukses menjelajah Pulau Sumatera dari Sabang, Aceh, hingga Lampung sejauh lebih dari 1.800 kilomer, kegiatan touring Navigate to The Max kini memasuki wilayah Sulawesi Selatan. Melibatkan puluhan orang yang terdiri dari awak media dan komunitas pengguna Maxi Yamaha, para peserta touring akan mengeksplorasi keindahan alam dan kekayaan budaya Tanah Toraja menggunakan XMAX…
View On WordPress
0 notes
turisiancom · 9 months
Text
TURISIAN.com - Magelang, Jawa Tengah, tidak hanya dikenal dengan pesona budayanya yang kaya. Tetapi juga menyimpan sebuah surga alam di tengah perkotaan yang disebut Taman Kyai Langgeng Ecopark. Taman ini juga dikenal dengan sebutan TKL Ecopark. Terletak di Jalan Cempaka Nomor 6, Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, tempat ini adalah destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan. Terutama, buat yang ingin berkumpul atau plesiran berdama keluarga dia alam terbuka. Sejak berdiri pada tahun 1981, Taman Kyai Langgeng telah menjadi salah satu daya tarik utama di Magelang. Menempati area seluas 27,36 hektar, hutan buatan ini menawarkan pemandangan menakjubkan. BACA JUGA: Negeri Kahyangan Magelang yang Indah bak Negeri di Atas Awan View yang bisa dirasakan mencakup Gunung Sumbing, gemericik air Sungai Progo, hamparan sawah di lereng gunung, dan ratusan pohon langka asli Indonesia yang memikat hati setiap pengunjung. Kegiatan menarik yang bisa dinikmati Berikut beberapa kegiatan menarik yang bisa dinikmati di Taman Kyai Langgeng Magelang: Melihat Koleksi Tanaman yang Langka TKL Ecopark memiliki koleksi tanaman langka asli Indonesia. Dengan puluhan jenis tanaman, tempat ini bukan hanya untuk bersantai, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan dan kekaguman terhadap keanekaragaman hayati tanaman Indonesia. Naik Wahana-Wahana Seru Tak hanya pemandangan alam yang memukau, Taman Kyai Langgeng juga menawarkan berbagai wahana menarik. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 40.000, Anda bisa menikmati wahana gratis seperti bianglala, komidi layang, kereta mini, becak mini, sepeda air, dan mobil keliling. Dan jika Anda ingin pengalaman lebih seru, tersedia juga wahana berbayar seperti Omah Arwana, Taman Satwa, Balon Udara, dan lainnya. BACA JUGA: Wisata Budaya ke Candi Mendut Magelang, Tak Jauh dari Borobudur Serunya Waterpark Sementara itu, bagi yang mencari keseruan di air, TKL Ecopark memiliki waterpark dengan berbagai permainan seru, termasuk ember tumpah dan perosotan. Untuk masuk ke waterpark ini, tiket tersendiri tersedia dengan harga Rp 15.000 per orang. Bertemu dengan Satwa Jelajahi koleksi satwa yang ada di Taman Kyai Langgeng, seperti ikan, kelinci, dan ular. Ada juga kolam terapi ikan yang bisa digunakan untuk relaksasi. Hunting Foto Instagramable Bagi penggemar fotografi, TKL Ecopark memiliki banyak spot foto yang instagramable. Ambil gambar di taman yang indah, di jembatan berwarna-warni, atau saat naik wahana untuk kenangan yang tak terlupakan. BACA JUGA: Taman Rekreasi Mendut, Pilihan Tepat Liburan Akhir Pekan di Magelang Mencicipi beragam kuliner Nikmati Kuliner Lokal Setelah menjelajahi keindahan alam TKL Ecopark, jangan lupa mencicipi beragam kuliner lokal yang tersedia di food corner. Rasakan cita rasa khas Magelang, Jawa Tengah. Outbond dan Camping TKL Ecopark juga menyediakan fasilitas untuk kegiatan outbond kelompok. Tarif paket outbond dimulai dari Rp 85.000 per orang dan mencakup berbagai fasilitas, termasuk tiket masuk, base camp, permainan, dan dokumentasi. Selain itu, Anda juga dapat mencoba paket camping dengan fasilitas lengkap mulai dari Rp 80.000 per paket. Jadi, jika Anda mencari tempat yang sempurna untuk berlibur sambil bersatu dengan alam, Taman Kyai Langgeng Ecopark adalah pilihan yang tepat. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengeksplorasi keindahan alam dan menikmati serunya aktivitas di sini bersama keluarga dan teman-teman Anda!
0 notes
haloanakbaik · 11 months
Text
youtube
2
Selamat malam Ayang, lewat kanal ini aku ingin mengucapkan apa-apa yang sulit sekali lisanku mengucapkannya langsung dihadapanmu.
Ayang, terimakasih sudah mau memilihku ya. Terimakasih sudah memperjuangkan hubungan ini. Terimakasih karena telah mengorbankan banyak hal. Terimakasih atas kesetiaan dalam menjawab penantian.
Terimakasih atas protesmu yang terbalut kasih sayang. Terimakasih karena sudah mau melintasi awan dari negeri seberang untuk mengikrarkan perjanjian kuat di sisi Rabb Semesta Alam. Terimakasih karena selalu menjaga prasangka baik kepadaku di berbagai keadaan. Terimakasih karena sudah mau menjadi kawan dalam menggenap.
Yang, dengan izinNya aku akan terus belajar mencintaimu dengan utuh. Belajar menjadi pasangan yang baik. Meski satu dua kali akan terantuk konflik, tapi bukankah sejak dulu kita sudah sering berseteru? Semoga setelah itu hati kita kembali menyatu.
Yang, jika dulu anak anak orang lain yang kita antarkan pulang dengan naungan 2 payung lebar ditengah guyuran hujan selepas TPA, esok lusa indah sekali jika anak anak kita yang nanti akan kita jemput bersama meski langkah kaki berkecipak genangan airnya.
Jika dulu kita berkutat seru merumuskan sistem pengajaran yang efektif untuk murid murid TPA, semoga esok lusa idealisme pendidikan islam ini terus kita rawat bagi anak cucu kita.
Jika dulu kita sambangi taman kota membawa rombongan anak anak kesana untuk belajar dan bermain bersama, esok lusa semoga Allah bukakan pintu agar kita menyaksikan langsung indahnya bentangan ciptaanNya di berbagai negara dalam rangka rihlah keluarga untuk mengumpulkan hikmah yang tersebar dimana-mana.
Jika kemarinan kita disorak soraki riang dengan panggilan Kakak oleh mereka, semoga esok lusa ada anak anak yang menyorak bahagia memanggil kita dengan Abi dan Mama.
Jika kemarinan kita sama sama menuliskan cuplikan cerita untuk kompilasi buku bersama para penghafal Quran, semoga besok lusa kita bisa menulis utuh raupan hikmah kehidupan yang bertebaran di BumiNya
Yang, kita akan melukis kanvas rumah tangga dengan kuas ENFPku yang kau bilang penuh warna, dan dengan sentuhan INFJmu dengan warna yang mampu menetralkannya.
Tolong ajarkan aku tentang kesetiaan, komitmen teguh, kedisiplinan, kejujuran, kesigapan, keteladanan, kontrol diri, dan sikap bakti yang besar. Kemudian mungkin aku bisa berbagi tentang perhatian, kepedulian, keceriaan, atau ide ide yang menantang.
Ayang Sayang, layar sudah terbentang dan topi nahkoda sudah kau kenakan. Kapal ini akan mengarungi samudera yang membentang. Aku akan terus belajar menjadi partner navigatormu yang handal. Agar bisa diandalkan untuk menjadi kawan perjalanan.
Bismillah, saatnya memulai perjalanan. Semoga bisa fokus menuju Firdaus sebagai tujuan :))
0 notes
acupofhoneytea · 1 year
Text
Sebuah Perjalanan ke Negeri Kabut
Tumblr media
Foto: dok. pribadi
            Sabtu pagi di pertengahan bulan November 2021, saya dikejutkan oleh suara bude di luar kamar. Saat itu, saya sedang kelelahan. Saya baru menyelesaikan waktu tidur empat jam karena harus mengerjakan tugas kuliah. Maklum saja, mahasiswa kurang lengkap rasanya tidak begadang untuk mengerjakan tugas.
           “Nik, mau jalan-jalan gak?” suara lantang bude menembus pintu kaca kamar saya.
           “Eh, jam berapa bude?”
           Suatu kebiasaan saya untuk bertanya tentang waktu. Waktu penting bagi saya untuk mengukur aktivitas saya dengan aktivitas lain agar tidak saling bertabrakan.
           Balasan bude saya cukup cepat. “Jam sembilan yo. Pagi.”
           Makdegh. Saya kaget. Namun, saya juga tidak merasa heran. Tipikal bude saya memang seperti itu.
           Hm. Kesempatan bagus. Saya juga sedang bosan dan tidak ada hal yang ingin dikerjakan. Tugas kuliah minggu ini juga sudah saya selesaikan. Saya mengiyakan ajakan bude setelah berpikir beberapa menit.
          Kami berangkat sekitar pukul delapan pagi. Rombongan yang berangkat ada delapan orang: saya, bude, pakde, dan empat orang teman sekolah pakde. Perjalanan tampak cukup menyenangkan meskipun saya kerap menahan rasa mual—efek begadang kemarin malam.
           Saya cenderung pasif di antara rombongan paruh baya ini. Mungkin dikarenakan saya paling muda di antara mereka dan juga tidak terlalu lancar berbahasa Jawa. Pakde, bude, dan teman-temannya juga saling berbicara dengan bahasa Jawa. Saya sesekali menanggapi kalau mereka bertanya sesuatu kepada saya.
           Rombongan ini berencana menikmati tempat wisata di tengah sawah. Saya kurang tahu nama tempatnya, tetapi bude menunjukkan foto tempatnya pada saya. Foto rumah panggung di atas sawah. Kemungkinan rombongan ini mau bersantai sambil menikmati pemandangan hijau di sekitar.
 Bukit Kabut
           Kami sampai di tempat setelah memakan kurang lebih sejam perjalanan. Namun, sepertinya, rombongan paruh baya ini tidak yakin tempat wisata yang dituju adalah tempat wisata yang benar. Sebab, tempat wisatanya mahal dan penuh reservasi. Setelah saya telusuri lebih dalam, bude, pakde dan teman-temannya merencanakan perjalanan secara spontan. Mereka melihat rekomendasi dan foto tempat wisata yang ada di sekitar Jogja di internet, lalu langsung pergi ke lokasi tanpa perencanaan matang.
           Akhirnya kami kembali ke dalam mobil. Teman-teman pakde berceloteh tentang kekecewaan mereka sementara saya bergelut dengan serangan sakit kepala.
           “Gimana? Masih mau lanjut gak?” Pakde menyetir mobil sambil menanggapi celotehan teman-temannya. “Aku yo masih ada satu tempat lagi. Bagus katane.”
           “Di mana e?”
           “Itu... di bukit. Kayak negeri di atas awan gitu, banyak kabut.”
Tumblr media
Foto: dok. pribadi 
            Rombongan paruh baya ini merasa sayang keluar rumah tanpa membawa pengalaman untuk dibawa pulang, akhirnya mengiyakan rekomendasi pakde. “Yowis, situ wae. Ngerti ra jalannya?”
          “Wis ngerti. Pernah tak ambil penumpang ke sana kok.” Pakde meyakinkan teman-temannya.
          Teman-teman pakde pun mengangguk mengiyakan ajakan pakde. Mobil kami akhirnya bergerak kembali. Kali ini, kami mengubah tempat tujuan ke Gunung Kendil.
          Lokasi yang kami tuju ada di Kulon Progo. Kami melihat Gunung Kendil sebelumnya di internet. Hal yang mengusik rasa penasaran saya tentang Gunung Kendil adalah deskripsi tempatnya yang dipenuhi kabut tebal. Kabut yang sangat tebal sampai jarak pandangan kita terbatas. Saya sempat meragukannya, benarkah ada tempat seperti itu di Jogja.
           Meskipun namanya “gunung”, Gunung Kendil bukan gunung sungguhan. Pakde menjelaskan bahwa tempat itu merupakan bukit yang sangat tinggi. Karena sangat tinggi, bukit tersebut dikelilingi oleh kabut yang tebal.
           Medan perjalanan ke “bukit kabut” bukan medan perjalanan yang menyenangkan. Jalan sempit dan hanya bisa dilalui oleh satu mobil. Semakin jauh kami bergerak, mobil menembus kabut yang tebal dan menaiki jalan yang menanjak. Pakde menaikkan persneling mobil beberapa kali agar bisa naik ke tanjakan.
           “Wes, semua diam, takut.” Bude memecah ketegangan selama perjalanan ke Gunung Kendil. Beliau tertawa renyah.
           “Yo, gimana tho, Wid. Wedi.” Salah satu teman pakde menanggapi Bude. “Ra wani aku kalau tahu kayak gini jalannya.”
           Pakde ikut tertawa singkat. Ketegangan yang ada dalam mobil itu sedikit mencair. Namun tetap saja, bagi rombongan paruh baya menaiki jalan menanjak yang kabutnya semakin tebal sampai tidak bisa melihat ke depan adalah pengalaman yang menegangkan.
           Justru sebaliknya, dengan sakit kepala dan rasa mual yang masih tertahan, saya merasa cukup tertarik dengan perjalanan menantang seperti ini. Kabut tebal di depan mata membuat saya penasaran dengan apa yang di baliknya. Semakin lama di dalam kabut ini, saya merasa terisap ke dunia lain.
 Matahari yang Bersembunyi
          Setelah melewati medan yang mengerikan, kami sampai di lokasi. Kabut benar-benar tebal di sana. Saya sempat meragukan pijakan saya sendiri ketika turun dari mobil karena takut bukan tanah yang saya pijak. Saya juga sempat takut akan kesulitan bernapas, tetapi selain hawa yang dingin, sepertinya saya baik-baik saja.
          Saya tidak menyangka ada tempat seperti ini di sudut kota Jogja. Sinar matahari tidak dapat menembus tebalnya kabut sehingga saya kesulitan menerka waktu. Kami sampai di lokasi bertepatan dengan jadwal azan zuhur, tetapi tidak ada matahari yang menyambut kami di tempat ini.
          Segalanya bagi saya terlihat seperti langit yang mendung. Saya tidak bisa melihat apa pun kecuali warna abu-abu di atas kepala saya. Saya jadi bertanya-tanya di manakah sinar matahari bersembunyi.
          Selang kami turun dari mobil dan melaksanakan ibadah zuhur, hujan datang. Kedatangan hujan membuat kabut berangsur-angsur hilang. Namun bukan berarti matahari langsung terlihat dari kabut yang luntur karena hujan. Tetap tidak ada! Meskipun hujan memberikan jarak pandang yang lebih jauh di balik kabut ini, tetap saja sinar matahari tidak terlihat. Wah, kabut di sini benar-benar tebal sampai tak terkalahkan oleh hujan, pikir saya.
          Kami menyantap bakso sambil menunggu hujan reda. Hujan benar-benar turun deras selama dua jam dan sinar matahari tetap tidak bertamu ke tempat ini. Langit masih terlihat abu-abu, sampai-sampai saya tidak menyadari hari sudah sore sampai azan asar terdengar. Kami melaksanakan ibadah asar terlebih dahulu sebelum menjelajah tempat wisatanya.
          Tidak banyak yang bisa dilakukan di tempat wisata ini selain berfoto ria. Pengunjung terlihat banyak walaupun tidak ramai karena kondisi pandemi. Saya mengambil banyak foto dan menjadi fotografer dadakan untuk rombongan pakde saya. Sesekali bude atau teman pakde meminta saya mengambil foto mereka, “Nik, nik, fotokan nik.”
          Mereka juga menyuruh saya untuk ikut berfoto juga untuk mengambil kenang-kenang, seperti, “Nik, ayo sini gabung!”
           Setelah puas mengambil foto dan melihat-lihat bangunan setempat, kami memutuskan pulang. Perjalanan pulang tidak semenyeramkan tadi karena jalan cukup menurun. Bude, pakde, dan teman-temannya juga mulai berceloteh ria karena sudah tidak setegang berangkat ke lokasi.
Tumblr media
Foto: dok. pribadi
          Sepanjang perjalanan pulang, saya merasa seolah pulang dari negeri awan. Kabut yang ditembus mobil makin lama berkurang dan pada akhirnya jalan kembali melandai. Kami sampai di jalan utama Jogja. Seiring sakit kepala dan rasa mual yang menyerang saya berkurang, saya melihat ufuk jingga yang semakin menggelap. Rasa lelah langsung menghampiri ketika saya pulang ke rumah. Seolah-olah rasa lelah melenyapkan momen saya di negeri awan pada hari itu.[]
0 notes
nydaafsari · 1 year
Text
Perjalanan Bertemu Diri Sendiri -Bagian 1-
“Proses utama adalah menerima”.
Kututup buku bersampul hijau tosca dengan gambar sebuah kursi kayu itu. Hari sedang hujan. Tatapan mataku kosong menembus derasnya rintik yang semakin rapat. Kutekuk kedua lututku dengan bahu menopang, bak orang malas berpikir. Tapi tidak, pikiranku tidak bisa diam tentu saja. Satu peristiwa berkelebat di benakku.
“Hai semuanya, nama aku Rain Permata Samudera. Aku aslinya dari Yogyakarta. Salam kenal ya teman-teman”. 
Fiuh~ 
Aku baru saja memperkenalkan diri di depan tiga puluh mahasiswa baru di kelas. Ternyata rasanya seperti naik wahana. Bahkan sampai aku duduk sekalipun, jantungku masih berdegup kencang. Kudapati tanganku ikut tremor hahaha ‘Anak mahasiswa baru’ kataku dalam hati.
“Halo Rain, aku Awan. Nama kamu unik”, aku melongo saat tangannya terjulur di atas tanganku yang masih tampak bergetar. Senyumnya ramah, tapi juga nampak khawatir apakah aku akan menerima jabat tangannya atau tidak. Kulihat bola matanya sesekali mencuri pandang kepada tangan kami. 
“Eh hehe halo Awan, aku Rain”, aku membalas jabat tangannya dengan ragu-ragu.
‘Aku rindu Awan’, batinku. Huffftt….. Helaan nafasku lebih panjang dari biasanya. Ah rasanya baru seperti kemarin berkenalan dengan Awan. Tapi ternyata sudah hampir tujuh tahun kami berteman baik. Iya, kami sangat dekat. 
Awan adalah sahabat pertama yang berani aku balas sapaannya. Kata orang, kami bak pinang dibelah dua. Mirip, dan kemana-mana selalu bersama. Bahkan hingga prosesi wisuda kami duduk bersebelahan (lagi), sebagai penerima penghargaan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi di program studi. Jika kamu bertanya siapakah yang menerima penghargaan pertama, maka jawabannya tentu aku. 
Tapi sayangnya, nasib kita berbeda, amat sangat. Awan menjalani pilihan hidup yang dia impikan sejak tahun pertama kita berkenalan, melanjutkan studi dengan beasiswa ke luar negeri. Sedangkan aku. Ah sudahlah, aku menjalani hidup dengan serampangan, semauku sendiri. Bahkan aku sudah tidak tahu menahu apa yang aku inginkan.
Namaku Rain, dan aku benci hujan. Benar kata Awan, namaku memang unik, tapi, aku ingin jadi seperti Awan. Bebas dan cerah. Ck, kenapa ya aku hanya begini-begini saja?
Tak kuhiraukan ramainya isi kepalaku. Kuberhentikan lalu lintasnya dengan tidur. Bedebah dengan kalimat yang kubaca barusan.
0 notes
jumpalagirina · 1 year
Text
12: Terlanjur Basah
Jam pulang kantor, Rina langsung membuntutiku seperti anak itik yang mengejar induknya. Seutas senyum jahil terbentang di bibirnya. Aku pura-pura tidak melihatnya, tapi ia terus mengikutiku sampai ke parkiran motor.
"Lho, kok ada di sini, Rin?" tanyaku memasang wajah polos.
"Ya, ada dong. Kan aku mau diboncengin motor barunya Mas Panji," jawabnya.
"Berarti gue harus nganterin ke kosan lo dulu dong?"
"Nggak harus. Aku dituruin di perempatan jalan aja, gapapa kok," ucapnya sambil memasang wajah manyun. "Yaa... Itu ... kalau Mas Panji tega, yaaaaa."
Melihat wajah manyunnya itu aku merasa gemas sekali. Ini adalah Rina yang kukenal. Rina yang kekanakan dan menggemaskan saat pacarnya sedang tidak ada. Aku menarik napas dalam, kemudian segera menyalakan sepeda motorku.
"Jadi, aku ditinggal, nih? Tega bener, sih. Setelah apa yang udah aku kasih buat Mas ...."
"Iyaa, iyaaa, ayo naik!" potongku.
"Yes!"
Dengan wajah sumringah, Rina langsung naik ke kursi pembonceng. Kebetulan pada hari ini ia tidak mengenakan rok, tapi mengenakan celana panjang katun sehingga ia bisa duduk dengan mudah. Kedua tangannya ia letakkan di kedua pangkuan pahanya. Aku dapat merasakan kedua pahanya menjepit pahaku dari belakang. Rasanya hangat.
"Udah siap?" tanyaku.
"Lessgo!"
Kami pun melaju di atas sepeda motor matic cicilan itu. Entah kenapa Rina tampak bersemangat sekali, seperti anak kecil yang baru pertama kali naik motor. Padahal, ia sudah sering diboncengi oleh motor sport milik Aris yang jelas berkali-kali lipat lebih keren dari motorku. Biarlah, mungkin ia cuma sedang mengalihkan perasaan rindunya setelah pacarnya itu berangkat kembali ke luar negeri.
Aku mengemudi dengan kecepatan normal. Selain karena aku tidak suka kebut-kebutan, juga karena jalan raya di sore ini memang lumayan padat. Namun semua itu berubah ketika sekumpulan awan gelap muncul di atas kepala kami dan memperdengarkan suara gemuruh.
Beberapa orang pengemudi motor memutuskan untuk berhenti ke tepi jalan dan mengenakan jas hujan mereka. Kalau tidak salah, aku juga membawa jas hujan di bawah jok motorku.
"Mau pakai jas hujan dulu?" tanyaku dengan suara agak keras.
"Nanti aja, lah. Mendung doang, kok," kata Rina.
Aku pun menuruti sarannya. Aku terus melaju, memanfaatkan jalanan yang sedikit lengang. Namun tak lama kemudian, beberapa tetes gerimis membasahi wajah dan pakaian kami. Aku mempercepat laju sepeda motorku karena di tempat itu tidak tampak ada jembatan atau bangunan yang bisa digunakan untuk berteduh.
Merasakan laju sepeda motor yang agak ugal-ugalan, Rina memeluk pinggangku. Tangannya melingkar erat dan tubuhnya menempel di punggungku. Samar-samar, aku dapat merasakan sepasang bantalan empuk yang terasa padat. Jantungku berdetak kencang.
Selama ini aku selalu menebak bahwa Rina memiliki buah dada yang kecil. Oleh karena itu, aku sedikit terkejut bahwa aku bisa merasakan kepadatannya dalam posisi seperti ini. Mungkin ini hanya busa dari bra yang ia kenakan? Atau mungkin memang buah dada Rina sebenarnya lebih besar dan lebih padat daripada yang kuperkirakan?
Tiba-tiba saja, sebelum kami sempat menepi, gerimis berubah menjadi hujan deras. Aku melambatkan laju sepeda motorku demi menjaga keseimbangan. Pakaian kami langsung basah kuyup. Sisi positifnya, hampir semua sepeda motor lain langsung menepi sehingga jalanan di hadapan kami cenderung lengang.
"Minggir dulu ya, Rin?" tanyaku.
"Yah, udah terlanjur, Mas! Udah terlanjur basah!" jawab Rina.
"Tapi lo kan nggak pakai jaket!" balasku.
"Kosanku udah tinggal satu belokan lagi. Kalau neduh di sini nanggung!"
Benar juga kata Rina. Aku hanya perlu mempercepat laju sepeda motorku agar kami cepat tiba di kost Rina. Ketika aku melaju lebih cepat, aku dapat merasakan pelukan Rina semakin erat. Sepasang benda kenyal itu kini benar-benar tergencet di punggungku. Sementara itu, kedua tangannya yang melingkar di pinggangku sesekali turun hingga ke pangkal paha. Entah disengaja atau cuma kebetulan karena menahan dingin.
Tak lama kemudian, akhirnya kami tiba di tempat kost Rina. Aku segera memasukkan motor ke garasinya, kemudian berlari ke teras untuk bereteduh. Kost Rina adalah kost khusus perempuan, tapi pemilik tempat itu tampak tak begitu peduli dengan perilaku penghuninya. Buktinya, Aris bisa sering mampir, bahkan menginap di tempat ini tanpa ada yang protes.
"Mas, masuk dulu yuk? Basah kuyup nih. Ada handuk di dalam," ucap Rina dengan tubuh sedikit menggigil.
Aku terpana melihat Rina. Air hujan menetes dari leher hingga sekujur tubuhnya. Kemeja toska yang ia kenakan basah kuyup dan mencetak dengan jelas lekuk-lekuk tubuhnya. Sekilas, kemeja itu malah tampak transparan. Aku dapat melihat bayangan bra yang ia kenakan di balik kemejanya, pinggangnya yang langsing, dan sepasang paha mungil yang terbungkus celana katun basah.
"Mas? Mas Panji?"
"Oh, iya? Emangnya boleh masuk?"
"Udaaah, ga apa-apa, daripada masuk angin."
Tiba-tiba saja Rina menarik tanganku masuk ke dalam ruang tamu kost. Aku dapat merasakan jari-jemarinya yang keriput dan telapak tangannya yang dingin. Aku minta waktu sebentar untuk melepas sepatuku yang lumayan basah, tapi ia malah memintaku agar membawa masuk sepatuku ke dalam kamarnya. Rumah kost itu terasa sangat sepi. Mungkin para penghuni lainnya belum pulang kerja.
Melintasi ruang tamu yang gelap dan sepi, aku diajak masuk ke kamar Rina yang posisinya tak jauh dari pintu masuk. Aku tidak menyangka, rupanya kamar Rina lumayan lega. Ada sebuah ranjang single berwarna biru muda, boneka beruang besar di pojok ruangan bertuliskan "Happy Birthday", dan sebuah lemari kayu yang tertata rapi. samar-samar aku dapat mencium wangi dari aromaterapi yang diletakkan di atas meja kecil. Berbeda sekali dengan kamarku yang berantakan, kamar Rina rapi dan wangi.
Tiba-tiba saja sebuah handuk berwarna pink jatuh tepat ke wajahku.
"Dilap pakai handuk dulu, Mas. Aku mau ganti baju dulu ya di kamar mandi," ucapnya.
Aku hanya mengangguk dan melihat Rina terburu-buru masuk ke kamar mandi, kemudian menutup pintunya rapat-rapat. Tak lama kemudian, smar-samar aku mendengar suara aliran air dari dalam sana. Sepertinya ia sekalian mandi.
Aku membasuh wajahku yang basah menggunakan handuk pink itu. Teksturnya dan wanginya terasa lembut, membuat perasaanku tenang seketika. Pikiranku mulai traveling membayangkan apa yang sedang dilakukan Rina di dalam kamar mandi. Ia pasti sudah membuka bajunya sekarang. Mungkin sedang keramas? Atau sabunan? Aku mengacak-ngacak rambutku sendiri dengan handuk, berusaha mengusir pikiran ngeres itu.
Sambil mengelap rambut, aku memperhatikan sekeliling. Pada meja kayu di samping lemari, terdapat sebuah bingkai foto. Pada foto itu tampak Rina dan Aris yang sedang berdiri bergandengan tangan. Di belakang mereka, terpampang pemandangan Sydney Opera House di pagi hari. Sepertinya dulu Rina sering ikut pergi bersama Aris ke Australia. Aku berdecak kagum membayangkan kedekatan hubungan mereka. Tinggal tunggu waktu saja sampai mereka melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Timbul satu pertanyaan dalam benakku. Apakah Aris pernah mencurigai "kenakalan" Rina bersamaku? Kalau kuingat lagi, semua kejadian antara aku dan Rina selalu dimulai oleh Rina sendiri. Bahkan ketika aku sudah berusaha menahan diri, bahkan menolak, ia seolah berusaha memancing. Apakah Rina melakukan itu karena diam-diam ia menyukaiku? Ataukah jangan-jangan ... ia memang sudah biasa melakukan hal seperti itu dengan pria-pria lainnya sebelum aku?
Aku mencoba mengingat-ingat beberapa pria selain aku dan Aris yang sempat dekat dengan Rina sejak masa kuliah. Apakah Rina juga melakukan semua itu dengan mereka? Imajinasi dan bayangan datang berkelebat silih berganti. Blowjob di toilet. Handjob di kamar. Dengan siapa saja ia pernah melakukannya? Aku membayangkan, jika ia bisa "bermain" dengan pria-pria lain sambil tetap mempertahankan hubungannya dengan Aris, ia pasti adalah seorang "pemain" yang sangat lihai. Aku tidak ingin mempercayai itu, tapi kecurigaanku terus saja memuncak.
Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka. Wajah Rina muncul melongok dari sela-sela pintu. Rambutnya basah, tetesan air tampak segar mengalir di wajah dan lehernya.
"Mas?" panggilnya.
"Iya?" ucapku, kaget.
Aku dapat melihat tetesan air mengalir dari leher hingga ke belahan dada Rina. Sebagian payudara kirinya mengintip dari sela pintu, memperlihatkan lekukan mulus nan basah. Menyadari posisi berdirinya terlalu maju, ia pun segera mundur dan bersembunyi di balik pintu kamar mandi.
"Jangan ngintip, ih!" jeritnya.
"Siapa yang ngintip?" balasku. "Lagian lo kenapa buka pintu?"
"Handuknya! Udah belom?" tanya Rina sambil melirik handuk yang masih melingkar di leherku.
"Oh, iya. Sori, kirain lo ada handuk lain," jawabku sambil melangkah mendekat ke arahnya.
Semakin dekat langkahku, semakin kencang jantungku berdetak. Ketika sudah berdiri tepat di depan pintu kamar mandi, aku dapat mencium wangi aroma sabun yang memancar lembut dari tubuh telanjang Rina. Wangi sabun itu membuat tubuhku mematung, seolah tak sadarkan diri.
"Cepetan ih!" ujar Rina sambil mengulurkan tangannya dan menarik handuk itu dari tanganku.
Namun tarikannya itu malah membuatku ikut masuk ke dalam kamar mandi.
Bersambung
0 notes