Tumgik
#ruangsyukur
andromedanisa · 6 months
Text
Bagian dari cinta..
Ini tentang pernikahan. Dua orang yang Allaah tetapkan menjadi satu ikatan bernama pernikahan. Allaah pasangkan dua orang dalam kebaikan dan menjalani hari demi hari dengan berpasang-pasangan.
Namun teruslah ingat, bahwa Allaah menyatukan kedua hati tak lantas keduanya harus terus sempurna tidak ada cela. Tidak, tidak demikian. Rumah tangga Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam pun tak luput dari ketidaksempurnaan.
Oleh karenanya jika setiap rumah tangga nanti engkau menemukan kekurangan ada pada pasanganmu. Nasihat Al-Quran begitu tinggi, yaitu "Sabar". Jangan mudah marah, jangan membesarkan hal-hal sepele. sebab boleh jadi dibalik apa yang tidak engkau sukai, Allaah telah menyiapkan hikmah besar yang tidak pernah engkau sangka-sangka untuk melengkapi kekurangan yang didapatkan di setiap pasanganmu, dan itu bagian dari "taqwa".
Nasihat Syaikh Utsman Al-khamis hafidzhahullaah ta'ala :
"Demi Allaah, ada banyak nasihat tentang rumah tangga. Tapi saya katakan, nasihat terbaik untuk para pasangan suami istri adalah mengabaikan hal-hal sepele. Tidak perlu mempermasalahkan hal-hal sepele. Abaikan dan jalani saja. Tidak ada manusia yang sempurna. Jikalau dalam segala hal engkau selalu menyalahkan pasanganmu. Maka semua yang dia lakukan akan selalu salah dimatamu. Dan siapalah yang hanya memiliki kebaikan saja? Tidak ada sama sekali. Kecuali Rasulullah Shallaahu alaihi wassalam."
Barangkali memang benar ya, dalam rumah tangga itu hal yang kita kira besar akan menjadi ringan bila meminta pertolongan Allaah. Dan hal kita kira kecil, bisa menjadi rumit dan besar tanpa meminta pertolongan Allaah. Maka rumah tangga yang bahagia adalah keduanya saling memberi udzur untuk satu sama lain. Bahwa keduanya adalah manusia biasa yang jauh dari kata sempurna.
Dijadikan menjadi satu sama lain tidak lain tidak bukan untuk melengkapi kekurangan dan kelebihan yang telah dimiliki. Memahami bahwasanya rumah tangga adalah ibadah terlama yang mana untuk menjalankannya dibutuhkan sabar. Sabar tidak hanya dilakukan ketika ditempat ujian, namun juga kala menjalankan ibadah kepada Allaah. Itulah mengapa sabar tidak hanya berdiam diri saja tidak melakukan apapun. Sabar ridho dengan apapun yang telah ditetapkan namun terus berikhtiar hingga selesai.
Sabar itu adalah upaya, jika hari ini engkau menemukan sabar itu ada pada pasanganmu. Maka banyaklah bersyukur. Bersyukurlah kepada Allaah bila hari ini pasanganmu begitu berupaya ingin membahagiakan mu dengan cara-caranya yang untuk ukuranmu mungkin terlihat sederhana. Sebab kau tidak akan pernah tahu semaksimal apa upaya yang telah ia lakukan untuk memberikanmu sebuah kebahagiaan.
Tidak ada pasangan yang saling bertemu karena Allaah yang tidak saling berupaya untuk memberikan yang terbaik. Maka bila hari ini kau mendapati pasanganmu begitu berupaya sekali untuk memberikanmu kehidupan yang layak. Maka cara terbaik untuk membalas kebaikannya adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya, bersyukur kepadaNya dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengupayakan hal yang sama kepadanya. Dengan cara melakukan yang terbaik pada perannya masing-masing.
Sabar, saling memberi udzur dan memaafkan pada hal-hal sepele. Akan mendatangkan ketenangan dan kebahagian bagi satu sama lain. Allaah akan hadirkan rasa itu kepada rumah tangga yang menahan dirinya untuk marah sekalipun ia sangat mampu untuk melakukannya namun ia tahan dan bersabar sebab Allaah yang perintahkan.
Tidak pernah ku lihat sebuah cinta yang lebih indah dari sebuah pernikahan yang dilandasi rasa takut dan cinta karena Allaah. Sebab sekecil apapun yang diupayakan dalam sebuah biduk rumah tangga akan selalu bernilai ibadah disisiNya.
Ya Allaah berkahilah setiap rumah tangga yang didalamnya saling mengupayakan kebahagian satu sama lain. Labuhkanlah cinta diantara keduanya di surgaMu nanti. Sebuah tempat yang tidak lagi menemukan rasa sakit dan sedih. Aamiin..
Mendoakan bagian dari cinta, dalam perjalanan menuju rumah || 10.45
302 notes · View notes
andromedanisa · 7 months
Text
Bagaimana Harus Bersikap??
Kenapa memilih diam, pergi dan menjauh sejauh mungkin?
Sebab ada jenis orang yang menolak yang paham dan sadar bahwa dirinya adalah akar dari permasalahan itu sendiri. dia menuduh orang lain sibuk dengan urusan orang lain, namun ia lupa dengan dirinya sendiri (aib) yang juga sibuk mengurusi urusan orang lain. Orang seperti ini biasanya menyakiti seseorang dan tak pernah merasa bersalah. Sebab baginya apapun yang ia lakukan ada sebuah tindakan yang benar, dan semuanya salah menurut ukuran dan cara pandangnya.
Orang seperti ini tidak akan pernah paham sekalipun banyak orang yang menjelaskan letak kesalahannya, orang seperti ini pula tidak akan menyesal atas apa yang telah ia lakukan kepada orang lain karena baginya hanya dia yang benar, dan semuanya salah sebab tidak bisa menerima kebenaran.
dia akan tetap berdiri pada pendiriannya sampai kapanpun sekalipun semua orang menasehatinya atau bahkan mengatakan letak kesalahannya, dan orang seperti itu akan punya banyak alasan perihal memutar balikan sebuah fakta dan sangat bisa menjadikan orang lain sebagai tersangkanya. Katanya, "pokoknya aku benar, orang lain yang salah karena gak paham atas maksudku."
Jadi, berhenti meladeni orang seperti itu. Berhenti berdebat dengannya, hargai dirimu sendiri. Jangan buang waktu dan energimu hanya untuk hal-hal yang tidak akan pernah dia bisa terima dalam hal apapun dan sampai kapanpun. Karena sungguh ini membuat lelah.
Biarkan dia dengan dirinya sendiri, biarkan dia dengan drama yang telah ia ciptakan sendiri, dan biarkan dia dengan prasangkaannya sendiri. Jangan menanggapi apapun itu. Sebab langit tak perlu menjelaskan bahwa dirinya tinggi. Dan laut tak pernah menjelaskan bahwa dirinya dalam. Demikian pula dengan dirimu. Jangan berpijak pada hal-hal yang sia-sia saja.
Diam, pergi, dan menjauh lah sejauh mungkin. Sekalipun yang terlihat tak bisa kau menangi didunia, kamu masih memenangkan dengan caramu sendiri. Mengadu kepada Allaah yang Maha Kuasa.
Sebab ada beberapa hal yang memang dalam hidup ini harus kita bawa, atau memang harus kita tinggalkan. Bukan sebab berhenti peduli, melainkan urusan hati manusia hanya Allaah yang bisa memberikan kelembutan dan penerimaan tentang sebuah kebenaran.
Pada akhirnya kita akan paham, sekuat apapun kita ingin memahamkan kepadanya, sekuat apapun kita memberikan sebuah kebenaran untuknya. Urusan hati mutlak adalah urusan Allaah. Maka jalan terbaik adalah mendoakan kebaikan untuknya dan diri sendiri. Agar kala nanti kebenaran apapun itu sampai kepada kita tak peduli siapa yang menyampaikan, Allaah berikan kita kelembutan hati untuk menerima kebenaran sekalipun tidak kita sukai sebelumnya.
Sebaik-baik tempat kembali adalah mengembalikan semuanya kepada Allaah. Cukuplah Allaah. Cukup... Maka cukup mengenal orang-orang yang demikian.
*aku nggak bisa bales apa-apa. dan Allaah menyadarkan bahwa orang seperti itu nyata adanya. Ya Allaah...
Ruang || 12.03
93 notes · View notes
andromedanisa · 8 months
Text
Ruang Mengeluh..
Apa yang akan kamu lakukan ketika kamu sudah berupaya memberikan yang terbaik untuk seseorang, namun seseorang itu tidak menghargaimu bahkan ia melakukan hal-hal yang membuatmu semakin merasa takut kepadanya.
Marah? Bisa jadi.
Takut? Ini pasti.
Iya, otomatis kamu akan merasa begitu takut dengan hal-hal yang ia lakukan. Kala upaya terbaikmu tidak dihargai, kamu mungkin bersedih. Namun kemungkinan kecewa dan takut itu kecil sekali. Berbeda jika ia sudah tidak menghargai upayamu dan ia melakukan hal-hal yang juga membuatmu takut, membentak misalnya.
Dalam ruang terkecilmu, kamu tanpa sadari akan merasa kecil dan kerdil untuknya. Merasa tidak pantas dengannya, merasa tidak bisa menyeimbangi langkahnya. kamu yang bahkan terlalu perasaan mendengarkan perkataan yang tidak baik, akan semakin merasa takut setiap kali ia berbicara. kamu akan kehilangan jutaan file kosa kata yang ada pada dirimu. kamu akan lebih sering membeku saat bersamanya, dan mungkin akan merasa bebas saat tidak dengannya.
Berkali-kali kamu bertanya kepada dirimu, akankah tetap berdiri bersamanya, berdiri di depannya, atau meninggalkannya dan mencukupkan diri melihatnya dari kejauhan dengan caramu. Namun kamu tidak pernah mendapatkan jawaban atas pertanyaanmu.
Lalu ketakutanmu kepadaNya semakin lama semakin besar. kamu menyimpannya sendiri dalam ruang yang telah kau sediakan dengan begitu lapang. "Nggak apa-apa semuanya akan membaik." Ucapmu berkali-kali untuk meyakinkan diri.
kamu memendamnya begitu dalam, dan tak membiarkan seorangpun masuk untuk sekadar bertanya, "ada apa?". kamu membiarkan dirimu hidup dalam ketakutan dengan terus menampilkan wajah yang selalu baik-baik saja. kamu memendamnya sendiri, tak pernah menguatkan kepadanya bahkan kepada orang lain terdekatmu.
Padahal, tak ada salahnya untuk mengeluh. Mengatakan dan menyatakan bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja. Bahwa kamu butuh untuk ditolong. Namun kamu tidak membiarkan dirimu untuk mendapatkan pertolongan. Bahkan kepadaNya saja, kamu enggan untuk mengatakan.
Mengatakan bahwa kamu hidup dalam ketakutan bukanlah sebuah dosa. Manusiawi sekali jika harus mengeluh sebab lelah, sebab hal-hal yang tidak pernah berjalan dengan baik. Memendam semuanya dalam ruang tersendiri itu melelahkan, sayang. Maka izinkanlah dirimu untuk ditolong. Biarkan dirimu diselamatkan dari ruang yang kamu bangun itu.
Mengeluh, mengatakan keluhanmu, mengatakan bahwa kamu lelah, capek. Bukan sematah kamu butuh pengakuan saja. Melainkan agar perasaanmu lebih ringan, lebih tenang.
Jangan biarkan dirimu berjalan dengan kekosongan. Izinkan dirimu untuk merasa bahagia, dan tenang. Izinkan dirimu merasakan lebih banyak kasih sayang. Barangkali ini adalah cara Allaah menolongmu dengan mengabulkan pintamu yang selalu kamu pinta dengan menangis sekalipun tanpa kata-kata.
80 notes · View notes
andromedanisa · 1 year
Text
Ujian pada proses ta'aruf.
Setiap orang punya ujiannya sebelum ia berlabuh pada sebuah pernikahan. Setiap orang memiliki perjuangan lika liku dalam proses ta'arufnya.
1. Ada yang gagal menikah karena si calon anak yatim piatu. Padahal diawal proses sudah dipertegas bahwa sudah tidak memiliki ayah dan ibu.
2. Ada yang tidak lanjut proses ta'aruf karena fisik akhwatnya kurang dari standard yang diinginkan si ikhwan.
3. Ada yang sudah 80% persiapan menuju hari pernikahan namun gagal menikah karena pihak ikhwan dan keluarganya ingin si akhwat bercadar.
4. Ada yang sudah bercadar namun tidak lanjut proses karena si akhwat tidak cantik seperti yang terlihat ketika bercadar.
5. Ada yang semua sepakat, si akhwat berjilbab syar'i bahkan bercadar, namun batal untuk menikah karena acara pernikahannya tidak syar'i, tidak dipisah antara tamu laki-laki dan perempuan, dan masih ada musiknya. Padahal undangan sudah tersebar, catering, gedung, dan dekor sudah siap 100%.
6. Ada yang tiba-tiba menghilang, padahal keluarga si akhwat sudah bergayung sambit menerima si ikhwan bagaimanapun keadaanya.
7. Ada yang tidak melanjutkan proses ketika si ikhwan mengajukan untuk berpoligami nantinya dan keluarga akhwatnya menolak untuk itu.
Syawal harusnya menjadi sebuah kisah manis. Namun takdir Allaah belum demikian untuknya. Ia menangis dalam sebuah telpon. Katanya, ia tidak bisa menikah dibulan syawal ini. Karena pihak ikhwannya membatalkan secara sepihak. Padahal dari awal dikatakan olehnya bahwa keluarganya masih awam jauh dari kata Sunnah. Butuh waktu untuk bisa diterima, bisa memakai hijab syar'i adalah anugerah untuknya ditengah-tengah ia berjuang mendakwahkan Sunnah kepada keluarganya.
"saya pikir dengan proses ini, anak Bapak akan bercadar. Namun selama proses, tidak ada itikad untuk mengarah kesana. Saya tidak bisa melanjutkan proses ini Jika anak Bapak tidak bercadar dan walimahan nanti tidak dipisah."
"Bapak Ibu marah besar, Nis. Katanya, jadi seperti ini laki-laki yang katamu paham agama itu. Memutuskan sepihak tanpa berlemah lembut kepada Bapak Ibumu. Ini sungguh membuat Bapak Ibu malu." Ku dengar ia tersisak menangis dalam teleponnya.
Allahuul musta'an.
Dulu sempat terbersit, apakah ada yang seperti itu. Persiapan sudah 100% rampung, gagal dalam sekejap. Rupanya itu terjadi, aku bahkan masih ingat isak tangisnya. Kini Dua tahun telah berlalu, syawal yang dulu pernah membuatnya takut untuk menikah. Kini ia telah menemukan seseorang yang Insya Allaah, Allaah ganti dengan kualitas yang jauh lebih baik.
"Buah dari tauhid dan akidah yang benar adalah akhlak yang baik." (Ust Muhammad Nuzul Dzikry, Lc hafizhahullah)
"Benar katamu, nis. Sesuatu yang hari ini kita tangisi, kelak adalah sesuatu yang akan sangat kita syukuri nantinya. Aku dulu begitu terpukul dan menangis. Mencurahkan semuanya kepada Allaah, lalu kini sesuatu yang kutangisi sangat aku syukuri sebab tidak jadi menikah dengannya. kamu tahu, nis. Sekarang Bapak Ibu sudah sering ikut kajian Sunnah. Suami sering mendengarkan kajian offline para asatidz dirumah melalui channel youTube. Dakwah memang butuh waktu ya, nis. Dengan sabar dan terus meminta pertolongan kepada Allaah agar diberikan kelembutan hati dan hidayah. Sebab sebagus apapun retrorika dakwah kita, pada akhirnya hanya Allaah yang memberikan hidayah itu sampai pada yang telah Allaah kehendaki. Masya Allaah, pada akhirnya jangan menikahi laki-laki (ikhwan) penuntut seperti itu. Yang menuntut kesempurnaan ini dan itu ada pada diri kita yang tidak sempurna. Apalagi dengan cara yang tidak berlemah lembut." Ujarnya kepadaku.
*dua tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Luka yang dulu ia kubur dalam-dalam, kini mulai sembuh atas izin Allaah. Dan kini, ia memintaku menuliskan kisahnya dalam sebuah tulisan. Katanya, barangkali bisa menjadi pertimbangan untuk para wanita sebelum memutuskan untuk menikah. Dan barangkali sebagai ibroh bahwa jalan menuju pernikahan itu gak semuanya mulus, ada juga yang harus berkelok untuk sampai kesana.
Iya, benar. Setiap orang memiliki perjuangannya yang berbeda-beda dalam menujunya. Jadi teringat waktu proses ta'aruf dulu yang berkali-kali mengalami kegagalan, salah satunya ibu memintaku tetap bekerja sekalipun aku telah menikah. Beberapa ikhwan saat itu tidak bisa menerima hal itu. Aku memahami akan hal itu, namun akhirnya atas izin Allaah ada seseorang yang menerima akan hal itu. Dan perlahan-lahan ibu menerima pada akhirnya pilihanku untuk tidak bekerja, adalah pilihan yang ku pilih dengan kesabaran penuh tanpa menyakiti hati Ibu. Bahkan setahun pernikahan, akupun masih belum sepenuhnya bercadar. Sebab, ibu belum bisa menerima. Alhamdulillaah, sekali lagi atas izin Allaah kini ibu telah menerima ya dengan penuh keridhoan.
Bila calonmu istrimu belum mengenakan cadar karena halangan keluarganya, maka tunjukkan akhlak dan adabmu. Bukankah buah dari tauhid dan akidah yang benar adalah akhlak yang baik? Maka tunjukkan selama pernikahan engkau mampu memberinya bahagia, medidiknya dengan baik, mencukupi segala kebutuhan ya dengan penuh tanggung jawab. Pasti kelak hati orangtuanya akan tertegun, sebab seorang yang shalih begitu menenangkan.
Bila keluarga calonmu belum melaksankan pernikahan syari , jangan langsung dihakimi dan diputuskan secara sepihak. Tak mengapa bila pernikahan tak sesuai syariat. Maka tugas kita adalah memastikan bahwa setelah menikah kelak keturunan kita bisa lebih baik dari keadaan kita. Sebab tak semua keluarga menerima dan memahami dengan berlapang dada.
Sesungguhnya inilah jalan dakwahmu, berlapang dada ketika diuji dengan kondisi yang tidak kau inginkan. Siapa tahu Allaah izinkan orangtua kita menjadi lebih baik sebab upaya kesabaranmu.
Dakwah memang tidak selalu mudah. Tetapi bukan berarti kita paksakan sehingga tak melihat mudharat yang lebih besar, bukan?
Dan untuk yang sedang menunggu, Dan menuju jalan pernikahan. Sesungguhnya pernikahan ialah ibadah terpanjang yang akan kau jalani. Maka pilihlah ia yang memiliki akhlak dan adab yang baik kepada kedua orangtua bagaimanapun mereka. Seseorang yang baik akan kau temukan hatinya yang mau bersabar dan terus belajar bertumbuh bersama.
Jangan tertipu pada penampilan semata ya, ingatlah bahwa pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan saja. Melainkan juga menyatukan dua keluarga. Menyatukan perdaban yang lebih besar lagi. Bahagiamu adalah bahagia orangtuamu juga. Demikianlah nasihat yang seringkali kita dengar. Maka teruslah meminta pertolongan Allaah, tanpa henti, tanpa tapi.
Menyempurnakannya kembali || 19.53
167 notes · View notes