Tumgik
#rumah tangga
taufikaulia · 3 months
Text
Mumpung belum nikah, pelajarilah ilmu pernikahan. Pahamilah benar-benar hak dan kewajiban dalam rumah tangga agar kelak pasanganmu tidak hidup degan mode 'survival'.
Taufik Aulia
720 notes · View notes
andromedanisa · 6 months
Text
Arti Menikah - Belajarlah tentang banyak hal.
Kata Bapak hafidzhahullah ta'ala, "jika cinta dan kasih sayang seorang laki-laki itu lebih besar dari pada cinta seorang perempuan, maka dia tidak akan pernah melepaskan perempuan itu darinya. ia akan tinggal lama dihatinya. dan untuk membuat seorang laki-laki demikian, dibutuhkan seorang perempuan yang sabar dan pengertian."
aku teringat obrolan santai dengan Bapak, sehari sebelum menjadi seorang istri. Kala semua orang sibuk menyiapkan banyak hal termasuk Ibu, Bapak justru mengajakku lebih banyak cerita dari kebiasaan Bapak yang tidak demikian. Saat itu aku bertanya bagaimana posisi Ibu dihati Bapak. Yang semakin banyak ku rinci, Bapak semakin banyak tersenyum seolah membenarkan.
Namun satu hal yang Bapak katakan membuatku tertarik untuk bertanya lebih lanjut. "Ibumu itu orang yang sabar dan pengertiannya begitu lapang. Ibumu itu keras terhadap pendirian dan pendapatnya, namun ketika keputusan Bapak tak selaras dengan Ibumu, ibumu meletakkan semua pendapatnya dan memilih pada keputusan Bapak. Ada banyak momen dimana Bapak tidak berkata sekalipun, Ibumu lebih peka perihal apa yang Bapak butuhkan. Tanpa bertanya banyak hal, Ibumu sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Tanpa memberi tugas, Ibumu telah paham apa yang menjadi tugasnya. Beberapa hal bertanya tentang apa yang Bapak suka dan tidak, selebihnya tanpa Bapak kasih perintah, Ibumu telah lebih dulu mengerti.
Tak pernah bertanya kenapa begini, kenapa begitu sebab paham bahwa Ibumu tidak ingin memberikan banyak beban. Ibumu begitu totalitas menjalani perannya sebagai seorang istri. Tak pernah menuntut harus jalan-jalan setiap pekan, atau liburan setiap tahun, atau hal-hal yang dirasa bapak belum mampu untuk menyanggupinya kala itu. Tidak pernah merengek meminta waktu bapak atau menuntut untuk lebih romantis atau hal-hal yang dimana Bapak harus peka terhadap kondisi ibumu. Ibumu tidak pernah meminta akan hal itu. Kala sudah tenang semuanya, barulah ibumu sampaikan dengan bahwasanya yang dimana tanpa menggurui bapak akhirnya mengerti.
Pernah saat dimana belum ada HP dan saat itu posisi ibumu sedang mengandung kamu 6 bulan, belum ada telpon rumah juga. Saat itu bapak harus lembur dan tidak pulang karena memang harus menyelesaikan deadline, dimana besok pagi presiden pak Soeharto akan berkunjung. Bapak nggak bisa ngabari ibu, karena memang tidak bisa pulang. Kamu tahu apa yang ibumu lakukan? Ibumu jalan sama emak tetangga sebelah rumah mau pergi menyusul bapak dikantor. Sebelum sampai kantor ada pos marinir dan bertanya perihal ada perlu apa jam segini kok mau ke PT.Pal dari pos ke kesana masih sangat jauh sekali. Lalu ibumu bilang kalau suaminya dari kemarin belum pulang, ia khawatir takut terjadi apa-apa. Lalu seorang petugas meminta ibumu dan emak untuk menunggu di pos, salah satu petugas berangkat menanyakan hal tersebut ke kantor. Setelah memastikan nama dan divisi bapak. Petugas tersebut menyampaikan bahwa seluruh karyawan disivi tersebut memang harus lembur, karena besok pagi akan ada kunjungan presiden. Setelah tahu kabar itu, ibumu dan emak pulang kerumah. Dan setelah beres semuanya bapak pulang kerumah, sampai dirumah ibumu tetap menyambut bapak dengan baik. Tak bertanya ini itu dengan banyak pertanyaan atau memasang muka cemberut. Nggak, ibumu tidak demikian.
Ibumu tetap melayani bapak dengan baik dan membiarkan bapak beristirahat dengan nyaman. Tanpa bertanya kenapa ndak pulang, bapak lebih dulu menjelaskan perihal tersebut.
Sebetulnya diawal pernikahan laki-laki itu sudah siap untuk mengayomi, mendidik, dan siap untuk memenuhi semua kebutuhan istri dan anak-anaknya nanti. Terkadang yang membuat mereka berubah salah satunya dari pasangannya sendiri. Yang mungkin terlalu menuntut banyak hal dan tidak memberikan rasa tenang itu. Memang manusia tidak ada yang sempurna, demikian juga dengan Bapak ataupun ibumu ini. Namun ada banyak hal kebaikan ibumu yang tidak bisa bapak sebutkan satu persatu. Biarlah bapak banyak doakan untuknya, biar Allaah yang balas dengan banyak kebaikan untuknya. Sekali lagi pernikahan itu adalah salah satu karunia yang harus disyukuri selama perjalanannya. Ujar bapak mengakhiri ceritanya.
Lalu malam harinya aku memutuskan untuk tidur dengan ibu sebelum menjadi istri esok harinya. Sebelum tidur banyak hal yang aku tanyakan, aku tak pernah merasa benar-benar begitu sangat dekat ketika saat itu juga. Salah satunya aku bertanya perihal cerita bapak tadi sore itu, mengapa ibu bersikap demikian dan demikian.
Ibu menjelaskan dengan bahwasanya yang apa adanya, "ketika seorang wanita telah memutuskan untuk menikah, maka seharusnya ia sudah paham perihal hak dan kewajiban serta konsekuensinya. bagaimana jika nanti pasanganku seperti ini, bagaimana jika nanti masuk fase seperti itu. Apalagi ketika seorang perempuan telah menjadi istri maka ia sudah mengerti bagaimana seharusnya berkhidmat untuk suaminya. Jika sudah paham dan mengerti bagaimana seharusnya bersikap, maka sudah sepatutnya kita harus memberi banyak udzur kepada pasangan kita. Saat itu ibu mencoba untuk memberi banyak udzur kepada bapak.
Tidak ada seseorang yang melakukan tanpa ada alasan. Dan bapakmu pasti sedang dikondisi yang demikian. Ibu mencoba belajar untuk mengerti, terkadang tidak semua kondisi bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya. Tidak semua kondisi bisa dijelaskan saat itu juga. Pernikahan itu ibadah terlama, dan dalam beribadah tidak semuanya berjalan menyenangkan sesuai dengan keinginan kita kan ya, nduk. Itulah mengapa sabar diperlukan untuk menjalani setiap prosesnya.
Intinya jangan pernah merasa paling capek, paling menderita, paling jenuh, atau paling sibuk. Jika nanti kamu menemukan kondisi yang demikian, cobalah kembalikan ke dirimu sendiri. Saat capek, jenuh dan kondisi tidak baik-baik saja, pasanganmu menuntut banyak hal darimu. Apakah kamu senang? Tentu tidak kan ya, maka diperlukan hati yang lapang untuk mengerti.
Jangan banyak menuntut hak sama manusia, sebab balasan terbaik adalah balasan dari Allaah. Karna kalau banyak menuntut dari manusia, kamu akan merasa capek sendiri dan tidak menemukan ketenangan nantinya. Serahkan semuanya sama Allaah, biar tenang.
Apa yang bisa kamu beri kepasanganmu nanti, berikanlah senampumu. Berkhidmatlah dengan totalitas untuknya, tidak akan sia-sia apa yang kamu berikan. Sebab sekecil apapun upayamu, Allaah melihatnya. Ketika sudah melakukan yang terbaik, jangan berkecil hati bila balasannya tidak sesuai apa yang kamu harapkan.
Berkhidmat itu yang menyenangkan hati suamimu, yang dimana suamimu betah dirumah sebab ia temukan ketenangan dalam rumahnya.
Empat tahun lalu nasihat ini aku simpan ditumblr, ku baca kembali. Dan aku menangis. Sebab memang benar, dalam sebuah pernikahan tidak hanya tentang aku saja melainkan dia juga yang menjadi kita.
Sebagaimana pengertiannya Ibunda Khadijah radhiyallaahu anha yang tanpa bertanya mengapa Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam tubuhnya gemetar dan meminta Ibunda Khadijah untuk menyelimuti Rasulullaah. Yang dengan totalitas berkhidmat dan menyerahkan seluruh harta, jiwa dan hidupnya kepada orang yang tercintanya. Itulah mengapa Ibunda Khadijah radhiyallaahu anha tinggal begitu lama dihati Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam.
Bukan perihal apa yang sudah pasangan berikan kepada kita, melainkan sudah sejauh dan semaksimal apa yang telah kamu lakukan untuknya karena Allaah. Maka mintalah kepada Allaah Ta'ala untuk menganugerahi rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Sebab rumah tangga sakinah adalah karunia Allaah yang harus terus dipintakan hingga akhir hayat..
للَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ
"Ya Allaah, satukanlah hati kami. Perbaikilah keadaan kami jalan-jalan keselamatan (menuju surga)." - HR. Abu Daud, no 969, dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu anhu.-
Pernikahan itu tidak tegak karena rupa yang elok atau harta, akan tetapi dia tegak dengan agama dan akhlak. (Syaikh Muhammad Mukhtar Asy Syinqithi rahimahullaah)
Akhlak, sabar dan saling mengerti masuk dalam kategori akhlak kan? Maka berakhlak dengan akhlak yang baik. Semoga Allaah menganugerahi kita semua pasangan yang menyejukkan mata dan hati. Yang menjadi penenangan dalam segala kondisi apapun. Allaah anugerahi kita rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah. Sehidup sesurga bersama.. aamiin..
Kontemplasi 9/11/19 - 9/11/23
783 notes · View notes
kafabillahisyahida · 3 days
Text
Jadilah orang yang haus ilmu, yang selalu merasa bodoh dan mau belajar, karena barangsiapa tidak mau merasakan lelahnya belajar maka dia harus menderita dengan perihnya kebodohan.
Belajarlah ilmu agama dan ilmu dunia sampai kamu ada di fase, ternyata menghasilkan uang itu mudah tapi kamu ga punya cukup waktu (umur) buat meraih semuanya . Sampai kamu mengerti bahwa dunia itu ga lebih berharga dari waktu.
Orang sukses itu bukan orang yang banyak uangnya tapi orang yang berkah waktunya(umurnya). Percuma menguasai dunia tapi ketika meninggal ga punya bekal apa-apa. Asing dengan keluarga, kehilangan cinta, tidak punya nilai bagi sesama, tak berharga di mata Tuhannya. Cari uang itu mudah, jadi sukses itu yang susah tapi lebih susah lagi kalau ga sukses.
53 notes · View notes
terusberanjak · 1 year
Text
Menikah ialah tentang bertahan di antara berbagai perbedaan. Menikah ialah tentang saling memaafkan di kala amarah meruak. Menikah ialah perihal saling memaklumi. Menikah ialah saling menahan ego dan merasa paling tinggi. Menikah ialah saling mendukung untuk menjadi sebaik-baiknya hamba untuk Allah.
Menikah itu bukan perihal mencari persamaan, sayang. Bukan. Sebab sampai kapanpun takkan pernah kau temui yang secara utuh sama persis dengan dirimu. Menikah itu tentang bagaimana engkau bahagia melihat kebaikan pasanganmu dan memahami kekurangannya.
Jadi, bisakah kita fokus saja kepada Allah dan terus berjuang saling menguatkan untuk menjadi salah satu di antara hamba Allah yang Allah serukan kepada malaikat Jibril bahwa Allah mencintainya?
@terusberanjak
576 notes · View notes
ulvafdillah · 11 months
Text
Terbuat dari apakah hati para lelaki?
Yang dengan mudah mempermainkan perasaan perempuan.
Yang dengan mudah menabur benih-benih janji namun berisi kepalsuan.
Terbuat dari apakah hati mereka?
Yang telah menikah, berkeluarga dan memiliki anak namun masih saja bermain mata di luar rumah.
Yang telah menikah dan dengan mudah berkirim chat mesra kepada selain istrinya.
Tidakkah ketakutan menyelimuti dadanya?
Perihal kecewa yang bisa hadir dari sorot mata perempuan yang ia nikahi dengan penuh perjuangan.
Atau perihal tatapan benci dari anak-anaknya yang mengetahui jika pemimpin keluarga mereka justru berlaku keji.
Terbuat dari apa hati mereka, para lelaki itu?
Yang memandang perempuan hanya sebatas pelampiasan nafsu.
Yang menilai perempuan hanya dari segi harta, tahta dan jabatan semu.
Yang menganggap bahwa nafkah seorang suami kepada istri hanya seputar isi perut dan hubungan biologis.
Terbuat dari apa hati para lelaki seperti itu?
Yang hadir di tengah-tengah rumah hanya pada saat perutnya keroncongan.
Atau ketika telah bosan bermain di luar selama seharian.
Yang mendatangi istri hanya saat ada keperluan.
Terbuat dari apakah hati para lelaki?
Yang dengan tega mengkhianati kepercayaan sang istri.
Yang dengan mudah ingkar janji.
Yang tak pernah sadar dan memahami bahwa hakikat pernikahan adalah perihal mengubah dan meninggalkan banyak kebiasaan.
Terbuat dari apakah hati mereka?
Yang telah dibersamai, dihormati, dilayani namun perihal menghargai dan memuliakan istri saja, mereka tak tahu caranya.
Mereka seolah buta, tuli dan mati rasa jika berkaitan dengan istri dan keluarga.
Mereka bekerja hanya untuk memenuhi tanggung jawab perihal nafkah berupa uang dan harta. Tapi pada hakikatnya mereka pelit, kikir dan perhitungan.
Terbuat dari apakah hati mereka? Para lelaki itu.
01.17 a.m || 30 Mei 2023
188 notes · View notes
inikumi · 9 months
Text
Keharmonisan sebuah rumah tangga itu di bangun bersama.
Jika salah, ya dibenahi, jika ada kekurangan, ya dilengkapi. Sama-sama. Saling bekerja sama diantara keduanya. Suami maupun istri.
Jika istri yang nyuci baju, suami juga bantu ngelipet baju, Misalnya.
Jika istri sibuk seharian jaga anak, suami juga bantu yang lain. Sama-sama.
Saling bekerja sama.
Yang satu lagi merasa ribet, sedangkan yang satu nya main hp.
Bukan sibuk salah satu nya, sedangkan yang satu ngangkang-ngangkang kaki.
Bukan juga memerintah seenaknya saja, melainkan menanyakan terlebih dulu.
“Yang, kamu lagi sibuk apa? boleh minta tolong?”
Ini sopan-santun. Saling menghargai.
Juga jaga komunikasi. Mengkomunikasikan apapun, termasuk hal yang terlihat sepele. Dan perlu juga saling menghargai. Bukan malah menceloteh “ngomong apasi bun?”
Terkadang berpura-pura lugu untuk bisa berkomunikasi panjang adalah seni untuk membuka topik lain.
Mari saling belajar menghargai.
@pangkalanbun, 12 Agustus 2023
59 notes · View notes
namanyayani · 11 months
Text
Caraku Mensyukuri Keberadaanmu
Setiap kali ada kekuranganmu yang terlihat di mataku yang membuatku akan murka, sisiku yang lain mengingatkanku kembali perihal kelebihan-kelebihanmu yang mampu membuatku lebih bersyukur memilikimu, dengan begitu saat kita berdua ada masalah, masalah itu tidak sampai keluar pintu rumah kita, cukup aku dan kamu serta Allaah saja yang tahu permasalahan kita berdua.
Dan sisi itu pula yang selalu membisikan perihal aku dan kamu bukanlah malaikat atau bidadari yang begitu sempurna, kita adalah dua yang saling menyempurnakan untuk menuju baik berdua, dan berharap kekal bersama juga di jannah-Nya kelak.
- @namanyayani
45 notes · View notes
maitsafatharani · 2 years
Text
Bersyukur dan Bersabar
Kemarin lusa, agenda kami di Terus Membaca adalah ulas buku personal yang disajikan oleh Mbak Mahar. Buku yang diulas berjudul: Karena Menikah Tidak Sebercanda Itu karya Amar ar Risalah.
Aku baru berkesempatan untuk ikut serta setelah ulasan berakhir, dan sesi sharing antar anggota tengah berlangsung. Sebagai salah satu anggota klub yang sudah menikah, sesuai prediksi, aku jadi salah satu ‘narasumber’ yang ditanyai.
“Gimana Maitsa, pengalamannya setelah berumah tangga, apa masih ada males-malesnya kayak waktu single, atau jadi lebih rajin?”
Pertanyaan ini dilontarkan kepadaku, karena sebelumnya ada statement: “bangun pagi saja malas, gimana mau bangun rumah tangga?”
Polemik setiap manusia single sepertinya, yang bawaannya kepingin nyantai terus begitu, kan. Lalu dihadapkan pada realita rumah tangga yang semua jadi tanggung jawab sendiri, alias tanpa backup-an dari orangtua lagi, cukup membuat ketar-ketir. Bisa tidak, ya?
Aku merasakan hal yang sama, by the way.
Sebelum menikah, aku juga punya banyak kekhawatiran. Kekhawatiran ini muncul karena aku yang memahami diriku sendiri. Aku sangat tahu, bahwa aku punya banyak kekurangan disana-sini. Dan kekhawatiran ini, di beberapa momen tertentu bisa memicu overthinking dan perasaan bersalah. Iya, perasaan bersalah. Aku pernah merasa khawatir, besok kekurangan-kekuranganku menjadi sesuatu yang menjadi penyebab masalah di rumah tanggaku kelak. Khawatir, pasangan tidak bisa menoleransi kekurangan-kekurangan itu. Ekstremnya, aku bisa merasakan takut, jika nanti menjadi istri dan ibu yang tidak berguna dan bertanggung jawab. Lalu pasanganku yang harus kerepotan membenahi ini-itu.
“Aku merasa, setelah menikah aku dapat banyak pertolongan Allah.” Jawabku. “Ada banyak ketakutan, ini aku cerita ya, salah satunya karena kekuranganku yang sulit sekali mendengar bunyi alarm.”
Teman-temanku sedikit kaget mungkin mendengarnya, karena aku pernah menjadi penanggung jawab program bangun pagi di komunitasku. Ada pula beberapa orang turut mengamini bahwa mereka juga punya keluhan serupa.
“H-2 menikah aku masih sulit mendengar bunyi alarmku. Aku kadang terpikir, bagaimana jika besok berumah tangga masih begini. Lalu saat besok punya anak, orangtua harus sigap saat anak terbangun di tengah malam. Aku sering bertanya-tanya, dan ketakutan, apakah aku bisa melakukan hal-hal seperti itu di saat pendengaranku seperti tidak berfungsi saat aku benar-benar terlelap. Bukan karena malas, tapi karena memang tidak kedengaran.”
Bahkan, kekuranganku yang satu ini pernah kusebutkan dalam doa. Sudah berbagai cara kutempuh rasanya, supaya bisa bangun dengan bunyi alarmku. Tetapi cara-cara itu hanya berfungsi sekali dua kali. Tidak bisa selamanya. Di titik tertentu, aku merasa hanya Allah yang bisa menolongku.
“Anehnya, setelah menikah dan pindah domisili, tiba-tiba pendengaranku seakan kembali berfungsi. Dia bisa mendengar suara alarm.” Lanjutku.
“Aku mengira, keajaiban ini hanya karena aku yang baru pindah, sehingga telingaku belum bisa ‘tidur pulas’. Tapi ternyata, berlanjut ke hari-hari berikutnya, dan sampai saat ini, aku masih bisa mendengar alarm dengan baik. Biasanya semasa single aku hanya bisa mendengar alarm ke-5 - dari serangkaian serial alarmku - menjelang subuh, sekarang sejak alarm pertama, aku bisa mendengarnya. Ya Allah, alhamdulillah.”
Selain ini, masih ada banyak hal lain yang kurasa impossible kulakukan setelah berumah tangga. Nyatanya bisa, dan tidak semenakutkan itu. Tapi namanya manusia, memang senang memperkeruh pikiran sendiri. Kekhawatiran yang memudar, kini berganti. Bagaimana jika besok diamanahi anak dan aku tidak mampu merawat dan mendidiknya dengan baik? Bagaimana jika besok kesibukan kami dalam sekolah dan bekerja menjadi batu sandungan untuk membesarkan anak kami? Dan begitu seterusnya.
Tapi sekarang, aku belajar dari pengalamanku. Aku banyak berdoa, semoga Allah juga membantu kami untuk seterusnya. Tanpa pertolongan-Nya, kami mungkin tidak akan sanggup.
Kemudian kami membahas tentang kriteria pasangan. Cari pasangan terbaik, tapi jangan lupa, dia tetaplah manusia biasa yang Allah tutupi aibnya. Adalah kalimat yang juga mengena bagiku.
Aku merasa, kebaikan yang selama ini orang lain lihat dariku, itu semata karena Allah yang Maha Baik menutupi aib-aibku. Pembahasan ini membuatku teringat akan sebuah nasihat dari Mbak Hajiah, sebelum aku menikah dan seringkali mengutarakan kekhawatiranku.
“Besok setelah menikah, banyaklah bersyukur atas kekurangannya, dan bersabarlah atas kelebihannya.”
Konsep ini unik, mungkin terkesan terbalik. Biasanya kita cenderung akan bersyukur jika melihat kelebihan, dan harus berupaya bersabar jika melihat kekurangan. Tapi, sampai hari ini aku merasa konsep ini benar-benar berlaku. Kalau kata yang memberi nasihat, konsep ini perlu ditanamkan supaya rumah tangga lebih terasa adem.
Saat melihat kekurangan pasangan, bersyukurlah, pasanganmu masih manusia biasa, dia bukan malaikat. Kekurangannya, syukuri sebagai kesempatanmu untuk membantunya. Sebaliknya, saat melihat kelebihannya, bersabarlah, ini saatnya kamu menerima dengan lapang dada pemberian pasanganmu. Jangan merasa bersalah karena merasa banyak diberi dan dibantu. Karena rumah tangga sendiri isinya memang tolong-menolong, kan?
Semoga tulisan ini menjadi pengingat, kalau nanti dalam perjalanannya akan ada hal-hal yang berjalan tidak mulus, ada emosi yang naik dan turun, ingat-ingat selalu tentang syukur dan sabar. Dan semoga, selalu ingat bahwa bukan hanya kita yang harus berusaha menjaga keutuhan rumah tangga dengan segala cara. Tapi juga, libatkan Allah di setiap langkah kaki kita. Pada urusan-urusan yang bahkan, kita anggap remeh pada mulanya.
Pamekasan, 16 Oktober 2022
76 notes · View notes
dikimarlina · 1 year
Text
Saling Menemani
Kami sepenuhnya sadar, bertemu dengan banyak kurang. Tidak buruk untuk saling diterima, tapi tidak juga 100% sempurna dalam kriteria. Tak mengapa, kami sadar kami adalah manusia biasa.
Usai terucap dan terdengarnya akad, kami bertekad untuk saling menemani. Mendukung proses tumbuh satu sama lain dengan kecepatan semampunya.
Alhamdulillah, sudah lebih baik. Meskipun tentu saja masih banyak kurangnya.
Kami yakin, selalu memandang kurangnya pasangan adalah sumber kesengsaraan. Namun, selalu merasa penuh kelebihan dan keindahan adalah suatu kebanggaan yang melenakan dari upaya perbaikan dan kesombongan yang merugikan. Rumah tangga kami memiliki lebih dan kurang.
Saling menemani sampai mati. Saling mengobati kelelahan. Saling mengevaluasi kegagalan. Saling menghibur jika dilanda keterpurukan. Saling merayakan sekecil apapun kemajuan.
19 notes · View notes
chynatic · 11 months
Text
Growing Up Without a Father
“Indonesia jadi negara “fatherless” country ketiga di dunia, sosok ayah dinilai ada dan tiada.” ― Folkative Beberapa waktu lalu ketika membuka timeline Twitter, muncul sebuah cuitan keprihatinan tentang minimnya kesadaran para lelaki untuk mengikuti kelas pranikah di sebuah biro jodoh Islami. Nggak tanggung-tanggung perbandingannya: 5 ikhwan, 600 akhwat. Disappointed, but not surprised 😁 Coba…
Tumblr media
View On WordPress
8 notes · View notes
chs11sep · 4 months
Text
Setiap perempuan selalu memimpikan seorang pasangan, pemimpin, imam, sekaligus sahabat yang bisa dijadikan acuan dalam hidupnya. Yang selalu bisa mendukungnya, membimbingnya, dan menasihatinya dengan perkataan lembut yang penuh cinta.
Tapi nggak semua laki-laki bisa seperti itu. Mereka besar akan ego dan rasa lebih tahunya, atau mungkin kasarnya "sok tahu". Seakan dia lebih tahu dan lebih benar, lalu menyampaikan apa yang ada dalam kepalanya kepada orang yang dia sayang dengan kata-kata yang dia sendiri nggak pernah sadar kalau apa yang keluar dari mulutnya telah menyakiti hati perempuannya.
Pantaskah seorang imam lebih mendahulukan ke-egoannya agar terlihat baik di mata orang lain, tapi tidak peduli dengan situasi, kondisi, dan perasaan makmumnya (perempuannya)?
Bisakah kalian membedakan mana nasihat dan mana justifikasi, mana yang sopan dan mana yang tidak sopan?
Hal paling menakutkan dalam kehidupan rumah tangga mungkin salah satunya adalah ego yang kadang susah untuk diturunkan. Perbedaan sudut pandang yang selalu berhenti di itu itu saja. Kadang, orang yang merasa punya lebih kecukupan, tak selalu mau tahu dengan perasaan orang lain di bawahnya, sekalipun orang lain itu adalah orang yang dia sayangi. Hidup acapkali selucu itu.
2 notes · View notes
taufikaulia · 3 months
Text
Penting untuk mendidik anak agar memiliki kecerdasan emosional yang baik. Karena kalau tidak, ini sama halnya dengan mengacaukan hidup seseorang di masa depan, yaitu hidup orang yang kelak menjadi pasangan anak kita.
—@taufikaulia
468 notes · View notes
andromedanisa · 5 months
Text
Melewatkan orang baik..
Tidak ada yang akan kusesali nantinya melewatkanmu ataupun menunggumu. Diantara keduanya ada konsekuensi yang akan memintaku saat aku memilih. Namun satu hal yang aku syukuri, setidaknya aku pernah diperjuangkan dengan sebagaimana mestinya. Meski pada akhirnya masing-masing dari kita memilih diam dan pergi untuk saling menjauh.
Tidak semua perjumpaan akan berujung pada kesepakatan. Tidak semua yang bertemu akan selalu bersama. Demikian, bukan?
Melewatkan orang baik itu nyata adanya. Edisi nemenin ibu jalan-jalan pagi. Pagi ini bertemu dengan salah satu teman pengajian ibu.
Ibu Y: ".... mba dandelion (nama disamarkan) qadarullaah nggak bisa lanjut proses kemarin, Bu."
Keluarga kami cukup dekat sehingga ibu Y seringkali bercerita banyak hal dengan ibuku.
Ibu Y: "Saya sedikit kepikiran, Bu. mba Dandelion setelah proses ta'aruf dengan Ikhwan tersebut, akhir-akhir ini lebih sering menangis, lebih menutup diri dari biasanya. Tapi setiap kali ditanya, jawabannya selalu diam dan memilih menghindar. Barangkali mba Nisa bisa ajak mba Dandelion ngobrol-ngobrol ya. Dari kemarin pengen ngobrol sama Nisa katanya. Tapi takut ganggu mba Nisa."
aku: "nggeh, Bu. Nanti saya coba chat mba Dandelion lebih dulu. Bertanya kabar, semoga bisa sedikit terbuka dengan saya."
Ibu Y: "ikhwan ini datang kerumah menegaskan bahwa tidak bisa melanjutkan proses ta'aruf. Mas F (inisial Ikhwan yg sedang proses) datang dengan kakaknya untuk menegaskan.
Awalnya mba Dandelion mengabarkan kalau akan ada seorang laki-laki yang Alhamdulillaah sudah ngaji dan Insya Allaah baik pemahaman agamanya. Suami saya menyambut dengan senang perihal kabar baik itu. Dan atas izin Allaah keduanya bertemu dan memutuskan untuk proses ta'aruf. keduanya ini saling tertarik dan merasa cocok satu sama lain. Delapan kali datang kerumah dan saling terlibat pembicaraan bersama.
Mas F bilang kalau belum bisa datang bersama bapak ibunya untuk meminta mba Dandelion dikarenakan ibunya sedang dalam kondisi sakit.
Kamipun paham kondisi mas F, dan kami mencoba memberikan garis ketegasan untuk anak perempuan kami satu-satunya ini. Bapaknya (suami saya) tidak ingin putri kesayangannya ini tidak ada kejelasan status. Bapaknya meminta agar ada kejelasan bagaimana kelanjutan dari proses ta'aruf ini. Akhirnya mas F mengatakan akan segera mengkhitbah mba Dandelion dengan cincin pemberian dari Ibunya.
Ketika waktu yang sudah dijanjikan akan datang untuk mengkhitbah, qadarullaah Ibu mas F Allaah panggil lebih dulu (meninggal dunia). Sehingga ini butuh waktu tiga minggu untuk melanjutkan kembali. Dalam waktu tiga minggu, mas F mengabarkan bahwa setelah ibunya meninggal dunia. Ayahnya jatuh sakit. Satu minggu setelah mendapat kabar sakitnya, kami mendapat kabar bahwa ayah mas F tersebut meninggal dunia.
Setelah dua minggu sepeninggal ayahnya, mas F tersebut datang kembali kerumah dengan saudaranya untuk menegaskan kembali bahwa ia akan tetap maju untuk meminang mba Dandelion. Namun butuh waktu untuk membicarakan hal tersebut dengan keluarga besar seperti saudara dari Ayah dan Ibunya sebagai perwakilan yang dituakan. Kamipun menyepakati, karena kami mencoba memahami tentang ujian demi ujian yang mas F lalui.
Dua Minggu berlalu, mas F ini mengabarkan via chat. Yang intinya masih butuh waktu untuk meyakinkan keluarga besarnya untuk melangkahi kakak perempuannya yang belum menikah dan belum memiliki calon. Kata keluarga besarnya, kasihan jika dalam suasana duka seperti ini, kakak perempuannya harus ditinggal apalagi dilangkahi oleh adik laki-lakinya untuk menikah.
Dalam adat jawa, tabu jika ada seorang adik melangkahi kakaknya untuk lebih dulu menikah. Apalagi jika itu adalah adik laki-laki melangkahi kakak perempuannya. Meski mas F ini sudah paham tidak ada demikian dalam agama, namun keluarga besarnya masih kekeh memegang adat demikian.
Sampai satu titik, mba Dandelion meminta kejelasan bagaimana ujung dari proses ini. Akhirnya mas F datang dengan saudaranya lagi untuk menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Bahwasanya ia meminta diberi waktu untuk mencarikan calon untuk kakak perempuannya ini sampai akhir tahun ini agar bisa menikah. Harapannya agar ada yang menjaga kakak perempuannya. Setelah kakak perempuannya mendapat jodoh barulah ia bisa dengan lapang menikah.
Mendengar hal itu mba Dandelion memberikan tanggapannya, bahwasanya ia tidak bisa lagi memberikan waktu.
"Lebih baik dicukupkan sampai disini saja. Tidak usah melanjutkan. Saya tidak ingin terus-terusan dalam kondisi status berproses dengan seorang Ikhwan yang belum terlihat kejelasannya untuk sebuah komitmen. kita cukupkan sampai disini saja, jika memang berjodoh maka kita akan bertemu lagi dengan cara baik dan waktu yang terbaik menurut Allaah. Saya tidak ingin menunggu sesuatu yang semu. Saya tidak ingin membatasi diri saya dengan menunggu seseorang yang belum tentu akan menjadi jodoh saya. Saya tidak mau membuka pintu-pintu syaithan dengan mengatasnamakan ta'aruf. Ta'aruf kita sudah berjalan kurang lebih 7 bulan dengan delapan kali pertemuan ini. Saya tidak ingin menutup banyak kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Iya, kalau sampai akhir tahun kakak perempuan mas bertemu dengan jodohnya. Kalau masih belum menemukan, bgaimana dengan saya? apakah masih harus menunggu lagi? Saya tidak ingin demikian, ini akan membuka pintu fitnah untuk kita dan keluarga masing-masing. Saya mohon maaf selama proses kata-kata dan sikap saya menyakiti hati mas dan keluarga mas. Semoga setelah ini Allaah beri kita kelapangan hati dan ganti yang lebih baik lagi." Jawaban mba Dandelion saat itu didepan kami semua.
Jelas Bu, saya menangis saat itu juga. Saya kaget anak perempuan saya langsung memutuskan demikian. Suami saya mencoba memahami kondisi anak perempuannya. Dan memutuskan untuk tidak melanjutkan proses ta'aruf ini dengan berat hati.
"semoga kita masih tetap menjadi saudara muslim yang baik ya mas, entah nanti kalian berjodoh atau tidak. Semoga ini adalah keputusan yang terbaik untuk kalian berdua." Ucap Bapaknya mba Dandelion.
"baik, pak. Ngapunten sanget jika saya membuat mba Dandelion dan keluarga kecewa atas sikap saya. Saya bisa memahami keputusan MB Dandelion. Insya Allaah, jika nantinya kakak perempuan saya sudah menemukan jodohnya tahun ini. Dan mba Dandelion masih belum menikah atau masih belum proses ta'aruf dengan siapa-siapa. Semoga masih diizinkan untuk menyambung silaturahmi nantinya ya. Saya meminta maaf untuk segala ucap, tindakan dan hal-hal lain yang kurang berkenan. Semoga Allaah berikan yang terbaik setelah ini." Jawaban mas F saat itu.
Dia Ikhwan yang baik, saya bisa melihat sikap dan kesungguhannya dalam mengupayakan, bu. Selama proses, saya dan suami menyelidiki latar belakang dan keseharian mas F. Bertanya beberapa hal pada tetangganya, dan suami saya juga pernah bertemu dengan mas F dalam barisan sholat subuh berjamaah. Masya Allaah, sekali memang.
Saat mas F berpamitan dan merangkul suami saya, saya melihat mas F menangis dan mengucapkan salam dengan suara yang gemetar. Sementara mba Dandelion langsung masuk kamarnya dan terdengar suara tangisannya.
Saya menangis, suami saya terlihat begitu sedih. Beberapa kali gagal ta'aruf baru kali ini mba Dandelion saya mendengar suara tangisannya. Kami mencoba lapang untuk terus menguatkan satu sama lain. Untuk tetap berbaik sangka kepada Allaah. Tahun ini mba Dandelion berumur 36 tahun, Bu. Hati saya ikut remuk setiap kali harus melihat kegagalan demi kegagalan proses ta'aruf mba Dandelion." Ungkap ibu Y dengan suaranya yang lirih dan menangis.
aku dan ibu hanya bisa saling menatap dan membisu. Ibu menangis seraya memeluk ibu Y untuk menguatkan.
~*
Barangkali kita pernah..
Merasa begitu beruntung ketika diingini oleh seseorang yang begitu baik, didoakan dalam banyak kebaikan, diberi hadiah tanpa melewati batas syariat, saling tak bersua namun saling mengupayakan.
Barangkali kita pernah..
Menjadi begitu istimewa ketika diperjuangkan, begitu bahagia saat kita mengetahui kita adalah seseorang yang diperjuangkan diantara orang-orang baik yang mengupayakannya.
Barangkali kita pernah..
Menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalanannya. Meski pada akhirnya ketetapan Allah yang menjadi pemenangnya..
Barangkali kita pernah..
Melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. Sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
Barangkali kita pernah..
Dibuat takjub atas perjalanan yang Allaah kehendaki. Sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
Barangkali benar, tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. Cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. Menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. Pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
*saya sudah izin kepada ibu Y dan mba Dandelion untuk menuliskan kisah ini dimedia sosial saya. Semoga Allaah tolong dan memberikan kelapangan serta ganti yang lebih baik.
338 notes · View notes
kafabillahisyahida · 1 year
Text
Bagaimana jika ternyata rezekimu adalah cinta Allah Kepadamu?
Yang terwujud dalam berbagai ujian untuk menggenapkan pahalamu menaikan derajatmu.
Karena Dia ingin sekali memberimu surga yang tak dapat dicapai oleh amal salehmu, yang tidak dapat digapai dengan taubatmu.
850 notes · View notes
terusberanjak · 1 year
Text
"Mari saling meredam ego. Mari saling membahagiakan satu sama lain selama diberi kesempatan hidup. Sebab bila nanti salah satu dari kita harus pergi tanpa kembali, bukankah akan begitu menyedihkan bila kita tak melakukan yang terbaik untuk kita saat kita masih hidup? Bukankah nanti kita akan dihantui rasa menyesal?"
@terusberanjak
255 notes · View notes
wedangrondehangat · 2 years
Text
Tumblr media
Ketika Telah Menggenap •
Ternyata ketika sudah punya pasangan jadi berasa normal banget sebagai perempuan pada umumnya yang pengen dikabarin, pengen didengerin, pengen dibantuin.
Dulu, apa-apa dikerjakan sendiri seringnya. Ngeliat orang-orang yang bergantung pada pasangannya rasanya aneh banget, kenapa nuntut untuk selalu dikabarin, nuntut perhatian, dan lain-lain. Ternyata, oh, wajar ya.. (ketawa dalam hati)
Sudah gitu biasanya barengan terus, tiba-tiba ldr jadi kayak adfghjklm aneh banget. Keluar naik motor sendirian aja bisa bikin melow. Super aneh. Padahal dulu naik motor keluar kota sendirian juga biasa ajaaaa.
Hampir seharian nggak dikabarin masa ngerasanya kayak dilupain hahahahaha aneh banget. Itulah bun sebagai manusia harus punya kesibukan biar nggak suka meratapi nasib.
Tapi di balik perasaan-perasaan seperti ini, ada rasa syukur yang begitu besar karena bisa merasakan hal ini, perasaan ini; perasaan ingin bertemu yang berkecamuk, perasaan resah karena tak kunjung dikabari, perasaan sepi seperti menghadapi dunia hanya seorang diri. Sekaligus tersisipi sebuah pelajaran bagaimana menghargai kebersamaan, memahami keadaan bahwa dalam hidup kadang ada jarak-jarak yang tercipta demi kebaikan bersama, memahami bahwa pentingnya memahami keadaan satu sama lain, saling pengertian, saling berlomba memberi perhatian di tengah kesibukan.
Jadi semakin yakin bahwa Allah-lah yang mempersatukan ruh-ruh, membuat pasangan suami istri saling mencintai dan memikiran satu sama lain, yang menghidupkan rasa-rasa itu karena insannya pun merawat rasa berlandas ibadah, bukan dalam balutan hubungan-hubungan tanpa arah.
Kata ustadz Salim, saling mendoakan lebih penting daripada berjumpa; dan bertemu sesekali lebih menguatkan cinta daripada selalu bersama. Uuuuuh.
Diiyakan karena ketika berjauhan hanya ada rasa ingin bertemu, tapi manakala selalu bersama artinya siap menghadapi banyak perselisihan yang tiada habisnya, mereda setelah akhirnya saling berpelukan.
Salam, pejuang Ldr.
_
Yk, 23 Okt '22 | 22.39
31 notes · View notes