Tumgik
#sakit pergelangan tangan tiba tiba
gramafitnyerisendi · 2 years
Text
KUALITAS OKE, Tlp 0878-8138-9755 Toko obat herbal nyeri sendi di tangan GRAMAFIT
Tumblr media
"Toko obat herbal nyeri sendi di tangan KLIK https://wa.me/6287881389755, obat tradisional untuk nyeri sendi tangan Buleleng, nyeri sendi lutut bahu dan jari tangan Tapak Tuan, cara menghilangkan nyeri sendi di tangan Karangasem, obat nyeri sendi lengan kiri Palopo, sakit pergelangan tangan selepas bersalin MojokertoManfaat GRAMAFIT: 1. Boswellia Serrata berkhasiat untuk mengurangi rasa nyeri akibat radang sendi 2. Mencegah inflamasi dan mengurangi rasa sakit 3. Memelihara kesehatan sendi dan tulang 4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh 5. Membantu memelihara ligamen pada tulang 6. Membantu dan mencegah osteoporosis dan osteoarthitis 7. Melawan infeksi pada tubuh 8. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan kolesterol Terdaftar BPOM: POM TR 202355231 Pemesanan & Konsultasi Hubungi Endang Wa:0878-8138-9755#caramengatasinyerisenditanganpati, #mengobatinyerisenditanganpalu, #nyerisenditanganyapadalarang, #sakitsenditangankirikedawung, #obatnyerisenditelapaktangankisarantimur, #nyerisenditanganzyloricmungkid, #nyerisendijempoltangangodean, #latarbelakangtenismejacisarua, #obatalaminyerisendijaritanganpurwodadi, #pergelangantangankecilkurusgunungjati"
0 notes
juicy-moonrose · 2 years
Text
Tumblr media
Chapter [ 4 ]
2022
Rumah Letta
Letta menuruni anak tangga di rumahnya dengan terburu-buru, saat sampai di bawah dia langsung menuju dapur, dan melihat Nando sang adik, duduk di salah satu kursi pantry yang sedang sibuk dengan Laptop di hadapannya.
“Weekend gini masih sibuk sama kerjaan aja.” Gumam Letta saat melirik layar Laptop Nando yang dilayarnya seperti menampilkan bagan perusahaan, entah lah apa itu Letta tidak begitu mengerti.
“Ayah sama Bunda kemana?” Tanya Letta ketika menyadari tidak ada kehadiran kedua Orang Tuanya.
“Bunda lagi ngurusin catering, Ayah biasa habis anter Bunda main golf sama temen-temennya.” Jawab Nando.
“Mau jalan Kak?” Tanya Nando setelah melihat penampilan Letta yang super duper rapih.
“Ho’oh, kayak biasa.” Jawab Letta.
“Ohh, ngedate sama Mas Dylan?” Tanya Nando tersenyum jahil.
“Apa kata lo Dek!” Kata Letta sambil memutar kedua bola matanya, merasa jengah karena orang-orang terdekatnya selalu berkata seperti itu.
“Lo berdua itu sebenernya kayak gimana sih?” Tanya Nando penasaran. Dia jadi mengalihkan perhatiannya ke Letta, satu-satunya makhluk hidup yang paling jahil dan ga mau kalah dengan dirinya. Tapi jangan salah, Nando sangat menyayangi saudara perempuan satu-satunya ini.
“Kayak gimana apanya?” Letta sebenarnya mengerti arah pertanyaan Nando, tapi dia hanya berpura-pura tidak mengerti.
“Kalian udah temenan lama banget, masa ga ada kemajuan dalam status hubungan?” Lanjut Nando.
“Ga ada ya Nan, Gue sama Dylan cuman sahabatan—” Ucapan Letta terpotong oleh tawa dan ucapan Nando.
“Hahaha cewek-cowok sahabatan, ga mungkin salah satu dari kalian ga ada yang punya perasaan lebih dari sahabat. Apalagi kalian sahabatan udah lama banget, berapa tahun?” ucap Nando.
“Lima Tahun” Jawab Letta singkat.
“Nah!! Lima Tahun bukan waktu yang singkat. Gue sama Aira aja yang tadinya temen berantem, sekarang malah jadian.” Lanjutnya. Setelah berkata seperti itu Nando kembali ke kerjaannya dan hanya melirik Letta, melihat perubahan wajah Letta.
“Puas banget bikin Kak Letta mikir, hahaha.” Gumam Nando dalam hati.
Sebenarnya mereka berdua sama-sama jahil, semakin mereka beranjak dewasa, malah Nando yang makin sering menjahili Letta, ya contoh kecilnya seperti tadi.
Sementara itu Letta hanya terdiam dan memikirkan semua ucapan Nando, tidak lama dari itu terdengar suara mobil. Letta pun mengenali suara mobil tersebut dan beranjak dari dapur sekalian menghindari Nando yang seringkali berkata blak-blakan.
Letta pun membuka pintu kayu rumahnya, saat pintu terbuka ,dan terlihat Dylan yang sedang masuk ke pekarangan rumahnya, kemudian berjalan menuju Letta yang tiba-tiba berdiri terpaku di teras rumahnya.
***
Letta Pov. Start
“Huh Nando ngomong apa sih?” gumam Gue dalam hati.
“Tapi omongan tuh anak ada benernya juga sih. Sial! Gue jadi kepikiran!” Lanjut Gue.
Gue melihat benda cantik yang melingkar di pergelangan tangan Gue, gelang pemberian Dylan. Entah ini barang yang keberapa yang diberikan olehnya, terlalu banyak barang yang dia berikan, “Apa iya Dylan ada perasaan ke Gue? Atau justru Gue?” Gue menggeleng untuk menghilangkan pikiran yang terlintas tadi. Kemudian terdengar suara mobil dari depan rumah, suara mobil yang sangat Gue hapal.
“Dylan!” Gumam Gue senang, Gue pun melangkah keluar untuk menghampirinya, pas Gue udah sampai di pintu depan dan buka pintu, Gue ngeliat Dylan dengan kemeja putihnya yang bergaris-garis hitam berjalan ke arah Gue. Ga tau kenapa Gue jadi terpaku melihat penampilan Dylan yang seperti itu, padahal Gue udah sering ngeliat dia dengan style seperti saat ini.
“Hey, kamu kenapa? Sakit?” Suara Dylan membuyarkan lamunan sesaat Gue tadi.
“Hah— I’m ok.” Jawab Gue setelah sadar kalau Dylan sudah berdiri di hadapan Gue. “Huh! Kenapa tiba-tiba Gue jadi salting gini.” Guman Gue dalam hati.
“Mau langsung?” Tanya Gue untuk mengalihkan ke-saltingan Gue.
“Sebentar ya, mau ketemu Nando dulu. Gapapa kan, nunggu sebentar?” Kata Dylan.
“Gapapa.” Jawab Gue singkat.
Dylan melangkah masuk membelakangi Gue, tapi tiba-tiba dia berbalik dan berjalan mendekat ke Gue.
“Kamu cantik banget hari ini.” Ucap Dylan dengan senyuman khasnya, lalu dia kembali berbalik, dan melangkah menghampiri Nando yang masih ada di dapur.
Ucapan Dylan barusan membuat Gue kembali terpaku. Gue ngerasa muka Gue mulai memanas dan memerah, “Sialan! Gara-gara omongan Nando tadi nih pasti!!” Dumel Gue dalam hati.
Gue mengekori Dylan ke dapur, mengambil segelas air dingin, dan langsung menegaknya hingga habis.
Gue memperhatikan Dylan dan Nando yang sibuk menatap Laptop dihadapan mereka, dan mata Gue berhenti ke sosok Dylan yang berdiri di sebelah Nando.
“Kayak ada yang beda dari Kamu.” Kata Gue dengan mata Gue yang masih ngeliat ke arah Dylan.
“Kamu— cat rambut lagi?” Tanya Gue, ketika menyadari perubahan rambut Dylan kembali menjadi hitam.
“Iya, di tegor Papa. Hehe.” Jawab Dia dan kembali lagi sibuk membantu Nando.
“Lagian udah dikasih tau belagu.” Kata Gue yang masih memperhatikan Dylan.
Kerena merasa bosan, akhirnya Gue meninggalkan mereka berdua, dan menunggu Dylan di ruang tamu. Entah apa yang mereka bicarakan, urusan para pewaris perusahaan keluarga.
“Udah ngerti?” Samar-samar terdengar suara Dylan yang bertanya ke Nando.
“Udah, makasih Mas, Gue ga tau gimana kalo lo ga bantuin.” Jawab Nando.
“Gue jalan dulu ya.” Kemudian terdengar Dylan pamit ke Nando.
Gue merasakan kehadiran Dylan dibelakang Gue, “Yuk.” Ajak Dylan sambil mengelus pucuk kepala Gue dengan lembut dan Gue merasa ada yang berbeda saat Dylan melakukan hal tersebut.
“Lah malah diem, ayok cantiknya Dylan.” Ucap Dylan, membuat Gue sempat tersipu karena ucapannya.
“Aku tuh emang cantik dari lahir, hohoho.” Kata Gue sambil mengibaskan rambut panjang Gue yang terurai.
“Hahaha, terserah kamu deh Lett,” ucap Dylan tertawa, “ayok, nanti keburu kesiangan.” Ajak Dylan.
***
Gue dan Dylan berangkat menuju ke Toko Furniture langganan Dylan, hari ini Gue bakal bantu Dylan untuk rapih-rapih di apartemen barunya. Yup, mulai minggu depan Dylan akan pindah ke apartemennya sendiri, dia sudah tidak tinggal dirumah Jeff. Begitu pula dengan Jeff, dia juga akan pindah ke apartemennya sendiri yang masih satu gedung dengan Apartemen Dylan.
Jadi, untuk sementara rumah Jeff bakal kosong sampai ada penyewa yang menempatinya. Bakal sepi nih ga ada mereka, apalagi ga ada Dylan yang biasanya kalau weekend pagi selalu ngajak Gue buat jogging.
Gue pun menatap keluar jendela mobil Dylan, menyelam dalam pikiran Gue sendiri, dan tanpa Gue sadari ternyata sejak tadi Dylan memperhatikan Gue.
“Letta, kamu kenapa?” Tanya Dylan khawatir dan membuyarkan lamunan Gue.
Gue menoleh dan tersenyum tipis menatap Dylan, “Aku gapapa.” jawab Gue.
“Yakin? Dari tadi kamu diem aja soalnya, lagi badmood? Apa kita batalin aja rencana hari ini?” Tanya Dylan berkali-kali.
“Yakin, aku lagi ga badmood juga, dan jangan coba-coba batalin rencana hari ini, nanti aku bakal marah sama kamu selama seminggu.” Jawab Gue dan ga tau kenapa, Gue ga mau hari ini kita batal jalan, huhuhu.
“Emang kamu bisa jauh-jauh sama aku selama seminggu?” Ucap Dylan memperlihatkan senyum smirk-nya.
“Hehe ga bisa sih, tapi kamu juga ga bisa jauh-jauh dari aku selama seminggu kan? Ahh jangankan seminggu sehari aja ga bisa, hahaha.” Ucap Gue sambil tertawa lepas.
“AAAWWW!!! Sakit Dylan!!” Gue teriak kesakitan, karena tiba-tiba Dylan mencubit pipi Gue dengan kencang.
“Hahaha, kamu tuh pinter banget ngejawab.” Kata Dylan ga ada rasa bersalahnya sama sekali ke Gue.
“Sakit.” Gumam Gue sambil mengelus pipi Gue dengan tangan sendiri.
“Maaf, kekencengan ya?” Tanya Dylan sambil mengelus pipi Gue dengan lembut.
“Masih nanya lagi,” kata Gue, lalu mengambil tangan Dylan yang mengelus pipi Gue dan menggenggamnya.
Kita berdua emang sedeket ini dan menurut Gue ini adalah hal yang biasa. Tapi ga tau kenapa akhir-akhir ini tatapan, perlakuan, bahkan ucapan Dylan agak berbeda dari biasanya, kalau kata Katty sih dari dulu dia emang gitu, tapi Gue-nya aja yang baru peka dan denial.
Jadi kepikiran lagi sama omongan Nando pas dirumah tadi, Gue menatap Dylan yang sedang berkonsentrasi mengendarai mobil dengan satu tangannya. Gue pun berniat bertanya, tapi dihentikan oleh nada dering handphone Dylan.
Leo Calling��
“Si garong ganggu aje…” Dumel Gue dalam hati.
“Leo tumben nelpon, aku angkat dulu yah.” Ucap Dylan dan melepas genggaman tangan Gue untuk mengangkat telepon dari Leo dengan mode speaker.
“Kenapa bro?” Sapa Dylan setelah panggilannya tersambung.
“Eh bray, nanti habis nge-date sama Letta, Lo langsung mampir ke Cafe—” Kata Leo dari seberang sana dan langsung di potong oleh Dylan. Gue pun langsung menoleh ke Dylan setelah mendengar kalimat dari mulut besar Leo.
“Speaker Leo, ada Letta di sebelah Gue.” Ucap Dylan memotong perkataan Leo dan terlihat telinganya memerah, lalu membuang wajahnya, dan menghindari tatapan Gue, kemudian suasana diantara kita menjadi awkward.
“Oh— sorry sorry, hihihi.” Terdengar suara cekikikan ala Leo.
“Yaa!! Kenapa deh lo nelpon-nelpon, ganggu Dylan lagi nyetir aja!!” Tegur Gue berusaha untuk mencairkan suasana di antara kita berdua.
“Itu— maksud Gue, nanti habis kalian beberes di apart, jangan lupa mampir ke Cafe, mau ada perform band baru disini, udah itu aja.” Kata Leo.
“Itu doang?!” Tanya Gue ke Leo dengan sewot.
“Iya.” Jawab Leo singkat, dia ga tau aja gara-gara mulut besarnya, Gue sama Dylan jadi awkward .
“Lo kan bisa chat aja ke Dylan, ga usah nelpon-nelpon segala garoooong!!!” Ucap Gue.
“Suka-suka Gue Violetta Dara Pramudya, ga usah ngatur-ngatur, emangnya lo siapanya Dylan?” Balas Leo dengan mulut besarnya.
“Leonard Yudhistira Pramudya, bacot lo tolong di kontrol!” Akhirnya Dylan bersuara dan Gue baru denger Dylan manggil nama panjang Leo. Dia langsung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak, Gue pun menatap Dylan tanpa berkedip.
“Jangan dipikirin omongan Leo barusan.” Katanya dan kembali menatap jalanan.
Selama di sisa perjalanan, kita berdua hanya terdiam. Gue baru kali ini liat Dylan marah, selama lima tahun kita temenan, dia ga pernah marah kayak tadi soalnya.
***
Toko Furniture
Akhirnya kita sampai di Toko Furniture langganan Dylan, dia langsung bertemu dengan Ownernya dan melihat-lihat hasil pesanannya yang sudah jadi. Sambil nunggu Dylan, Gue pun berkeliling di dalam toko, melihat-lihat barang yang dijual disana.
Ternyata toko ini ga cuman jualan furniture aja, mereka juga jual hiasan-hiasan unik, ala-ala aesthetic gitu, dan mata Gue tertarik dengan salah satu lampu meja, design-nya itu semacam jeruji besi yang dibentuk kayak botol wine, dan di dalamnya ada lampu bohlamnya. Gue pun cukup lama melihat lampu meja tersebut.
“Buat kado pindahan Dylan kali ya?” pikir Gue, “Dia kan suka banget yang unik-unik kayak gini, pasti dia suka Gue kasih ini.” Pikir Gue lagi.
Akhirnya Gue memutuskan membeli lampu meja tersebut, Gue ngeliat Dylan yang masih sibuk dengan si Owner, diam-diam Gue langsung ambil lampu meja tersebut untuk dibawa ke kasir, dan ga lupa Gue mengambil kotak kado sebagai tempatnya.
Dengan cepat kilat Gue membayar dan meminta staff kasir untuk segera memasukkan ke dalam tas belanja.
“Makasih mba.” Kata Gue tersenyum ke staff kasirnya setelah Gue menyelesaikan transaksi dan kebetulan Dylan sudah selesai dengan urusannya.
“Gimana pesanan kamu?” Tanya Gue ketika Dylan berhadapan dengan Gue.
“Udah bisa langsung diambil, terus langsung dipasang deh.” Ucap Dylan senang. Dia sangat puas dengan hasil pesanannya dan itu membuat mood-nya kembali membaik.
“Kamu beli apa?” Dylan sadar Gue lagi nenteng-nenteng tas belanja dan penasaran dengan apa yang Gue beli.
“Pajangan buat di kamar.” Jawab Gue asal.
“Aku selesaiin sisa pembayaran dulu sama masukin pesanan aku ke mobil, kamu duduk dulu aja di sofa sana.” Kata Dylan sambil menunjuk sofa yang tersedia di Toko tersebut.
“Ok.”
“Gapapa kan nunggu sebentar lagi?” Tanya Dylan.
“Gapapa.” Jawab Gue, Gue pun akhirnya duduk di sofa tersebut.
Sambil nunggu Dylan lagi, Gue membuka handphone dan melihat-lihat Timeline social media Gue. Pas Gue lagi geser-geser layar handphone, tiba-tiba ada notifikasi chat masuk, dan langsung membuka notifikasi tersebut tanpa melihat siapa pengirimnya.
Jonathan Hi!
“Jonathan?” gumam Gue setelah membuka chatnya dan melihat nama yang tertera di sana, sambil mengingat-ingat nama tersebut, nama yang ga asing bagi Gue.
“Ohh Jona festival!” Seru Gue setelah inget cowok nyebelin yang ketemu pas The Rose performance di festival akhir bulan lalu.
“Siapa Jona?” Tanya Dylan yang sudah selesai dengan urusannya tadi dan ternyata langsung nyamperin Gue.
“Nobody,” jawab Gue agak panik, Gue ga tau kenapa jadi panik, “udah selesai?” Tanya Gue untuk mengalihkan perhatian Dylan.
“Udah, oiya ini kan udah mau lunch, kamu mau mampir makan dulu atau pesen delivery aja?” Tanya dia sambil duduk disebelah Gue dan reflek Gue masukin handphone ke dalam tas.
“Pesen delivery aja kayaknya, biar sambil nunggu makanan dateng, kita beres-beres apart kamu.” Jawab Gue.
“Kalau gitu jalan sekarang aja, biar cepet selesai, biar cepet berangkat ke cafe-nya Leo.” Kata Dylan sambil berdiri. Tanpa banyak bicara dia ambil tas belanja Gue, lalu menentengnya, dan ga lupa gandeng tangan Gue.
***
Apartemen Dylan
“Makasih ya Pak, ini ada sedikit ongkos.” Terdengar suara Dylan dari pintu apartemennya ke ruang tengah tempat Gue ngeliat beberapa kardus besar berisi barang-barang Dylan, dia berbicara dengan salah satu satpam gedung Apartemen yang membantunya untuk angkut-angkut barang.
“Barang kamu banyak juga ya.” Kata Gue saat Dylan berjalan ke tempat Gue berdiri.
“Yah ini juga beberapa udah aku loakin, tapi kayaknya masih banyakan barang kamu deh.” Katanya.
“Hahaha bisa aja kamu, kita mulai dari mana nih?” Tanya Gue dan kayaknya Dylan juga bingung mau mulai dari mana.
Akhirnya Dylan memutuskan untuk merakit meja dan kursi terlebih dahulu, merapikan rak yang dia pesan di Toko Furniture tadi, baru membongkar barang-barangnya yang ada di dalam kardus.
Setelah cukup lama kita beberes dan menata barang-barang, akhirnya ruang tersebut terlihat rapi dan lowong, tidak seperti tadi banyak kardus-kardus besar yang menumpuk.
“Laper—” Keluh Gue sambil rebahan di karpet yang ada di lantai dan Dylan mengambil duduk di sebelah Gue yang lagi rebahan.
“Oiya, kita belum pesen makanan ya? Hahaha,” Dylan tertawa dan mengambil handphone-nya untuk memesan makanan, “Mau makan apa Lettanya Dylan?” Tanya dia, ya ini yang Gue maksud ucapan dia yang berbeda, “Cantiknya Dylan,” “Kesayangannya Dylan,” “Lettanya Dylan.” Gue sebenarnya berusaha mengabaikannya, tapi kalau terlalu sering, Gue jadi kepikiran juga, bahkan beberapa kali Gue sempat berharap lebih.
“Hmmm, apa aja deh, yang penting enak dan mahal, hehehe.” Jawab Gue.
“Okk.” Dylan pun sibuk dengan handphone-nya untuk memesan makan siang dan Gue berdiri dengan malas, untuk mengambil handphone Gue yang ada di dalam tas.
Gue pun melihat layar handphone lalu terlihat ada dua chat dan tiga missed call dari orang yang sama, “Jona.” Ucap Gue dalam hati.
“Tadi kayaknya ada yang telepon ke hp kamu, pentingkah sampe tiga kali kalo ga salah?” Tanya Dylan yang masih sibuk memilih makan siang.
“Nothing, paling nawarin credit card. Hehe.” Jawab Gue dan berusaha mengabaikan isi chat Jona.
Jonathan Yuhuu Letta?
Jonathan Kok di read doang?
“Huhh!! Berisik amat nih cowok!! Mana Gue lupa ngedit foto dia lagi, nanti deh Gue balesnya.” Gumam Gue dalam hati.
Setelah selesai cek handphone dan menaruhnya lagi di dalam tas, Gue mengambil tas belanja yang berisi lampu meja yang Gue beli tadi untuk diberikan ke Dylan dan menyerahkannya.
“Nihh buat kamu.” Kata Gue menyodorkan tas belanja tersebut dan mengambil duduk disebelah Dylan.
“Ini bukannya yang kamu beli tadi ?” Tanya Dylan memasang wajah bingungnya.
“Iya, ini aku beli buat kamu, buka deh.” Pinta Gue, dia pun mengambil kotak yang berada di dalam tas belanja tersebut dan membukanya.
“Wow!!” kata Dylan tersenyum memperlihatkan eyes smile-nya, “kamu tau aja aku ngincer lampu ini,” Lanjutnya.
“Jadi, tadi pas kita masuk ke toko, aku udah ngincer ini lampu, tapi sebelum aku ambil, Koh Juna keburu nyamperin aku. Pas selesai ngobrol sama dia, aku langsung balik ke tempat lampu ini, tapi udah ga ada. Ternyata kamu yang beli.” Jelasnya panjang lebar.
“Makasih Lett, suka banget.” Lanjutnya.
“Syukur deh kalau kamu suka.” Ucap Gue lega, Gue sempet takut dia ga suka sama pemberian dari Gue. Dylan melihat-lihat lampu tersebut dengan memasang wajah seperti anak kecil yang baru dapet mainan baru.
“Lucu.” Puji Gue dalam hati.
Raut wajah Dylan berubah saat melihat dasar lampu meja tersebut, Gue pun penasaran dan mendekatinya.
“Kenapa, ada damage?” Tanya Gue.
“Ga kok aman semua.” Jawabnya.
“Terus?”
“Ini masih ada harganya, hahaha.” Kata Dia sambil menunjukkan bagian bawah lampu yang masih tertempel label harga.
“Astaga!! Aku lupa nyopot, sini aku copot dulu.” Tangan Gue langsung meraih lampu meja yang ada di tangan Dylan, tapi ga dapet karena tangan Dylan mengangkatnya tinggi-tinggi dan kemudian berdiri menghindari Gue.
“Dylaaaannn!!!!” Gue pun ikutan berdiri untuk berusaha meraihnya.
“Udah aku liat juga harganya berapa, hahaha.” Kata Dylan, dia berjinjit dan makin mengangkat tangannya tinggi-tinggi, membuat Gue meloncat-loncat kecil untuk meraihnya, tapi masih ga bisa.
Karena ulah Gue, Dylan terpeleset karpet, kemudian terkejut dan menarik pinggang Gue untuk mencegah dirinya tidak jatuh, tapi kita berdua malah jatuh ke atas sofa, dengan posisi setengah badan Gue menindih Dylan.
“Untung ada sofa.” Kata Gue sambil mendongak ke arah Dylan.
Kedua mata Gue sama Dylan saling bertemu dan menatap satu sama lain, Dylan tersenyum dan mendekatkan satu tangannya yang bebas ke depan muka Gue.
“Berat!! Awas!!.” Kata Dylan sambil menoyor jidat Gue.
“Ishh Dylan nyebelin!!” Kata Gue sambil menyingkir dari Dylan dan mengambil posisi duduk, begitu pula dengan Dylan.
Ting ting!! Notifikasi handphone Dylan berbunyi.
“Makanan udah sampe, aku ambil kebawah dulu ya.” Kata Dia sambil berdiri.
“Jadi beli apa?” Tanya Gue.
“Sushi kesukaan kamu.” Jawab Dia dan kemudian keluar Apartemen ninggalin Gue sendirian disini.
Selagi Dylan turun ke bawah untuk mengambil makan siang kita, Gue melihat-lihat sekeliling Apartemennya, dan mengambil lampu meja tadi, dan menaruhnya di meja tinggi dekat jendela Apartemen. Gue pun duduk di kursi, pasangan dari meja tersebut, dan terduduk melamun melihat keluar jendela yang memperlihatkan langit cerah disertai gedung tinggi di sekitar Gedung Apartemen.
“ga mungkin salah satu dari kalian ga ada yang punya perasaan lebih dari sahabat. Apalagi kalian sahabatan udah lama banget,” tiba-tiba terngiang di kuping Gue sepenggal ucapan Nando tadi.
“Lo-nya aja yang ga peka Lett, Dylan itu dari dulu emang udah kayak gitu sama Lo dan menurut Gue dia emang ada rasa sama Lo, tapi Lo masih denial.” ucapan Katty beberapa hari lalu pun terngiang juga di kuping Gue.
“Masa sih?” tanya Gue ke Katty saat itu, Katty mengedikkan bahunya dan berkata, “Menurut Lo aja gimana.”
Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Gue, terlihat Dylan menenteng paper bag berisi makanan. “Yuk makan, habis makan langsung ke cafe-nya Leo.” Ajak Dylan sambil menaruh paper bag tersebut ke atas karpet, lalu duduk di atas karpet tersebut, dan menepuk tempat kosong di sebelahnya, menyuruh Gue untuk duduk disana. Kami pun menikmati makanan tersebut dengan candaan Dylan dan melupakan semua lamunan Gue tadi.
Letta Pov. End
***
Senada Cafe (Cafe Leo)
Setelah menghabiskan makan siang di Apartemen Dylan, mereka berdua langsung berangkat menuju Cafe-nya Leo, dan akhirnya sampai walaupun sedikit telat. Letta pun berjalan cepat dari parkiran mobil menuju Cafe, “Ayo Dylan, itu band-nya udah mulai.” Ucap Letta excited saat mendengar suara musik dari dalam Cafe telah mulai.
“Iya Letta sayang, tapi ini tolong bantuin aku dulu bawa titipan Leo.” Kata Dylan sambil menenteng dua tas belanja isi titipan Leo, tadi mereka sempat mampir ke Supermarket karena Leo tiba-tiba nitip beberapa bahan untuk Cafe-nya,
“bisa-bisanya tuh anak ga cek stok bahan dulu, udah tau malam minggu, apalagi ada band baru di Cafe-nya, pasti bakal rame, nyusahin tuh anak.” Dumel Letta saat di Supermarket tadi. Dylan menenangkan Letta dengan membelikan coklat kesukaannya, setelah itu Letta cukup tenang walaupun masih sedikit mengomel.
“Hahaha, sini satu aku bawain.” Kata Letta ketika melihat Dylan kesusahan membawa dua kantong belanjaan dan Letta mengambil salah satu dari tas belanjaan yang Dylan bawa.
Begitu sampai di depan Cafe, Dylan langsung membuka pintu dan menyuruh Letta masuk duluan, ga lama dia menyusul di belakang Letta.
Di dalam Cafe sudah cukup ramai dan terdengar alunan musik dari band baru tersebut, sekilas Letta melihat ke arah Vokalisnya yang ada di atas panggung.
“Postur badannya kayak ga asing.” Gumamnya dalam hati dan memperlambat langkahnya supaya bisa melihat jelas wajah Vokalis band tersebut, tapi Dylan keburu menggandeng Letta untuk segera berjalan ke dapur dan menaruh belanjaan titipan Leo.
Setelah selesai menaruh kedua tas belanja tadi di dapur, Letta dan Dylan langsung keluar untuk menemui Leo dan yang lain, saat itu juga musik pun berhenti dan terdengar suara dari Vokalis band tersebut memperkenalkan diri dan band-nya.
“Selamat malam, kita dari Onewe yang bakalan menemani malam minggu teman-teman Senada Cafe.” Ucap vokalis tersebut.
“Kok suaranya ga asing di kuping gue?” Gumam Letta.
“Gue Jonathan, kalian bisa panggil Jona. Vokalis dan Leader di Onewe.” Lanjutnya dan kemudian dia memperkenalkan member band lainnya.
Langkah Letta pun terhenti sesaat setelah mendengar Vokalis tersebut menyebutkan namanya dan tanpa sadar tubuhnya berbalik menghadap ke panggung yang sekarang dengan jelas memperlihatkan wajah Vokalis Band tersebut, yaitu Jona.
“Jona—”
—tbc
8 notes · View notes
Text
0898-6060-102 Penjual Obat Asam Urat Tiens di Kulon Progo 
Tumblr media
Obat Asam Urat Herbal Tiens Kulon Progo: Solusi Efektif untuk Kesehatan Sendi Anda
Asam urat merupakan masalah kesehatan yang umum di masyarakat, dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan. Bagi Anda yang tinggal di Kulon Progo, menemukan solusi yang tepat sangatlah penting. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai pilihan Obat Asam Urat Herbal Tiens Kulon Progo dan bagaimana produk-produk ini dapat membantu Anda mengelola kondisi ini secara efektif.
1. Memahami Asam Urat
Apa Itu Asam Urat?
Asam urat adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh tubuh ketika memecah purin, suatu zat yang ditemukan dalam banyak makanan. Kadar asam urat yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan kristal di sendi, menyebabkan rasa sakit dan peradangan.
Gejala dan Dampak
Gejala asam urat sering muncul tiba-tiba dan dapat mencakup:
Nyeri Mendalam: Terutama pada jempol kaki, tetapi juga dapat terjadi di lutut, pergelangan tangan, atau sendi lainnya.
Pembengkakan dan Kemerahan: Sendi yang terpengaruh tampak bengkak dan berwarna merah.
Kekakuan: Terjadi terutama di pagi hari atau setelah periode tidak aktif.
Penyebab Kadar Asam Urat Tinggi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah meliputi:
Diet Tinggi Purin: Makanan seperti daging merah, jeroan, dan alkohol dapat meningkatkan kadar asam urat.
Obesitas: Kelebihan berat badan berperan dalam metabolisme asam urat.
Dehidrasi: Kurangnya cairan dapat menyebabkan tubuh kesulitan mengeluarkan asam urat.
Faktor Genetik: Riwayat keluarga dapat mempengaruhi risiko terkena asam urat.
2. Obat Asam Urat Herbal Tiens Kulon Progo
Obat Asam Urat Tiens Kulon Progo
Obat Asam Urat Tiens Kulon Progo adalah salah satu produk yang banyak dicari oleh masyarakat yang ingin mengatasi masalah ini. Produk ini terbuat dari bahan-bahan herbal yang telah teruji efektivitasnya dalam menurunkan kadar asam urat dan meredakan gejala yang terkait.
Paket Obat Asam Urat Tiens Kulon Progo
Salah satu keunggulan dari Paket Obat Asam Urat Tiens Kulon Progo adalah pendekatan komprehensif yang ditawarkannya. Paket ini biasanya terdiri dari beberapa produk yang saling melengkapi, membantu tidak hanya meredakan gejala tetapi juga menormalkan kadar asam urat dalam darah. Produk dalam paket ini dirancang untuk bekerja sama secara sinergis, sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal.
Obat Asam Urat Paling Ampuh Kulon Progo
Di antara berbagai pilihan obat yang ada, Obat Asam Urat Paling Ampuh Kulon Progo menjadi pilihan utama bagi banyak orang. Produk ini dikenal efektif dalam mengurangi nyeri dan peradangan yang disebabkan oleh asam urat. Formulasinya yang unik memungkinkan tubuh untuk mengelola kadar asam urat dengan lebih baik.
Obat Alami Asam Urat Kulon Progo
Selain produk Tiens, ada banyak Obat Alami Asam Urat Kulon Progo yang bisa Anda coba. Beberapa pilihan alami yang populer antara lain:
Jahe: Memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat meredakan nyeri sendi.
Kunyit: Mengandung kurkumin, yang terkenal efektif dalam mengurangi peradangan.
Daun Sirsak: Memiliki banyak manfaat dan dikenal dapat membantu menurunkan kadar asam urat.
Obat Asam Urat Herbal Tiens Kulon Progo
Obat Asam Urat Herbal Tiens Kulon Progo merupakan alternatif yang sangat aman untuk jangka panjang. Produk herbal ini telah teruji klinis dan diakui efektif dalam mengatasi masalah asam urat. Dengan menggunakan bahan-bahan alami, obat ini dapat membantu Anda menjaga kesehatan sendi tanpa efek samping yang merugikan.
Obat Asam Urat Cina Kulon Progo
Pengobatan tradisional Cina juga menawarkan berbagai solusi herbal yang efektif. Obat Asam Urat Cina Kulon Progo sering menggunakan kombinasi herbal yang telah digunakan selama berabad-abad untuk membantu mengatasi gejala asam urat.
3. Cara Mengelola Kadar Asam Urat Secara Efektif
Mengelola kadar asam urat melibatkan kombinasi antara pengobatan dan gaya hidup sehat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil:
Pola Makan Sehat
Hindari Makanan Tinggi Purin: Batasi konsumsi daging merah, jeroan, dan alkohol. Sebaliknya, perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran.
Minum Air yang Cukup: Pastikan Anda terhidrasi dengan baik, minimal 8 gelas air per hari.
Kontrol Berat Badan: Menjaga berat badan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko asam urat.
Aktivitas Fisik
Olahraga secara teratur sangat penting dalam menjaga kesehatan sendi. Cobalah untuk melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, seperti berjalan, bersepeda, atau yoga.
Rutin Memeriksakan Kesehatan
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala akan membantu Anda memantau kadar asam urat dan menghindari komplikasi yang lebih serius. Diskusikan dengan dokter tentang langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.
FAQ
Apakah Obat Asam Urat Boleh Diminum Malam Hari?
Ya, obat asam urat umumnya boleh diminum malam hari. Namun, pastikan untuk mengikuti petunjuk yang tertera pada kemasan atau rekomendasi dokter.
Apakah Obat Asam Urat Harus Diminum Malam Hari?
Tidak ada kewajiban untuk minum obat asam urat di malam hari, tetapi mengikuti waktu yang dianjurkan dapat membantu hasil yang lebih baik.
Bagaimana Cara Mengobati Asam Urat Tanpa Obat?
Asam urat dapat dikelola tanpa obat dengan mengadopsi pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan menjaga berat badan yang ideal.
Bagaimana Cara Menurunkan Asam Urat Tanpa Obat?
Cara menurunkan asam urat tanpa obat meliputi:
Mengurangi konsumsi makanan tinggi purin
Meningkatkan asupan cairan
Mengatur pola makan dan berolahraga secara teratur
Bagaimana Cara Obat Asam Urat?
Obat asam urat biasanya diminum sesuai dengan petunjuk dokter atau petunjuk pada kemasan. Pastikan untuk tidak mengubah dosis tanpa konsultasi.
Kesimpulan
Asam urat adalah kondisi yang bisa sangat mengganggu, tetapi dengan pilihan Obat Asam Urat Herbal Tiens Kulon Progo dan pendekatan holistik yang tepat, Anda dapat mengelolanya dengan baik. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk menemukan solusi yang paling cocok bagi Anda. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan membantu Anda mencapai kesehatan yang lebih baik!
Buka link selanjutnya:https://www.tumblr.com/obatasamurattiensherbal/762023826354798592/0898-6060-102-jual-obat-asam-urat-tiens-di?source=share
Apakah Anda atau keluarga anda Menderita Penyakit Asam Urat dan sedang mencari Obat Asam Urat Herbal SUPER AMPUH di Kulon Progo?
Kami adalah Distributor Resmi untuk Herbal Tiens di WilayahDaerah Istimewa Yogyakarta, Kami Menjual Obat Asam Urat Herbal Tiens di berbagai Kota dan Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Terutama di Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, Sleman, Yogyakarta, dan sekitarnya.
Obat Asam Urat Alami dari Tiens adalah salah satu obat asam urat herbal terbaik di dunia. Obat asam urat tiens telah digunakan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Obat Herbal Tiens adalah obat Herbal yang Alami, Memiliki BPOM, HALAL dan telah diproduksi maupun dikemas dengan Bioteknologi Modern. Obat Herbal Tiens juga digunakan oleh berbagai pemenang atlit pemenang medali emas di olimpiade.
Obat Herbal Asam Urat Herbal dari Cina ini sangat ampuh dalam mengobati dan menjaga kadar asam urat dalam darah Anda.
PESAN OBAT ASAM URAT HERBAL TIENS SEKARANG - WA: 0898 6060 102
Atau Anda bisa LANGSUNG Klik Link Ini : https://linktr.ee/daftar.produk      
Kunjungi Kami di:                                                                                   Youtube: https://www.youtube.com/@Grosirobatasamurattiens
Facebook: https://web.facebook.com/profile.php?id=61564430708297
IG: https://www.instagram.com/jualobatasamurattiens/
X : https://x.com/obat_urat                                        
Obat Asam Urat Tiens Kulon Progo, Paket Obat Asam Urat Tiens Kulon Progo, Obat Asam Urat Paling Ampuh Kulon Progo, Obat Alami Asam Urat Kulon Progo, Obat Asam Urat Herbal Tiens Kulon Progo, Obat Asam Urat Cina Kulon Progo
0 notes
lukatsuci · 2 months
Link
0 notes
womaninblog · 6 months
Text
30 Kisah Mempesona (Day 19-Kedzaliman itu Hutang, Perhatikan Bagaimana Kedzaliman itu Selayak Bandul)
By: Ustad Oemar Mita
Allah berfirman di dalam hadis Qudsi, “Sesungguhnya Aku adalah Rabb yang sangat mengharamkan kedzaliman ada pada sifat-Ku, dan Aku haramkan kedzaliman terjadi di antara kalian.” Begitu pula Rasulullah juga menyampaikan, “Takutlah kamu kepada kedzaliman, karena kedzaliman merupakan kegelapan pada waktu hari kiamat.”
Tidak ada perkara yang menggagalkan manusia menuju kepada Surga, kecuali kedzaliman.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang di hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi dia selalu mencaci-maki, menuduh, makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis. Sementara tuntutan mereka masih banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke Neraka.” (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya ada dua dosa yang dipercepat balasannya di dunia oleh Allah, yaitu durhaka kepada kedua orang tua dan berlaku dzalim kepada orang lain.” (HR. Thabrani)
Seorang Nelayan Imam Adz-Dzhabi menceritakan kisah di dalam kitab Al-Kabair tentang seorang nelayan yang sedang memancing ikan. Pada saat itu dia mendapatkan ikan yang lumayan besar, maka sesampainya di pantai, dia bersiap akan menjual ikan itu dengan harga yang tinggi supaya bisa memberikan kelebihan nafkah kepada keluarganya. Tapi di tengah perjalanan, ternyata dia bertemu dengan seorang pejabat atau seseorang yang memiliki kekuasaan di wilayah itu.
Orang itu berkata, “Berikan ikan itu kepada saya.” Namun nelayan itu tidak berkenan untuk memberikan ikan besar miliknya kepada orang yang mencegatnya di tengah jalan. Lalu orang itu memukul sang nelayan hingga tersungkur, dan ikan yang ada pada genggaman nelayan itu diambil paksa, lalu dibawanya pulang.
Ketika akan dipotong dia menyangka ikan itu telah mati, tapi saat dipegang bagian kepalanya, lalu ikan itu tiba-tiba bergerak dan menggigit jari jempolnya, sehingga dia pun tidak bisa tidur karena merasakan sakit. Pada hari berikutnya dia bergegas datang ke tabib, dan betapa kagetnya sang tabib ketika mendapati lukanya sudah membusuk, padahal gigitannya baru terjadi kemarin. Akhirnya tidak ada solusi kecuali harus dipotong atau amputasi
Setelah semalaman dia sudah merasa kondisinya membaik, tidak lama kemudian sakitnya kambuh, dia kembali datang kepada sang tabib. Betapa kagetnya ternyata infeksinya sudah menyebar sampai ke pergelangan. Solusinya masih sama, yaitu harus dipotong, dan akhirnya dipotonglah sampai pergelangan tangan.
Setelah beberapa hari membaik, tiba-tiba rasa sakitnya datang lagi. Dia pun pergi ke tabib untuk yang ketiga kali, ketika dicek ternyata begitu cepat virusnya menyebar, hingga harus dipotong sampai sikutnya. Beberapa hari kemudian dia kembali merasakan sakit, dan sang tabib mengatakan bahwa harus dipotong dari pangkalnya.
Perjalanan ketika bolak-balik ke tabib menarik perhatian seorang laki-laki. Maka laki-laki itu memberanikan diri bertanya tentang bagaimana kronologi sampai dia memiliki luka-luka tersebut.
Ketika dia bercerita dengan jujur, laki-laki itu berkata, “Bisa jadi lukamu itu dimulai ketika kamu mendzalimi orang, mungkin lukamu itu akan menyebar kemana-mana sampai kamu meminta istihlal (kehalalan) dari orang yang pernah kamu dzalimi.”
Setelah itu dia pun tersadar dan bergegas mencari nelayan tersebut. Akhirnya ditemukannya nelayan itu, dia langsung bersujud mencium kakinya, lalu memeluknya dengan erat dan meminta nelayan itu menghalalkan apa yang pernah terjadi di antara mereka.
Kedzaliman adalah hutang yang pasti dibayar secara cash/kontan ketika kita mendzalimi kehidupan orang lain. Maka jangan dzalim, karena kita mempunyai Rabb yang paling anti dengan kedzaliman.
Hasan Bin Tsabit Hasan bin Tsabit adalah salah satu orang yang pernah memfitnah Ibunda Aisyah, ketika tertipu oleh orang munafik yang memframing bahwa Ibunda Aisyah telah berzina. Pada akhirnya beliau mengalami kebutaan di usia senjanya. Dan ketika mendengar berita kebutaan Hasan bin Tsabit, Ibunda Aisyah berkata, “Bisa jadi apa yang menimpa kepadanya itu balasan dari apa yang pernah dia lakukan.”
Sa'ad bin Abi Waqqash Sa'ad bin Abi Waqqash adalah seorang laki-laki pemilik doa yang paling mustajab. Ketika beliau pernah difitnah oleh Usamah bin Qatadah, beliau berdoa kepada Allah, “Ya Allah, kalau Usamah bin Qatadah memfitnah saya dan dia benar, maka sesungguhnya aku ridha dengan apa yang dia tunjukkan kepadaku. Tapi kalau dia memfitnah dan itu salah, maka aku meminta keadilan. Berikan kepadanya tiga hukuman, yaitu panjangkan umurnya, jadikan dia miskin, dan jadikan dia tidak pernah lepas dari fitnah.”
Akhirnya Usamah bin Qatadah termasuk sahabat yang dipanjangkan umurnya, hingga kumis dan alisnya nyambung. Dia juga dalam kondisi yang selalu miskin dan tak pernah punya kecukupan. Dan dia pun terkena fitnah dengan tidak bisa menahan tangannya untuk mencolek wanita- wanita yang berlalu lalang di depan pasar.
Ketika ada seseorang menanyakan tentang kedudukannya, Usamah bin Qatadah menjawab, “Apa yang menimpaku ini disebabkan karena doanya Sa'ad bin Abi Waqqash ketika dulu aku mendzaliminya dan memfitnahnya. Dia memang tidak membalas langsung kepadaku, tapi justru Allah yang membalasnya kepadaku.”
Muhammad bin Sirin Muhammad bin Sirin merupakan seorang Ulama besar, yang ketika di masa mudanya, beliau pernah melihat seseorang yang bangkrut. Lalu beliau memanggil pemuda tersebut dengan panggilan, “Ya Muflis” (Hai orang yang bangkrut).
Setelah waktu berlalu hingga 40 tahun, dan beliau pun sudah beranjak tua dan senja, maka Muhammad bin Sirin mendapati masalah. Beliau terlilit hutang dan tidak bisa membayar hutangnya, sampai beliau dijebloskan ke dalam penjara.
Beliau sempat merenungi apa dosa yang membuatnya di penjara di usia senja. Akhirnya beliau ingat bahwa 40 tahun lalu beliau pernah memanggil seorang pemuda dengan panggilan “Ya Muflis” , jadi sekarang Allah membuatnya bangkrut, bahkan tidak bisa membayar hutang dan dijebloskan ke dalam penjara.
Sufyan Ats Tsauri Sufyan Ats-Tsauri pernah berprasangka agak kurang baik kepada orang di sebelahnya yang menangis ketika sedang shalat. Setelah itu beliau pulang, tanpa terasa Allah telah memberikan hukuman kepada beliau. Di hari pertama ketika beliau shalat tahajjud tiba-tiba beliau tidak bisa menangis, padahal kebiasaan beliau biasanya selalu menangis, dan itu berjalan sampai tiga bulan.
Sufyan Ats-Tsauri berpikir apa penyebabnya, hingga akhirnya beliau pun menyadari bahwa hal tersebut terjadi karena beliau pernah punya prasangka buruk kepada orang yang shalat di sebelahnya, lalu dicarilah orangnya untuk minta maaf. Ketika sudah meminta maaf, pada malam harinya beliau pun bisa menangis kembali
Sa'id Bin Jubair Sa'id bin Jubair pernah melakukan amar ma'ruf nahi munkar yang membuat murka Hajjaj bin Yusuf hingga membuat perintah supaya Sa'id bin Jubair ditangkap. Karena Hajjaj bin Yusuf gemar sekali mengalirkan darah, maka tidak ada yang paling diharapkan kecuali membunuh dan memenggal kepala Sa'id bin Jubair.
Ketika Sa'id bin Jubair dihinakan, beliau lalu berdoa, “Ya Allah, biarkanlah saya menjadi orang terakhir yang bisa dibunuh oleh Hajjaj bin Yusuf dengan kedzalimannya.” Setelah Sa'id bin Jubair wafat, sekak malam pertama Hajjaj bin Yusuf tidak bisa tidur karena mimpi buruk selalu dikejar-kejar oleh Sa'id bin Jubair, kesehatannya drop karena tidak bisa istirahat. Dan tepat satu bulan kemudian Hajjaj bin Yusuf pun mati mengenaskan.
Lalu ada salah satu anggota keluarganya yang bermimpi berjumpa dengan Hajjaj bin Yusuf di dalam kondisi porak-poranda dan mendapatkan azab yang begitu pedih. Dalam mimpi itu Hajjaj bin Yusuf berkata, ”Aku disiksa oleh Allah atas setiap darah yang aku teteskan. Tapi khusus darahnya Sa'id bin Jubair, siksaan itu dilipat gandakan hingga 70 kali lipat oleh Allah.”
30/3/2024
0 notes
day-and-nate · 1 year
Text
CHAPTER 02: ALEA IACTA EST.
Tumblr media
Bukankah yang demikian itu ialah sesungguh-sungguhnya hakikat dunia? Bahwa tak sepenuhnya tepat sebutan miliki banyak wajah, sebab manusia memang tak pernah tahu kapan akan berubah. Toh pada akhirnya, kita semua tak ada beda; para pencari segerombolan manusia lain dengan tujuan yang sama.
“Dari mana kok baru pulang?”
“Nathan tadi kecelakaan,” kalimat pemuda itu lolos seakan tanpa beban. Bahkan tuan yang baru masuk ke dalam hunian itu terlihat begitu santai meski jelas terseok-seok langkahnya, tak nyaman dengan kondisinya saat ini. Perban di pelipis, bebat yang melingkar pada kedua pergelangan tangan dan kaki. Tak umum, tapi jelas tak dapat dihindari. “Airbag-nya nggak ngembang.”
Kala kepala terangkat dan ia bertemu pandang dengan sang lawan bicara, Ibundanya. Sorot khawatir terlihat jelas pada sepasang mata kecokelatan wanita lewat paruh baya itu.
“Terus gimana? Kamu tadi pulang naik apa? Kok nggak hubungin Bunda?”
“Mobilnya langsung masuk bengkel, ringsek depannya sama pecah kaca. Nathan nggak apa-apa, Bun. Paling parah cuma kepentok setir,” imbuh si lelaki seraya kembangkan senyum di wajah, bermaksud untuk meredakan perasaan khawatir Ibundanya meski hanya sedikit saja. “Tadi Nathan naik taksi, soalnya beneran nggak kenapa-napa. Nih, Bun, liat Nathan masih sehat.”
Demi mendukung pernyataannya, ia bahkan rela untuk mengangkat kedua lengan tinggi-tinggi, seakan hendak melakukan pemanasan sebelum berolahraga. Bahkan ia juga menambahkan pose-pose layaknya model yang berujung pada tawa renyah yang tiba-tiba mengudara, mengisi ruang dengan kehangatan yang menyenangkan.
“Iya udah, Bunda percaya. Sana mandi terus ganti baju, itu kamu udah nggak layak pakai, buang aja.”
“Siap, Komandan!”
Lengan kanannya terangkat, sisi telunjuk menempel pada alis selagi badan sepenuhnya tegap; pemuda itu tengah mengambil posisi hormat kepada wanita di hadapannya, buahkan tawa yang semakin kencang saja.
“Udah sana, siap tu kita makan sama-sama, ya.”
“Oke, Bun.”
Sempat dicurinya sekilas kecup dari pipi Ibunda yang masih sibuk menenangkan diri sebelum membiarkan sepasang kaki membawanya pergi ke kamarnya yang terletak di lantai tiga. Belum-belum, ia sudah ingin mengeluh saja membayangkan anak tangga yang harus dilaluinya untuk tiba di peraduan. Ringisan demi ringisan meluncur bebas tanpa bisa ditahan tiap kali dibawanya kaki menginjak anak tangga. Digigit bibir bawah kuat-kuat, mencoba menahan suara yang mungkin saja keluar tanpa disadari.
‘Sakit…’
Membatin dalam hati, sesekali berhenti dengan tubuh disandarkan pada dinding di sisi, menatap sisa-sisa anak tangga yang harus dilewati sembari sesekali melempar pandang ke arah bawah, memastikan bahwa tak ada kehadiran sosok wanita yang dijumpainya beberapa saat lalu. Satu tarikan nafas panjang lantas diambil, disusul oleh gaduh langkah akibat berlari kecil—lebih cepat ia sampai, lebih singkat waktunya meresapi rasa sakit yang kian menggelitik. Bulir-bulir keringat dingin mulai bermunculan, tiap nafas terasa semakin pendek lagi berat. Sedikit oleng memang, namun beruntung jemarinya cukup sigap meraih pintu kamar kepunyaan.
“Akhirnya…”
Nafas terakhir diembuskan kasar ketika pintu berhasil dibuka olehnya. Asal, dijatuhkan diri begitu saja ke lantai kamar, lantaran tidak ingin mengotori ranjang dengan kotoran yang dibawanya dari kejadian tak menyenangkan malam tadi. Naik turun cepat dadanya untuk memasok oksigen masuk ke dalam paru-paru. Dibiarkan tubuh tergeletak lemas pada keramik, ricuh dan gemuruh dalam dada coba ditenangkan terlebih dahulu. Selang beberapa waktu, kedua kelopak mata mulai terlampau berat untuk dipaksa tetap terbuka. Dengan sisa-sisa kesadaran dan tenaga yang dipunya, dipaksa memori memutar kembali momen gila yang telah dilalui.
Waktu: Sekitar jam setengah lima pagi Lokasi: Tidak diketahui
Pada waktu-waktu seperti inilah Nathanael kerap membuat janji kepada diri sendiri untuk tinggal lebih lama di peraduan dan bukannya melanglang buana atau menyembunyikan diri di bawah kendaraan-kendaraan beroda empat kesayangan. Rasa pegal yang merambati punggung rasa-rasanya makin meresahkan di tiap detiknya. Segala posisi telah dicobanya untuk temukan nyaman, namun tetap saja tak ada yang mampu mengalahkan sensasi berbaring di atas matras empuk nan hangat.
Lehernya kering, perutnya lapar. Rasanya hampir-hampir mirip seperti terdsmpar. Hanya saja, ketimbang beratapkan langit biru atau kelabu, kali ini ia justru bertemu pandang dengan karat dan lubang di segala penjuru. Helaan nafas kasarnya lolos, tak sabar menunggu semuanya untuk lekas menemui akhir. Dirinya tak habis pikir, tak juga mampu beri penjelasan akan situasinya kini. Hidungnya mulai terasa beku, seiring dengan luka-luka pada raga yang berangsur membiru. Tubuhnya kaku, teramat pegal namun tak ada yang mampu dilakukannya pula.
“WOI! ADA YANG BISA DENGER NGGAK?”
Serak, pilu.
Tetap diusahakan sekencang yang ia mampu walau ia sendiri tak tahu apakah tindak impulsifnya akan buahkan sesuatu. Sayang seribu sayang, bukan dobrakan pintu yang didapati, melainkan panggilan ibadah yang ditangkap telinga. Lelaki muda itu mengerang, kepalanya tertunduk dalam, biarkan dirinya tenggelam selama beberapa saat—hitung-hitung mengumpulkan tenaga. Hanya saja belum sempat panggilan selesai, derasnya hujan lebih dulu menggempur, jelas-jelas akan meredam suaranya meski ia berteriak hingga suaranya serak.
“Ah…”
“Itu helaan nafas ketiga pagi ini.”
Lagi.
Suara familiar itu kembali menyapa rungu, hanya saja kali ini lelaki bermarga Kang itu tak berminat untuk memaksa pandang keduanya bertemu. Tetap tertunduk, memandangi sepatu hitam berkilat yang kini hampir mengenai sandal abu-abu yang dikenakannya.
“Kira-kira apa yang bisa kau tawarkan?”
Sudut mata Nathanael berkedut mendengar pertanyaan yang baru dilontar. Dua kali bertemu, dua kali ia dibuat bingung oleh wanita itu.
‘Dasar nggak jelas.’
“Saya nggak ada uang.”
“Tidak masalah. Kami punya cukup uang.”
Alis yang lelaki terangkat tinggi, rasa heran yang kian menumpuk dalam diri tanpa sadar membuat kepalanya terangkat. Samar-samar cahaya yang masuk membantu ia mencoba menelusuri wujud sosok manusia di hadapan. Kedua matanya menyipit, penuh curiga.
“Terus kalian ngapain gabut banget nangkep orang gini—mau berasa keren atau apa sih?”
Ingin rasanya segera bebas, apa daya tenaganya telah habis terkuras. Jangankan untuk mencoba melepaskan diri seperti semalam, sekadar menegakkan badan lima menit saja rasanya ia tak akan mampu.
“LEPASIN WOI PUNGGUNG GUE PEGEL!”
Kekesalannya boleh memuncak, tapi posisinya tetap berada di kondisi paling dirugikan. Lapar, haus, lelah, kedinginan, semua menjadi satu. Belum lagi kepalanya yang berdenyut-denyut sejak tadi sama sekali tak membantu.
“Akan kami lepaskan, tapi hanya jika kau setuju bekerja sama dengan kami.”
“YA TERSERAH YANG PENTING LEPASIN DULU!”
Senyum miringnya terpatri pada wajah, disusul oleh tawa getir dan helaan nafas berat. Ia menggelengkan kepala, masih tidak percaya akan apa yang dilakukannya beberapa jam yang lalu.
Bisa-bisanya ia terbeli oleh alasan seluruh ujian di jenjang pendidikan berikutnya akan dibantu hingga selesai—dengan jaminan nilai baik—dan seluruh biaya reparasi mobil akan ditanggung oleh mereka?
Nathanael lagi-lagi hanya bisa tertawa memandangi luka bekas jeratan yang melingkar di kedua pergelangan tangan miliknya. Sebuah cincin hitam kini melingkar telunjuk kanan, bukti atas komitmen yang telah dibuat. Dikepalkan kuat-kuat tangannya itu, disusul dengusan kasar untuk bangkit dari posisi berbaringnya.
Alea iacta est.
The die is cast.
0 notes
realita-lampung · 1 year
Text
Tekab 308 Polres Lampung Utara Amankan Pelaku Anirat
Tumblr media
LAMPUNG UTARA - Aparat Kepolisian Resor Lampung Utara mengamankan seorang pria yang diduga kuat pelaku pembacokan terhadap seorang warga menjelang waktu berbuka puasa pada, Selasa (11/4/2023). Pria berinisial FE 47 tahun itu merupakan warga Jalan Kapten Dulhak, Gang Kelinci, Kelurahan Kota Alam, Kecamatan Kotabumi Selatan, Lampung Utara itu diamankan polisi lantaran telah melakukan pembacokan terhadap korbannya bernama Jhon Ariyadi alias Ujang usi 48 tahun warga Jalan Raden Intan, Gang Usaha, kelurahan setempat. FE membacok korban dengan menggunakan kampak yang mengakibatkan korbannya mengalami luka robek di kepala bagian belakang dan pergelangan tangan sebelah kanan. Kasat Reskrim Polres Lampung Utara, AKP Eko Rendi Oktama, SH, mewakili Kapolres AKBP Kurniawan, SH, SIK, MIK, mengatakan, peristiwa pembacokan itu terjadi di Jalan Kapten Dulhak, Gang Kelinci, Kelurahan Kota Alam sekitar pukul 17.50 WIB. Kronologis kejadiannya, lanjut Kasat, saat itu korban Ujang hendak pulang kerumahnya, kemudian didatangi terduga pelaku FE yang dengan tiba-tiba langsung membacok korban menggunakan alat berupa kampak ke bagian kepala belakang dan pergelangan tangan kanan hingga korban terjatuh. Selanjutnya harus mendapat perawatan di Rumah Sakit Handayani Kotabumi, ujar AKP Eko Rendi Oktama. Dari informasi yang didapat oleh tim, sambungnya, setelah kejadian terduga pelaku berada dirumahnya, Tekab 308 Polres Lampung Utara bersama anggota Polsek Kotabumi Kota langsung melakukan penangkapan terhadap terduga pelaku FE berikut mengamankan alat yang dipergunakan berupa satu buah kampak dengan gagang warna coklat dan diamankan ke Mapolres Lampung Utara. Untuk sebab-sebab kejadian, pihaknya tengah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, terkait dengan informasi dari keluarga maupun warga sekitar bahwa terduga pelaku pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ), tentu akan kami lakukan koordinasi lebih lanjut, pungkasnya. (Budi) Read the full article
0 notes
skyrettes · 3 years
Text
Damian Marini
Tumblr media
Dingin AC seketika terasa menjadi panas ketika Damian mendengar berita yang entah kenapa masih muncul mengenai kecelakaan pada sesi latihan bebas empat hari lalu yang terpampang nyata di siaran televisi. Ia beberapa kali menghela nafas panjang lalu mematikan tayangan tersebut untuk kemudian menatap langit-langit kamar ruang inap miliknya.
Hembusan nafas berat terdengar begitu jelas ketika ia kembali mengingat insiden kecelakaan yang menimpanya empat hari yang lalu hingga membuatnya berakhir di atas ranjang rumah sakit.
Keputusan tim untuk membuatnya absen di pertandingan selanjutnya yang akan diadakan di sirkuit Austria membuat laki-laki semakin putus aja. Tentu saja ia juga tidak bisa menyalahkan keputusan tim ataupun dokter sepenuhnya, karena bagaimanapun juga kecelakaan itu terjadi bukan karena kehendak mereka ataupun dirinya.
Damian mengalami kecelakaan pada sesi latihan bebas ketiga, Sabtu kemarin. Awalnya ia merasa tidak ada masalah apa-apa dengan kondisi tubuhnya setelah kecelakaan terjadi, namun belum juga pertandingan usai ia kembali mendapatkan penanganan yang serius karena cedera yang ia alami ternyata jauh lebih serius. Ia terjatuh dengan keras pada tikungan ke 11 yang mana membuatnya mengalami cedera di bagian tangannya. Damian lalu dibawa ke pusat medis sirkuit untuk menjalani pemeriksaan. Hasil pemeriksaan X-rays memperlihatkan adanya keretakan pada tulang radius pada pergelangan tangan kirinya. Ia selanjutnya dibawa ke Silverstone Medical Center untuk menjalani perawatan lanjutan. Tim dokter lantas melakukan prosedur minor untuk menstabilkan tulang yang patah sehingga Damian bisa segera diterbangkan ke Singapura untuk menjalani operasi.
"Kayaknya gue beneran bisa gila kalau sampai nggak ikut juga di San Marino." celetuk Damian pada Manager Teamnya yang baru saja datang.
Daniel berjalan mendekat kearah Damian sambil memutar bola mata malas. Ia kemudian mendudukkan diri di sofa tepat disebelah ranjang milik Damian sambil memperhatikan laki-laki itu yang terlihat jadi tidak bersemangat.
"Gue tahu lo punya ambisi naik kelas ke MotoGP, tapi jangan keterlaluan juga dong, Yan." kata Daniel yang sudah hafal betul dengan sifat Damian yang ambisius dalam segala hal.
Sepuluh tahun lebih mengenal Damian membuat Daniel paham bagaimana putus asanya laki-laki itu setelah keputusan tim diumumkan. Berada di puncak klasemen dan memimpin poin sementara benar-benar membuat Damian berharap besar momen kali ini akan punya hasil yang sama dengan tahun lalu. Ia optimis pada awalnya, tapi melihat bagaimana kondisinya sekarang rasa percaya dirinya runtuh begitu saja. Apalagi butuh waktu yang cukup lama baginya untuk kembali berkendara dan harus melewatkan beberapa pertandingan ke depan demi kondisinya.
Lusa pihak medis sudah mengizinkan ia untuk pulang yang mana hal itu membuat Damian sedikit lega. Ia tidak bisa terus berada di ruangan ini karena bisa-bisa kepalanya akan pecah karena merasa jenuh.
"Gue mau balik ke Jakarta." ujar Damian yang membuat Daniel sedikit terkejut.
Dua tahun lalu adalah tahun dimana terakhir kalinya Damian pulang ke Indonesia. Daniel tidak tahu pasti alasannya apa, hanya saja ketika ditanya jawaban Damian akan selalu sama, "Ngapain juga gue di sana? Sepi, nggak ada orang."
"Tumben? Biasanya juga malas." cibir Daniel yang membuat laki-laki itu seketika dibuat terdiam.
Butuh beberapa menit bagi Damian untuk menjawab pertanyaan managernya itu seolah pertanyaan barusan adalah yang paling sulit.
"Nggak tahu. Tiba-tiba pengen ketemu Alex." jawabnya.
Andrea Alex Marini adalah adik bungsu Damian yang umurnya satu tahun lebih muda darinya. Adiknya itu berprofesi sebagai seorang Dokter spesialis di salah satu rumah sakit di Jakarta. Mereka memiliki hubungan yang cukup dekat. Lebih dekat dari yang orang-orang bayangkan. Bahkan hubungan mereka lebih dekat dibandingkan dengan Kakaknya yang berumur lima tahun lebih tua dari Damian.
"Besok gue pesanin tiketnya." kata Daniel pada akhirnya. Setidaknya jika hal ini membantu proses pemulihan Damian, maka akan jadi hal yang bagus.
Damian juga tidak tahu alasan apa yang sebenarnya mendasari keinginannya untuk pulang setelah dua tahun lamanya. Pikiran itu tiba-tiba muncul setelah ia menerima pesan beruntun dari Alex kemarin malam.
"Enam minggu doang kan, Mas?" tanya Damian yang dijawab berupa anggukan oleh Daniel, mengiyakan pertanyaan laki-laki itu sesuai dengan kata dokter.
"Gue bakal sembuh dalam enam minggu."
40 notes · View notes
gramafitnyerisendi · 2 years
Text
Toko nyeri sendi tangan flu tulang GRAMAFIT PALING LENGKAP, WA 0878-8138-9755
Tumblr media
"Agen Antam nyeri sendi tangan flu tulang KLIK https://wa.me/6287881389755, obat nyeri sendi jari tangan Bogor, nyeri sendi tangan zakar Dumai, pergelangan tangan kecil kurus Purwakarta, nyeri sendi tangan flu tulang Meulaboh, nyeri pergelangan tangan ke dokter apa Solokan JerukManfaat GRAMAFIT: 1. Boswellia Serrata berkhasiat untuk mengurangi rasa nyeri akibat radang sendi 2. Mencegah inflamasi dan mengurangi rasa sakit 3. Memelihara kesehatan sendi dan tulang 4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh 5. Membantu memelihara ligamen pada tulang 6. Membantu dan mencegah osteoporosis dan osteoarthitis 7. Melawan infeksi pada tubuh 8. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan kolesterol Terdaftar BPOM: POM TR 202355231 Pemesanan & Konsultasi Hubungi Endang Wa:0878-8138-9755#seringnyerisenditanganmagelang, #sakitpergelangantanganselepasbersalinjatiroto, #obatnyerisendilengantangandepok, #radangsendijaritanganbengkakkutacane, #obatalaminyerisendipadasikutanganpangkalpinang, #sendisikutanganterasanyeripekalongan, #nyerisendiruasjaritanganbanjarnegara, #nyerisenditanganyangalamikademangan, #obatnyerisendiditanganciteureup, #nyerisenditanganevaongeneralhospitalbangkinangseberang"
0 notes
heart-ache-club · 2 years
Text
Ahaaaa~
Dah lama banget sih ini mah.
Ketika lagi semangat dan membebenah diri, tiba-tiba ada yang ngelempar tai dengan enaknya. Gak, gak nyalahin Tuhan, ternyata yang ngelempar tainya diri sendiri dengan kebodohan yang dibuat oleh diri sendiri.
Jujur, menyesal enggak sih asli, atau belum ngerasain ya?
Tapi, demi Allah ini aing gak bisa nerimain kalau emang keadaannya akan jadi kayak gini, gak mau!!!!! Walaupun emang dengan mewek gak akan ngerubah apa-apa, tapi aing gak terima banget banget banget!
Semenjak kemarin sakit, berikut sakitnya aneh banget ya bgst aing gak tau itu sakit apa, tai anjing dokter-dokter cuman suruh aing tebus obat doang gak jelasin apa-apa, jangan makan pedes cenah, bro aing teu nyeri tenggorokan, sumpah.
Pertama, leher tiba-tiba bengkak dan kalau dipegang sakit binggow ya say.
Tumblr media
Nah, ini bengkak dibarengi sama demam yang hebat banget, ripuh demi Allah idup sorangan di kosan cuman bisa meringis sorangan jingggg itu demamnya gila, seumur idup demam paling annoying pisan :(
Belum lagi, pusingnya juga mantap abis sama lemes, linu, pokoknya hareeng deh.
Oh heeh, aing juga mengalami agak sesak, terus kaya semua darah ada di kepala. Lebih kerasa kalau lagi tiduran. Terus, kaki aing kaya ketarik gitu loh sendi-sendinya :(
Bengkaknya baru kempes setelah 3-4 harian, pusingnya ilang setelah makan panadol extra, demam dan linunya kerasa sekitar 3 harian.
Nah, si bengkak ini muncul di hari Minggu, kempes di hari Rabu. Jadi aing gak kerja hei.
Hari Senin, aing ke puskesmas, dokternya cuman bilang infeksi, punten infeksi naon nyak? Judes pisan anjir. Kaya aing teh kebingungan berikut itu juga aing yang tanya bukan inisatif si eta ngasih tau :(
Udah lah makan obatnya mayan gratis ya.
Tapi teh, hari Kamis aing mulai masuk kerja, kaya masih tetep belum sembuh / fresh. Asa letih dan lesu, tiap bangun tidur kerasanya kaya malemnya abis mabok gitu, ya gak fit gitu lah. Dan lemes, di hari Kamis untun demam sih udah engga, pusing juga udah engga. Tapi untuk engap, masih banget.
Nah, hari Jumat nih pagi-pagi mau otw ke kantor merasa sepatu kok agak sempit yhhhh. Tapi tidak ku pikirkan, masih dengan rasa yang sama kaya abis mabok semalam padahal enggak, letik dan lesu mawa motor lalaunan yuk. Nah, di hari Jumat sore lah, mulai yeuh pusing kembali akhirnya minta obat pusing ke temen, mayan ampuh sih nuhun. Tapi kaya kaki aing makin ketarik-tarik gitu ya kak.
Pas pulang ke kosan, iseng cek kaki, bengkak dong si tiba-tiba suku gajah aing teh????? Sumpah ini sakit kaya makin absurd banget baru aing kayak gini. Overthinking? Jelas! Ternyata aing takut mati ygy.
Tumblr media
Bengkak sekitaran pergelangan kaki, itu rasanya ya kesemutan ketarik-tarik gitu. Mewek lah aing karena “Ya Allah ini apa aing gak mau kaya gini!!!!!”
Pokoknya nangis terus aing karena gak terima keadaan aing kalo jadi penyakitan gini :( alias aing jarang sakit sengku. Shock ieu gering aneh pisan.
Tangan juga (sebelah kiri) kaya pegel gitu kan ya. Terus kan konsul sama dokter di halodoc, ceunah diliat dari gejalanya ini tuh infeksi saluran nafas atas. Makin bete saya tidak bisa ngudud ya saaaay!!!!! Tapi dokter saranin utk swab, tapi aing yakin bgt aing lain covid. Dan bener, negatif.
Nah, sakitar jam 12 malem tadi aing ngalenyap, tapi tiba2 kebangun dengan badan yang geter gitu anjir, makin gila kan ini sakitnya? Badan aing kaya menggigil tapi disini tuh emang dingin tapi teu lebay. Makin panik aing teh, yaudah karena gabisa ngapa-ngapain lagi aing mewek deui weh :(
Ceritanya sampe sini dulu ya, rencana mau ke dokter aja langsung, gak akan ke puskesmas lagi :( alias mau ke klinik aja. Mon doa ya ges ya aing sehat lagi :( gak mau kaya gini, plieszthhhhhh!
Tumblr media
Foto terakhir mewek karena takut, panik, gak ada chill chillnya. Sedih sedih sedih. Jadi sebel deui ka diri sorangan.
2 notes · View notes
Text
0898-6060-102 Jual Obat Asam Urat Tiens di Gunungkidul
Tumblr media
Obat Alami Asam Urat Gunungkidul: Solusi Efektif untuk Mengatasi Asam Urat
Asam urat adalah masalah kesehatan yang semakin umum, dan banyak orang di Gunungkidul yang mencarinya solusi yang aman dan efektif. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai Obat Alami Asam Urat Gunungkidul, serta manfaat dan cara penggunaannya. Kita juga akan menyoroti produk-produk dari Tiens yang telah terbukti bermanfaat.
1. Memahami Asam Urat
Apa Itu Asam Urat?
Asam urat adalah senyawa yang dihasilkan oleh tubuh saat memecah purin, zat yang banyak ditemukan dalam berbagai makanan. Kadar asam urat yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan kristal di sendi, yang mengakibatkan rasa sakit dan peradangan.
Gejala dan Dampak
Gejala asam urat sering kali muncul tiba-tiba dan dapat meliputi:
Nyeri Sendi yang Mendalam: Terutama terjadi pada jempol kaki, tetapi bisa juga terjadi di lutut, pergelangan tangan, dan sendi lainnya.
Pembengkakan: Sendi yang terpengaruh tampak bengkak dan berwarna merah.
Kekakuan: Terutama di pagi hari atau setelah beraktivitas.
Penyebab Kadar Asam Urat Tinggi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah meliputi:
Diet Tinggi Purin: Mengonsumsi makanan seperti daging merah, jeroan, dan seafood.
Obesitas: Kelebihan berat badan berpengaruh terhadap metabolisme asam urat.
Dehidrasi: Kurangnya asupan cairan dapat menghambat pengeluaran asam urat.
Faktor Genetik: Riwayat keluarga dapat mempengaruhi risiko terkena asam urat.
2. Obat Alami Asam Urat di Gunungkidul
Di Gunungkidul, banyak orang mulai beralih ke Obat Alami Asam Urat yang dianggap lebih aman dibandingkan obat kimia. Mari kita eksplorasi beberapa pilihan yang tersedia.
Obat Asam Urat Tiens Gunungkidul
Obat Asam Urat Tiens Gunungkidul menjadi salah satu pilihan utama. Produk ini terbuat dari bahan-bahan herbal alami yang telah terbukti efektif dalam menurunkan kadar asam urat dan meredakan nyeri sendi. Tiens juga menawarkan Paket Obat Asam Urat Tiens Gunungkidul, yang dirancang untuk memberikan pendekatan komprehensif dalam pengobatan asam urat.
Obat Asam Urat Paling Ampuh Gunungkidul
Di antara berbagai pilihan, ada Obat Asam Urat Paling Ampuh Gunungkidul yang terkenal karena efektivitasnya. Produk ini tidak hanya membantu meredakan gejala, tetapi juga berfungsi untuk menormalkan kadar asam urat dalam darah.
Obat Alami Asam Urat Gunungkidul
Berikut beberapa Obat Alami Asam Urat Gunungkidul yang dapat Anda coba:
Jahe: Memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat membantu meredakan nyeri sendi.
Kunyit: Mengandung kurkumin, yang terkenal efektif dalam mengurangi peradangan.
Daun Sirsak: Memiliki banyak manfaat dan dikenal dapat membantu menurunkan kadar asam urat.
Ceri: Dikenal baik untuk kesehatan sendi dan membantu mengurangi risiko serangan asam urat.
Obat Asam Urat Herbal Tiens Gunungkidul
Tiens juga menyediakan Obat Asam Urat Herbal Tiens Gunungkidul, yang sangat aman untuk konsumsi jangka panjang. Produk herbal ini telah teruji dan diakui efektif dalam mengatasi masalah asam urat.
Obat Asam Urat Cina Gunungkidul
Pengobatan tradisional Cina menawarkan solusi herbal yang telah digunakan selama berabad-abad. Obat Asam Urat Cina Gunungkidul ini mengandalkan kombinasi herbal untuk membantu mengatasi gejala asam urat.
3. Tips Mengelola Kadar Asam Urat
Mengelola kadar asam urat melibatkan kombinasi antara pengobatan dan gaya hidup sehat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil:
Pola Makan Sehat
Hindari Makanan Tinggi Purin: Batasi konsumsi daging merah, jeroan, dan alkohol. Sebaliknya, perbanyak konsumsi buah dan sayuran.
Minum Air yang Cukup: Pastikan Anda terhidrasi dengan baik untuk membantu pengeluaran asam urat dari tubuh.
Kontrol Berat Badan: Mempertahankan berat badan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko asam urat.
Aktivitas Fisik
Olahraga secara teratur sangat penting dalam menjaga kesehatan sendi. Cobalah untuk melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, seperti berjalan, bersepeda, atau yoga.
Rutin Memeriksakan Kesehatan
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala akan membantu Anda memantau kadar asam urat dan menghindari komplikasi yang lebih serius.
FAQ
Apa Obat Alami Asam Urat Dari Tumbuhan?
Beberapa obat alami dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengatasi asam urat antara lain jahe, kunyit, daun sirsak, dan ceri.
Apa Obat Dari Asam Urat?
Obat dari asam urat biasanya terdiri dari obat-obatan yang diresepkan oleh dokter atau suplemen herbal yang telah terbukti efektif dalam mengatasi masalah asam urat.
Apa Obat Asam Urat Yang Baik?
Obat asam urat yang baik adalah yang terbuat dari bahan alami dan telah teruji secara klinis, seperti produk dari Tiens yang dapat membantu menurunkan kadar asam urat.
Apa Saja Obat Untuk Asam Urat?
Obat untuk asam urat bisa berupa obat resep, obat over-the-counter, atau suplemen herbal. Beberapa di antaranya termasuk nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) dan produk herbal.
Apa Obat Asam Urat Di Apotik?
Di apotek, Anda dapat menemukan berbagai obat asam urat, termasuk obat anti-inflamasi, obat penurun asam urat, dan suplemen herbal. Pastikan untuk berkonsultasi dengan apoteker atau dokter sebelum memulai pengobatan.
Kesimpulan
Masalah asam urat adalah kondisi yang perlu dikelola dengan baik. Dengan memanfaatkan Obat Alami Asam Urat Gunungkidul dan mengadopsi gaya hidup sehat, Anda dapat mengatasi masalah ini dengan efektif. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk informasi lebih lanjut. Semoga artikel ini bermanfaat dan membantu Anda mencapai kesehatan yang lebih baik!
Buka link selanjutnya:https://www.tumblr.com/obatasamurattiensherbal/762023589840125952/0898-6060-102-distributor-obat-asam-urat-tiens-di?source=share
Apakah Anda atau keluarga anda Menderita Penyakit Asam Urat dan sedang mencari Obat Asam Urat Herbal SUPER AMPUH di Gunungkidul?
Kami adalah Distributor Resmi untuk Herbal Tiens di WilayahDaerah Istimewa Yogyakarta, Kami Menjual Obat Asam Urat Herbal Tiens di berbagai Kota dan Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Terutama di Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, Sleman, Yogyakarta, dan sekitarnya.
Obat Asam Urat Alami dari Tiens adalah salah satu obat asam urat herbal terbaik di dunia. Obat asam urat tiens telah digunakan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Obat Herbal Tiens adalah obat Herbal yang Alami, Memiliki BPOM, HALAL dan telah diproduksi maupun dikemas dengan Bioteknologi Modern. Obat Herbal Tiens juga digunakan oleh berbagai pemenang atlit pemenang medali emas di olimpiade.
Obat Herbal Asam Urat Herbal dari Cina ini sangat ampuh dalam mengobati dan menjaga kadar asam urat dalam darah Anda.
PESAN OBAT ASAM URAT HERBAL TIENS SEKARANG - WA: 0898 6060 102
Atau Anda bisa LANGSUNG Klik Link Ini : https://linktr.ee/daftar.produk      
Kunjungi Kami di:                                                                                   Youtube: https://www.youtube.com/@Grosirobatasamurattiens
Facebook: https://web.facebook.com/profile.php?id=61564430708297
IG: https://www.instagram.com/jualobatasamurattiens/
X : https://x.com/obat_urat                                        
Obat Asam Urat Tiens Gunungkidul, Paket Obat Asam Urat Tiens Gunungkidul, Obat Asam Urat Paling Ampuh Gunungkidul, Obat Alami Asam Urat Gunungkidul, Obat Asam Urat Herbal Tiens Gunungkidul, Obat Asam Urat Cina Gunungkidul
0 notes
strawberryiesh · 3 years
Text
Hari ini, esok, dan seterusnya
Ocha memandang lurus ke arah kompor merah muda miliknya. Hati dan pikirannya sedang berdebat. Apa ia secara tidak langsung mengajak Bakugo untuk kencan? Walaupun hanya makan mie berdua, sih. Dahinya mengerut, kini pikirannya berdalih. Bukan kah hal yang wajar jika menyenangkan teman yang sedang sedih? Lagi pula, ia ingin lebih akrab dengan Bakugo.
Gluk gluk gluk
Suara air panas membuyarkan lamunannya. Sudah saatnya ia memasak samyang.
Selama memasak, ia terus berpikir. Apa ia terlalu ikut campur? Apa ia berlebihan? Apa Bakugo merasa terusik? Lagi-lagi, ia menggelengkan kepalanya. Tidak, tidak seharusnya ia memikirkan hal ini. Ia melakukan ini hanya untuk menyenangkan Bakugo. Setelah itu, ia akan meminta maaf karena terlalu mencampuri urusannya.
“Iya, gua harus minta maaf, ” ucapnya pelan.
“Minta maaf sama siapa?” Suara Bakugo sukses membuat Ocha terperanjat. Badannya berbalik, menghadap ke arah Bakugo yang datang dengan tas jinjing berisi makanan ringan.
“Anjir! Bikin kaget aja, lu!” Matanya memicing, menatap Bakugo kesal.
“Salah sendiri pintunya gak dikunci. Gua masuk aja, lah. Kalau nunggu dibukain sama lu, bakalan lama,” kata Bakugo sambil berjalan mendekati Ocha. Iris merahnya menangkap sebotol kecap yang terletak di samping piring.
“Ini kecap buat apaan?” Tanyanya sambil mengangkat botol tersebut. “Sejak kapan makan samyang pake kecap? Tch.”
“Duh! Kan gak semua..”
“Kalau gak bisa makan pedes, bilang aja. Gak usah dipaksa gini,” Bakugo mengambil sebungkus mie goreng instan dari dalam tas jinjingnya, kemudian ikut mencelupkan isinya, merebusnya bersama samyang.
“Gua gak mau repot-repot cari obat sakit perut buat lu,” tegasnya. Ocha mengembangkan senyumnya. Bagaimanapun, ini bentuk perhatian dari Bakugo, bukan?
“Thanks.”
“Jangan salah paham,” kata Bakugo sambil memicingkan matanya.
10 menit berlalu, mie mereka sudah matang. Kini, Bakugo membuntuti Ocha menaiki tangga, menuju ke rooftop. Ia membiarkan Ocha membawa piring mereka, sedangkan ia membawa tas jinjing berisi makanan ringan serta tikar. Setelah sampai di rooftop, Ocha memerintahkan Bakugo untuk menggelar tikarnya, sedangkan ia mengeluarkan makanan dan menatanya. Tidak lupa, ia menyalakan flashlight dari handphone miliknya.
“Kalau di pikir-pikir, lu suka banget ya ngajak gua ke rooftop,” ucap Bakugo memecah keheningan.
“Emang lu gak suka suasana di sini? Lihat, deh. Lampu gedung yang nyala di malam hari tuh cantik banget, kayak bintang. Terus, suasananya sejuk. Ada angin,” jelas Ocha sambil memejamkan kedua matanya, menikmati hembusan angin yang ikut menerbangkan rambut coklatnya.
“Netral. Gak suka, tapi gak benci juga.”
“Kenapa?”
“Gua gak suka dispesialin..” Bakugo menggantung kalimatnya, “takut dikecewain lagi,” ucapnya setengah berbisik. Ocha mengerjapkan mata ketika mendengar perkataan Bakugo. Bakugo baru mengatakan bahwa ia membatasi dirinya, tidak ingin terikat dengan apapun, dengan siapapun. Bakugo takut kecewa, lagi. Semuanya jadi terasa masuk akal bagi Ocha. Siapapun yang pernah dikecewakan oleh orang terdekatnya pasti akan berusaha agar hal tersebut tidak terjadi lagi.
Menutup diri adalah salah satu usaha Bakugo, tapi, apakah salah jika Ocha ingin mengenal sisi Bakugo yang lain? Sisi Bakugo yang tidak menutup dirinya. Atau mungkin, sisi terdahulunya. Bagaimanapun, lelaki di sebelahnya lebih dari pantas untuk mendapatkan kembali apa yang telah hilang dari dirinya.
Pejamkan matamu sebentar, dan peganglah tanganku
Aku akan merebut kembali senyum-mu
Senyum yang telah direbut olehnya
“Bakugo Katsuki!” Bakugo memandang horror Ocha yang memanggil nama lengkapnya.
“Apaan anji..” belum selesai Bakugo bertanya, Ocha sudah menarik pergelangan tangan milik Bakugo. Menyeretnya menuruni tangga dan keluar dari toko milik Ocha. Mereka berlari keluar, masih dengan Ocha yang tidak melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Bakugo.
“Oi, gua mau diculik ya hah?!” Bakugo berucap setengah teriak. Ia tidak menyangka kalau dirinya harus dipaksa berlari tengah malam.
Mari kita mulai cerita ini tanpa menyebutkan nama
Jika kau memberi tanda untuk membawamu pergi,
Aku akan mencurimu dari tempat ini
“Hah..? Maaf..” Jawab Ocha sambil terengah-engah. Ia berusaha mengatur napasnya sambil terus berlari.
“Makan samyangnya lain kali aja, yah! Tiba-tiba gua lebih pengen minum air kelapa,” tiba-tiba Ocha menghentikan lajunya, membuat Bakugo menabrak tubuh mungil di hadapannya.
“Oi yang bener!”
“Lampu merah! Berenti sebentar. Emangnya lu mau ditabrak?”
“Tch. Lagian lu labil banget. 30 menit yang lalu mau samyang, sekarang mau air kelapa. Beli aja di..” Ocehan Bakugo terputus ketika lampu di hadapannya berwarna hijau untuk pejalan kaki. Ocha kembali menarik pergelangan tangan Bakugo.
“Mau air kelapa yang ada di pinggir pantai!” Potong Ocha cepat. Bakugo menggelengkan kepalanya. Perempuan di depannya benar-benar tidak bisa diprediksi. Semenjak mengenal Ocha, hal-hal yang terjadi pada dirinya tidak dapat diprediksi. Tidak ada satu pun yang akan percaya bahwa Bakugo Katsuki akan memberikan nomor handphone-nya, membantu menghias cupcakes, mencicipi strawberry milkshake—mengingat Bakugo tidak suka sesuatu yang manis­—, hingga diseret untuk berlari tengah malam bersama customer yang bahkan belum sebulan ia kenal.
Berlari melalui langit malam
Terbang melewati kota yang bagaikan permata
Biar aku tunjukkan dunia yang menyilaukan padamu
Dunia yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya
Dan entah kenapa, Bakugo menyukai hal ini. Ia mempercepat langkah kakinya hingga melewati Ocha, memimpin perempuan bermanik hazel di belakangnya.
“Kita gak mungkin lari sampai pantai. Sini, gua tunjukkin rute paling cepat ke kereta bawah tanah.”
Kali ini, bukan hanya Ocha yang mengembangkan senyum, melainkan Bakugo juga. Bibir Bakugo terangkat, menampilkan deretan giginya yang putih.
“Kacchan! Lo barusan senyum ya?” Tanya Ocha sambil berusaha mengejar Bakugo. Barusan, ia melihat pria berambut duren di hadapannya tersenyum.
“Bacot! Udah lari aja! Masih kuat kan lu?”
“Kalau gak kuat, emang lu mau gendong gua?” Bakugo mengurangi lajunya, kemudian memosisikan dirinya setengah berjongkok. “Naik.”
“Hah?”
“Cepet! Sebelum gua berubah pikiran.”
Hap
Ocha berhasil naik ke atas punggung Bakugo. Pahanya digenggam erat oleh kedua tangan Bakugo, berusaha mempertahankan Ocha agar tidak melorot. Ocha mengalungkan lengannya pada leher Bakugo, mempererat pegangannya.
“Kacchan, lu keringetan!” Kata Ocha sambil menepuk pundak Bakugo pelan. Bakugo hanya memalingkan wajahnya, malu.
“Lu juga, bulet.” Ocha hanya tertawa renyah mendengarnya. Tangan mungil miliknya terulur, berusaha menyeka keringat yang ada di dahi Bakugo. Badan Bakugo menegang, kaget dengan sentuhan Ocha yang tiba-tiba.
“Ekhm,” Bakugo pura-pura berdeham, menghilangkan kegugupan.
“Biar gak ngenain mata lu. Kalau kena bisa perih, tuh,” jelas Ocha dengan tenang, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa wajahnya memerah, menahan malu.
Kini, keduanya telah sampai di stasiun. Setelah menempelkan kartu keretanya, mereka berjalan masuk ke dalam kereta. Udara dingin langsung menyentuh kulit mereka, menurunkan suhu badan yang naik karena berlari. Atau, karena mereka baru gendong-gendongan?
Kemudian, kita akan menyebrangi lautan
Menembus angin musim semi
Menghancurkan pelangi dan menebarkannya di langit
Kereta mereka telah sampai di tujuan. Stasiun pemberhentian mereka tidak jauh dari laut. Hanya memerlukan waktu 15 menit jalan kaki. Selama perjalanan, Ocha sering menggoda Bakugo, seperti bertanya apa ia mengenakan deodorant rasa caramel? Karena, Bakugo wangi cupcakes yang baru matang. Bakugo tentu saja hanya mendesis mendengar pertanyaan bodoh yang dilontarkan Ocha tanpa niatan menjawabnya.
“Kacchan, ayo duduk di sana,” Ocha menunjuk bangku taman yang ada di pinggir pantai. Ia langsung menghempaskan bokongnya. Matanya memandang lurus cakrawala yang ada di hadapannya. Langit masih gelap, bulan masih menggantung di atas sana. Ocha memejamkan mata sebentar sambil menghela napas.
“Kacchan, gua gak tau hal apa yang pernah terjadi sama lu..” Ocha berucap pelan, memulai percakapan yang sepertinya akan panjang. “Hal itu pasti bikin lu kecewa, makanya lu membatasi diri lu sama orang sekitar. Lu gak mau terlalu terikat. Iya, kan?”
“Dan pada akhirnya, ketika lu merasa udah terikat, punya koneksi yang kuat sama orang-orang di sekitar lu, sedangkan mereka ninggalin lu gitu aja, lu pasti kecewa.”
“Iya lah?! Siapa yang gak bakal kecewa.”
“Iya, makanya sekarang lu kayak gini..” Ocha memandang Bakugo dengan lembut. Tangannya berusaha menggenggam erat tangan milik Bakugo, kemudian menautkan jari mereka. Surprisingly, Bakugo tidak protes sedikit pun.
“Tapi, malem ini gua bisa lu liat senyum. Gua merasa kayak.. apa ya? Lu bebas, gitu.”
“Emang selama ini gua dipenjara?!” Ocha meremas kuat jemari Bakugo, membuat Bakugo meringis pelan.
“Bukan gitu, bodoh. Gua kayak ngeliat diri lu yang lain. Soft version-nya, gitu. Dan entah kenapa, gua suka..” Ocha menatap kedua mata Bakugo dengan serius.
“Kalau imbalannya bisa ngeliat lu bahagia kayak gini, rasanya, gua bisa ngelakuin apapun itu buat lu,” Ocha mengangkat tangannya yang lain, mengacungkan pinky swear di depan wajah Bakugo.
“Karena bagi gua, lu lebih dari pantes untuk dapetin senyum lu balik. Pinky swear.”
“Buat?”
“Janji untuk ngerebut balik senyum yang pernah hilang dari lu. Habis gimana dong? Gua suka senyum lu. Gua bakal rebut senyum yang pernah ilang itu.”
Entah hari ini atau besok,
Kau bisa menjadi dirimu sendiri
Tidak ada yang mustahil saat aku bersamamu
“Coba aja kalau bisa.” Ocha mengulum senyum. Ia sudah berhasil membuat Bakugo tersenyum malam ini. Esok dan seterusnya pasti bukan hal yang sulit.
“Btw, kita jadi minum air kelapa?”
“Anjir?! Siapa yang jual air kelapa jam segini?”
“Lah kan lu yang ngajak minum air kelapa di pantai?!”
“Tunggu terang, lah! Dasar oon.”
“Elu, goblok.”
Dee’s note       : Hai! Aku mau ngucapin terima kasih banyak karena kalian udah nyempetin waktu buat baca amai *emot uwu*. Komen, like, retweet, apapun itu dari kalian, bikin aku semangat ngerjain aunya hihuhihu. Oiya, part kali ini aku bikin jadi song-fic. Aku harap kalian suka! Liriknya dari lagu Phantom Thief – back number. Pas aku baca translatean liriknya, aku merasa kayak “anjir?! Cocok banget sama kisahnya bakugo-ocha.” Jadi, ya gitudeh.
10 notes · View notes
tashwirul · 3 years
Text
Jurnal Berkabungku: 25 Juli 2021
Sudah hari kesepuluh sejak aku memutuskan untuk bersegera pulang kampung, karena kondisi sakit ayah yang kian memburuk sehingga harus dibawa ke IGD. Terakhir kali aku bertemu beliau hari Minggu lalu, saat mengantarkan buah-buahan dan makanan. Ketika itu, dokter yang sedang mengontrol kondisi ayah tak sengaja melihat aku masuk Ruang Isolasi Covid-19, sehingga beliau menegur dan meminta agar aku tidak memasuki ruangan itu lagi. Setelahnya, sekitar tujuh hari sampai ayah menghembuskan nafas terakhir, aku tidak mendatangi beliau di ruangan itu lagi.
Dua hari ini kondisi ayah katanya memang sempat drop. Kalau sedang batuk dan buang air kecil, beliau terengah-engah kehabisan napas. Namun beberapa kali hasil oxymeter menunjukkan angka di atas 90-an, yang berarti jauh membaik daripada ketika pertama kali dibawa ke rumah sakit, yaitu saturasi oksigen 60-an. Sehingga aku sama sekali tidak menyangka bahwa beliau akan dipanggil siang ini. Betapa tidak, seumur hidupnya ayah tidak pernah sakit parah dan tidak memiliki komorbid apapun.
Siang hari menjelang pukul 12, kakak sepupu menelpon. Ia berusaha berbicara pelan-pelan dan hati-hati, tetapi intinya minta aku dan adik-adik segera bersih-bersih lalu bersiap untuk dijemput ke rumah sakit karena ayah ingin bertemu dengan kami semua, anak-anaknya. Dari sini aku sudah tahu persis maksudnya: ayah sedang kritis atau drop lagi. Segera saja aku ke kamar mandi, membilas badan sekenanya dan berganti pakaian. Tanganku sudah gemetar dan jantung berdegup tak karuan. Sampai sejurus kemudian, kakak sepupu itu menelpon lagi dan bilang kalau kami tidak jadi dijemput ke rumah sakit karena ayah sudah mau pulang. Aku sudah cukup dewasa untuk mencerna maksudnya. Lalu dengan perasaan yang kacau, aku menyampaikan berita duka itu ke adik-adik. Tangis pecah seketika di antara kami. Kalau boleh jujur, rasanya dunia berbeda sama sekali sejak detik mendengar berita itu.
Keluarga sudah mulai berdatangan begitu mendengar kabar berpulangnya ayah. Masjid lalu mengumumkan berita itu kepada seantero desa. Di tengah keramaian keluarga yang berdatangan, aku merasa sangat kesepian dan kebingungan. Sedikit melompat ke belakang, terakhir kali mengunjungi ayah di rumah sakit, beliau sempat bercerita tentang mimpinya didatangi para keluarga yang sudah mendahului. Ada almarhum kakek, almarhum Pak Haji Ilham (paman ayah yang sewaktu kecil merawat beliau), Pakde Kharis (kakak iparnya), dan Mbah Maimoen Zubair (ayah dulu adalah abdi ndalem di rumahnya). Tapi biar ada cerita semacam itu, namanya juga manusia, aku selalu berusaha untuk mengingkari segala firasat dan berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa itu bunga tidur semata. Ternyata, hari ini benar-benar menjadi kali terakhir aku melihat ayah untuk selama-lamanya.
Ayah meninggal karena Covid-19. Penyebabnya boleh juga disebut karena ketidakmampuan Pemerintah menangani pandemi secara efektif di Indonesia. Atau bisa juga disebut karena berita hoaks di sosmed yang menyebabkan beliau enggan menerima vaksin meskipun aku berulang kali memintanya. Oleh karena diagnosis positif itulah, kami sekeluarga merelakan jenazah ayah untuk diurus sesuai dengan protokol pemulasaraan dan penguburan Covid-19. Ibu memanggil kami semua (kecuali si Bungsu yang masih berada dalam perjalanan pulang dari pesantren di Jombang) untuk melihat jasad ayah sebelum dimandikan, dikafani, dan dimasukkan ke dalam peti. Bergegas kami berangkat dari rumah menuju rumah sakit.
Sesampainya di ruang isolasi (tempat ayah dirawat beberapa hari ini), aku menyaksikan tubuh itu. Ayah sudah tidak bernapas dan tidak bergerak. Di sekeliling mukanya diberikan tali pengikat agar mulutnya tetap tertutup. Di pergelangan tangan juga ada kain pengikat yang sama, menyatukan kedua tangannya di atas perut, seperti posisi seorang yang salat. Aku melihat ibu berusaha mengelus kepala ayah, menyaksikan kakak sudah menangis deras, dan adik-adik juga demikian. Entah kenapa aku merasa perlu mengambil peran “sok kuat” di sini. Aku bertanya ke Ibu seperti apa detik-detik terakhir ayah. Jawabnya, ayah meninggal dengan sangat mudah dan masih mampu berbicara serta merapal kalimat-kalimat pujian kepada Allah persis sebelum arwahnya dicabut oleh Malaikat Maut. Mendengar itu, sejujurnya ada perasaan haru, bahagia, dan syukur yang menyelip di sela-sela duka yang lebih mendominasi. Aku tahu bahwa setiap manusia memang akan mati. Kapanpun dan siapapun diambil, aku tidak akan pernah memiliki mentalitas yang siap sepenuhnya. Karena itu, fokus utamaku adalah bagaimana detik-detik terakhirnya: baik dan mudah, atau sulitkah?
Siang itu kulihat jasad ayah tampan dan bersih sekali. Jauh lebih tampan daripada ketika bertemu beberapa waktu lalu. Aku berulang kali bertanya kepada Ibu, “Ayah meninggalnya mudah kan, Bu?” dan Ibu berulang kali pula menjawab “Alhamdulillah, mudah sekali. Bagus sekali”. Barangkali itu hal paling menguatkan dari fakta bahwa aku tidak akan menemuinya lagi untuk selama-lamanya. Tapi memang demikian, aku tidak berbohong sama sekali. Jenazah ayah setampan dan sebersih itu, bahkan sebelum dimandikan. Aku memeluk tubuh itu, mencium kedua pipinya, mencium keningnya, dan membisikkan ke telinganya “Ayah, sering-sering mampir ke mimpiku.” Aku benar-benar berbisik demikian ke telinganya. (Dan untuk alasan yang tidak bisa kujelaskan, aku sangat meyakini bahwa Ayah mendengarnya. Entah bagaimana caranya).
Sambil menunggu proses administrasi untuk keperluan pemandian dan pemulasaraan, Ibu bercerita tentang detik-detik terakhir ayah. Katanya, beliau masih sadar sampai menjelang kematiannya. Ketika oksigen rumah sakit habis dan beliau drop, beliau langsung memeluk ibu dan kakak, masing-masing di tangan kanan dan kirinya. Kepala mereka bertiga bersentuhan. Ayah menangis dan bilang “Sebenarnya aku ini masih ingin membesarkan anak-anak”. Lalu tibalah detik-detik itu. Ayah kesulitan bernapas, sehingga dituntun Ibu untuk menghirup dan mengeluarkan napas. Ia berusaha keras menghirup napas panjang, lalu mengeluarkannya melalui mulut sambil berkata “Astaghfirullah”, kemudian berganti “Ya Allah, Ya Rahim” membaca Asmaul Husna sambil menangis, lalu terakhir hanya mampu berkata “Allah”. Setelah beberapa kali, beliau terdiam dan tidak mampu berkata-kata lagi. Lalu dalam satu tarikan, (Ibu mengumpamakannya seperti ada benang yang ditarik keluar melalui mulutnya), ayah meninggal. Sudah, semudah itu Allah mencabut nyawa seorang makhluk.
Setelah urusan administrasi selesai, jenazah didorong ke kamar mayat. Aku dan kakak diperkenankan untuk ikut memandikan, memakai alat pelindung diri lengkap. Kami memandikan jenazah beliau dengan pelan-pelan. Sebenarnya tidak banyak yang perlu dibersihkan, karena sebagaimana yang aku sampaikan sebelumnya, jenazah ayah sudah sebersih itu sejak sebelum dimandikan. Setelah itu, beliau dikafani, aku berusaha untuk merekam wajah itu untuk yang benar-benar terakhir kali. Setelah dikafani, dilapisi plastik, dan dipetikan, aku sudah tidak bisa melihat wajah beliau.
Sirine mobil ambulan berbunyi nyaring, dikawal oleh mobil polisi, mengantarkan ayah ke rumah duka. Kami sengaja meminta mobil ambulan untuk mampir sebentar di rumah agar ayah bisa disalatkan oleh para keluarga dan tetangga. Peti ayah tidak diturunkan dari ambulan, sehingga kami melakukan salat jenazah menghadap mobil tersebut. Setelah itu, dengan perasaan yang sangat berat, ayah diantarkan ke liang lahat.
Hari ini terasa seperti mimpi. Sekilas tiba-tiba berlalu. Ada banyak hal yang tidak bisa aku ingat. Sekali lagi karena ibarat mimpi, banyak detail yang terasa tidak signifikan untuk disimpan di dalam otak. Malamnya, aku tak bisa tidur sama sekali sampai pukul 4 pagi. Aku benar-benar berharap ayah akan berpamitan malam ini. Entah bagaimana bentuk dan caranya, aku siap menemuinya. Sayang, aku tidak menemukan apa-apa sampai pagi tiba.***
4 notes · View notes
themysterious-sense · 3 years
Text
California in Love (Part 4)
Kina's POV
Aku berpaling ke arah depan. Dan kala itu aku tersadar bahwa sesuatu seperti menamparku secara tiba-tiba. Hatiku bereaksi begitu cepat sesaat mata kami bertemu.
Dylan?! Gumamku dalam diam.
Ya, selama bertahun-tahun aku menganggap Tuhan memang sudah memisahkan kita. Mematahkan jalan antara kita. Dan jika Tuhan mempertemukan kita lagi, mungkin itu adalah keajaiban, pikirku.
Dan di saat itulah aku merasa bahwa keajaiban Tuhan memang ada.
Aku masih terdiam membisu, sementara dadaku masih menciptakan suatu detakan yang cukup dahsyat. Pupilku masih menatap lurus ke arahnya. Menangkap jelas sorot mata tajamnya itu. Tiga tahun berlalu sudah, dan tatapan lelaki itu tetap berhasil menghanyutkan diriku. Ia... terlihat begitu gagah. Aku akui itu.
Hening.
Kemudian, atasanku pun berkata, "Duduk, Na."
Mataku melebar seketika, lalu dengan lekas aku berjalan menuju kursi tepat di sampingnya. Ya, di samping Dylan. Aku meletakkan sebuah file dan barang-barangku di atas meja. Yang tentunya, tanpa melihat matanya sedetik pun.
Lantas, aku melihat sesuatu yang tak asing.
Kebiasaan lelaki ini yang memakai jam di tangan kanannya ternyata masih ia terapkan hingga sekarang. Dan yang membuatku terkejut adalah... ia memakai gelang itu.
Ya, gelang kita berdua.
Sebuah gelang buatanku yang terbuat dari benang sulam dengan logam bulan sabit yang tergelantung di sana. Gelang yang sama seperti yang aku punya.
"Kenapa ada bulan sabitnya?" tanya Dylan kala itu.
"Gelang aku ada bulan sabit, gelang kamu juga ada bulan sabit. Kalau disatuin bakalan jadi bulan yang sempurna," kataku. "Pakai ini terus, ya? Pokoknya... kita itu adalah bulan yang sempurna!"
Ya, aku masih ingat kenangan itu. Tahun 2012, di kala aku akhirnya menyelesaikan sekolahku, dan dia yang akan berangkat ke Amerika, melanjutkan kuliah S2-nya di sana. Meraih mimpinya untuk bisa duduk di bangku salah satu universitas terbaik di sana. Stanford University.
Aku melihat tangan kiri kokohnya yang bergerak, mengaduk-aduk minuman hangat miliknya. Dan gelang itulah yang melingkar lekat di pergelangan tangan kirinya.
"Ini keponakan saya," kata wanita paruh baya itu kepadaku. Bu Dina, atasanku.
"Dylan, ini sekretaris Tante," kata Bu Dina pada Dylan.
Aku mengangguk, dan kami pun bertatapan. Tatapan itu... sudah lama sekali, pikirku.
Lelaki itu lalu menjulurkan satu tangannya ke arahku. "Dylan," ucapnya.
Terjadi sebuah jeda dalam kurun waktu yang singkat. Sampai akhirnya, aku menjulurkan tanganku ke arahnya.
Kami bersalaman. "Kina," balasku canggung. Lalu secara langsung aku alihkan mataku ke arah lain. Rasa sakit memang masih menikam tragis lubuk hatiku, yang membuatku enggan untuk menatap matanya lebih lama.
Hening.
Lantas, suara berat itu pun kembali terdengar. "Tante, sore ini setelah kerja, Dylan boleh mampir ke hotel Tante?"
—To be continued
Written by : Me
Check out the previous parts in my profile!
1 note · View note
nadineksn · 4 years
Text
CHAPTER 67
***
Dia berciuman dengan sangat ganas, tak tertahankan, sangat berdarah sehingga An Zhe tidak bisa bernapas sama sekali. Dia memiringkan kepalanya tetapi ditekan kembali.
Dia baru saja mengasihani Lu Feng tapi sekarang dia bergetar karena marah. Miseliumnya menyebar, satu-satunya instingnya saat ini adalah untuk melepaskan diri dan dia ingin mencekik orang ini.
Tiba-tiba An Zhe pingsan di depannya. — sebuah potongan ingatan muncul di hadapannya
Sesosok jatuh di depannya, jantungnya tersentak, dia menangkap orang itu, memegangnya dengan erat. "An Zhe?"
Dalam keadaan setengah sadar, An Zhe menyadari ini adalah bagian dari ingatan Lu Feng. Dia baru saja minum darah Lu Feng dan melihat sesuatu. Dan sekarang yang terlihat adalah adegan dimana dia baru saja pingsan.
"An Zhe?" Lu Feng memanggil namanya beberapa kali berturut-turut, tetapi orang di lengannya tidak merespons sama sekali. Orang ini mengernyit, seolah-olah dia merasakan kesakitan.
Lu Feng tidak tahu mengapa An Zhe tiba-tiba menjadi seperti ini, jadi dia hanya bisa memeluknya lebih erat. Dia tiba-tiba seperti akan mati — persis seperti dunia yang berubah-ubah ini.
An Zhe tertegun saat melihat perasaannya saat ini. Saat ini, perasaannya dan perasaan Lu Feng tumpang tindih.
Lu Feng takut.
Dia sebenarnya takut. Apa yang dia takutkan?
Takut kehilangan pria di lengannya. Seperti... Jika dia kehilangan orang ini, dia telah kehilangan segalanya.
Tubuh An Zhe gemetar hebat. Pria ini—
Mengapa dia bisa begitu baik padanya dan begitu jahat padanya.
Kekuatan tangan di pundaknya dengan singkat membangunkannya dari pengelihatannya ini. Kesadarannya terpecah menjadi dua bagian. Setengah dicium oleh Lu Feng seperti disiksa, sementara setengah lainnya tenggelam dalam memori masa lalu, menyaksikan pria ini memegangnya dan meneriakkan namanya berulang kali.
Namun, dia tidak dapat bangun, dia tampak sangat sedih, sangat lemah, sangat rapuh, seperti menahan kesakitan.
Lu Feng menyeka keringat di dahi An Zhe dan An Zhe tanpa sadar meraih pergelangan tangan Lu Feng yang seperti selang oksigen yang menyelamatkan jiwa. Apa yang dipikirkan Lu Feng pada saat ini?
Dia berpikir, 'Aku bisa menyakitinya, aku bisa melakukan apa saja selama dia bangun.'
An Zhe menutup matanya. Dia masih menolak tetapi dia tidak memiliki banyak kekuatan. Dia tampak berkecil hati dan pada akhirnya, dia hanya bisa melepaskan semua perlawanan, membiarkan Lu Feng mengambil bibir dan jiwanya, segalanya.
Ini seperti perang yang panjang.
Emosi yang intens ini perlahan-lahan melebur dalam kebuntuan.
Begitu Lu Feng akhirnya melepaskan, An Zhe bersandar di dadanya dan tidak mengatakan apa-apa.
Lu Feng memeluknya, juga diam.
Waktu kosong membentang tanpa batas.
Hakim dan heterogen tidak mengatakan apa-apa.
Dalam kesunyian yang panjang, Lu Feng tiba-tiba membuka mulutnya. "Bagaimana kamu menjadi manusia?" dia bertanya.
"Karena AnZe."
Dia bersandar di pelukan Lu Feng. Mereka saling mengerti dan dalam ciuman yang didorong oleh impuls satu sama lain, mereka saling terbuka. Jadi, dia tidak perlu menyembunyikan apapun.
Faktanya, dia bukan heterogen.
Dia tidak berguna dan tidak dapat menginfeksi siapa pun. Dia sebenarnya jamur yang terinfeksi manusia.
Saat ini, Lu Feng melirik miseliumnya. Miselium putih masih ternoda darah dari tempat dia digigit oleh An Zhe. Ternyata jamur kecil ini akan sangat ganas ketika marah.
Darah itu menghilang sedikit demi sedikit karena diserap oleh miselium.
An Zhe juga melihat ke sana. Dia tiba-tiba berkata, "Kamu akan mati."
Lu Feng memegang jari-jarinya dan bertanya, "Kenapa?"
"Aku tumbuh dalam dirimu." An Zhe tidak berekspresi. "Aku memakan darahmu, organ dalammu, dagingmu, dan aku tumbuh di tulangmu."
Tangan lain Lu Feng perlahan mengenggam pergelangan tangannya, dan ujung kukunya melukai kulit putihnya, meninggalkan bekas kemerahan, seperti jamur yang patah karena hujan, mengeluarkan getahnya. Dia berbisik, "apakah kamu tahu apa yang kamu bicarakan?"
An Zhe menggelengkan kepalanya, tenggorokannya tercekat, matanya penuh dengan air mata. Dia menatap dinding yang ditutupi lumut hijau, dan melihat lampu gantung yang meleleh, jendela yang rusak karena angin matahari dan hujan yang turun bersama dengan hembusan angin.
Dia berpikir, dia tidak tahu bagaimana menjelaskan emosinya, tetapi dia ingin tetap bersama dengan Lu Feng dengan tenang, tapi tidak ada cara lain.
Dia menatap langit tak berujung.
Lu Feng mengatakan kepadanya, "Kamu menangis lagi."
An Zhe berbalik untuk melihat Lu Feng. Pada sudut ini, dia perlu mengangkat kepalanya sedikit.
Mereka saling memandang.
Tidak yakin alasannya tetapi melihat Lu Feng, An Zhe tertawa. Bibirnya sedikit merah dan matanya yang indah masih menyisakan air mata.
Dengan demikian, Lu Feng juga tersenyum.
Dia memegang wajah An Zhe, "... Konyol sekali."
An Zhe hanya menatapnya. Setelah waktu yang lama, dia bertanya. "Apakah pangkalan akan datang untuk menjemputmu?"
"Ya."
An Zhe tidak berbicara lagi, Lu Feng berkata, "Apakah kamu menyukai pangkalan?"
Ketika dia mendengar kata 'pangkalan,' rasa sakit akibat sengatan listrik menyebar ke seluruh tubuh An Zhe lagi. Dia bergidik secara fisiologis dan mengubur dirinya dalam pelukan Lu Feng lagi. Lu Feng memeluknya sambil menepuk punggungnya dengan lembut. "Maafkan aku."
An Zhe menggelengkan kepalanya. Baru tiga menit kemudian An Zhe bergerak lagi.
Dia menatap Lu Feng dan memegang tangannya erat-erat.
Dia seperti sedang menunggu sesuatu, pikir Lu Feng.
Bila Lu Feng berpikir begitu, An Zhe pasti akan melakukannya.
*(oho, buat yang ngga ngerti, maksudnya apa yg dipikiran/spesikulasikan lufeng tentang anzhe, biasanya jadi kenyataan)
Lu Feng sedikit membungkuk dan mencium An Zhe lagi.
Tidak ada gerakan ganas dan tidak ada perlawanan. Ciuman yang dalam dan tenang.
Bibir lembut An Zhe tidak tahan lagi. Selama waktu di mana mereka mengambil napas, Lu Feng menatap ekspresinya. Dia sedikit terengah-engah, bulu matanya sedikit turun, dan tetesan air di bulu matanya berkilau ringan. Tangan An Zhe menempel di bahu Lu Feng dengan lembut. Tindakannya yang malu-malunya, kepolosan yang lembutnya, dan sifat lemah lembutnya. Lu Feng mengingininya.
Namun dia masih menangis. Lu Feng mencium air matanya, seolah-olah ini akan menghapus semua kesedihan di antara mereka.
Pada akhirnya, hujan di luar secara bertahap berhenti. Di malam hari, langit bercahaya dengan warna kuning samar.
An Zhe berlutut di tempat tidur. Jari-jarinya bergetar ketika dia memeluk Lu Feng dan perlahan membaringkannya di ranjang.
Mata Lu Feng tertutup. Dia tertidur dan napasnya teratur. Tidak ada yang bisa membangunkannya sekarang. Mudah untuk melakukan ini. Selama ciuman, sebagian ujung lidahnya berubah menjadi miselium lunak dan kolonel tidak dapat mendeteksi hal ini.
Lu Feng yang tertidur tidak bisa menangkapnya lagi, tidak bisa menahannya. An Zhe tersenyum. Sebenarnya, Lu Feng tidak akan bisa menangkapnya. Tiba-tiba dia mengerti hal ini.
Pergi atau tinggal, dia harus memutuskan sendiri.
Tiba-tiba —
Pandangan An Zhe menjadi gelap dan rasa sakit hebat menyerang tiba-tiba.
Miselium terakhir juga terputus.
Sesuatu hilang darinya, seperti manusia kehilangan lengan atau bola matanya. Namun, bukan itu, bukan sesuatu yang tidak penting, keberadaan spora jauh lebih penting daripada anggota tubuh atau organ.
Tubuhnya tiba-tiba menjadi kosong. Lebih kosong daripada hilangnya spora yang belum matang. Seperti hubungannya dengan dunia tiba-tiba terputus.
Hal yang paling penting baginya telah keluar, dan kini dia hanya memiliki tubuh yang rusak dan akan membusuk. Seperti manusia tanpa jiwa.
*(manusia tanpa jiwa itu sama aja kayak cangkang manusia dalam novel xianxia))
An Zhe membeku.
Pada saat ini, dia yakin dia mendengar takdir berbisik di telinganya seperti hantu.
Dia melihat ke depan, mengangkat tangan yang gemetar.
Tepat sebelum ini terjadi, dia pikir dia punya pilihan. Dia benar-benar berpikir dia punya pilihan. Namun, begitu hal ini terjadi, dia menemukan bahwa dia tidak punya pilihan.
Dia benar-benar membeku.
Spora keluar dari tubuhnya dan dipegang di tangannya. An Zhe menatap benda putih kecil itu dan akhirnya berhasil tersenyum padanya.
"...Maafkan aku." Katanya.
Dia melanjutkan, "Aku... Apa yang harus kulakukan?"
Miselium spora menyentuh ujung jarinya. An Zhe tahu dia tidak mengerti.
Kemudian, miselium spora tiba-tiba bergerak perlahan ke satu arah. Spora meninggalkan jari-jari An Zhe, jatuh ke permukaan seragam hitam Lu Feng dan terus merangkak ke depan.
An Zhe melihat pemandangan ini. Ini bukan pertama kalinya spora melakukan gerakan seperti itu dan An Zhe tidak bisa menahan senyum.
"Mengapa kamu sangat menyukainya?" An Zhe berkata.
Spora kembali ke tangannya lagi dan menjepit ujung jarinya, tidak bisa bicara. An Zhe dengan lembut menghela nafas dan meletakkannya di tubuh Lu Feng. Setelah diletakkan, ia menggunakan miselium lunaknya untuk merangkak ke dada Lu Feng dan secara spontan memasuki sakunya. Tampaknya dia sangat bahagia, seolah-olah sudah lama dia ingin melakukannya.
An Zhe menyaksikan adegan ini. Dia tidak bisa mengerti mengapa spora begitu dekat dengan Lu Feng atau mengapa semuanya tiba-tiba sampai pada titik ini.
Dia mengambil selembar kertas dari ranselnya, meletakkannya di atas meja kopi dan menulis di atasnya.
"Spora ini sudah dewasa dan tidak sama dengan sebelumnya. Kamu bisa membesarkannya di tempat yang selalu basah."
"Spora ini membutuhkan banyak air dan takut pada binatang pengerat dan serangga."
*(Pengerat itu contohnya tikus, marmut, dll.))
"Jika kamu melakukan penelitian, jangan membuatnya merasa menyakitkan. Jangan membuatnya mati."
"Terima kasih telah merawatku selama ini."
"Aku pergi."
Meninggalkan catatan itu, dia merogoh saku dada Lu Feng dan mengeluarkan botol berisi cairan pelacak, membuka tutupnya. Cairan tosca mengalir keluar dan meresap melalui celah di lantai. Lalu, dia melepaskannya dan ada suara yang jelas saat botol itu pecah di lantai.
Seolah telah membuat keputusan penting dalam hidupnya, dia mengulurkan tangan untuk melepas lencana dari dada Lu Feng, memasukkannya di sakunya.
Terakhir, dia mengambil ranselnya dan menatap Lu Feng untuk terakhir kalinya sebelum berjalan keluar dari kamar.
Xi Bei melihatnya dan bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan?"
An Zhe menjawab, "Pergi dan melihat situasinya."
"Baik." Xi Bei tampaknya telah mendapatkan ketenangan. "Perhatikan keamananmu."
"Ya," An Zhe menundukkan kepalanya.
Dia mendorong pintu tangga darurat yang berkarat, kemudian dia melirik kembali ke rumah, melihat melewati sofa ke pintu kamar Lu Feng. Pintu abu-abu itu tampak memiliki daya tarik. Jika itu mungkin, jika dia tidak takut, dia akan suka tinggal di samping Lu Feng seperti spora. Namun, ini tidak mungkin.
*(Rumah diatas maksudnya apartemen.)
Dia menutup pintu dan berjalan ke atas. Tangga begitu tinggi dan tubuhnya tampaknya telah kehilangan semua kekuatan. Butuh waktu lama baginya untuk naik ke lantai paling atas dan setelah melalui sebuah pintu, ia tiba di atap gedung.
Setelah hujan, udara di luar sangat dingin.
Medan magnet buatan telah menghilang selama beberapa hari dan atmosfirnya menjadi tipis. Pada awal ketika Mercusuar masih aktif, dia mendengar ilmuwan manusia memperkirakan iklim tahun ini akan sangat tidak normal dan musim dingin akan datang setidaknya tiga bulan lebih awal.
— Musim dingin hidupnya akan datang.
Saat spora-nya telah dewasa, dia telah memenuhi tugas dalam takdirnya.
Sama seperti dia tidak pernah melihat jamur yang membesarkannya sejak dia tumbuh di tanah, dia ditakdirkan untuk gagal melindungi spora dan membesarkannya dengan aman.
Bagian dalam kering dan angin topan bertiup sepanjang waktu. Monster-monster menakutkan ada di sana — di Abyss, ada monster tikus dan monster arthropoda. Spora mungkin secara tidak sengaja diinjak-injak oleh monster raksasa atau terlibat pertempuran.
Akhirnya, An Zhe hanya bisa memilih untuk percaya pada Lu Feng.
Karena dia akan mati.
Kehidupan jamur tidak terlalu lama. Dia sudah dianggap salah satu yang terlama. Setiap orang memiliki misi dan begitu selesai, ia menyelesaikan arti hidup. Untuk jamur, membesarkan spora adalah satu-satunya misi.
An Zhe bergetar sedikit dalam angin dingin, dia memeluk dirinya sendiri. Tidak perlu dirasakan, tubuhnya telah hancur. Dia pernah melihat jamur mati sebelumnya. Ketika spora mereka jatuh, payung mereka secara bertahap akan hancur, melengkung, dan kemudian layu. Lalu, semua jaringan, miselium, batang dan akar di tanah, semuanya akan melebur menjadi genangan cairan gelap. Kemudian mereka akan dimakan oleh semua yang ada di tanah.
Dia telah menyaksikan proses yang sama berkali-kali, dan sekarang gilirannya. Dia tidak tahu berapa lama proses ini akan berlangsung tetapi pasti segera, sebelum manusia benar-benar hancur. Sebelumnya, dia benar-benar ingin kembali ke pangkalan bersama Lu Feng, tidak peduli apa yang terjadi selanjutnya.
Namun, biarkan Lu Feng berpikir dia masih hidup di hutan belantara. Hakim itu telah melihat terlalu banyak kematian.
Di atas bangunan itu, banyak tanaman rusak. Dia duduk di hamparan bunga, memeluk lututnya sambil menghadap ke timur dan menyaksikan malam menghilang dan matahari terbit.
Tempat ini tidak terlalu jauh dari pangkalan. Lebah hanya terbang sehari ke tempat ini.
Seperti yang dia duga, begitu matahari bersinar di atas kota melalui kabut pagi, kendaraan lapis baja tiba di Alun-Alun. Mereka pasti diberitahu dengan jelas situasinya karena mereka memiliki cukup senjata berat, sampai batas dimana mereka tidak takut pada serangan monster. Misalnya, elang terbang besar terbang di langit dan menatap mereka, tetapi tidak berani bergerak lebih jauh.
Awan abu-abu, elang terbang, kota yang hancur berantakan, dan konvoi kendaraan lapis baja seperti adegan yang hanya muncul di mimpi.
Angin membuat suara tajam lagi.
An Zhe memperhatikan sosok Lu Feng dan Xi Bei yang keluar dari gedung ini. Setelah negosiasi singkat dengan militer, mereka masuk ke mobil. An Zhe samar-samar bisa melihat sosok dokter. Begitu pintu tertutup, konvoi segera berjalan dan meninggalkan reruntuhan. Ketika Lu Feng pergi, apakah dia akan melihat kembali kota dari jendela mobil? Dia tidak akan tahu.
Tempat di mana An Zhe akan pergi selanjutnya adalah Abyss. Dia akan kembali ke gua dan menemukan tulang AnZe. Semuanya dimulai di sana dan akan berakhir di sana.
Menghadapi semua yang ditakdirkan untuk mati, Lu Feng memegang nasib Lu Feng dan dia memegang nasibnya sendiri.
Sudah berakhir.
***
16 notes · View notes
dinisuciyanti · 4 years
Text
Alergi
Mama ku, tiap ganti musim, pasti bentol-bentol besar di badannya. Teteh ku juga sama, tapi jarang, dan penyebabnya gak jelas. 
Aku? tentu saja, sepertinya reaksi alergi ini menurun padaku, dengan penyebab yang berbeda.
1. Alergi logam
Seingatku, dulu, pas masih pake anting sampai SD, telingaku sering gatal, ku garuk dan berdarah. Setelah itu, aku gak pernah pakai anting lagi. Cincin yang ku pakai pun, selalu terasa gatal, aku pun gak pernah pakai cincin lagi. Jam tangan bahan logam (gak tau asli atau imitasi) pernah diberikan mama sewaktu SD dulu, ku pakai, pergelangan tanganku gatal, alhasil, sampai sekarang tidak pernah terbiasa pakai jam tangan. 
2. Alergi dingin
Dulu, sewaktu tinggal di Bogor pertama kali, mungkin sebulan pertama, bentol-bentol besar tiba-tiba muncul di badanku. Waktu itu Bogor memang sedang musim hujan dan dingin. Tapi setelah itu, sedingin apapun Bogor, atau tempat tinggi lain, tidak pernah membuat badanku bentol-bentol lagi. Alhamdulillah.
3. Alergi udang
Seingatku, aku tidak pernah makan udang selama di rumah. Jadi, pas di Bogor, aku coba makan udang yang ku beli di warteg dekat kosan. Udang kecil seukuran jari kelingking. Bibir ku langsung bengkak, bentol besar di bibir. Setelah kejadian itu, aku tidak pernah makan udang selama 5 tahun. Lalu aku cerita pada temanku, katanya, mungkin udang yang ku makan waktu itu gak fresh, jadinya malah berekasi negatif. Lalu aku mencoba makan udang di kampus, berpikir positif kalau udang ini fresh, pas ku makan, ternyata reaksi alerginya hilang. Sampai sekarang, udang besar pun ku makan, haha.
4. Alergi gigitan nyamuk
“Darah manis” atau apapun itu. Intinya nyamuk suka sekali menggigit kulitku. Di rumahku, begitu banyak orang, yang nyamuk incar hanya darahku. Reaksi alerginya apa? bentol, kemudian muncul bintik berair, ku garuk karna gemas, dan meninggalkan bekas. Gitu aja terus sampe ikan hiu makan tomat. Itulah kenapa aku benci nyamuk. Di rumah pun, aku pasang kelambu agar nyamuk jauh-jauh dari tempat tidurku.
5. Alergi asam mefenamat
Aku gak bisa nelen obat. Udah dibarengin pisang pun, pisangnya ku makan, obatnya enggak, wkwk. Jadi waktu kecil, tiap sakit, mama selalu minta puyer atau sirup ke dokternya. Sekarang? tentu saja masih tidak bisaaaa, haha. Dulu ku tumbuk di sendok, tambah madu dan air, ku minum. Tapi demi alasan efisiensi, obat langsung ku kunyah se-pahit apapun itu. 
Mungkin dua tahun terakhir ini, tiap haid, pasti sakit perut di 1-2 hari pertama. Sakit yang bener-bener sakit, gak bisa bedain antara sakit perut haid, sakit perut diare, atau sakit perut kelaperan, wkwk. Minum kiranti gak ngefek. Akhirnya mengenal asam mefenamat sang penyelamat. Tiap sakit perut haid dan minum ini, langsung cliiiinnnggggg bisa ketawa lagi haha.
Kemudian drama alergi di mulai. Mungkin 3 bulan terakhir ini, tiap minum “obat mujarab” ku, dengan merk yang sama, sakit perut ilang, TAPI, langsung gatel tenggorokan, bersin, pilek, dan nyeri dada sampe susah napas dan kedenger bunyi mengi (kayak orang bengek gitu). Awalnya ku pikir karna aku kecapean ngolah data terus. Obat mujarab ku yang lain kalo pilek adalah Alpara. Ku minum lah. Sesek dan gatel tenggorokan ilang, besoknya udah sehat lagi.
Di bulan kedua, terulang. Ku pikir, apa reaksi Alpara ya, soalnya memang Alpara obat keras kalo di kemasannya. 
Di bulan ketiga, bulan ini, sakit perut haid lagi, ku coba tahan tapi tak mempan, aku menyerah dan minum asam mefenamat, reaksi gatal tenggorokan dan teman-temannya kembali datang. Ku diamkan, tapi tidak hilang, malah tenggorokan ku semakin gatal. Aku pun minum Alpara. Reaksi alergi mulai menghilang kecuali pilek. Aku konsul dengan bosku, seorang dokter, ya kemungkinan alergi. Katanya, aku tidak boleh minum asam mefenamat lagi. 
Jadi kenapa aku bisa alergi obat? ku ingat-ingat, awal tahun ini sepertinya aku pernah minum obat mujarab ini 3x dalam 2 hari (pagi - malam - pagi). Mungkin karna minum kebanyakan ya, jadinya malah alergi. Karna asam mefenamat itu termasuk jenis obat NSAID (non-steroid), aku agak takut kalau alergi ke semua jenis NSAID. Sudah ku coba tanya ke apoteker kenalanku, katanya struktur kimianya beda, jadi belum tentu. Mungkin aku mesti tes alergi ya ke depannya.
19 November 2020
4 notes · View notes