Tumgik
#secarik pesan di saku bajumu
deehwang · 5 months
Text
Jadi gini.
Kalau mau bahagia, mentalitas miskinnya ditinggalkan; berhenti playing victim, berhenti berpikiran negatif--apalagi berlainan faktanya dan sekedar duga-duga gak berbukti--tentang orang lain, dan jangan ambil secara personal apa-apa yang, kalau dipikir-pikir ternyata sepele dan bisa dibicarakan. Kan, situasi orang beda-beda. Kalau cukup bijak, bakal sadar dunia ini gak cuma hitam putih. Gak cuma tentang siapa salah siapa benar.
Yang tahu dan sayang kamu, akan membantu kamu tumbuh. Yang terintimidasi dan benci kamu, bakal selalu lihat kejelekanmu (apa pun kebijaksanaan di kemudian hari yang kamu peroleh). Berupaya mengubah penilaian mereka ke kamu juga gak usah. Mereka gak akan mau lihat hal baikmu saat ini. Waktu yang buat mereka takzim ke kamu, nanti.
Untuk saat ini, paling logis memaklumi ketidakmengertian mereka, yang adalah karena mereka ada di situasi tidak menyenangkan. Tapi kesialan mereka bukan tanggungjawab kamu. Sudah waktunya prioritaskan yang penting. Kamu fokus sama orang-orang di kategori pertama, ya, yang selalu ada dan kehadirannya laik diperhitungkan.
Semoga kamu bisa menemukan kebahagiaan dan hal-hal positif di sekitarmu. Kalau kamu sedang dalam proses pencapaian diri, fokus disitu. Jangan banyak paradekan diri sendiri--terlalu banyak self-confidence juga buruk. Intinya bahagia itu cuma butuh dialog ke diri sendiri dulu, banyak-banyak memaafkan, tahu mana yang membangunmu mana yang enggak.
Fokus happy, ya, biar bisa nular ke banyak orang.
25 notes · View notes
deehwang · 4 months
Text
Pernah dikatain sombong, sama orang yang ketemu baru sekali dua kali? Sombongnya pun karena kita dianggap gak banyak bicara, gak banyak senyum--punya bitch face, misalnya--padahal gak banyak bicara itu karena kamu tipe orang yang ngomongnya langsung ke esensi, bukan basa-basi? Nah. Aku pernah nih.
Diemin aja.
Kamu pantas berada di komunitas yang cocok buat kamu. Aku pernah dulu peduli sama orang-orang ini, namun tidak dihargai. Narik diri dari lingkaran yang tidak membangunmu bukan sombong namanya--tapi berani.
Di balik keberanian ini--berani untuk tidak disukai tentunya--konsekuensinya adalah kehilangan hubungan, but at the end of story kamu bakal menemukan hubungan-hubungan baru yang lebih erat dan kuat; aku sudah memilikinya. Kamu pasti bisa. Karena kita adalah bagian dari komunitas-komunitas khusus; which is itu beragam sekali dan besar. Satu orang yang menghakimimu hari ini hanya menemukanmu di komunitas-yang-ada-dianya. Penilaiannya soal kamu bukanlah apa-apa, ya. :)
20 notes · View notes
deehwang · 9 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Alhamdulillah Panen buah Murbei di kebun belakang lumayan berlimpah hari ini. Langsung kuolah jadi topping roti. Puala, ini dia Murbei Bread ❤️
.
.
Instagram : @hellodeehwang | ©deehwang | Tidak diperkenankan mencuri gambar untuk diunggah ulang.
22 notes · View notes
deehwang · 1 year
Text
Kesampean motek Jagungnya. Hahahaha. Alhamdulillah. Jagung pulut ternyata warnanya cantik banget!
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
98 notes · View notes
deehwang · 5 months
Text
Tumblr media Tumblr media
I found these on one of our flowerpot--the newly hatched of unknown species. I have no idea what are these exactly.
Our garden looks greener in this rainy season. Let's wait for next few days (can't start the pruning-triming process on the wet day).
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
12 notes · View notes
deehwang · 5 months
Text
Sehat enggaknya tubuh kita mempengaruhi sehat enggaknya tubuh kita. Jadi, pikirkan hal yang positif ya. Kita adalah yang membentuk diri kita, loh. Jangan biarkan hal-hal di luar kamu meruntuhkan apa-apa yang sudah kamu bangun sejauh ini. Dengan pikiran yang sehat, tubuh akan ikutan sehat. Kita bisa kontribusi banyak hal positif ke hal-hal di luar kita dengan tubuh dan pikiran yang kuat. Semangat. :)
.
.
7 notes · View notes
deehwang · 7 months
Text
Tumblr media
Tidak ada yang lebih mencemaskan dari karir seorang penulis--ini lebih dari menahan lapar, honor yang lewat tempo, bahkan masuk penjara--daripada menghasilkan karya yang didikte. Bukan karena ketidakmampuan. Mimpi buruk itu adalah kehilangan kewenangan menulis; dilarang menulis sesuatu yang telah menggerakkan nurani mereka, dari apa yang diyakini secara pribadi. Karena ketika kerja kreatif tak bisa dilakukan secara independen, masa depan karya tidak mujur terbaca, setidaknya yang lahir bukanlah sesuatu yang organik.
Ketika para pekerja seni dituntut tak lebih dari memproduksi produk propaganda, dan penyensoran dilakukan agar sejalan dengan yang dikendaki penguasa, proses kreatif akan membusuk sampai ke akarnya, karena pembatasan adalah kejahatan itu sendiri. Terjawablah, bahwa yang sudi menentang suara hatinya sendiri, yang takut kelaparan karena di jalan kepenulisan ia sadar ia bisa saja sendirian, para penggentar ini sebutlah demikian, adalah yang mengalami kesialan kemudian. Dengan segala keruwetan dan hiruk pikuk di dalamnya, buku novel ini bisa digarisbesarkan seperti pembuka di atas.
Berkaitan dengan realitas Uni Soviet, Bulgakov mulai menulisnya di tahun 1928 semasa rezim Stalin, atas alasan penyensoran ini tidak diterbitkan bahkan sampai penulisnya sendiri wafat. Awalnya rombongan setan di tahun 1930an--Behemoth, Koroviev, Azazello, Hella, dan utamanya Profesor Woland (nama yang kurang lazim di kalangan orang Rusia, digadang-gadang terinspirasi dari salah satu nama setan dalam Faust karya Goethe, disebut-sebut prototipe Stalin sendiri)--yang kunjungannya mendatangkan kekacauan di Moskow. Yang disasar adalah seniman, utamanya elit sastra. Di sisi lain, muncul penceritaan tentang Pontius Pilatus, prokurator Yudea. Sementara Master dan Margarita sendiri adalah sepasang kekasih gelap. Master adalah penulis yang namanya tak disebut sepanjang cerita, seorang penulis terasing (akan terjelaskan di paragraf berikutnya), sementara Margarita adalah kekasih yang menjual jiwanya pada si setan, agar si Master kembali menemui kewarasannya.
Master-Margarita. Setan-Yeshua. Master-Margarita-Setan-dan-Yeshua bersilangan kisahnya satu dengan yang lain.
Si Master ini sempat dirawat di rumah sakit jiwa setelah membuat satu manuskrip yang beririsan dengan agama (kisah penghukuman Yeshua Ha-Nozri oleh Prokurator Yudea). Ia mengirimkannya ke penerbit, walhasil dikritik dan dicemooh habis-habisan di koran-koran oleh kritikus kenamaan. Ini tentu membuatnya patah arang hingga dibakarnyalah manuskrip itu (hal ini dalam kenyataannya juga sempat dilakukan Bulgakov pada manuskrip pertamanya). Lantas apa kedudukan Master? Seseorang baru bisa menjadi penulis--dan diakui bahwa ia penulis dengan identitas, terlebih-lebih disejahterakan--apabila ia tergabung dalam semacam perkumpulan penulis di Soviet tempo dulu. Kenyataan yang disebut Koroviev sebagai sesuatu yang konyol, karena 'penulis tidak ditentukan oleh kartu identitas apa pun, tapi oleh apa yang ia tulis'. Dalam hal ini, terjelaskan posisi si Master, sebagaimana keenganan ia memberitahu namanya.
Sedari bab pertama pembaca telah diberitahu bahwa sekelas penyair sekali pun (nama pena Bezdomny) boleh dikuliahi si editor kondang Berlioz, untuk bagaimana caranya menulis sebuah puisi panjang anti-agama, menempatkan tokoh tertentu sebagai mitos belaka. Bagaimana pun caranya menyangkal keberadaannya. Sekali lagi, penulis diletakkan sebagai pion-pion politik yang dituntut ritme kekaryaannya dengan kebenaran versi penguasa. Isu yang diangkat dalam novel ini juga adalah tentang ateisme. Namun mari fokus pada olok-olok si narator tentang ideologi yang dipegang Uni Soviet kala itu, tentang penyamarataan kelas. Dengan kontrol semacam ini, akibatnya, para penulis malah tidak sibuk pada karyanya, melainkan berfokus pada properti yang bisa mereka miliki dan makanan-makanan yang tersaji di restoran mewah di gedung Massolit. Tokoh-tokoh yang, kamu tahu, menganggap ketidaktahuan sebagai kebahagiaan tertentu, tidak hanya untuk orang lain tapi juga bagi mereka sendiri. Maksudku, bagaimana bisa seseorang masih bisa mengunyah dengan lahap setelah mendengar kematian Berlioz yang tentu, cara kematiannya sama sekali tidak mengundang selera makan?
Kisah ganda mengalir sepanjang pembacaanku selama dua Minggu ini--dari Moskow ke Yudea, dan sebaliknya. Ada kebimbangan mengenai persepsi baik-buruk. Kehadiran rombongan setan yang justru memberikan 'keadilan' (aku agak kesulitan mengikutinya karena nama-nama Rusia amat mirip satu dengan yang lain), sudut pandang Pontius Pilatus yang memerintahkan melindungi namun kemudian membunuh Yudas, kehadiran dua sisi yang menegaskan bahwa baik buruk, benar salah, hitam putih, amatlah kabur batasnya, persis kematian dan kehidupan dalam buku ini dimana saking gampangnya ia seperti kepala yang diputus kemudian disambung lagi! Semuanya adalah persepsi yang gampang berbalik, dibangun dari kepentingan apa ia untuk kita dan dari bangku mana kita menonton semua kejadian itu.
Novel klasik ini padat makna, full of images, ilustrasi sampul dan isi yang sama memikat dengan referensi yang tersedia karena mempermudah bacaan, dan lucu--di beberapa bagian aku terpingkal oleh kekurangajaran Behemoth, si kucing hitam berukuran babi, dan Koroviev, menyoal uang asing di dalam toilet Bosoy ("tapi adakah saksi mata?" Bisiknya). Aku suka buku ini. Terlebih ketika Woland menyampaikan bahwa "manuscript don't burn", memperjelas duduk karya yang, sekali pun ia melawan sensor, sekali pun ditiadakan, ia akan tetap ada di ingatan orang-orang yang mendukungnya.
.
Instagram : @hellodeehwang | ©deehwang | Tidak diperkenankan mencuri gambar untuk diunggah ulang.
7 notes · View notes
deehwang · 11 months
Text
youtube
8 notes · View notes
deehwang · 5 months
Text
Pernah penasaran gak sih, kenapa berkebun itu nenangin banget hasilnya? Karena bentuk komunikasi ke antara manusia dengan komunikasi kita ke tumbuhan itu beda. Kata-kata kadangkala bisa membawa masalah, kalau gak ngerti cara pake dan nangkepnya yang bener itu gimana. Kalau sama manusia, kadang kita sering kepleset makna, tersinggung, salah pengertian, karena satu dua kata dengan tone tertentu bisa beda tangkap. Nah. Kita gak perlu seintens itu menggunakan kata- kata kalau sama tumbuhan. Kita berkomunikasi lewat gestur dan hasil yang nyata. Tapi bukan berarti kita sama sekali gak usah bertukar pikiran sama orang lain. Berkebun itu kegiatan reflektif. Bagiku, berkebun adalah kesempatan me-reshape kembali makna komunikasi ini--termasuk apa yang penting dan gak penting untuk disampaikan, juga belajar menjembarkan hati, kalau-kalau, ketemu komentar yang gak ngenakin.
.
.
6 notes · View notes
deehwang · 5 months
Text
Belakangan ini aku suka memasak--dan memakan apa yang kumasak sendiri. Gak cuma buat menyokong kebutuhan memenuhi nutrisi tubuh tapi juga ke kebutuhan spiritual. Tahu gak? Kita nggak cuma makan dengan mulut, tapi dengan seluruh tubuh. Kita memakan makanan dengan hidung karena aroma lezat menyokong kompleksitas makanan. Kita memilih makanan yang ditampilkan dengan wama dan kuantitas tertentu dalam sokongan penglihatan. Bunyi makanan digoreng sama memuaskan dengan mendengarkan musik yang kita suka. Dan ingatan menyempurnakannya; kadang aku makan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan mengunyah tapi kebutuhan terkoneksi. Makanan menjadi identitas dan corong yang mempresentasikan pilihan untuk terhubung dengan siapa-siapa, termasuk ke diriku sendiri. Kalau kamu, suka masak apa nih belakangan ini? :)
.
.
5 notes · View notes
deehwang · 1 year
Text
Hasil panen singkong hari ini. Enak dibuat apa ya selain direbus? Ibuku yang cabut singkong ini, aku cuma diperbolehkan nonton dan dokumentasi kali ini.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Instagram : @hellodeehwang | ©deehwang | Tidak diperkenankan mencuri gambar untuk diunggah ulang.
8 notes · View notes
deehwang · 1 year
Text
Buah dari Jagung Ketan Ungu / Jagung Pulut. Aku tanam ini untuk mengobati kangen dan bawa memori masa kecil ibuku--nenekku dulu suka tanam jagung, katanya, meski memang bukan jagung yang ini. Karena Jagung manis yang kutanam saat pertama kali gagal semua, aku coba lari ke varian Ketan Ungu ini. Cukup mudah tumbuh, warnanya cantik, sekali juga, kupikir bisa untuk menambah pilihan dan pengalaman makan di rumah kami.
Semoga baik sampai panen. Aku ingin sekali mencoba 'memotek' Jagung dari batangnya.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
©deehwang // tidak diperkenankan mencuri gambar untuk diunggah ulang.
7 notes · View notes
deehwang · 2 years
Text
Ada burung jatuh ke parit kami. Sayapnya luka, bulu di ekor sepertinya hilang. Mungkin gara-gara kucing kami. Untuk sementara diobati, dikurung dulu biar tidak diganggu. Ini burung apa, ya? Gereja atau walet? Aku bingung kasih makan apa. Hehe. Semoga cepat sembuh. Kalau sudah sembuh nanti akan kami lepaskan.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
©deehwang // tidak diperkenankan mencuri gambar untuk diunggah ulang.
14 notes · View notes
deehwang · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Cemetery statue / Cemetery sculpture : Mourners /Trauernde, Albert Moritz Wolff
.
.
Instagram : @hellodeehwang | ©deehwang | Tidak diperkenankan mencuri gambar untuk diunggah ulang.
4 notes · View notes
deehwang · 1 year
Text
Bagiku, urusan dapur tidak ada urusannya dengan gender. Aku memandang jauh--makan dan masak adalah kebutuhan survival semua orang. Fisik dan psikis. Seperti bagaimana aku memandang kegiatan membikin kue, memasak makan siang, menikmati jus dari kebun sendiri, bahkan mencuci piring, sebagai kegiatan meditatif. Usaha mengalihkan, bahkan. Ketika ada masalah yang amat rumit (rumit, karena tak patut dipikirkan) aku akan lari ke ruang jenis ini // 📷 : Usahaku dalam membuat kue sus tahun lalu.
Tumblr media Tumblr media
Instagram : @hellodeehwang | ©deehwang | Tidak diperkenankan mencuri gambar untuk diunggah ulang.
3 notes · View notes
deehwang · 1 year
Text
Sketch digital buah oyong tua dari kebun kami.
Tumblr media
Instagram : @hellodeehwang | ©deehwang | Tidak diperkenankan mencuri gambar untuk diunggah ulang.
2 notes · View notes