Tumgik
#semiskinned
wasiilahalhasanah · 1 year
Text
Ada yang sehat tapi hidupnya melarat, ada yang sering sakit tapi ekonomi tidak pernah sulit,ada yang baik tapi tidak cantik, ada yang rupawan tapi ilmu pas-pasan, ada yang bercadar tapi soal su'udzan selalu paling benar, ada yang pakaiannya terbuka tapi tak suka melukai hati manusia. Lalu... siapa yang sempurna?? Mana yang terbaik antara mereka?? setiap orang memiliki sisi kurang dan lebihnya, memiliki sisi baik dan buruknya. Tak usah terlalu fanatik dalam memuja manusia, cinta tak harus selalu buta. Manusia bukanlah malaikat yang selalu benar, bukan pula syathon yang selalu salah. Sepandai apapun orangnya pasti ada hal yang tidak diketahuinya, sebijaksana apapun sikapnya pasti pernah ada cerobohnya, semulia apapun nasabnya kesalahan pasti pernah dilakukannya, setinggi apapun jabatannya tak luput dari khilaf dan lupa, semiskin apapun keadaanya kebaikan pasti pernah dilakukannya. Kita adalah manusia yang terkadang benar dan terkadang salah. Dewasalah dalam berpikir dan bersikap, apalagi perihal menilai sesama manusia. jangan mudah menjudge, jangan mudah menghakimi, jangan pula merasa paling benar sendiri. hanya manusia yang tidak pernah berbuat salah yang layak menggertak dengan keras pada orang yang berbuat salah. Tapi adakah manusia yang tidak pernah berbuat salah?????? Jika tidak ada, maka juangan suka menghakimi dan menyakiti, tapi mari saling mengasihi, saling mengampuni.
82 notes · View notes
lebensmoode · 8 months
Text
Agak emosi liat webtoon pasutri gaje yg bakal diangkat ke layar lebar trus cast nya reza rahadian dan BCL like.... Why???? Why them all over agaaain??? Semiskin itu kah indonesia kaga punya aktor aktris lain???
I mean, mereka udah berpasangan di mana-mana helloooo you can mention some movies. Gw gak benci mereka personally ya, tapi pemilihan cast nya itu loooohhh gak muak apa habibi-ainun, stupid boss, trus sekarang serial webtoon juga mereka lagi???
My stupid boss gw ga nonton sih, kurang interest aja. Ada 2 itu kan ya? 🙃
Ini tu vibe nya kayak Park Min Young yg jadi cast Marry My Husband (again, serial webtoon yg diangkat jadi drakor). Kek, ngapa harus dia siiiihh kaga bosen???
Dah lah. Padahal kalo emang gak sreg ke cast nya ya gosah nonton yak, tapi sayang aja karna gw ngikutin cerita 2 webtoon itu. Emang udah paling bener lanjut baca aja sampe tamat, gausah pake nonton live actionnya 👍🏻
Yawlah tante pagi-pagi misuh. KERJA LU!
7 notes · View notes
ameliazahara · 9 months
Text
Bandung itu ngerubah gue banget.
Aceh dan Bandung itu kehidupannya kontras banget jauhnya. Semiskin-miskinnya orang Aceh ga sampe tuh kayak orang miskin di sana. Apalagi biaya hidup dan berbagai masalah sosial lebih beragam di sana. Di Aceh soal masalah sosial ini ga ada apa-apanya dibanding di sana.
Semiskin-miskinnya orang Aceh, rumahnya layak untuk ibadah sholat dari segala aspek, baik rukun maupun syara’nya. Semua ga ada yang menyimpang dari agama dan ahlussunnah waljamaah.
Awal tiba di Bandung, gue masih rasis, masih menganggap kalau standar baik ya begini dan itu juga yang jadi standar baik yang Allah terima. Awal tiba di Bandung gue shock, ketika tau mereka bisa tinggal di tempat demikian, yang untuk shalat aja ruangannya ga muat. Pakaiannya juga jauh dari syariat. Urusan lain-lainnya apalagi.
Sampe akhirnya gue belajar untuk memahami berbagai kondisi dan permasalahan sosial lainnya yang berimbas dengan agama. Gue belajar untuk mengaplikasikan ilmu tauhid yang telah lama gue pelajari di kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Tiga tahun di Bandung, gue tinggal di kawasan yang berdampingan langsung dengan masyarakatnya membuat gue punya sudut pandang baru, bahwa surga dan neraka itu mutlak hak Allah. Ga boleh sesiapapun menakar surga dan nerakanya orang lain hanya karena sudut pandangnya saja.
Surga itu bukan tanah sekapling yang hanya muat diisi oleh sanak famili saja. Dan neraka juga bukan suatu yang bisa digunakan untuk mengutuki orang lain. Kita bukan panitia akhirat. Karena diakhirat kelak setiap hamba sibuk mempertanggungjawabkan catatan amalnya masing-masing.
Pengaplikasian ilmu tauhid itu berat. Bagaimana diri bisa seyakin-yakinnya bahwa Allah memiliki 99 sifatnya.
Alhamdulillah selama di sana diri bisa menjadi sebaik-baiknya pembelajar. Allah hadirkan segala kecukupan dari sisi yang tidak disangka-sangka. Allah lembutkan hati untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, hingga tidak pernah sekalipun terbesit bahwa diri lebih baik dari pada yang lain.
Jika tidak pernah merantau ke sana, mungkin diri tidak tau betapa beruntungnya tinggal di negeri yang diberkahi. Mungkin diri akan mudah mengutuki takdir yang lain sebab merasa dunia selalu berjalan seperti di sini adanya, yang nyatanya tidak semua orang terlahir beruntung dan jalan takdir tidak ada yang tau.
Semoga apa yang telah dipelajari dari kota kemarin, tetap menjadi bekal dimanapun langkah yang ditapaki.
3 notes · View notes
occvo · 1 year
Text
Tumblr media
Awal penyesalan.
Aruna mendengus ketika mendengar teriakan fans salah satu anggota band di sekolahnya.
Aruna menoleh kearah sang anggota Reiga. Pria itu tampak berjalan tanpa terganggu oleh tatapan para fans yang seakan ingin di nikahkan sekarang juga.
"oh fuck can we go to class now?" ucap Aruna sembari meninggalkan teman-temannya menuju kelas.
KELAS XI IPS 3
Aruna sudah berada di tempat duduknya sekarang, ia mulai membereskan buku yang di bawa ke kantin tadi.
"Kak Reiga minta tanda tangannya dongg!"
"Kak ayo selfie..! "
Ruang kelas yang sunyi seketika menjadi sangat ramai saat Reiga masuk.
"What the hell? berisik banget sih? " gerutu Aruna di dalam hati. Gadis itu tampak tidak peduli dengan seorang laki-laki yang tampan dan berbakat yang mungkin menjadi kriteria wanita atau bahkan pria sekalipun.
Kembali ke Reiga saat ini dia sudah berkumpul dengan teman-temannya di bangku paling pojok dan membicarakan sesuatu.
"Gue penasaran deh," ucap Darren memulai percakapan.
"Sama? " jawab Kelandra.
"Cewek itu, dia kayaknya ngga tertarik sama kita. "
"Terus? "
"Mau taruhan..? "
"Taruhan buat apa?" tanya Reiga.
"Taruhan dapet dia dalam sebulan." jawab Darren sembari mengeluarkan kartu dari sakunya.
"Isinya 20 juta, lumayan buat pengobatan adek lo," tunjuknya kearah Reiga.
"Terus kalo gue udah dapet?"
"Tinggalin." jawab Darren santai.
"Gila lo, gue ngga bakalan mainin hati perempuan. Dan gue ngga semiskin itu buat nge iyain ajakan lo." jawab Reiga menyela.
"Yakin? gue kasih lo waktu buat mikir jawabannya, inget adek lo butuh biaya buat operasinya minggu depan." ucap Darren meninggalkan Reiga yang melamun karena ucapannya.
..
2 notes · View notes
uminurchayatii · 2 years
Text
Antara Kota dan Desa
Selama ini harusnya kita sadar bahwa yang menghidup kota adalah desa. Tapi dalam perjalanan sejarah manusia, pembanggunan dilakukan dari kota lalu ke arah desa. Sejak zaman dulu orang-orang membangun pusat peradaban dekat laut, tempat orang dari mana-mana saling bertemu dan mengenal. Disitulah terbangun sebuah kota yang ramai, pusat perdagangan, pendidikan, dan kesehatan mulai maju.
Berbagai barang daganggan didatangkan dari desa-desa ke kota. Orang desa memproduksinya dalam waktu yang lama dengan paling sedikit mendapatka keuntungan dibanding orang yang menjual. Pembangunan di desa berjalan lambat karena pertumbuhan ekonomi yang lambat. Keuntungan dari berjualan hasil tani desa memang hanya cukup untuk makan.
Mungkin kita berkata bahwa pembangunan bisa dinyalakan dari sunyi perdesaan. Hal itu memang benar adanya bagi masyarakat desa yang beradab. Selama ini yang kita tahu dari desa adalah nilai-nilai luhurnya. Warga masyarakatnya yang gemar saling tolong menolong, saling bermusyawarah, dan kekeluargaan yang erat di antara warganya.
Berbeda dengan di kota, kita menyebut masyarakat kota individualis, egoistik, konsumtif, dan banyak hal lain disematkannya. Kota-kota yang diiringi gemerlap lampu di malam hari yang membiarkan penduduknya berhadapan dalam arus putaran pasar yang keras. Kedamaian hidup di kota seperti nihilis.
Hal serupa berbanding terbalik dari pelukisan orang tentang desa. Suara gemericik air, pepohonan yang hijau, hamparan padi yang mmulai menguning dan kicau burung adalah pemandangan desa yang diimpikan masyarakt kota. Tapi bagi orang di desa hal sepeerti itu bukanlah yang perlu dinikmati setiap harinya karena sejak bangun sampai tidur lagi lingkungan tempat tinggalnya sudah seperti itu. Pemandangan yang indah seperti itu takk begitu memikat para penduduk desa. Buktinya banyak generasi muda yang ogah tinggal di desa.
Pemandangan alami yang indah di desa tak cukup berarti bagi penduduknya yang terhimpit kemiskinan dan terjerat hutang rentenir. Padi yang menguning, panen yang bagus tak cukup membeli kebahagiaan, juga tak cukup membuat anak-anak para petanni meneruskan pekerjaan orangtuanya, para pemuda anak petani desa dengan modal panen yang harganya murah pergi ke kota mencari pekerjaan baru.
Penduduk desa hari ini memanglah sudah tidak bisa disamakann dengan orang desa jamann dulu. Disentuh roda peradaban modern, orang desa hari ini juga mempunyai standar hidup yang sama dengan orang kota. Hidup petani yang dulunya cukup makan keluarga, bisa bayar iuran rt, gelar hajatan kampung. Kebutuhan warga desa sudah bertambaah lebih banyak. Mereka mulai membangun rumah yaang bagus, menyekolahhkan anak-anak di kota, atau mengirim anak bekerja di kota. Arus mdernitas merubahhh cra hidup desa. Nilai luhur desa kini jugaa berjalan beriingan dengann efek dari roda modernitas.
Masyarakat desa menikmati hidupnya kalau ia punya tanah. Tapi punya tanah saja tidak cukup jika mau bersanding dengan kebutuhan kehidupan moder. Harus didampingi dengan pekerjaan laiin, misalnya menjadi pejabat, menjadi pegawai, atau berdagang.
Capaian itu hanya bisa diraih para tuan tanah. Penduduk desa yang biasa buruh tani. Mencoba mengakhiri kemiskinan dengan meranntau di kota. Jika tidak hilanglah sumber penghasiilan. Mengandalkan buruh di tuan tanah seperti moyangnya dalu sudah tidak bisa lagi. Bayaran buruh tani sangat kecil. Lebih baik jadi buruh pabrik.
Di kota lah para orang desa bertemu dengan penduduk desa lain yang hampir serupa juga kasussnya. Pergi dari desa adalah keterpaksaan zaman. Lalu di kota berjumpa dengan konflik baru. Orang kota juga ada yg kaya dan miskin. Rumah reyot di pinggir-pinggir kalli yang kumuh menjadikan orang desa bersyukur. Semiskin moskinnya di desa lingkungannnyaa masih lebih bagus.
Orang desa bukannya tidak ingin membangun desanya. Tapi kenyataannya berkata, selama ini pembangunan itu dari kota baru ke desa. Pekerjaan yang beragam di kota menyediakan akses bertumbuh kaum muda. Di desa bukannya tidak bisa, tapi peluang tidaklah sebanyak di kota. Pun di desa kita berhadapan dengan lebih banyak keterbelakangan budi. Pemilihan kepala desa masih dimenangkan oleh calon yang menabur paling banyak uang meski minim gagasan.
2 notes · View notes
lukatsuci · 1 month
Link
0 notes
rezensionvonqisa · 3 months
Text
Mengapa Harus Baca "Laskar Pelangi"?
Tumblr media
Author: Andrea Hirata Genre: Drama, Realistic Fiction Publisher: Bentang Pustaka ISBN: 978-602-291-662-8
Rating: ⭐⭐⭐⭐⭐
“Dari Sahara, yang paling pedih dari kemiskinan adalah ketika anak-anak miskin merasa sesuatu yang bagus, hebat, terpelajar, berprestasi akan selalu menjadi milik anak-anak lain, bukan milik anak-anak miskin. Itu tidak benar. Sesuatu yang bagus, hebat, terpelajar, berprestasi adalah milik setiap anak yang tekun belajar, tak mudah mengeluh, pantang menyerah, dan berani bermimpi, tak peduli semiskin apa pun anak itu.”
Introduction
Kutipan di atas adalah salah satu kutipan favoritku yang berasal dari novel Laskar Pelangi. Laskar pelangi merupakan salah satu novel populer yang ditulis oleh Andrea Hirata dan telah diadaptasi ke dalam film dengan judul yang sama, yaitu Laskar Pelangi. Buku ini mengisahkan tentang anak miskin di pinggiran PN Timah Belitung yang ingin bersekolah.
Meskipun dihadapi dengan kenyataan bahwa mereka miskin, 10 anak yang disebut sebagai Laskar Pelangi ini tidak putus semangat dalam menuntut ilmu. Mereka belajar, tidak hanya tentang mata pelajaran eksak yang diajarkan oleh Guru Mus, tapi juga belajar agama dan akhlak bersama Pak Guru Harfan.
Laskar pelangi adalah buku ketiga Pak Cik yang sudah aku baca. Buku lainnya adalah Sirkus Pohon, Ayah, Orang-orang Biasa, dan Guru Aini. Dalam karyanya, penulis yang lahir di Belitung Timur ini mempunya ciri khas, antara lain menampilkan budaya khas Belitung maupun kontemporer yang sedang hype di Belitung, penggunaan bahasa daerah Belitung, dan ada juga unsur komedi yang membuat buku-buku karya beliau tidak bosan dibaca.
Sebelum mengetahui lebih jauh mengapa kamu harus membaca novel Laskar Pelangi, mari kita simak perbedaan antara buku dan adaptasi filmnya.
Buku vs. Film
Banyak penikmat buku yang berpendapat bahwa biasanya, film adaptasi novel tidak sebagus novel aslinya. Apakah benar film Laskar Pelangi tidak sebagus novelnya? Di bawah ini, aku telah menuliskan beberapa hal yang menjadi perhatianku ketika membaca novel dan menonton filmnya.
Berbeda dari novelnya, film Laskar pelangi dimulai dengan langsung menampilkan gambar ketimpangan kelas sosial di Belitung, yaitu saat PN Timah berdiri di daerah tersebut. Film tersebut menampilkan berbagai kegiatan masyarakat di pinggiran PN Timah seperti berdagang, bekerja sebagai kuli kopra, anak-anak bermain, dan masih banyak lagi. Bahkan stigma negatif, seperti keraguan masyarakat setempat bahwa anak-anak miskin bisa bersekolah juga ditampilkan dalam film tersebut.
Film tentu saja menjadi media yang tepat dalam memvisualisasikan keadaan sesungguhnya, dalam hal ini memvisualisasikan keadaan di Belitung saat itu. Dengan film Laskar Pelangi, penonton jadi tahu dan menyadari seperti apa kehidupan Belitung yang “jauh” dan bisa jadi jarang dijangkau oleh masyarakat pulau Jawa.
Selain itu, film Laskar Pelangi juga berusaha menampilkan setiap detail yang ada dalam buku, misalnya poster Rhoma Irama dan kehadiran buaya.
Namun, satu hal yang kurang mengena dalam film dan terasa berbeda dari bukunya adalah tiap karakter dalam cerita. Andrea Hirata berhasil membuat tiap karakter dalam buku Lasakar Pelangi begitu kuat dan detail, mulai dari tampilan, sifat, hingga tindak tanduknya. Hal tersebut kurang ditampilkan dalam filmnya sehingga penokohan dalam film jadi kurang berasa.
Selain itu, perubahan point of view yang besar-besaran membuat film ini kalah menarik dengan novelnya. Tentu saja film Laskar Pelangi tetap bagus karena masih membawa nilai-nilai yang ingin disampaikan dalam bukunya.
Kini, kamu akan tahu alasan mengapa kamu harus membaca buku Laskar Pelangi.
Mengapa Harus Baca Laskar Pelangi?
Sulit sebenarnya untuk menyusun alasan mengapa kamu harus baca buku Laskar Pelangi mengingat buku ini adalah buku populer dan buatku, memang sangat bagus. Namun, aku coba berikan alasannya sehingga kamu menjadi lebih yakin untuk segera membaca buku ini.
1. Menampilkan Kenyataan Ketimpangan Sosial di Indonesia
Dalam film, ketimpangan sosial yang terjadi di Belitung digambarkan begitu agresif. Berbeda dari bukunya yang membangun gambaran sosial di Belitung dengan perlahan, tapi pasti. Dengan membaca bukunya, kamu akan lebih merasakan dan menyadari ketidakadilan yang terjadi di Indonesia, utamanya dalam hal kesempatan mendapatkan pendidikan. Dengan membaca buku ini, tentu kamu akan termotivasi untuk kembali berjuang, belajar dengan giat, mencapai mimpi yang kamu harapkan, hingga mendorongmu untuk membuat perubahan.
2. Terasa Begitu Nyata
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Pak Cik menulis tiap karakter dengan kuat, juga menulis detail yang ada di sekeliling tokoh-tokohnya dengan apik sehingga membuatku bertanya-tanya. Apakah buku ini berdasarkan dari kisah nyata? Mungkin sebagian dalam buku ini terinspirasi dari kisah nyata, mengingat penokohan “aku” yang sangat mirip dengan Pak Cik dan rasanya, hanya buku ini yang mengambil sudut pandang orang pertama. Jika kamu penasaran, apakah benar buku ini diambil dari kisah nyata, sila cek di mbah Google, ya! Hehehe…
3. Adegan-adegan Seru dan Tak Terduga
Yang juga kusukai dalam tulisan Andrea Hirata adalah adegan-adegan seru dan tak terduga, misalnya cerdas cermat, karnaval, hal-hal mistis yang ada di daerah Belitung, dan masih banyak lagi. Apalagi, setiap situasi yang seru dan berbeda dari buku-buku lain digambarkan secara detail, membuat buku ini bukannya membosankan, tapi jauh lebih menarik.
4. Ending yang Ditulis dengan Indah
Terakhir dan bagian yang membuat aku menangis tersedu-sedu serta tak akan pernah aku lupakan adalah bagian ending yang ditulis dengan indah dan cemerlang. Aku tahu, mungkin ending seperti dalam buku Laskar Pelangi akan sulit tercapai di dunia nyata. Tapi, hal tersebut bukannya tidak mungkin.
Ending buku tersebut memberikan semua orang harapan. Orang yang tak memiliki kesempatan belajar karena terhalang keadaan ekonomi diberikan harapan bahwa tak ada yang tak mungkin dalam mencapai mimpi yang diidam-idamkan. Bahwa dengan terus berusaha dan berdo’a kamu bisa mendapatkan yang kamu mau. Andrea Hirata juga memberikan harapan pada semua orang yang memiliki privilege bahwa mereka punya kesempatan untuk membantu saudara-saudara kita yang ingin meraih impiannya.
Baca Buku Ini Jika Kamu…
Buku ini banyak mengubah hidupku dan bisa mengubah hidupmu juga. Baca buku ini jika kamu:
Ingin terinspirasi
Ingin termotivasi
Tidak puas dengan apa yang dimiliki sekarang
Ingin membuat perubahan
Itulah sedikit ulasan mengenai buku Laskar Pelangi. Semoga kamu suka dan menjadi tergugah untuk membacanya. Kutunggu komentar kamu setelah membaca bukunya dan nantikan ulasan buku lainnya, ya!
0 notes
ngops-gecko · 6 months
Text
Pernah Semiskin Apa?
Aku.
Dikosan makan pake kuah mie instan. Mienya dimakan pagi. Kuahnya dimakan siang.
Besok pagi.
Leader : "Ron udah sarapan? Pakai apa? Dari dulu penyakit anak baru itu maag, kalo mau pinjem uang bilang aja, anak baru masih malu-malu soalnya, nanti dibayar cicil gajian bulan depan gapapa."
0 notes
mrs-izekor · 6 months
Text
bertahan rebekka..
Rebekka, sesakit apapun hatimu, bertahanlah.
sepedih apapun kau rasa, bertahanlah.
sedalam apapun lukamu, bertahanlah.
sesesak apapun tarikan nafasmu, bertahanlah.
seberat apapun bebanmu, bertahanlah.
selelah apapun ragamu, bertahanlah.
sehina apapun kau di matanya, bertahanlah.
semiskin apapun kau menurutnya, bertahanlah.
kau kuat rebekka 🤗
0 notes
Text
Dia datang bukan karena rindu dan cinta...
Semiskin itukah dirimu sayang....
0 notes
jalandibumi · 2 years
Text
Sultan dan Sepatu
Dulu ketika awal bekerja di kota ini, Aku berteman dengan rekan kampus yang sebelumnya tidak begitu akrab. Sebagai bahan candaan, mereka suka memanggil aku ‘sultan’, karena kondisi ekonomiku yang berubah seiring pendapatanku. Aku bukan orang yang mudah baper atau tersinggung, tapi entah mengapa, dengan candaan itu aku tidak nyaman.
Tempo hari, Aku beli sepatu. Harganya di atas rata-rata budget yg biasa Aku keluarkan untuk beli sepatu biasany. Aku tahu itu, tapi memang ada kondisi khusus yang menyertai. Lalu teman-temanku di kantor sampai kepo harganya berapa, dan juga ‘becanda’ soal mahalnya sepatu itu. Aku bukan orang yang mudah baper atau tersinggung, tapi entah mengapa, dengan candaan itu aku tidak nyaman.
Aku selalu berusaha menyampaikan perasaanku atas candaan-candaan itu. Tapi yah, dianggapnya berlebihan padahal hanya candaan. Yasudah. Akupun tidak ada niat untuk menjelaskan apa mengapa Aku berbuat begini dan begitu. Tidak ada norma yang Aku langgar. Tidak ada kerwajiban untukku.
Apa karena dulu Aku semiskin itu ya? Sehingga, sedikit perubahan saja pun begitu terlihatnya sehingga mengundang orang untuk berkomentar begini dan begitu.
Apa karena tuntutan untuk hidup sederhana jadi Aku dibecandain sedemikian rupa soal harga sepatu yang baru Aku beli? Ah, rasanya tidak. Banyak orang lain yang juga suka membeli benda-benda bernilai, yang bukan investasi, tapi ya untuk kesenangan diri.
Kejadian-kejadian ini seringnya jadi catatan untuk diri. Pengingat. Jangan bersikap seperti itu ke orang lain. Demi kebaikannya, juga kebaikan diri sendiri. Karena mendapat ‘candaan’ seperti itu rasanya tidak enak. Sungguh.
Turutlah berbahagia.
Saat kamu melihat temanmu yang dulu tinggal jauh dari kampus demi sewa yang murah, sekarang mampu tinggal di tempat yang layak dan hidupnya menjadi nyaman.
Turutlah berbahagia
Saat kamu melihat temanmu yang biasanya pakai sepatu KW yang dibeli di toko terdekat, lalu mampu beli sepatu yang begitu dia idamkan.
Turut berbahagialah. Jangan sampai lisan kita menjadi sebab sedih dan gundah hatinya.
Tumblr media
0 notes
yurikoprastiyo · 3 years
Photo
Tumblr media
Mengutip lagu yang sering dinyanyikan murid saya ketika di penempatan dahulu : “Inilah nasib manjadi urang pambatangan Amun nasib sudah ditantuakan Insya Allah ada harapan”
Lagu Banjar yang menceritakan tentang kerja keras, doa dan harapan. Apapun yang terjadi anak-anak mereka harus lebih tinggi sekolahnya dari orang tuanya. Semiskin apapun mereka saat ini, keturunan mereka jangan sampai. Begitu kata orang-orang tua murid yang kutemui.
Maka tak heran dengan pemandangan yang kutemui. Beberapa anak bertelanjang kaki untuk bisa sekolah. Beberapa lagi mengenakan pakaian yang lebih besar dari semestinya. Mewariskan seragam sekolah bisa jadi kemewahan tersendiri.
Tak masalah, asal engkau tidak mencuri tak perlu malu. Kataku begitu. “Iya pak, ulun pengen kaina kawa ke Jakarta”. Ah anak ini, meskipun tubuhnya kecil tapi mimpinya selalu besar.
Sembari menunggu ubi bakar kami matang. Mendongengkan mereka tentang pesawat terbang. Menyaksikan bintang di ujung langit. Rasa-rasanya bumi tak pernah sedekat ini dengan langit. #illustration #kartun #sekolah #ceritapm https://www.instagram.com/p/CP-6URWgn1R/?utm_medium=tumblr
63 notes · View notes
ihsnfkri · 3 years
Text
Sekaya-kayanya perempuan wilayah domestik itu tetap jadi kewajiban dia. Begitupun semiskin-miskinnya laki-laki nyari duit itu tetap jadi kewajibannya.
Jangan sok jadi feminis deh kalo masak aja sebagai cewek lu gak bisa. Jangan sok peduli kesetaraan gender, kalo sebagai cowok lu males-malesan.
Heh, gue bilang gini bukan berarti mau sok rajin, sok feminis, lu tau gue anaknya males. Gue cuma mau lu tau, masak sama nyari duit itu seni bertahan hidup. Siapapun harus bisa. Tapi karena lu punya testis, punya vagina, lu wajib tau peran gender lu itu condongnya kemana.
#feminism #kesetaraangender #wajibtauperan
10 notes · View notes
wordsformyworld · 4 years
Text
Tentang Rizki dan Perilaku
Sebelum berangkat, aku biasa bangun jam 3 untuk beberes dan beriap-siap. Suatu hari Fahima ikut kebangun, menemaniku kesana kemari. Lalu ia bertanya padaku, “Bun, Fahima mau dijelasin tentang Allah.” Mantap kan, pertanyaan jam 3 pagi bocah ini. 
“Allah itu yang menciptakan kita nak, yang kasih kita rizki.”
“Rizki tu apa Bun?”
“Rizki tu ya kita bisa sehat, kita bisa makan, kita punya keluarga yang sayang, kita bisa beli mainan.”
“Oh gitu ya Bun? Kalau orang nggak punya rizki gimana Bun?”
Deuh ni anak, kalau bangun kepagian suka nanya-nanya filosofis gini. 
“Nggak ada Nak, nggak ada orang yang punya rizki. Allah tu sayang semuanya jadi semua pasti dikasih rizki.”
“Iyaa.. kalo ada yang nggak dikasi gimana?”
“Semua dikasihh... tapi, ada yang dikasih lebih banyak, ada yang dikasih lebih sedikit. Naahh, yang lebih banyak harus berbagi dengan yang lebih sedikit.”
...
Sebelum pindah ke rumah yang sekarang ini, kami mengontrak di semacam flat yang lokasinya persisi di atas gedung GOR. Sebenarnya secara ruangan, cukup nyaman, ruangannya besar, cahaya dan udara bisa masuk dengan baik, hanya saja airnya tidak terlalu jernih.
Yang paling tidak menyenangkan adalah lokasi kami berhimpitan dengan permukiman padat penduduk gang-gang kecil. Aku tidak anti dengan lingkungan seperti itu, karena dulu pun kami pernah hidup di gang. Saat aku menyusuri gang, aku sering bertanya bagaimana mereka bisa bertahan dengan kondisi ruang sesempit itu dan cahaya matahari dan sirkulasi udara yang amat terbatas. Bagaimana jika mereka punya bayi? Bagaimana sanitasinya?
Tinggal berdekatan dengan masyarakat gang memberi kami banyak pelajaran. Ya, bisa jadi memang mereka inilah yang disebut sebagai rakyat kecil. Namun yang membuat tidak habis pikir, mereka ini merusak, literally merusak barang-barang kami. Motor yang kami parkir, dibaret-baret, spion diputer sampai kendor, bahkan pentil ban pun diambil. Saat sore hari, anak-anak akan berlarian sambil teriak-teriak dan berkata kasar. Sungguh aku tak habis pikir. Semiskin-miskinnya anak klaten, kayaknya nggak akan secara sengaja merusak barang orang.
Luthfi kesal sampai ubun-ubun. Dia menggerutu melihat mereka. “Yaaa, mungkin orang tuanya juga pedagang cilok Bun, emang nggak pernah diajarin kali.” Kemiskinan dan kesenjangan bisa membuat orang berperilaku kriminal, betul itu. Aku masih percaya bahwa terminologi “dimiskinkan oleh sistem” itu ada. Ya gimana, mungkin KTP pun mereka nggak punya, pendidikan mungkin hanya tamatan SMP atau SMA, orang tua kerja sebagai supir angkot mungkin atau jualan gorengan sehingga pemasukan hanya untuk sehari-hari.
“Yaa itu bukan pembenaran mereka boleh merusak barang orang Bun,” kata Luthfi.
“Iya sih, emang enggak. Tapi, Bunda tu kadang justru merasa bersalah. Kita seharusnya berbuat sesuatu untuk mereka yah. Kalau mereka bisa milih, ya nggak akan lah mereka milih tinggal di gang, sempit, kebutuhan hidup kejar-kejaran. Orang kaya tu jahat yah. Ignorance! Ignorance itu kejahatan,” kataku.
“Selama ini ayah tu ke desa-desa ngapain sih Bun? Pemberdayaan. Berusaha ngajak, ayok bareng-baren kita ngembangin desa. Tapi kenyataannya, kalo nggak ada uang, nggak jalan Bun. Kalau dari sudut pandang individualisme, orang kaya juga mungkin nggak mau Bun, “memberi” ke orang seperti mereka. Wong yang capek-capek kerja kita, kenapa dikasih ke mereka, gitu ibaratnya.”
“Ya mereka bisa bilang gitu karena emak bapak mereka kaya, punya sumber daya, mereka bisa mengakses pendidikan yang bagus. Ya beruntung aja bisa lahir dari siapa.”
“iya bun, padahal pemenuhan kebutuhan super tersier nya mereka itu bisa untuk membantu pemenuhan kebutuhan primer ratusan KK barangkali, yang kerjanya jalan-jalan ke luar negeri, bayar swab jutaan juga enteng.”
“Ya kan! Jadi... janganlah buru-buru menyalahkan orang miskin maksud Bunda tu. Nggak ada di dunia ini tu orang yang mau jadi miskin.”
“betul. Tapi bahwa orang miskin ada yang jahat itu juga nyata bun. Kalau dulu pas di Jogja, kita ketemu masyarakat desa tu, kita bisa respek, karena mereka juga berbudaya, adiluhung, sederhana, tidak berbuat jahat. Tapi, khususnya masyarakat di sini, mereka nggak gitu Bun. Mana ada masyarakat Jogja tu yang secara sengaja ngerusak barang orang?”
“Kita bisa bilang orang miskin jahat, karena dampaknya langsung ke kita yah. Motor kita secara nyata dirusak. Tapi. Tapi, orang kaya tu lebih jahat. Iya mereka nggak ngerusak barang kita, tapi mereka menumpuk kapital, mereka mengeksploitasi buruh, bahkan merusak lingkungan dengan limbah pabrik perusahaannya. Kan itu penelitian ayah yang di citarum, airnya kotor, kecampur limbah, sawah gagal panen, sungai kotor, masyarakat sekitar jadi nggak bisa pakai, gatel-gatel penyakitan, mau minum susah harus beli. Mereka kan buruh pabrik tekstil di situ. Tapi, bos perusahaannya, nggak tinggal di situ, enak dia rumahnya entah di manaa, airnya bagus, rumah gede, jalan-jalan, hidup mapan. Padahal perusahaan dia itu merusak hidup banyak orang. Kan jahat. Ya nggak semua memang. Tapi ada juga yang begitu kan. Dan itu jahat! Justru mereka tu penyebab kriminalitas.”
“Di Jogja Bun, lihat temen Ayah si X. Dia rumahnya Bun, ya Allah.... nempel sama kandang ayam. Tapi keluarganya baik, pendidikan tetap diperhitungkan, akhirnya dia bisa masuk UGM kan, dapat beasiswa. Eh sekarang bisa kerja di BUMN. Maksud Ayah tu, bukan berarti karena miskin trus serta merta bisa kriminal dan jahat gitu lho Bun.”
Luthfi ada benarnya juga. Dipikir-pikir, saat kecil aku ini juga enggak kaya. Di kala teman bisa beli hape sejak SMP, SMA pada dibeliin motor, aku santai-santai aja melihat orangtuaku nggak beliin, dan aku nggak merasa miskin juga, nggak terus yang jadi minder apa gimana. Orang tuaku tetap mengajarkan nilai dan kebaikan.
“Iya sih yah. Tapi bunda nggak mau, jika suatu saat nanti Fahima melihat orang miskin yang jahat tu, dia lalu serta merta membenci mereka bahkan menjauhi. Dia harus tahu bahwa orang tu nggak ada yang mau miskin, mereka sejatinya ada dalam kesulitan. Kita yang “diuntungkan” sehingga lebih berpunya, harus mau membantu mereka. Maksud bunda gitu. Apalagi kalo Fahima sekolahnya di Sequoia, terpaparnya teman-teman yang berpunya terus. Konsep Fahima tentang materi dan kehidupan bisa mengkhawatirkan.”
“Insya Allah enggak Bun. Dia harus punya banyak paparan realitas. Harus sering kita ajak ke Klaten, atau ke Banjar (tempat asal kakeknya) atau jalan kemana gitu yang bukan di Bandung. Sehingga dia punya konsep yang luas, bukan Bandung deui Bandung deui.”
Lalu kami dipertemukan dengan Bibi, yang meskipun bisa dibilang kurang berkecukupan, Bibi tetap menunjukkan perilaku yang baik, tetap berusaha bertahan dengan cara yang baik. 
Nah Nad, banyak-banyaklah kau berpikir tentang begini sehingga bisa benar kau mendidik anakmu nanti. Banyaklah minta petunjuk, sehingga kalau anakmu nanti nanyak, itu mulutmu bisa dibimbing sama Allah untuk kasih jawaban yang bener. Wkwkwkk.
6 notes · View notes
atifadhilah · 4 years
Text
Suka heran.
Semiskin-miskinnya orang, sering lebih mampu beli rokok ketimbang makanan. Kayak asep rokok bisa bikin kenyang gitu lho. Dan saat corona ini, mereka ga peduli batuk batuk karena rokok juga, padahal jadi lebih rentan dan merugikan banyak orang. Huft.
28 notes · View notes
kelanapermana · 4 years
Text
#TL : TENTANG KAMU
terakhir tahun 2018, bulan desember aku sempat ke gramed sebelum memutuskan kembali ke kosan, novel ini dipajang paling depan tepat pintu masuk gramedia. sampulnya bergambarkan sepasang sepatu berwarna coklat yang sudah usang dengan background berwarna senada. awalnya dalam hati menggerutu begini, Tentang Kamu paling yah tentang cinta-cinta lagi, capek aku masala cinta begini males. yup. ini memang masih tentang cinta, dan aku beruntung baru memilikinya sekarang.
Juz pertama. tentang kesabaran. 1946-1960, apakah sabar memiliki batasan? aku tahu jawabannya sekarang. ketika kebencian, dendam kesumat sebesar apapun akan luruh dengan rasa sabar...selemah appun fisik seseorang, semiskin apapun dia, sekali di hatinya punya rasa sabar, dunia tidak bisa menyakitinya....Terima kasih. hal.48
pelajaran pertama yang bisa dijadikan pengambaran dalam menjalani hidup ini, dengan keadaan sekarang. menurutku, dengan membiasakan diri dengan wabah ini, beradaptasi. berat. sangat berat untuk lingkunganku yang kebanyakan strata ekonominya menengah, cenderung kurang perlu adaptasi dalam keadaan ini, banyak teman-temanku yang bercerita keluhan orangtua mereka yang minim ditambah kebutuhan pokok yang harganya cenderung naik, penjualan dagangan mereka tak seberapa dan sekarang masuk tahun ajaran baru, anak-anak perlu biaya sekolah. pilihan terbaiknya adalah dengan tetap berusaha dan beradaptasi, toh juga kalaupun mengeluh dan berontak juga tak akan merubah apa-apa.
ada cara terbaik untuk menerima takdir kejam itu, dengan memeluknya. hal 136.
hidup sering membawa kita berbagai kejutan-kejutan yang bahkan kita masih dibuat terheran-heran dengan munculnya berbagai kejadian yang sudah sudah kita persiapkan dengan matang segala kendalanya. hihi, saat presntasi dikelas misalnya kadang di detik-detik terakhir ada aja murid yang menurut kita paling pintar yang pertanyaanya itu bolak-balik nggak jelas yang inti jawabnnya udah dijelasin diawal. -_. tapi itulah kejutannya. pun kadang menyakitkan wkwkwk kalau udah usaha dan guru bilang kita kurang usaha hihihi. sejatinya kita bisa memeluk kejadian semenyakitkan apapun. tidak memendam, tidak membenci kita bisa, sangat bisa. tapi jarang memilih opsi itu.
Tentang Kamu, menceritakan seorang anak cerdas yang menjadi pengacara di salah satu firma hukum terkenal disalah satu negara. dalam perjalanan karirnya dia dipercaya menyelesaikan sebuah kasus warisan penuh misteri, milik seorang wanita tua yang meninggal dipanti jompo, paris. dialah, sri ningsih seorang wanita bersahaja asal indonesia yang perjalanan hidupnya hingga akhir menurutku diterpa berbagai kejutan hidup yang kalaupun ini bener-benar terjadi. aku ingin hidup dengan hati tanpa benci dan iri seperti beliau, hidup yang tetap semangat ditampar berbagai kegagalan, salah satu bagian yang paling ku suka dari surat-suratnya kepada sahabatya, Nur. bagian penting yang menceritakan masa remaja penuh haru persabatan, dan kekeluargaan. Juga penghianatan besar didasari kedengkian dan iri hati dan menjadi bagian penting masa yang akan di ulas lebih dalam pada juz ketiga. juz yang menjadi part penting bagaimana keteguhan hati seseorang bankit dan bertahan dengan terpaan badai kehidupan perantauan seorang diri.
Juz Ketiga. Tentang keteguhan hati. 1967-1979, saat kita sudah melakukan yang terbaik dan tetap gagal, apa lagi yang harus kita lakukan?...lampu-lampu gemerlap, jalan-jalan luas, kawasan hijau yang semakin habis, banyak orang-orang mengejar mimpi. terima kasih atas pelajaran tentang keteguhan. Aku tahu sekarang, pertanyaan terpentingnya bukan berapa kali kita gagal, melainkan berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi setelah gagal tersebut. - jika kita gagal 100x, maka pastikan kita bangkit 1001x.
aku suka bagian ini, dan sedikit menyesal kenapa ada gerutuan seperti itu dalam sekali tatap, aku salah. tapi sedikit ragu untuk menyesal, mungkin memang jalannya Tentang Kamu menjadi bacaan yang tepat saat harus #dirumahaja. dan, aku rasa ini juga jadi bacaan yang tepat untuk kamu...aku harap kita punya part favorit yang sama. Juz ketiga, Tentang keteguhan hati. masih ada dua  juz lagi, dan aku ingin membaginya.
Tumblr media
11 notes · View notes