Tumgik
#siswa mengeluh
menjadisederhana · 9 months
Text
Masih tentang bab iman terhadap adanya Allah,
dan masih mentadabburi surah Al Balad ayat 4 dan Al Insyirah ayat 5-6.
Kalau dalam diri ini tidak ada iman terhadap ayat-ayat Allah, dapat dipastikan aku tidak akan sanggup menjalani aktivitas yang sangat kompleks ini, terutama terkait amanah dalam pekerjaan.
Mungkin aku akan mudah goyah jika dihadapkan dengan banyaknya komplain dari orang tua murid. Aku akan mudah emosi jika dihadapkan pada siswa yang tidak mau diatur. Aku akan mudah mengeluh jika dihadapkan dengan tugas-tugas ekspres dari dinas. Aku akan mudah kecewa jika pekerjaanku tidak dihargai. Bahkan aku akan mudah tumbang jika harus bekerja dari pagi sampai malam.
Aku tidak mengatakan bahwa pekerjaanku paling susah dan aku bisa melewatinya dengan sangat mudah. TIDAK. Aku justru melewatinya dengan terseok-seok, terseret-seret, berdarah-darah, sampai babak belur pokoknya.
Dalam 1 hari pasti ada saja hal-hal yang diluar nalar, bahkan tidak terprediksi sama sekali. Entah ada siswa yang BAB di celana, berkelahi, tantrum, kabur dari kelas, dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang bikin menghela nafas panjang.
Sesekali sempat merasa begitu lelah karena saking banyaknya tekanan dari arah yang tidak disangka-sangka— entah dari internal maupun eksternal. Namun yang membuatku memilih untuk bertahan sampai saat ini adalah karena aku berada di lingkungan dimana aku merasa lebih dekat dengan Allah. Ketika fisik mulai lelah, hati mulai gundah, iman semakin menurun, Allah hadirkan teman-teman yang membawaku kembali kepada jalan-Nya.
Hidup ini memang tidak mudah. Akan ada banyak kesukaran yang akan kita hadapi kedepannya. Terus pertajam iman dengan memperbaiki salat, perbanyak doa, zikir, dan melakukan amalan-amalan ibadah yang akan mendatangkan kecintaan Allah. InshaAllah hidup ini akan mampu kita jalani dengan tenang, mulus, lancar, bebas hambatan sampai ke syurga-Nya.
Bismillah. Semangat terus ya untuk kamu para pejuang keluarga. Semoga kerjanya lancar, rezekinya lapang, badannya sehat, dan hatinya kuat 💪
Surabaya, 13 September 2023
21.42 WIB
2 notes · View notes
rrabbyy · 11 months
Text
: Cinta pertama
Tumblr media
- Ruang guru -
Hari ini, Joffan tiba-tiba di panggil oleh wali kelasnya untuk datang ke kantornya.
“Joffan.. banyak teman kamu yang mengeluh bahwa kamu semakin sering berbicara sendiri, dan itu sangat mengganggu mereka”
Joffan menatap wali kelasnya bingung. “Aku gak ngelakuin itu” tidak setelah ia mengenal Yoel.
Wali kelasnya mendengus lelah, kemudian menujukan sebuah video yang menampilkan Joffan sedang makan di kantin sambil berbicara sendiri. “Jika hal seperti ini terus berlanjut, tidak ada cara lain bagi kami selain memanggil orang tuamu untuk datang ke sekolah”
………
Joffan menunduk, setelah melihat video barusan pikirannya menjadi kacau.
“Harusnya ada Yoel di dalam video itu..” ucap Joffan pelan.
Wali kelasnya menatap Joffan tidak percaya. “Yoel? Apa Yoel yang kamu maksud adalah siswa yang telah meninggal 2 tahun lalu?”
Joffan kembali mengangkat kepalanya. “Meninggal? Gimana bisa?”
“Karena kasus bullying. Jika benar itu adalah Yoel yang kamu maksud, kamu bisa melihat beritanya di internet, saat itu berita tentang kematiannya sempat trending”
Setelah mengeluarkan ponselnya dari saku celana, Joffan langsung mencari berita tentang kematian Yoel di internet.
Benar saja, Yoel yang telah meninggal 2 tahun lalu adalah Yoel yang telah menjadi temannya selama hampir 2 bulan ini. Bukti semakin kuat, ketika Joffan menemukan beberapa foto Yoel terpampang jelas di internet.
Tidak heran mengapa selama ini Yoel memiliki tubuh yang dingin, wajah yang pucat, serta tidak pernah makan.
Kaki Joffan gemetar. “Gak mungkin” gumamnya.
Apakah selama ini dirinya telah di tipu oleh Yoel? Apakah Yoel hanya mempermainkannya? Lalu bagaimana dengan pertemanan mereka? Apakah palsu?
Joffan tidak bisa berhenti untuk terus berpikir negatif, setelah mengetahui bahwa ternyata Yoel adalah hantu, pikirannya benar-benar di buat berantakan.
Joffan terdiam cukup lama, hingga membuat gurunya khawatir. Namun kemudian ia cepat berdiri dari duduknya. “Bu guru, gak perlu manggil orang tua aku buat datang ke sekolah. Gak usah khawatir, karena aku.. bakal akhirin semuanya”
- Rooftop -
Joffan memasuki rooftop. Sesuai perkiraannya, sudah ada Yoel yang menunggunya di sana, dan tak lupa bersama senyuman manisnya.
“Joffan lama banget! Emang wali kelas ngomong apa sama kamu?”
“Yoel”
“Hum?”
“Stop berlagak seolah kamu adalah manusia, bisa?”
Yoel yang tadi sedikit berlarian kecil niat menghampiri Joffan, kini langkahnya berhenti.
Yoel masih tersenyum. “Ah.. aku ketahuan, ya?”
“Kenapa nipu aku? Kamu mau sesuatu dari aku, kan? Biasanya hantu yang nemuin aku pasti mereka mau minta sesuatu”
“Benar”
Joffan tertawa hambar. “Udah aku duga”
“Tapi itu udah aku dapatin”
“Ngomong yang jelas Yoel”
“Aku mau kamu jadi teman aku, dan sekarang kita udah jadi teman. Cuma itu yang aku mau, gak ada yang lain”
“Bohong..”
“Gak bohong kok”
“Gak! Itu pasti bohong!”
“Kamu mau tahu sesuatu?”
Joffan tak menjawab, ia malah memalingkan wajahnya enggan menatap Yoel.
“Gak mau tahu? Tapi aku bakal tetap ngasih tahu kamu. Joffan, sebenarnya aku ini adalah.. anak seorang dukun” kemudian Yoel tertawa dengan kejujurannya sendiri, padahal bagi Joffan itu tidaklah lucu.
“Kenapa gak ketawa? Aku adalah anak seorang dukun, itu terdengar lucu, kan?” tanya Yoel.
“Gak lucu sama sekali” sahut Joffan dan kembali menatap Yoel, datar.
“Karena itu, aku suka sama kamu Joffan..”
“Kenapa nangis? Harusnya aku yang nangis, kan? Kamu udah nipu aku” bingung Joffan ketika menyadari air mata Yoel tiba-tiba keluar membasahi pipinya.
………
“Karena aku adalah anak seorang dukun, aku selalu di benci.. bukan cuma oleh anak-anak, tapi oleh para orang tua juga. Mereka nganggap aku sebagai anak pembawa banyak kesialan, selalu mengutuk dan mengatai aku dengan banyak kata-kata kasar setiap kali bertemu.
Sampai aku duduk di bangku SMA, perlakuan mereka ke aku semakin parah. Dan terjadilah seperti sekarang, karena perbuatan mereka, aku meninggal dunia.
Gak sempat ngerasain gimana rasanya memiliki seorang teman.. makanya aku masih tinggal di sini, berharap suatu saat bakal ada seseorang yang bicara sama aku. Dan.. itu benar, kamu tiba-tiba datang entah dari mana.
Kamu orang pertama yang ngajak aku bicara dengan nada yang selalu lemah dan halus, kamu teman pertama aku Joffan.. kamu orang pertama yang buat aku sebahagia sekarang”
Setiap tutur kata Yoel ucapkan penuh dengan rasa sesak. Satu tangannya mencengkeram kuat ujung bajunya, sedangkan satu tangannya lagi tidak henti menggosok matanya yang penuh dengan air mata. Tentu Joffan sangat paham dengan perasaan Yoel, karena nasib mereka bisa terbilang hampir sama.
Sebelum mulai bicara, Joffan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
“Apa yang kamu mau udah kamu dapatin. Jadi, kamu udah bisa pergi dengan tenang ke alam kamu, kan?”
“….. Kamu mau aku pergi?”
“Iya, karena aku udah punya keputusan”
“Apa?”
“Setelah ini.. aku bakal nutup mata batin aku”
Lalu dengan cepat Joffan langkahkan kakinya keluar dari rooftop untuk meninggalkan Yoel.
“Aku pasti bakal pergi.. tapi, bisa gak kamu tetap di sini sedikit lebih lama lagi bareng aku? Sebelum kita benar-benar saling meninggalkan” mohon Yoel.
Joffan tidak bisa lagi mendengarkan omongan Yoel dengan akal sehat, suasana hati dan pikirannya sudah terlanjur kalut. Ia terus berjalan tanpa ada tanda akan menengok kembali kebelakang.
Joffan paham dengan kehidupan Yoel di masa lalu yang sama menyakitkan seperti kehidupannya saat ini. Tapi, ini sulit baginya, menerima sebuah kenyataan itu tidak mudah.
“SIALAN! Kenapa Yoel hantu? Kenapa dia bukan manusia?”
Sebut saja Joffan egois, karena memang begitu adanya. Joffan telah menemukan apa yang dia sukai, yaitu Yoel. Bahkan sudah muncul dalam benak Joffan keinginan untuk terus bersama Yoel seumur hidupnya, namun fakta Yoel bukan manusia telah menghancurkan harapannya.
Joffan kecewa karena apa yang dia inginkan terlalu mustahil untuk terwujud, Joffan marah karena tahu keinginannya tidak akan bisa menjadi kenyataan.
………
Namun, secara tiba-tiba langkah kaki Joffan terhenti.
Terlintas dalam pikiran Joffan sesuatu yang membuatnya berlari kembali menuju rooftop seperti orang kesetanan.
Walau Yoel menipunya dengan berpura-pura menjadi manusia, tapi apa yang Yoel berikan bukanlah tipuan. Senyum manis dan suara lembut Yoel selalu terasa hangat dan tulus. Pertemanan mereka benar ada, hari-hari yang mereka jalani bersama benar nyata.
Tidak perduli Yoel hantu atau manusia, faktanya dia tetaplah seseorang yang paling Joffan sukai dan hargai.
Jika Joffan membiarkan Yoel pergi tanpa saling mengucapkan kata perpisahan, dan tidak mengucapkan terima kasih untuk hari-hari menyenangkan yang telah mereka lewati bersama sebagai teman. Mungkin.. ia akan menyesal seumur hidupnya.
~~~
Joffan kembali memasuki rooftop. Nafasnya terengah, karena habis berlarian seperti orang gila.
Ia dapati Yoel yang tampak sedang menikmati pemandangan dari atas rooftop sekolah mereka, air matanya masih turun.
Setelah menetralkan diri, Joffan memberanikan dirinya untuk menghampiri Yoel.
………
“Yoel.. apa yang kamu suka?” tanya Joffan yang kini sudah berdiri di samping Yoel, sekarang matanya hanya fokus menatap Yoel.
“Joffan?”
Tangan Joffan terulur untuk menghapus air mata Yoel. “Jawab aja, cengeng”
Di sela air matanya, Yoel kemudian tersenyum. “Aku suka banyak hal!” jawabnya antusias. “Aku suka menggambar, suka anime, suka kucing, suka olahraga, suka tidur, suka makan, dan aku juga.. suka Joffan”
Joffan lega, ia bersyukur karena telah memilih untuk berlari kembali kepada Yoel. Seperti saat ini, hanya mendengarkan Yoel berbicara, itu dapat meredakan amarah Joffan yang tadi sempat memuncak karena terlampau kecewa.
Yoel sentuh hidung Joffan dengan satu jari telunjuknya. “Kalo Joffan gimana? Udah berhasil nemuin hal yang Joffan suka?”
“Iya” angguk Joffan.
“Apa?”
“Yoel”
“Hum?” bingung Yoel.
“Boleh aku peluk kamu?”
Yoel mengangguk kuat. “Boleh!”
Perlahan Joffan tarik tubuh kecil dan dingin milik Yoel, lalu memeluknya erat. “Yoel aku suka kamu, hal yang paling aku sukai di dunia ini adalah kamu. Aku terlalu suka kamu.. rasanya udah kaya orang sinting” tutur Joffan lirih.
Suara isakan Yoel pun mulai terdengar dari dalam pelukan Joffan. “Aku lebih suka Joffan! Suka Joffan, dan bakal selalu menyukai Joffan..”
“Hum.. aku tahu kok. Tapi Yoel, dunia kita berbeda, kita gak bisa ngelanjutin perasaan yang salah ini” Sebuah kata yang begitu menyakitkan Joffan ucapkan, itu membuat dirinya juga ingin menangis. Namun sekuat tenaga ia menahannya. Karena jika ia ikut menangis, suasana akan menjadi semakin buruk.
“Maaf.. ini semua salah aku” sesal Yoel.
Tangan Joffan mengelus surai Yoel lembut. “Kamu gak salah, justru aku harus bilang terima kasih sama kamu. Hari-hari bareng sama kamu sangat menyenangkan.. terima kasih Yoel, aku senang banget bisa kenal sama kamu. Selain dunia kita yang beda, aku gak nyesal sama hal apapun”
Yoel semakin menyamankan posisinya di dalam pelukan Joffan. “Terima kasih juga Joffan.. karena udah mau jadi teman aku”
“Kalau ada kesempatan, ayo bertemu lagi di dunia yang mengizinkan kita buat bersatu”
“Iya Joffan, itu pasti”
“Apa setelah ini kamu bakal jadi bintang di langit?”
“Mungkin?”
Joffan melonggarkan pelukannya, lalu menatap Yoel sambil tersenyum. “Sepertinya selain suka kamu, aku juga bakal suka sama bintang”
“Dan sebagai bintang, nanti dari atas langit aku bakal terus perhatiin kamu” ucap Yoel sambil tertawa.
Joffan sedikit menunduk, lalu mengusak gemas surai Yoel. “Manisnya.. udah, jangan nangis lagi ya” kemudian Joffan kembali memeluk Yoel.
Air mata Yoel sudah berhenti turun, kini hanya terukir senyuman di wajah cantiknya. Tidak perlu menyesal, semua yang ia dapat sekarang sudah lebih dari cukup baginya.
Hari itu Joffan membolos jam pelajaran terakhir, lalu menghabiskan waktunya hanya bersama Yoel hingga senja menyambut.
Setelah kepergian Yoel, Joffan akhirnya menutup mata batinnya. Tidak ingin hal yang sama terulang kembali.
Jika Joffan merindukan Yoel. Maka ketika malam tiba, sebelum tidur ia akan keluar sebentar untuk menatap bintang di langit.
Yoel adalah teman pertama serta cinta pertama Joffan. Meski dunia berakhir pun, Joffan tidak akan pernah melupakannya.
Joffan dan Yoel memiliki banyak kesamaan, kecuali.. dunia mereka.
- rra
5 notes · View notes
issa-writing-blog · 2 years
Text
Kami Tidak Berbeda
Hanya dari mendengar namaku, orang-orang bisa menebak agamaku. Semua yang mendengar namaku langsung berasumsi kalau aku ini beragama Kristen. Meski begitu, itu tidak menghalangiku untuk berteman dengan seorang lelaki yang memiliki Muhammad sebagai nama depannya.
“Hei, Maria. Ayo ke kantin,” teriak Devin dari luar kelas.
“Tunggu, ih! Aku masih cari dompetku.” Aku merogoh isi tasku, mencari dompetku.
“Kau selalu lama. Bahkan kura-kura peliharaanku lebih cepat darimu.”
Aku menyahut sambil tertawa kecil, “Aku tidak pernah menyangka kalau seumur hidupku, aku akan dibandingkan dengan seekor kura-kura.”
Aku dan Devin, sahabatku memang memiliki Tuhan yang berbeda, namun kami tetap sama-sama senang menghabiskan waktu istirahat di kantin bersama satu sama lain. Kami juga sering sekali memesan minuman yang sama, yaitu teh susu. Kami berdua sama-sama berusaha meyakinkan teman kami yang lain untuk ikut membelinya. Sayang sekali, kami tidak pernah berhasil melakukannya.
“Ayolah!” Devin menyodorkan teh susu pada Dika. “Setidaknya coba cicipi milikku.”
“Aku suka teh dan susu, tapi aku tidak suka bila keduanya dicampur,” tolak Dika. “Berikan saja pada Dev ….”
Dengan cepat, Devy memotong, “No, thank you.”
“Atta?”
Atta yang sibuk menatap layar ponselnya langsung menoleh. “Aku sudah pernah mencoba, dan ya Tuhan, menurutku rasanya aneh.”
Aku tertawa selagi menonton Devin dan Atta yang mulai berdebat.
 Aku memahami kalau aku dan Devin membaca kitab yang berbeda, namun kami tetap sama-sama menyukai buku yang sama. Setiap kali kami berniat atau disuruh untuk mengunjungi perpustakaan, aku dan Devin selalu berlomba untuk mengambil buku tentang binatang-binatang dari teman sekelasku yang lain. Kami akan duduk bersebelahan dan membuka halaman secara acak, lalu melihat gambar binatang yang ada dan membaca informasi yang tertera bersama-sama.
“Apa kau suka singa atau kau lebih suka cheetah?” tanya Devin di sela-sela sesi membaca kami.
Dengan yakin, aku menjawab, “Singa.”
“Apa kau serius?”
“Mengapa?”
“Cheetah berlari sangat cepat!”
“Singa adalah hewan yang kuat,” pendapatku.
Kami berdua saling memelototi satu sama lain. Tidak ada satu pun dari kami yang berbicara. Yang ada hanyalah kami saling memandang satu sama lain dengan aneh dan mulai mempertanyakan selera satu sama lain.
“Ya, setidaknya kau tidak menyukai hyena,” kata Devin. “Kau tahu …. Hyena sangatlah payah.”
“Ya.” Aku setuju dengannya. “Aku sangat benci hyena.”
“Betul.”
“Maksudku, mereka adalah perampok licik.”
Kami mengakhiri perdebatan ringan kami dengan membalik secara acak ke halaman lain. Pandangan kami terfokus pada halaman yang berisi gambar berbagai macam hewan primata.
“Eh, Mar.” Devin menunjuk kepada gambar dua ekor kera yang saling berdekatan. Bisa dibilang terlalu dekat. “Ini mirip seperti kau dan Chris.”
Aku menampar tangannya dan dia hanya tertawa nakal.
 Kami memang berpisah setiap kali waktu imtaq dimulai, namun kami sama-sama senang bermain video game sebelum waktu tersebut dimulai.
Pelajaran Matematika adalah pelajaran kedua di hari Jumat. Setelah itu adalah waktu siswa makan siang. Karena siswa muslim di hari Jumat harus ke masjid untuk salat Jumat, aku tidak membuang waktu dengan memanfaatkan waktu makan siang untuk bermain game bersama Devin.
“Mar! Mar! Tolong bantu aku!” Devin berteriak tepat di sebelah telingaku.
“Tenang, ih!” Aku menyenggolnya sedikit karena kesal. “Aku akan assist.”
Aku tidak bisa melihat lingkungan sekelilingku dengan jelas, tapi aku tahu ada yang melirik ke arah kami berdua. Itu pasti karena Devin agak berisik bila dia bermain video game. Ya, itu memang salah kami karena bermain di tempat teman sekelasku makan siang bersama.
“Devin, cepatlah makan. Kita harus berangkat sebentar lagi. “ Atta yang berada di sebelah Devin menepuk pundaknya. Hal itu membuat tubuh Devin melompat dari tempat duduknya, sehingga meyenggolku.
Aku mengeluh, “Devin!”
“Sebentar, Atta. Masih ada waktu,” kata Devin yang masih saja sibuk dengan video game yang kami mainkan.
Di saat aku sedang fokus menembaki musuh dalam video game, tiba-tiba Devin berteriak. Aku pun mengabaikan permainanku dan menoleh ke tempat dia berada. Rupanya Atta telah merebut handphone yang dia gunakan untuk bermain video game.
“Atta!” Dengan menyedihkan, Devin merengek sambil berusaha merebut handphone-nya kembali dari Atta. Sayang sekali karena Atta sangat lihai dengan tangannya sehingga Devin tak bisa merebutnya.
Aku tertawa kecil. “Hei, Devin.” Aku menepuk pundak sahabatku. “Kita sudahi saja. Kau harus salat Jumat. Kita bisa bermain saat kau kembali,” ujarku. “Bukankah makan siang dimulai jam dua belas dan kita akan masuk ke kelas jam setengah dua? Kita masih punya banyak waktu setelah kau pulang dari masjid, bahkan bisa lebih dari setengah jam! Jadi tidak perlu kesal, dasar pecandu video game.”
Devin mengelak, “Aku bukan pecandu!”
“Tenang! Aku hanya mempermainkanmu, bodoh!” Aku kembali menertawakannya.
“Kalau begitu, aku akan makan.” Devin akhirnya menyentuh kotak bekal di hadapannya yang tak tersentuh dari tadi. Kotak tersebut sudah berdiam di tempatnya selama hampir lima belas menit karena kami berdua terlalu asyik bermain video game.
Devin melahap isi kotak bekalnya dengan sedikit tergesa-gesa. Dia memakannya seperti dia sedang berada pada perlombaan makan. Entah karena dia tidak ingin telat pergi ke masjid atau sekadar karena dia kelaparan.
Tidak lupa, aku juga memakan milikku. Kotak bekalku terbuka dari tadi dan terabaikan karena aku fokus pada video game seperti Devin. Tanpa basa-basi, aku menyendokkan sesuap nasi ke mulutku. Karena makanannya adalah menu favoritku, aku jadi bersemangat.
“Jangan cepat-cepat, Devin!” tegur Dika. “Nanti kau tersedak.”
“Tidak! Aku harus bergegas.!” Devin malah melahap makanannya dengan lebih cepat.
Atta berteriak di sebelahnya, “Hei! Berhenti!”
Melihat sikap Devin, aku memutar mataku sambil menggelengkan kepala.
 Aku dan Devin tidak bisa duduk di meja yang sama pada saat pelajaran Agama, namun kami tetap bisa melakukannya pada saat pelajaran IPS.
Pelajaran IPS adalah pelajaran yang susah bagiku. Meski begitu, dengan Devin di sebelahku, hal ini terasa lebih menyenangkan. Itu bukan hanya semata-mata karena Devin menemaniku belajar. Ini karena aku bahkan tidak belajar sama sekali saat ada Devin.
“Asal kau tahu, Chris sudah dekat dengan Caca,” bisik Devin.
“Eh?” Aku mengedipkan kedua mataku dua kali. “Kamu serius?”
“Bercanda.”
“Ih, Devin!” ucapku kesal sambil memukulnya pelan. “Bagaimana kalau mereka benar-benar dekat?”
Bu Guru yang melihatku langsung menegurku dan menyuruhku untuk fokus. Aku berkata kalau aku berjanji akan fokus dalam belajar, namun aku tidak pernah melakukannya. Aku tetap saja bermain-main dengan Devin.
Aksi selalu diikuti dengan reaksi. Karena aku tidak pernah bersungguh-sungguh dalam belajar IPS, nilai ulangan akhir semester untuk mata pelajaran IPS kami berdua sama-sama jelek.
Aku tidak kaget karena sejauh ini, nilai ulangan IPS-ku memiliki nilai yang lebih rendah dari yang lainnya. Devin pun juga begitu. Aku juga tidak kaget karena kami juga tidak pernah serius dalam mempelajarinya pula.
Pada awalnya, aku tidak terlalu peduli dengan nilai IPS-ku yang hancur. Aku hanya perlu mengikuti remedi agar mendapatkan nilai di atas rata-rata mimimum. Meski begitu, aku baru tahu kalau satu-satunya caraku memperbaiki nilai adalah dengan membuat kelompok dengan siswa yang sama-sama ingin memperbaiki nilai dan kami harus melakukan sebuah tugas kelompok khusus.
Melelahkan, namun setidaknya, aku bisa melakukannya bersama sahabatku.
 Kami mengucapkan doa yang berbeda sebelum memulai pelajaran, namun kami sama-sama menyukai musik yang sama.
Sudah menjadi ritual aku dan Devin untuk mendengarkan musik bersama setelah ujian. Setiap kali kami menyelesaikan ujian kami, kami akan mendengarkan musik di luar kelas. Kami biasanya memakai handphone Devin dan menyambungkan sebuah earphone untuk kami pakai berdua.
“Mau mendengarkan album yang ini?” Devin bertanya sembari menunjuk ke sebuah album rap.
“Tentu saja!” kataku sambil mengangguk.
Devin pun menyetel lagu tersebut, dan kepala kami bergerak dengan sendirinya. Mulut kami tidak sengaja menyanyikan nada lagu. Semua itu terjadi selagi kami menikmati lagu dari album rap kesukaan kami.
“Eh, Maria!”
Aku menoleh ke sumber suara yang memanggil namaku, dan ….
“Eh, Chris!” kataku dengan malu-malu.
“Kalian sedang apa?” Chris bertanya sebagai lelucon. Perkataannya membuat seorang perempuan di sebelahnya menjadi tertawa kecil.
Tidak! Sekarang seseorang menjadi salah paham.
Aku berkata untuk meluruskan, “Tidak! Kami hanya sedang mendengarkan lagu.”
Chris menyeringai, lalu dia berkata, “Ya sudah. Aku mau pergi dulu. Aku harus mencari Pak Samsul. Selamat tinggal.”
“Selamat tinggal.” Aku melambaikan tangank ke arahnya.
Tidak, tidak tidak!
Sementara aku merasa malu, Devin malah tertawa dengan terbahak-bahak sambil menghentikan lagu yang kami setel. “Chris jadi salah paham, deh! Kasihan sekali kau ini. Aphrodite atau siapa pun nama dewi cinta itu tidak ingin kau jatuh cinta.”
“Hentikan,” kataku dengan pandangan menusuk. “Asal kau tahu, Malia tadi berjalan bersama Chris juga. Selain itu, nama dewi cinta Yunani memang Aphrodite.”
Mata Devin seketika melebar.
“Aku bercanda! Yang tadi itu Grace.”
Devin pun tersenyum lega. “Ya sudah, lanjut?”
Aku mengangguk, dan Devin kembali menyalakan lagu rap yang terhenti di tengah-tengah. Kami berdua mendengarkan lagu tersebut dengan gembira selayaknya lagu tersebut adalah satu-satunya lagu yang berada di dunia ini, dan lagu tersebut adalah lagu favorit kami berdua.
Aku memang beragama Kristen, dan Devin beragama Islam. Aku pergi ke Gereja, dan Devin pergi ke Masjid. Meski begitu, kami punya banyak kesamaan yang dapat mengalahkan satu perbedaan tersebut. Kami suka ke kantin bersama, suka bermain game bersama, belajar dengan tidak fokus bersama, suka mendengarkan lagu bersama, dan masih banyak lagi. Kami selalu berjalan sepulang sekolah bersama dan sama-sama tidak pernah berhenti berbicara soal acara televisi favorit kami. Jangan lupa kalau kami sama-sama suka mengejutkan satu sama lain dengan memberikan kado di hari ulang tahun satu sama lain. Apalagi kami sama-sama senang menghabiskan waktu bersama satu sama lain dan juga teman kami yang lainnya.
Pada akhirnya, satu perbedaan kecil tersebut tidak akan berhasil menghalangi kami berdua untuk menjadi sahabat yang menjaga satu sama lain.
4 notes · View notes
jurnalnita · 13 days
Text
Alya Tantrum lagi :)
Pagi ini kita udah jadwalin untuk ikut aksi palestina. Qadarallah aku ngobrol dulu sama siswa lepas sholat subuh
And then, dia dikamar udah mandi terus ngerasa kesel karena nunggu lama
Dari jam 6 nangis, nendang aku, ngacak-ngacak lemari, ngacak ngacak kamar
Nendang pintu
Masyaallah ya, ya Allah berat banget. Ya Allah barengin aku terus, aku gak bisa sendirian, aku gak bisa sendirian ya Allah
Temenin nita terus ya, aku yakin aku bisa tapi janji ya Allah Engkau barengin nita ya
Fase pendewasaan nita yang harus nita lewati. Nita yakin nita bisa, nita yakin nita mampu dengan bantuan Engkau ya Allah
Makasih udah mau terus barengin nita, maafin nita banyak salah, banyak dosa yang terus nita lakukan
Nita skrg bingung harus gimana, maaf ya Allah nita mengeluh ya :)
Bandung, 8 Juni 2024
0 notes
enfrevier · 2 months
Text
even after 10 years.
Tumblr media Tumblr media
Anna, 26. & Julian, 26.
category: one-shot. | masterlist.
PROLOG:
Katanya, yang namanya jodoh pasti nggak akan ke mana. Sekali pun pernah terpisahkan oleh badai besar yang menghadang, atau oleh lautan yang begitu luas membentang. Sekali pun pernah tak saling bertegur sapa, atau sekadar bertukar pandang sekian tahun lamanya. Tapi, pada suatu titik dalam kehidupan, dunia akan selalu temukan cara 'tuk mempertemukan mereka. Meski di waktu yang paling tak diduga-duga dan di kota yang dulunya hanya bisa mereka impikan.
“Bis bald, Anna!”
Musim dingin di Berlin telah sampai di penghujung masanya. Salju telah berhenti turun dan penuhi jalanan-jalanan kota. Udara pun berangsur-angsur sedikit lebih hangat, seiring matahari kembali pamerkan kegagahannya di atas sana. Tapi, bukan berarti penduduk serta-merta tanggalkan pakaian hangatnya.
Setidaknya, tidak untuk Anna. Wanita berdarah asli Indonesia, yang bahkan kerap menggigil kedinginan ketika berkunjung ke daerah Bandung.
Ia mengikat jaket panjangnya, agar senantiasa hangat terus memeluk tubuhnya, sembari lemparkan anggukan pada sang kawan. “Mhm, tschüssi!”
Dan dengan salam perpisahan pun lambaian tangan singkat, ia segera melenggang ke luar dari perpustakaan. Kembali menghirup udara segar kota, setelah nyaris seharian berkutat dengan segala materi perkuliahan yang buat pusing kepala.
Elektronika, instrumentasi, energi── “Waaa.” Mengingat-ngingatnya saja, buat Anna berhasil geleng-geleng sampai bergidik di tengah langkahnya.
Di saat-saat begini ini, paling sering ia mempertanyakan kembali keputusannya yang nekat lanjutkan studi di Jerman. Mikir apa, ya, gue dulu waktu daftar? Mending juga cari suami kaya-raya biar jadi trophy wife supaya nggak repot pusing begini.
Tapi, tentu saja, itu cuma keluhan yang sampai kapanpun tak akan ia realisasikan. Karena nyatanya, dari dulu sampai sekarang, ia selalu berorientasi pada pendidikan dan pencapaian. Persis seperti mottonya dalam menjalani hidup; kenapa harus mengandalkan orang lain kalau ia bisa mewujudkannya secara mandiri?
Ia menghela napas sesampainya di halte bus. Sekilas melirik arloji yang melingkari pergelangan tangan ‘tuk memastikan berapa lama lagi waktu yang dibutuhkan sebelum bus tiba. Masih ada delapan menit, jam kerja paruh waktunya pun baru akan dimulai dalam sejam. Seharusnya, ia tidak akan terlambat.
Maka, sembari menunggu, maniknya berkelana. Meski telah dua tahun ia habiskan di kota ini, menunggu di halte bus yang sama, dengan pemandangan yang tak banyak berubah, Anna selalu suka membiarkan maniknya berkelana dan menatap lamat-lamat pada apa saja yang tersaji di hadapannya; jalanan lengang yang bukannya disesaki kendaraan; tone warna klasik yang tampak senada bagai kota ini dilapisi filter buatan; trotoar yang dipenuhi pejalan kaki dan bukannya pedagang kaki lima.
Dan alih-alih mengeluh seperti sebelumnya, ia justru panjatkan syukur yang melimpah-ruah; pada kebaikan Tuhan yang telah memberinya kesempatan ‘tuk jejakkan kaki di kota yang selalu ia idam-idamkan.
“Eh, eh, eh!!” Waktu itu, Maya tiba-tiba berteriak di tengah kelas. Menarik perhatian seluruh siswa kelas delapan A, tak terkecuali Anna. Seolah, apa yang hendak ia katakan selanjutnya teramat lah penting untuk didengar. “Kalian kalau udah gede, pada mau tinggal di mana deh?”
“Andara lah boss! Biar tetanggaan sama Aa Sultan Raffi Ahmad!”
“Ah, gue mau di Jogja aja deh. Adem.”
“Senopati lah, biar bisa party!”
Dan di tengah huru-hara jawaban massal anak kelas lainnya, Julian menyenggol siku Anna yang asik mengunyah gummy bear di bangku sebelahnya, “Kalau lo, di mana?”
“Mm, pengen di Jerman,” balasnya. Meski sempat meragu, tapi senyum cerah menghiasi paras sang nona seketika itu juga.
“Lho.” Julian sempat tampak terkejut, meski dalam hitungan detik beralih jadi antusias. “Di mananya? Kenapa?”
“Di mana aja sih… asal Jerman.” Kemudian, senyuman jahil tampak tanpa sungkan di paras Anna. “Soalnya Jerman yang nemuin gummy bear. Bayangin deh, bakal sehappy apa gue, tinggal di negara yang menciptakan gummy bear.”
“Dih, alasan macam apa tuh.” Julian berdecak, kecewa. Sementara Anna dengan ringan mengangkat bahu, sama sekali tak tampak peduli dengan kekecewaan Julian.
“Tapi gue juga pengen sih, tinggal di Jerman, tepatnya Berlin.” Cowok berusia 16 tahun itu melanjutkan. Sukses buahkan kerutan penasaran di dahi sang kawan. “Karena gummy bear juga?”
“Enggak, lah. Emangnya gue bocah kayak lo.” Telunjuknya menoyor pelan dahi Anna diiringi raut mengejek puas. “Soalnya, bokap-nyokap gue ketemu di sana.”
“Idih, idih, ngarep ketemu jodoh juga lo di sana?” Anna menimpali dengan cepat. Terang-terangan mengejek alasan Julian, sampai memerah paras cowok itu.
“Nggak gitu──” Julian yang berusaha membela diri dan Anna yang masih melempar ejekan tiada henti.
Semuanya memang berawal dari ucapan asal yang diiringi ejekan. Tapi kemudian, mereka mulai membangun rencana bersama-sama seiring bertambahnya usia. Detail-detail senantiasa ditambahkan dalam rencana mereka; perjalanan studi dan karir, dan segala macam yang bisa mereka pikirkan di usia muda.
Tapi, yang namanya rencana, berakhir jadi sekadar rencana. Cuma mimpi yang diterbangkan bersama lantunan doa. Kemudian terlupakan. Terlebih, dengan terpisahnya mereka selepas kelulusan dan kepindahan Julian ke kota seberang. Maka, pembahasan Berlin pun seketika berhenti sampai di sana.
Dan bersama dengan jarak yang membentang, segala rencana yang mereka rancang pun turut lekang.
⠀⠀
“Anna? Anna, ya?”
Gadis berambut pirang itu sontak menoleh ke asal suara. Ada dua penyebab utamanya. Satu, karena namanya yang digaungkan di pinggir jalanan kota. Dan dua, karena logat familiar yang rasanya sudah lama sekali tak ia dengar. Logat yang berasal dari bahasa ibunya.
Anna masih memicingkan mata selagi sang pemanggil itu mendekat. Berusaha mengenali lekuk-lekuk paras sang pemuda.
Mungkin, otaknya kepalang panas habis dipaksa bekerja seharian. Atau mungkin, karena kacamata yang digunakan pemuda itu. Tapi Anna sama sekali tak mengenali Julian.
Hingga pemuda itu harus kembali buka suara. “Julian, ingat nggak?”
Kerutan di dahi Anna makin berlipat-lipat. Berusaha keras mengerahkan segala pekerja di dalam benaknya ‘tuk menggeledah berkas-berkas memori dengan nama Julian.
“Jerman, gummy bear, Berlin?”
“Ohh!” Lantas Anna langsung berseru begitu berhasil mengingat. “Julian SMP, ya?”
Meski dalam sekejap raut sang nona kembali berubah. Kali ini maniknya agak membelalak, satu tangannya pun sudah bergerak menutup mulutnya yang menganga karena tak percaya. “Wah, gila? Gue merinding.”
Seolah ingin membuktikan ucapannya, ia sampai mengangkat tangannya dan menaikkan lengan jaketnya. Tunjukkan pada sang pemuda bagaimana bulu-bulu yang nyaris tak terlihat itu, sudah berdiri tegak di sana.
Julian tertawa, “Gue sih udah daritadi, lo nya lemot.”
“Ya… sorry??? You’re the last person I expected to see here?” Anna kembali berkerut, tak terima disebut lemot. Enak aja lemot, buktinya lagi S2 di Jerman. “Tapi serius deh. Aneh banget rasanya ketemu lo di sini, after all the talk about Berlin we had before.”
“I know.” Ia menyetujui dengan cepat. “Feels like a dream, isn’t it?”
“Exactly.” Anna mengangguk. “But anyway, lo beneran tinggal di Berlin, jadinya?”
“Enggak, enggak. Belum, mungkin?” Julian tersenyum kecil. Kini sudah menempatkan diri dengan santai di sisi Anna, persis seperti sepuluh tahun lalu. Bedanya, alih-alih di balik meja di ruang kelas. Di halte bus Berlin lah mereka berada. “Cuma beberapa bulan, ada research di sini. Lo sendiri?”
Anna membulatkan mulutnya dengan nada meledek, “Ooh, keren amat, Bapak Julian.” Sudut-sudut bibirnya pun tertarik, menahan senyuman. “Kalau gue, lagi S2, semester terakhir.”
“Jangan bilang, lo jadi ambil jurusan perteknikan?”
Tawa Anna lepas seketika itu juga. Ketika menyadari bahwa ternyata, rencana yang ia rancang terwujud dengan sendirinya. “Yes. Emang hidup kadang-kadang bercanda, ya.”
Kekehnya masih menguar, terbawa angin dingin yang terasa menusuk-nusuk kulit, ketika bus yang ia tunggu berhenti tepat di depan mereka. “Bus gue, lo?”
Julian mengangguk. Lantas mengikuti langkah sang nona masuk ke dalam bus. Meski nyatanya, ia tak tahu ke arah mana bus ini mengarah── faktanya, ia masih begitu payah memahami angkutan umum di kota ini.
“Udah lama dong? Berarti lo udah hafal lah ya, sama seluk-beluk Berlin. Kapan-kapan, jadi tour guide dong?” Julian langsung buka suara selepas temukan tempat duduk di sisi sang kawan.
“Bisa, bisa. Gue kadang emang suka jadi tour guide orang Indo sih, buat jajan tambahan. By that I mean, nggak gratis ya,” timpal Anna main-main. Sementara Julian jadi mendecak dibuatnya.
“Kalau gitu, bagi kontak lo deh, Na. Biar kalau lo ada apa-apa bisa hubungin gue,” lanjut Julian. Kini sudah menyerahkan gawai tipis itu pada sang puan.
Anna langsung menerima uluran gawai itu, mengetikkan deretan angka di layar, sembari mencibir, “Nggak kebalik, tuh?”
Ponsel itu pun telah kembali ke sang pemilik. Diiringi percakapan mengenai kabar dan cerita kehidupan selama sepuluh tahun ke bekakang, bus pun terus melaju di jalanan kota. Hingga dari jendela, tampak pemandangan yang berkelebat bagaikan sebuah tayangan.
“Sitting next to you like this, make me think, the sixteen years old us must be very proud of us right now.”
“Definitely.”
0 notes
madingku-blog1 · 7 months
Text
Hadiah Terakhir Untuk Ibu
Oleh Jauza Arkan
Adit siswa kelas 2 SMA yang saat ini sudah berusia 17 tahun, ia tinggal bersama kedua orang tuanya, dan mempunyai Adik yang masih bersekolah dikelas 2 SMP. Keluarga Adit adalah keluarga yang sederhana. Meskipun tinggal dirumah yang sederhana, Adit tidak pernah mengeluh dan senantiasa menabung. Pagi hari yang cerah, Adit terbangun karena sinar matahari menembus jendela kamarnya yang entah sejak kapan terbuka. Sambil diiringi rasa mengantuk yang berat, karena semalaman Adit begadang untuk mengerjakan tugas sekolahnya, Adit memaksakan dirinya untuk beranjak dari tempat tidurnya lalu merapikannya.
Setelah itu, Adit bergegas untuk mandi, menyiapkan buku dan sarapan. Kemudian setelah selesai sarapan dan hendak berangkat sekolah, Adit bertanya ke ayahnya yang sedang meminum kopi dan bersiap siap untuk berangkat kerja.
“ Yah, Ibu dimana? “, tanya Adit. “ Ibu sedang ke pasar kak “, jawab Ayah. Adit pun pamit, dan berangkat sekolah menggunakan motor legend yaitu “Supra Bapak“. Disekolah Adit mempunyai dua teman dekatnya yaitu Akbar, Asep dan sahabat terbaiknya yaitu Kevin. “ Kriiiinnnggggg……!!! ” ( bel berbunyi, menandakan kelas akan segera dimulai ).
Dua am berlalu jam istirahat pun tiba, lalu Kevin mengajak Adit untuk menemaninya ke kantin. Setelah mereka sampai ke kantin mereka memesan batagor tiga rasa, sambil menunggu batagor tiga rasa datang, mereka pun saling curhat tentang tugas sekolah yang semakin banyak. “ Vin, lu capek gk sih, akhir akhir ini jadi banyak tugas? “, tanya Adit. “ Iya Dit benar, apalagi Kevin ada les tambahan “, jawab kevin sambil makan batagor tiga rasa. Lalu Akbar dan Asep datang mengajak Adit dan Kevin ke kelas. “ Kevin, Adit yuk ke kelas, sebentar lagi kelas akan dimulai “, ajak Akbar. Saat sedang belajar, Adit memikirkan hadiah apa yang akan ia berikan kepada sang Ibu, karena 3 hari lagi sang ibu akan berulang tahun yang ke-42. Lalu Adit teringat satu hal, bahwa sang Ibu pernah berkata bahwa ia sangat menginginkan sekali gaun putih yang ada di toko baju bu Asri.
Dahulu Ibu Adit sempat ingin membeli gaun putih tersebut, namun Ibu Adit masih dililit oleh hutang, oleh karena itu, Ibu Adit tidak jadi membeli gaun putih tersebut. Saat jam sekolah selesai, Adit bergegas pulang ke rumahnya dan melihat isi tabungannya, mengingat isi tabungannya yang sedikit lagi akan menyamai harga gaun yang diinginkan sang ibu, Adit pun bertekad untuk menambah tabungannya menggunakan uang sakunya. Keesokan harinya Adit seperti biasa menjalankan kewajibannya yaitu bersekolah, sambil membawa “Supra Bapak“ Adit pun merasa heran, mengapa jalanan hari ini sangat macet tidak seperti biasanya jalanan selalu lancar, namun kali ini sangat macet.
Setelah setengah jam berlalu, akhirnya Adit sampai disekolah namun kali ini Adit telat sampai disekolah. Adit pun dihukum untuk membersihkan toilet sekolah pada jam istirahat. Adit pun menerima hukuman yang diberikan guru tersebut. Lalu saat belajar, adit bertanya kepada Asep “ Sep, Kevin kenapa hari ini tidak masuk? “, tanya Adit “ Kevin sedang sakit Dit, ia sekarang sedang berada di rumah “, jawab Asep. “ Kevin sakit apa Sep? “, tanya Adit sambil terkejut. “ Kemarin setelah pulang sekolah, Kevin bermain bola, dan dicurangi oleh lawannya, sehingga tulang bagian lututnya bergeser “, jawab Asep.
Lalu Adit membuat rencana, setelah pulang sekolah nanti, Adit akan menjenguk Kevin sahabat dekatnya. Sepulang sekolah sesuai rencananya, Adit menjenguk sahabatnya setelah mengganti bajunya dirumah. Adit pun berpikir sejenak sebelum berangkat menuju rumah sahabatnya untuk menjenguk, seharusnya jika Adit ingin menjenguk sahabatnya maka ia seharusnya membawakan sesuatu, namun disisi lain uang tabungan tersebut akan dipakai untuk membelikan gaun sang ibu.
Akhirnya Adit membuat keputusan untuk memakai uang tersebut untuk membelikan sekeranjang buah untuk sahabatnya itu. Sesampainya dirumah Kevin, Adit membawa sekeranjang buah untuk Kevin lalu menekan tombol belnya.
“ tiiiinnnggggg…… “, ( suara bel berbunyi ). “ Assalamualaikum “, ucap salam Adit. Lalu pintu pun dibuka oleh Ibunya Kevin. “ Waalaikumsalam, eh Adit temannya Kevin ya? Silahkan masuk“, ucap salam Ibunya Kevin. “ Iya bu, makasih ya bu “, ujar Adit. Lalu Adit pun bertemu dengan Kevin dan memberinya sekeranjang buah.. “ Assalamualaikum Vin, ini Adit bawakan sekeranjang buah, semoga lu lekas membaik ya, biar bisa sekolah lagi “, ujar Adit. “ Makasih doanya ya Dit, lu emang sahabat terbaik deh “, jawab Kevin.. “ Iya sama sama Vin “, ujar Adit. Setelah setengah jam mengobrol, Adit pun pamit untuk pulang, karena sudah hampir maghrib. “ Vin, Adit pamit pulang ya, sudah hampir maghrib, lekas sembuh ya Vin “, ucap Adit “ Iya Dit, Makasih ya sudah mau jenguk, hati hati dijalan ya Dit “, jawab Kevin “ Iya makasih Vin “, ujar Adit Lalu selama perjalanan pulang, Adit memikirkan bagaimana supaya bisa membelikan gaun yang diinginkan oleh sang Ibu, mengingat uang tabungannya sudah terpakai untuk membeli sekeranjang buah untuk Kevin. Adit pun melaksanakan sholat Maghrib dan Isya lalu berdoa.
Saat Maghrib tiba, Adit menjalan ibadahnya yaitu sholat dan ia pun pasrah dan berdoa supaya diberikan rezeki karena besok adalah hari ulang tahun sang Ibu, begitupun saat Isya, Adit masih berdoa supaya bisa membelikan hadiah gaun untuk sang Ibu. Setelah sholat Adit seperti biasa mengerjakan PR dari sekolah, lalu tidak berselang lama, sang ayah mengetuk pintu kamarnya. “ Tok…tok….tok…. “, ( suara ketuk pintu ). “ Iya, masuk “, ujar Adit Lalu sang ayah masuk sambil tersenyum lalu bertanya. “ Sedang apa kak “, ucap ayah. “ Sedang mengerjakan pr yah “, jawab Adit. Lalu ayah mengambil sejumah uang dari sakunyandan memberikannya kepada Adit. “ Ini apa yah? Untuk apa? “, tanya Adit. “ Ini untuk kakak, katanya ingin membelikan gaun untuk Ibu “, jawab ayah. “ Uangnya dari mana yah? “, tanya Adit lagi. “ Alhamdulillah berkat doamu tadi, ayah hari ini mendapat rezeki, jadi ayah berikan sebagian uangnya untuk diberikan kepada kakak, untuk membeli gaun Ibu “, jawab ayah. Lalu Adit pun menangis karena doanya langsung dikabulkan oleh tuhan, sambil mengucap syukur Adit langsung memeluk sang Ayah.
Dengan kekuatan motor “Supra Bapak”, Adit bergegas menuju toko baju bu Asri, beruntungnya toko tersebut belum tutup dan Adit pun langsung membeli gaun tersebut. Setelah membeli gaun, Adit langsung pulang dengan rasa senang.
Adit pun melanjutkan mengerjakan pr dengan rasa yang sangat bahagia, Adit merasa hari ini ia sangat beruntung, ia bisa menjenguk sahabatnya dan bisa membelikan gaun putih untuk hadiah ulang tahun ibunya yang ke-42. Keesokan harinya Adit seperti biasa berangkat pagi untuk bersekolah, namun hari ini sama seperti kemarin, jalanan kembali macet lagi. Alhasil Adit kembali telat dan hukumannya membersihkan toilet seperti biasa. Namun mengingat semalam ia bisa membelikan gaun untuk sang ibu, Adit menjalani hukumannya sambil tersenyum. Adit pikir, hari ini adalah hari yang paling indah, karena hari ini ibunya sedang berulang tahun. Dirumah, ketika Ibu sedang membersikan kamar Adit, ibu melihat gaun putih di meja Adit yang sangat ibu impikan. Lalu ayah pun datang dan mengatakan. “ Itu hadiah yang akan Adit berikan untuk ibu, Adit berusaha menabung memakai uang sakunya untuk membelikan gaun putih tersebut yang ibu inginkan “, ucap ayah. Ibu pun menangis mendengar bahwa sebenarnya Adit tidak pernah jajan disekolahnya hanya untuk membeli gaun putih tersebut.
Saat Adit sedang belajar dikelas, Adit dipanggil oleh gurunya lalu menyuruhnya untuk datang ke kantor. Saat sudah sampai dikantor ternyata guru tersebut mengatakan bahwa ayah Adit tadi meneleponnya, ayah Adit mengatakan bahwa Ibunya Adit telah meninggal dunia. Seketika Jantung Adit berdebar sangat kencang, seakan dia tak percaya bahwa dia mendangar jika ibunda tercintanya telah meninggal dunia. Lalu Adit bergegas mengambil tasnya lalu pamit untuk pulang, Adit membawa motor dengan kecepatan yang sangat tinggi, ia sudah tak peduli lagi dengan keselamatannya karena yang ada di benak pikirannya sekarang hanyalah ibunya.
Saat sampai dirumah ternyata benar apa yang dikatakan gurunya, Adit melihat bendera kuning terikat dipagar rumahnya, dan melihat ada banyak orang dirumahnya. Adit berlari memasuki rumahnya dan langsung memeluk sang ibu yang sudah dikain kafani sambil menangis histeris.
Setelah memeluk sang Ibu, Adit langsung memeluk ayahnya dan bertanya. “ Yah, mengapa ibu meninggalkan kita? “, tanya Adit sambil menangis. “ Tadi ibu sempat pergi keluar, lalu ayah mendapat kabar bahwa ibu ditabrak lari ole pengendara mobil, yang menyebabkan ibu tak sadarkan diri. Lalu dibawa oleh ambulan, akan tetapi ibu meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. “, jawab ayah sambil menangis Lalu sambil mengusap air mata Adit, ayah menyuruhnya untuk pergi ke kamar. Ayah mengatakan, ibu menyimpan surat di atas gaun yang semalam Adit beli untuk Ibunya. Adit pun pergi menujulalu Adit kembali menangis setelah membaca isi surat tersebut . Suratnya berisikan : Nak, Ibu bangga punya anak seperti kamu, Ibu terharu kamu sampai rela tidak menggunakan uang sakumu demi sebuah gaun putih yang sudah lama ibu impikan. Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Adit, Terima kasih ya Dit, ini kado terindah yang pernah ibu terima. Ibu harap suatu hari nanti kamu akan jadi anak yang sukses. Lalu Adit menyimpan gaun putih tersebut dan berjanji akan menjaga gaun putih tersebut dengan baik, ia akan selalu mengingat dengan ibunda tercintanya.
Malam demi malam berlalu, Adit merasa sangat kesepian kehilangan Ibunda tercinta, setiap Adit pergi menuju sekolahnya, rasa semangat Adit berkurang. Yang biasanya Adit tersenyum, sekarang berubah menjadi murung. Yang biasanya riang ceria, sekarang Adit mulai menyendiri. Sehingga Adit menjadi tidak fokus selama pembelajaran berlangsung. Ayahnya yang melihat Adit selalu merasa sedih, mencoba mendatangi dan menasihati Adit. “ Dit, terkadang hidup tidak seperti apa yang kita pikirkan, terkadang hidup itu mudah, terkadang juga susah, Adit kamu harus ingat kita itu harus tetap bersyukur dengan apa yang telah ditakdirkan oleh tuhan, kamu harus tetap bersabar karena semua ini adalah ujian dari tuhan, dan ingat ibu pasti sedih di atas sana melihatmu sedih, ibu pasti ingin melihat kamu bahagia, kamu harus tetap semangat mencapai cita-cita dan kesuksesan, agar ibumu tenang di atas sana “, ucap nasihat dari sang ayah. Setelah mendengar nasihat dari sang ayah, Keesokan harinya, saat disekolah Adit kembali dengan senyuman manisnya, Adit mulai mengikhlaskan kepergian ibunya. Dan berusaha menjalani hidup seperti semula. Adit pun sadar bahwa apa yang ia lakukan selama ini ternyata salah, ia harus menerima takdir tuhan meskipun terasa sakit. Ia harus menepati janji ibunya bahwa suatu hari nanti Adit akan menjadi anak yang sukses.
-Selesai
1 note · View note
baliportalnews · 8 months
Text
Bupati Tamba Beri Dukungan Mahasiswa Magang Ke Luar Negeri
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, JEMBRANA - Bupati Jembrana, I Nengah Tamba memberikan dukungan kepada 13 mahasiswa OTC (Overseas Training Center)  Jembrana yang akan melaksanakan magang ke sejumlah negara. Dukungan tersebut diungkapkan Bupati Tamba saat menerima audensi mahasiswa OTC Jembrana di Rumah Jabatan Bupati Jembrana, Kamis (2/11/2023). Bupati Jembrana merasa bahagia melihat anak-anak setelah dididik di OTC, mereka bisa mencari pengalaman kerja dengan melaksanakan magang ke Luar Negeri. "Mereka-mereka ini sangat luar biasa, inilah yang saya harapkan, kita punya program siapapun, baik itu pemerintah Kabupaten Jembrana yang memberangkatkan ataupun pihak swasta yang terlibat disini, saya tentu ucapkan terima kasih," ujarnya. Bupati Tamba juga menambahkan, mereka-mereka ini selain dapat meningkatkan perekonomian keluarga, mereka juga berperan sebagai Pahlawan Devisa. "Bayangkan kalau 20 tenaga kerja yang bisa bekerja keluar negeri, 1 orang itu bisa mengirim uang kepada orang tuanya 3 juta atau 5 juta setiap bulan inilah pergerakan ekonomi yang akan kita butuhkan daripada adik-adik ini," ucapnya. Bupati Tamba memberi semangat dan support untuk anak-anak muda handal Jembrana dan yang akan kembali nanti tahun 2026 saatnya Jembrana Emas itu bangkit dan menjadi The Middle Class ke atas untuk mengisi daripada lowongan kesempatan kerja di Kabupaten Jembrana yang kita sediakan. "Jembrana itu punya konsep mekepung tidak pernah menyerah dan tidak pernah kalah, jangan mengeluh karena di luar negeri kalian tidak ada teman, tidak ada saudara disitu untuk berdiskusi mengadukan keluhan tetapi semangatlah," tandasnya. Semantara itu Kepala OTC Jembrana, I Putu Arya Wahyu Widiantara menuturkan ada 13 Mahasiswa yang akan berangkat magang ke Luar negeri. "Yang berangkat ini adalah semua putra-putri dari Kabupaten Jembrana. nantinya mereka akan magang di Negara Thailand dan Taiwan di Perhotelan," ucapnya. I Putu Arya mengucapkan terima kasih atas dukungan Bupati Jembrana yang telah memberikan semangat kepada siswa yang magang, sehingga hal tersebut menjadi motivasi bagi para siswa untuk menyelesaikan magang dengan baik.(ang/bpn) Read the full article
0 notes
pentakus · 2 years
Text
One Thing I’ll Miss the Most is Your Smile
Tumblr media
Salah satu scene yang masih menempel dalam memori setelah menonton serial Disney+ Hotstar berjudul High School Musical: The Musical The Series Season 4 yaitu di episode penutup dimana Nini meninggalkan surat perpisahan kepada Ms. Jean yang kalimatnya berbunyi “Ms. Jean, I don’t wanna say goodbye, because goodbye means it’s over. So, I just wanna say thank you”
…..
Back then setelah pandemi membaik, perkuliahan mulai kembali tatap muka, kampus kembali ramai, dan kehidupan-kehidupan lain yang selama dua tahun kebelakang dilakukan secara online bertahap mulai membaik. Something special di semester ini yang menjadi salah satu bahan overthinking ku selama ini ada pelaksanaan magang kependidikan yang memang menjadi agenda sangat penting di dalam program studi yang aku jalani. Tanpa pengalaman mengajar sekalipun baik di kelas formal atau informal, mau tidak mau aku harus memaksakan diri mengajar di sekolah mitra yang sudah di plot oleh fakultas. Bersama dua teman satu prodi, dan dua puluh delapan dari prodi lain, aku magang selama tiga bulan penuh. Oiya, selain magang aku juga tetap kelas seperti biasa untuk empat mata kuliah yang lain yang dilaksanakan di kampus. Jadi, ada hari dimana aku harus bolak-balik dari sekolah mitra ke kampus dan sebaliknya. Fortunatelly, salah satu temen magangku selalu setia menemani (re:nganterin) kemana-mana bahkan berangkat bareng pagi-pagi buta menerjang jalanan solo setiap hari dari kos ke sekolah mitra. 
Tumblr media
I had no idea what I have to do at that time, but here come my saviors, guru pembimbing dan dosen pembimbing lapangan. Setelah berbincang, meminta nasihat dan masukan dari beliau, aku berkesempatan masuk kelas untuk pertama kalinya. I was that nervous to come there, even just to stare at every student’s face. Menghadapi murid-murid remaja SMA dengan berbagai sifat yang berbeda menambah pressure dalam pikiranku saat itu. Can I finish this internship or this internship will finish me? #jkjk
Waktu berlalu, total sembilan kelas aku mengajar dalam seminggu. Surprisingly, menjadi internship teacher tidak semenyeramkan itu gaes. Murid yang terpaut jarak lima atau enam taun umurnya dariku, bukan hanya bisa jadi murid tapi bisa juga diajak mengobrol santai membahas hal lain diluar pelajaran. Walaupun tidak semuanya begitu. Setiap kelas mempunyai gaya belajar masing-masing yang menjadi challenge untuk siapapun yang mengajar. Ada kelas yang sangat mudah diatur, kalem, dan penurut. Ada kelas yang gaya belajarnya kinestetik alias harus ekstra sabar dan mengucap istighfar berkali-kali. Ada juga kelas yang ramai, anak-anaknya suka bercanda, tapi tetep memperhatikan pelajaran.
Satu cerita menarik menjelang ulangan harian, ada satu anak yang protes setelah aku beri latihan soal ulangan. Dia berdalih bahwa dia belum pernah di ajari materi yang sedang diujikan di latihan soal itu. “miss aku kan belum pernah di ajari ini selama ini, tapi kenapa muncul dalam latihan soal?” Kemudian setelah lihat presensi ternyata benar dia tidak mengikuti pelajaran karena izin mengikuti rapat suatu acara. Setelah diberi penjelasan sedemikian rupa, anak tersebut sadar bahwa dia saat itu berhalangan hadir dan seharusnya dia “mengejar” sendiri materi yang belum dia pelajari. Kejadian itu menjadi bahan refleksi tersendiri. Bagaimana kalau ada anak yang bertanya dengan pertanyaan serupa di akhirat kelak? Saat dia meminta pertanggung jawaban dari seorang guru (guru dalam konteks apapun) atau orang tua yang belum pernah mengajari seorang anak suatu ilmu yang seharusnya dia dapatkan di dunia.
…..
Canda tawa dan keluhan ala anak remaja setelah diberi tugas untuk mengerjakan sesuatu selalu mewarnai hari-hari magangku dari September hingga November ini. Tuntutan materi ajar yang mengharuskan siswa mengerjakan tugas yang cukup sering membuat mereka mengeluh, tapi anehnya setiap tugas selalu tuntas dan mendapat nilai bagus. Dari kegiatan belajar mengajar yang aku ampu kemarin, aku juga jadi sadar kembali bahwa setiap anak mempunyai potensi dan prestasi yang berbeda-beda baik akademik maupun non-akademik. Beberapa anak mungkin sering izin tidak mengikuti pelajaran di kelas seperti biasa karena ada tugas lomba yang membuat mereka tidak bisa menyimak pelajaran secara langsung. Tapi disisi lain, mereka juga sedang berjuang mengikuti minat bakat mereka sekaligus mengharumkan nama sekolah.
Tak hanya belajar mengajar, sekolah juga sempat merayakan beberapa peringatan hari-hari penting, seperti perayaan bulan bahasa yang jatuh pada bulan oktober. Aku dan teman-teman magang mendapat kesempatan untuk berpartisipasi menjadi panitia dalam acara tersebut berkolaborasi dengan siswa. Aku sendiri mendapat kepercayaan menjadi panitia lomba storytelling berdua dengan salah satu murid OSIS yang sangat suportif membuat everything run smoothly. Meski hanya satu bulan kepanitiaan berlangsung, aku sendiri banyak belajar menghadapi unpredictable moments that happened yang mengharuskanku beradaptasi dengan situasi yang ada.
Ada hari dimana stress dan emosi berpadu mengisi kepala dan berimbas pada perlakukanku dengan murid-murid di sekolah. Management waktu yang belum sempurna, kontrol pemikiran negatif yang masih perlu banyak belajar, ditambah siswa yang kadang susah di atur, membuat hari-hari yang biasanya ceria jadi sedikit berubah. Namun, akan menjadi tindakan yang salah apabila semua ini mengubah sikapku menjadi guru yang pemarah kepada murid. Kalau kata guru pembimbingku “marah itu tidak menyelesaikan masalah, mbak”, “anak-anak memang seperti itu, itulah tantangan menjadi guru. Mumpung masih muda, coba belajar menghadapi apa yang ada di lapangan secara langsung” tambah beliau. Dan.. ya, it’s not easy to be a teacher, but that doesn’t mean that we can’t be.
Hal yang menarik lagi dari magang kali ini adalah saat ujian penilaian magang. It was a super hectic day. Walau sudah berulang kali mengajar di kelas, tapi mungkin bisa dibayangkan ya kalau harus mengajar disaksikan oleh guru pembimbing dan dosen pembimbing lapangan untuk mendapat evaluasi setelahnya. Tapi jangan ditanya betapa leganya setelah semua itu terlewati. Alhamdulillah.
Kini dua pekan tersisa. Pembelajaran berjalan seperti biasa, hanya saja selalu aku sempatkan sesi foto bersama di setiap akhir pertemuan. Kalau kata Lewis Carroll, “how long is forever? Sometimes, just one second” Mutualan di sosmed juga menjadi salah satu cara supaya kita tetep keep in touch meski sudah berpisah nanti. And… there is a story that hurt me the most, may be, up to now, ketika suatu malam aku menyiapkan plan sedemikian rupa untuk acara last meeting dengan beberapa kelas yang aku ajar esok harinya. Setelah begadang sampai larut malam, esok pagi nya ternyata sekolah punya agenda sendiri yang mengharuskan siswa belajar hanya sampai jam kedua dan setelah itu belajar mandiri di rumah masing-masing. It ruined all my plans and it ruined my week as well. Although I can say goodbye anytime I met them, but actually I need “an official goodbye”.
Tumblr media Tumblr media
…..
It’s been fun but now I have to go.
Dear students, no matter how hard the day, a simple “thank you miss” at the end of the lesson never failed to boost my mood to see you over and over again.
Special thanks untuk bapak ibu guru pembimbing dan dosen pembimbing lapangan for your guidance within these three months. I was nothing without you.
And last but not least, all my fellow interns, all I can say is thank you. Sharing all the internship life at the cafeteria after the “rush hour” was so much fun.
…..
Sometimes, the really good stuff begins only when something else ends
…..
Thank you for stopping by.
Surakarta, Indonesia 2022
0 notes
tangerangraya · 2 years
Text
Pemkot ! Pengguna Jalan Mengeluh Nih, Ruas Jalan Sekolah Erenos Tangsel Kerap Terjadi Kemacetan Saat Antar Jemput Siswa
Pemkot ! Pengguna Jalan Mengeluh Nih, Ruas Jalan Sekolah Erenos Tangsel Kerap Terjadi Kemacetan Saat Antar Jemput Siswa
TANGERANGRAYA.NET, Tangerang Selatan – Salah satu pengguna pengendara bermotor bernama Adi (28) mengeluhkan area Jl. Palapa, Serua, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, kerap terjadi kemacetan yang disebabkan ada antar jemput peserta murid dari sekolah Erenos. Adi menilai ruas Jl. Palapa sangat begitu sempit dengan adanya antar-jemput pada pagi hari dan siang hari dari sekolah Erenos akhirnya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
privatkimia · 2 years
Text
Kursus Les Privat Kimia di Pulo Gadung Terdekat & Murah • Executive-Education.id
Tumblr media
  Kimia menjadi salah satu mata bagian mata pelajaran yang sulit untuk ditaklukkan bagi para siswa di jenjang SMP dan SMA. Ini disebabkan muatan yang terkandung pada mata pelajaran tersebut tidak hanya terbatas pada mengerti definisi-definisi terpentingnya saja, akan tetapi siswa juga harus mampu mengaplikasikan rumus molekul yang menjadi bagian dari penyusun senyawa kimia. Tidaklah dianggap sesuatu yang mengherankan bila beberapa siswa kurang terlalu minat mempelajari kimia. Meskipun begitu, siswa yang umumnya memiliki passion di bidang kimia justru lebih mudah dalam mencari kerja. Karena kemampuan di bidang kimia sangat dibutuhkan bagi perusahaan-perusahaan besar pada sektor industri makanan, teknologi, peternakan, pertahanan dan lain sebagainya. Jika kamu ingin tidak ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran kimia, tentu akan lebih baik jika kamu memilih untuk bergabung dengan lembaga bimbingan kursus les privat kimia Pulo Gadung yang sudah terbukti mampu menerjunkan guru berkualitas dan sudah melalui proses seleksi. Executive Education adalah lembaga yang tepat untuk kamu pilih.
Kursus / Les Privat Kimia di Pulo Gadung 
Executive-Education.id hadir sebagai situs layanan les privat kimia Pulo Gadung dengan metode pembelajaran yang sudah disempurnakan dan dipandu oleh guru berkompeten sesuai jurusan kuliahnya. Lembaga kami telah merekrut guru les privat kimia yang sebagian besar terdiri dari kalangan mahasiswa sampai alumni universitas unggulan, yakni Universitas Indonesia atau disingkat UI. Proses seleksi tentu kami harus kami lakukan untuk menjaga kualitas guru. Dengan demikian, kami bisa melihat bagaimana karakteristiknya, penguasaan materinya dan cara mengajarnya. Sangat dimungkinkan siswa akan memperoleh metode pembelajaran secara efektif karena guru les privat kimia yang kami rekrut tersebut sudah dinilai layak mengajar dan lulus seleksi. Informasi selengkapnya seputar les privat kimia Pulo Gadung bisa segera kamu peroleh dengan berkonsultasi langsung pada tim admin melalui kontak yang tersedia.
Keunggulan Les Privat Kimia di Pulo Gadung Bersama Executive-Education.id 
Nama lembaga kami memang tidak setenar dari sejumlah bimbingan belajar lain yang ada di Pulo Gadung, meski demikian kami tetap menjaga komitmen untuk memberikan guru-guru terseleksi dan benar-benar layak untuk mengajar. Hal ini bisa terlihat dari tingkat loyalitas para wali siswa yang sudah mempercayakan lembaga kami selama bertahun-tahun. Tidak berhenti disitu, beberapa keunggulan dari Executive Education juga bisa kamu dapatkan jika kamu ingin bergabung di layanan les privat kimia Pulo Gadung. Konsultasi Belajar Online Ketika belajar sendiri di rumah, terkadang kamu menemui kendala seperti sulit memahami materi atau sulit menyelesaikan beberapa nomor soal kimia. Sebab kami hadir dengan fasilitas konsultasi online dengan guru les privat kimia Pulo Gadung yang bisa kamu gunakan secara gratis. Dengan memanfaatkan layanan tersebut maka kamu akan lebih mudah dalam mencari jawaban seputar mata pelajaran kimia, dimanapun dan kapanpun, selama kondisi guru les kami masih longgar atau tidak terlalu sibuk. Report Card Seringkali para orang tua selama ini mengeluh karena sulit memantau sejauh mana perkembangan anaknya dalam mempelajari kimia, akan tetapi keluhan tersebut kini telah terjawab sudah. Executive Education hadir dengan fitur Report Card yang membantu para orang tua untuk mengetahui sejauh mana progress belajarnya. Selain menjawab rasa kekhawatiran para orang tua, adanya fitur tersebut juga punya manfaat bagi guru-guru di Executive Education untuk melakukan evaluasi dan perbaikan cara mengajar yang harus sesuai dengan level kemampuan siswa. Bergaransi Salah satu bentuk dedikasi kami kepada siswa adalah menghadirkan rasa kenyamanan ketika memilih bergabung di lembaga kami. Apabila siswa atau wali siswa merasa kurang cocok dengan guru les privat kimia, baik selama maupun sebelum memulai proses pembelajaran. Maka, tidak ada salahnya untuk segera mengajukan ganti guru les privat kimia Pulo Gadung yang baru melalui tim admin kami dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Tumblr media
  Biaya Les Privat Kimia di Pulo Gadung per Pertemuan
Executive Education menggunakan beberapa pedoman untuk menentukan penawaran biaya les privat kimia Pulo Gadung, seperti kualifikasi guru, penerapan kurikulum, total sesi pertemuan dan jarak bepergian guru ke lokasi rumah siswa. Meski biaya les privat kimia cenderung lebih mahal dibandingkan dengan bimbingan belajar secara kelompok, namun bila dilihat dari kualitas pembelajaran maka mode les privat jauh lebih diunggulkan. Ini dikarenakan les privat menyediakan satu guru untuk satu hingga dua siswa saja, sementara kelompok bimbingan belajar menyertakan belasan siswa dengan hanya mengandalkan satu guru saja. Bisa kamu simpulkan bahwa belajar di lembaga bimbingan les privat kimia Pulo Gadung dari Executive Education merupakan pilihan tepat jika kamu ingin lebih terasa personal dan intensif, karena guru harus menyesuaikan gaya belajar siswa. Read the full article
0 notes
skyrettes · 3 years
Text
did it hurts your feeling?
Tumblr media
Martin
Kegiatan sekolah akhir-akhir cukup padat, banget malahan. Bukannya gue ingin mengeluh, tetapi memang kenyataannya begitu. Besok adalah hari pemilihan ketua OSIS baru, yang mana hal itu berarti jabatan gue sebentar lagi akan segera berakhir.
Dari semua kandidat yang ada, menurut gue nggak ada yang kurang sedikitpun mengenai potensi kepemimpinan yang mereka rancangan, cuma hal itu tetap aja kembali kepada semua siswa yang memilih nantinya.
Berhubung besok adalah hari pemilihan ketos baru, maka mau tidak mau gue masih harus stay di sekolah dengan beberapa teman osis untuk menyiapkan beberapa keperluan selama berlangsungnya acara besok pagi, termasuk juga Ela yang menjadi wakil gue selama ini.
"Lo siap lepas jabatan ini?" tanya Ela sambil menggulung kabel yang berantakan sedangkan gue masih sibuk mencari-cari mic cadangan didalam lemari.
Gue tersenyum pada saat itu ketika mendengar pertanyaannya.
"Semua hal yang sudah dimulai, pasti akan menemui akhirnya. So, I'm ready."
Elana Seinandan. Gue, Ela dan Maren memulai persahabatan ini sejak kelas 5 SD. Dimana pada saat itu Ela adalah warga baru di komplek perumahan yang keluarga gue tempatin. Tempat tinggal Ela tepat didepan rumah gue, yang mana hal itu membuat gue dan Maren lebih sering ketemu ketika akan berangkat menuju sekolah diantarkan oleh Papa. Semua dimulai ketika saat itu gue mendapati sosoknya tengah duduk sendirian didepan sekolah untuk menunggu orang tuanya menjemput. Saat itu keadaan sudah lumayan sepi hingga akhirnya Papa meminta gue untuk menghampirinya dan mengajaknya pulang bersama. Ela kecil itu pendiam, sebenarnya masih sama saja dimata gue hingga saat ini. Yang membedakan adalah cara berpikirnya sudah mulai dewasa seiring berjalannya waktu.
"Semua hal yang sudah dimulai, pasti menemui akhirnya." ujarnya mengulangi perkataannya gue lalu tersenyum tipis.
"How about you? Sudah siap nggak gue repotin lagi?"
Dia tertawa kecil sambil mendudukkan dirinya di kursi yang berada didepan gue, hingga posisinya sekarang adalah gue berdiri didepannya.
"Really? Well, sebenernya lo ngerepotin pas lagi resek doang sih, sisanya gue biasa aja." jawab dia dengan tangan yang sibuk merapikan barang-barang di atas meja.
"Emang kalau gue resek gimana?" tanya gue dengan penasaran.
"I can't talk to you. Lo lebih banyak diem, ngerjain apa-apa jadi sendiri. At that moments i feel useless."
Sore itu gue dibuat terdiam sesaat. Gue tiba-tiba teringat dengan insiden kita berantem bulan lalu hingga berakhir dia memblokir semua akun gue. Kita jarang berantem, dan sepertinya insiden waktu itu memanglah cukup parah.
"I am so sorry. Gara-gara Claire kita jadi berantem waktu itu." kata gue.
"Nah, I'm not talking about that fight." katanya dengan nada bicara yang sedikit datar.
Gue cukup memaklumi hal itu karena gue yakin Ela pasti masih merasa kesal.
"Did it hurts your feeling?"
"What?" tanyanya.
"When we don't talk to each other."
Entah apa yang ada dipikirannya pada saat itu hingga membuat Ela tidak langsung membalas pertanyaannya gue dan malah memilih untuk beranjak dari duduknya.
Dia mengambil tas miliknya dan bersiap untuk pulang. Ketika tubuhnya sampai dekat pintu, ia pun menghentikan langkahnya.
"You wanna know the answer?"
"If you want to let me know." jawab gue.
"Yes."
8 notes · View notes
lawtan · 2 years
Text
Contoh Perilaku Pelajar Pancasila Kreatif
Tumblr media
Kita tidak akan pernah lepas dari nilai-nilai Pancasila, sebab ini adalah core value yang mencerminkan nilai positif yang wajib kita miliki. Program RPP Merdeka Belajar juga memiliki kaitan dengan Pancasila, kini siswa lebih dimanusiakan dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
Pelajar Pancasila merupakan salah satu hasil dari program Merdeka Belajar yang sangat bagus untuk pendidikan karakter peserta didik. Salah satu ciri dari Pelajar Pancasila adalah Kreatif. Mereka yang kreatif akan menemukan lebih banyak solusi atas permasalahan-permasalahan yang ada. Guru baiknya membebaskan siswa dalam proses problem solving, hanya saja tetap dipantau agar jalurnya tetap positif dan tidak mengarah pada hal-hal yang melanggar norma dan hukum.
Anak-anak yang kreatif lebih mudah berkembang meski dalam pemerolehan ilmunya terbatas. Kreatif bukanlah suatu bakat, melainkan bentuk skill yang dapat diasah. Salah satunya dengan memberikan tugas berupa permasalahan yang harus dipecahkan. Kini sudah banyak metode belajar yang dapat mengasah kreativitas siswa, lho!
Di kelas guru dapat memberikan tugas focus group discussion (FGD) dengan materi sederhana untuk mengasah kreativitas serta cara berpikir kritis mereka. Dari beberapa contoh rpp merdeka belajar juga ditemui metode FGD sebagai metode pembelajaran. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui, sekali menggunakan metode FGD, siswa memahami materi, melatih berpikir kritis dan meningkatkan kreativitas.
Lalu, bagaimana contoh perilaku yang mencerminkan pelajar yang kreatif sesuai dengan Pelajar Pancasila Kreatif?
Menciptakan Ide Original dan Otentik
Apakah kamu ingat saat SD dulu diberikan pertanyaan guru “cita-citamu apa di masa depan?”. Kebanyakan kita menjawab ingin menjadi dokter, menjadi guru, menjadi pilot atau menjadi pengusaha sukses. Jarang sekali ada yang menyebutkan ingin menjadi petani atau menjadi pengolah limbah. Mengapa demikian ? Kita dari sejak dahulu diberikan patokan bahwa pekerjaan yang mencerminkan kesuksesan ialah seperti yang umumnya jawaban di atas. Jika ada yang memiliki cita-cita original yang betul-betul mereka inginkan, tak sedikit dari mereka mendapatkan penyepelean, cibiran dan reaksi yang kurang baik.
Padahal setiap profesi memiliki perannya masing-masing. Mereka yang memiliki cita-cita sesuai dengan keinginan hatinya dan mampu menyuarakannya ialah orang yang kreatif. Mereka tahu apa yang mereka inginkan, bukan yang orang lain inginkan terhadap mereka.
Menghargai Perbedaan
Karena ia tahu setiap orang memiliki keoriginalan, maka mereka yang memiliki kreativitas yang baik akan lebih mudah menunjukkan sikap menghargai dalam setiap perbedaan. Hal ini sesuai dengan tagline merdeka mengajar dimana meskipun bebas namun tetap menghargai perbedaan.
Menurutnya, perbedaan merupakan sebuah solusi, karena jika hanya satu ide saja di dunia ini yang dianggap paling benar, maka ketika mengalami kebuntuan kita semua akan menemukan jalan buntu yang sama. Jadi, siswa dengan kaakter kreatif akan leih mudah menerima masukan dan keunikan orang-orang sekitarnya.
Fleksibel
Kurikulum, sistem pembelajaran, silabus dan portofolio memang dibuat sedemikian rupa untuk memudahkan pengajar dan peserta didik dalam transfer ilmu. Materi atau bahan ajarnya sudah jelas, tapi cara penyampaian tiap guru berbeda-beda. Ada yang senang hati memberikan contoh kehidupan sehari-hari, ada yang dengan menggunakan video, ada yang merangkum dan lain sebagainya.
Siswa kreatif lebih mudah menerima perbedaan cara mengajar guru-gurunya. Mereka yang fleksibel tidak mudah mengeluh dan cepat beradaptasi. Itulah mengapa ada yang namanya murid favorit, sebetulnya guru tidak ingin membedakan, tetapi tingkat kefleksibelan siswa juga mempengaruhi subjektivitas guru dalam mengajar.
Itulah bentuk perilaku yang mencerminkan Pelajar Pancasila Kreatif. Kamu sudah menerapkan yang mana?
2 notes · View notes
fazarrias · 3 years
Text
Refleksi KMC #4: Menata Prioritas 1
Semakin ke depan, bukan tidak mungkin peran kita akan semakin bertambah. Yang hari ini jadi siswa, selanjutnya akan jadi mahasiswa. Yang sekarang masih mahasiswa, tak lama lagi akan memasuki dunia kerja. Dan yang saat ini masih sendiri, di waktu yang terbaik akan Allah izinkan menjalani hidup bersama jodohnya.
Dan semua penambahan peran itu, akan menambah kewajiban-kewajiban baru yang tidak semuanya menggugurkan kewajiban lama yang sudah ada.
Maka sebelum peran kita bertambah, kita harus berkaca pada manajemen diri kita. Karena ketika menjadi mahasiswa dunia perkuliahan tak seindah yang dibayangkan. Begitu juga dunia kerja, serumit apapun masalah saat menjadi mahasiswa, sejatinya belum seberapa dibanding ketika sudah memasuki fase memeras keringat sendiri demi sesuap nasi. Dan berubahnya status dari single menjadi menikah, tak melulu semuanya indah.
Sebab semakin bertambahnya peran akan semakin meningkat juga ujian sabar yang menempa diri agar menjadi lebih baik lagi.
Aku jadi teringat masa-masa jadi Koordinator Akhwat Umum di Lembaga Dakwah Fakultas di Universitas-ku. Pada masa itu, aku sering mengeluh atas rentetan kewajiban yang harus kutunaikan. Di samping tugas utamaku sebagai mahasiswa yang semakin berat. Aku juga harus kuat untuk mengabdikan diri menjadi pelayan umat. Mendahulukan kepentingan mereka di atas kepentinganku. Dan itu sungguh bukan perkara yang mudah.
Sampai seseorang datang kepadaku seraya menenangkan. Sembari itu dia menasihatiku dengan sebuah pepatah Arab:
 “Al-Wajibat aktsaru minal awqat”
Kewajiban kita lebih banyak dibandingkan waktu yang tersedia.
Ya. Dan memang benar adanya. Kewajiban kita akan selalu bertambah sementara jumlah waktu dalam sehari tak pernah berubah. Saat menjadi siswa, mahasiswa pun ketika menjadi istri ataupun suami kelak, waktu dalam sehari tetap sama, tak akan lebih dari 24 jam jumlahnya.
Sepertinya Allah sengaja menyediakan waktu terbatas untuk kewajiban yang tak kunjung tuntas. Agar kita bisa memaksimalkan waktu yang sedikit dengan sebaik-baiknya. Melakukan sebaik-baik amalan dalam setiap detik yang berjalan.
Tapi... Tak cukup hanya beramal. Kita juga perlu berilmu.
Kita perlu berilmu agar apa-apa yang kita kerjakan mendulang kebaikan tidak hanya untuk kita, tapi juga untuk setiap umat manusia. Agar setiap amalan ditempatkan sesuai porsinya. Tidak tumpang tindih apalagi timpang lalu merumpangi. Tapi sesuai pada waktu dan tempatnya. Sebab...
“Ilmu tanpa amal adalah gila dan pada masa yang sama, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan sia- sia.”
-Imam Al Ghazali-
Maka dari itu, beruntungnya kita saat ini hidup dalam naungan Islam. Kita patut bersyukur. Karena sekecil apapun itu, semua sudah diatur dengan sempurna. Termasuk persoalan dalam menentukan prioritas di tengah banyaknya kewajiban yang perlu ditunaikan.
Karena setiap amalan ada dasar ilmunya. Dan setiap ilmu memiliki derajat yang berbeda. Maka kita perlu menyeluruh dalam menimba ilmu.
Mirisnya yang terjadi saat ini, banyak sekali pergeseran nilai-nilai Islam. Banyak orang melakukan amalan tanpa mempertimbangkan kedudukannya. Banyak sekali amalan yang dilakukan atas dasar nafsu yang menggebu, bukan lagi didasarkan pada ilmu yang utuh.
Sehingga tak heran jika saat ini yang menjadi bintang masyarakat bukan lagi ulama ataupun ilmuwan. Tapi artis-artis yang sebagian besar banyak membawa kemudharatan yang siap ditiru oleh setiap pasang mata yang melihatnya. Dan juga saat ini banyak sekali orang-orang yang berani unjuk diri mempelopori sebuah penyimpangan. Hal ini terasa janggal sekali. Ketika yang menyimpang berani bersuara sementara yang berilmu secara benar memilih bungkam dan menelan kebenaran hanya untuk dirinya sendiri.
Belum lagi media saat ini sudah banyak yang tidak waras lagi. Tanpa atau dengan kita sadari, media saat ini lebih banyak memperbincangkan gaya hidup yang tidak berfaedah. Sedangkan hal-hal yang berharga dikesampingkan. Alhasil, banyak orang mudah terjebak pada hal yang tidak bermanfaat hanya karena hal itu sedang trending.
Dan kalau kita perhatikan lebih jeli lagi, pemerintah kita saat ini banyak sekali menggelontorkan dana untuk sesuatu yang tidak pada tempatnya. Seperti di bidang seni dan olahraga. Padahal di sisi lain banyak bidang yang lebih membutuhkan seperti pendidikan dan kesehatan. Hal ini seperti mengobati demam padahal demam bukanlah penyakit sesungguhnya tapi hanya efek samping dari penyakit utama.
Dengan kondisi yang tidak baik-baik saja seperti ini, maka sudah saatnya kita segera berbenah. Bergegas memperkaya ilmu tanpa banyak menunda. Karena waktu yang kita miliki sangat terbatas, sementara kewajiban yang kita miliki membentang luas.
Dengan menyadari ini, harapannya kita tak lagi berleha-leha. Kita tak mudah menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Karena banyak tugas peradaban yang menanti untuk diselesaikan. Banyak ranah yang membutuhkan peran kita dalam melejitkan ragam kebaikan.
Semoga kita masih diberi kesempatan memperbaiki diri sembari terus menyebarluaskan kebaikan. Agar kita segera menjadi bintang yang tidak hanya bersinar, tapi juga mampu menyinari sekitarnya.
Tumblr media
"Wahai Allah.. anugerahkan aku hati yang selalu mampu melihat fana-nya semua urusan duniaku. Juga hati yang selalu menempatkan-Mu sebagai prioritas di atas segala prioritas."
-Yasir Muhtar-
Palembang, 07 Januari 2021 || 17.25
42 notes · View notes
matheamerta · 2 years
Text
#Aer1
Halo, apa kabar?
Semoga sehat selalu yaa
Ga berasa tahun 2021 sudah berakhir, kamu kuat dan hebat karena bisa lalui dengan segala kemampuan yang kamu miliki, good job
Anyway, kali ini aku mau cerita tentang pertanyaan yang gatau kenapa bisa timbul di diri aku, muncul pertanyaannya sekitar bulan Februari tahun 2021
“kenapasih guru lebih senang mengajar murid yang pintar? Kenapa guru lebih semangat mengajar siswa atau siswi yang memiiki daya tangkap tinggi? Lebih dari itu, guru enggan mengajar, bahkkan menengok pun tidak”
Aku tahu ga semua guru begitu, tapi jika perbandingannya 10:1? Akan sangat sulit bagi siswa. Terlebih dengan sistem kurtilas yang murid dituntut untuk mandiri. Bagus, tapi sayangnya SDM kita tidak cukup siap. Akibatnya, banyak siswa yang kurang paham, mengeluh, tidan mengerti materi pelajaran, dan berujung pada putus asa. Ga semua murid bisa privat atau les, bukan hanya terkendala biaya tapi juga kendala “apakah murid diterima oleh pihak privat ataupun Lembaga les?” belum tentu.
Aku mengenal 2 orang anak yang memiliki daya tangkap dibawah rata-rata., yang satu kelas 5 dan satu lagi menuju kelas 1 SD. Mereka anak yang cantik dan manis, bukan kemauan mereka juga dianugerahi daya tangkap dibawah rata-rata. Di sekolah, mereka di pandang sebelah mata dan banding membandingkan adalah makanan sehari-hari, sedihnya mereka alami juga di lingkungan keluarga. Aku gamau fokus membahas bagaimana peran keluarganya, itu urusan yang berbeda.
Dari 10 guru yang aku kenal, hanya 1 yang peduli dengan kondisi murid dibawah rata-rata. Alasannya mudah, gaji guru yang tidak seberapa lantas mengapa mereka harus mengajar dengan effort lebih?
Kadang ga habis pikir, apakah karena sistem? Atau mungkin budaya? Atau mungkin memang begitu cara kerjanya?
Entah, saya juga kurang yakin. Pernah mendiskusikan dengan seorang teman dan jawabannya “yaa karena mereka pinter. Biar guru ga susah”. Kadang mikir ini gaada abisnya karena tentu saja bercabang, banyak pihak yang harus saling support dan sadar. Tapi, akan sulit dan butuh waktu lama. Sulit bukan berarti tidak mencoba yaaa, kita coba dulu.
Semoga dengan menulis ini, saya lebih tenang dan lega. 3 kali saya menangisi persoalan ini, ga tega jika ada anak dipandang sebelah mata karena akademiknya, padahal semua anak cerdas dan pintar pada bidangnya msing-masing. Sering susah tidur jika pertanyaan ini tiba-tiba muncul, dan kalau muncul argumen “ga seharusnya mikirin soal ini” atau “bukan tugas kamu ko yang mikir ini” memang ga seharusnya dan bukan tugas saya, tapi kita Bersama. Bayangkan saja jika kelak kamu alami pada keturunan kamu atau keeluarga kamu, tega? Naudzubillah
Terakhir, ada seorang ibu dari salah satu murid yang saya kenal. Beliau berharap “semoga nanti banyak orang yang mau membantu anak-anak sekolah sampai tinggi, karena bantuan sembako sudah banyak. Termasuk kamu yaa mbaa” kita bantu aamiinkan, barangkali doamu diijabah oleh Tuhan. Semoga
3 notes · View notes
baliportalnews · 2 years
Text
Kisah Adam, Putera Tukang Las Kuliah Gratis di UGM
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, YOGYAKARTA - Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Kerja keras, ketekunan, dan semangat dalam menuntut ilmu berhasil menghantarkan Adam Adhitya Prayoga diterima kuliah di Prodi Ilmu Aktuaria UGM tanpa tes bahkan dibebaskan dari biaya pendidikan. Adam adalah putra semata wayang pasangan Hartoyo (46) dan Indria Dewi (43) asal Purworejo, Kadireso, Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Sang ayah merupakan satu-satunya tulang punggung dalam keluarga menjalani profesi sebagai tukang las dengan penghasilan yang pas-pasan. Sang ayah telah menjalani usaha bengkel las sudah ia jalani sejak 2006 silam. Namun usaha bengkel las yang dikerjakan ayahnya itu tidaklah menentu. Kadang dalam satu bulan sama sekali tidak ada pesanan jasa las. Apapun dikerjakan oleh sang ayah agar dapur rumahnya tetap mengebul. “Usaha las ini tidak pasti, ya biasa sebulan itu tidak ada kerjaan. Kalau pas kondisi seperti itu bapak kerja serabutan,” ungkapnya. Meski terlahir dari keluarga sederhana, Adam tak pernah mengeluh atas keadaan yang dijalaninya. Kondisi tersebut justru menjadi pelecut semangatnya untuk tekun belajar dan berpretasi di bangku sekolah. Sejak SD hingga SMP ia selalu menjadi bintang kelas. Peringkat pertama tidak pernah lepas dari tangannya sekalipun. Ia pun berhasil masuk SMA Pradita Dirgantara, Semarang dan mendapatkan beasiswa penuh hingga tiga tahun setelah melalui rangkaian seleksi ketat ditingkat daerah hingga nasional bersaing dengan ratusan siswa lainnya. Beberapa prestasi yang dikantongi Adam saat SMA antara lain Penghargaan Khusus di Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia 2021 dan Medali Perunggu di Mathematics Competition Revolution UNESA 2020. Berkat kemampuan akademisnya yang mumpuni berhasil menghantarkan Adam diterima kuliah di UGM melalui Jalur SNMPT Undangan atau tanpa tes serta meraih beasiswa KIP hingga dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah. “Tidak ada kiat khusus sih, hanya tekun saja, waktunya belajar ya belajar seperti itu saja. Alhamdulillah bisa diterima di UGM dan mendapatkan beasiswa sangat bersyukur,” jelasnya. Hartoyo mengatakan bahwa keinginan Adam untuk mengejar pendidikan sangat kuat. Meski dalam kondisi keluarga yang pas-pasan, ia tetap mendukung keinginan putra tunggalnya itu. “Keinginan untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya itu sangat kuat. Saya sebagai orang tua selalu mendukung, bagaimanapun caranya pasti kami usahakan untuk pendidikan anak,” tuturnya. Hanya saja sejak dini ia berpesan pada puteranya untuk bisa mencari beasiswa agar bisa meringankan biaya pendidikan selama kuliah. Sebab, dengan kondisi keluarga akan terasa berat jika harus membayar biaya kuliah secara mandiri. "Harapannya nanti anak bisa lancar kuliahnya dan apa yang menjadi cita-citanya bisa terwujud," ucapnya.(bpn) Read the full article
0 notes
itsnaboo-blog · 3 years
Text
Saat sang galaksi collapse bukan karena self-gravity
Malam keempat ibrahim demam.
Seperti yang sering aku tuliskan, aku adalah orang yang percaya bahwa secara alami tubuh bisa mengobati penyakit yang datang. Tentunya sakit-sakit yang ringan.
Daripada pergo ke dokter dan meminum obat, memperbanyak asupan air dan nutrisi untuk tubuh adalah pilihanku yang utama. Suamiku dulu tak begini, tapi seiring waktu kami tinggal bersama sepertinya iya terjerat juga dengan watakku ini. Tapi ketika kejadiannya terjadi pada anak …
Rabu sore pukul 5pm, aku sedang dalam perjalanan pulang dari kampus dengan sepedaku. Sesampainya di rumah aku lihat ada dua kali panggilan tak terjawab dari daycare anakky. Langsung saja aku telpon balik
“Moshi-moshi. Mama ibrahim ne?”
“Haik. Ibrahim no mama desu. Ada apa ya sensei?”
“Mama, tadi kami cek suhu tubuh ibrahim dia sampai 38 C dan badannya agak lemas. Mama bisa jemput segera”
“Ah haik haik. Setelah ini ayahnya akan datang menjemput. 10pun gurai. “
Segera aku kabarkan ayah ibrahim untuk menjemput. Sepulangnya dari sekolah, ibrahim menangis memelukku. Ayahnya bilang tadi ibrahim lagi ditidurkan di kantor guru. Langsung ku peluk dan mengecek suhu serta perutnya. Setauku dari pagi ia memang sudah bilang mau BAB tapi tidak bisa, keras katanya. Masih perlu banyak belajar memang, 2 tahunan ini terus observasi cara kerja tubuh dan otak anak. Salah satunya sistem metabolismenya. Ibrahim ini tipe yang suka sekali buah dan sayur, agak heran kalau dia merasa sembelit. Tetapi nyatanta beberapa kali kejadian dia harus mengenjan keras. Sudah konsultasi dokterpun katanya wajar saya, dietarynya jalankan aja, alergi nggak ada, tumbuh kembangnya juga masih wajar. Ya, pada dasarnya teori dan praktik ga selalu sejalan, harus lebih pandai lagi mengamati dan merawatnya. Malam ini pun sama, ia mengeluh ingin BAB tapi ngga bisa. Beberapa kali ke toilet pun tak berhasil.
“Bundaaa itaaaai( sakit), katai (keras) bundaa” dan akhirnya ibrahim mengenjan keras dan berhasil BAB. Alhamdulillah. Setelah itu ia bermain bola seperti biasa, membaca buku, makan dan tidur. Suhu tubuhnya pun kembali normal.
Dan Kami fikir drama sudah selesai di sini, tapi ini baru awalnya. Sepertiga malam ia bangun kepanasan, kami pegang badannya benar panasnya subhanallah. Tapi ia kekeuh tidak ingin pakai bye bye fever. Jadi kami pakai ide ganti baju tipis dan skin to skin. Shu di sendai saat subuh sudah mulai dingin akhir akhir ini, dilema apakah perlu di selimuti atau tidak. Kami pun pilih tidak. Paginya ia kembali bugar seperti biasa. Sekali lagi kami bernapas lega. Dia pun masih makan dan minum seperti biasa.
Dari lahir yang aku ingat kenangan ibrahim sakit berhari hari dan terlihat sangat menderita itu cuma ketika ia pulang ke indonesia. Sampai harus di tes darah dan bener-bener ga ada makanan yang bisa masuk dan obatpun dia tidak tertelan. Kenangan yang sangat buruk yang aah doaku adalah jangan lagi terulang yang demikian. Aku merasa aku belum pantas dapat ujian semacam itu.
Sore menjelang malam, badan ibrahim mulai menunjukkan kenaikan suhu. Kami cek benar adanya, suhunya mulai naik ke angka 38C. Tapi satu hal kami masih sangat bersuyukur karena dia sangat kooperatuf saat kami minta perbanyak makan dan minum. Sampai waktunya tidur dia mulai batuk-batuk dan hidungnya meler. Potek rasanya hatiku melihat anak baik ini sulit tidur.
“bunda ibrahim ga bisa tidur” sambil menangis ia berkats dalam suhu panasnya. Kemudian kami cek suhunya 40 C. Ini sekitar pukul 2 pagi. Badannya mulai gemetar.
“Ibrahim pakai bye bye fever yaa biar ceoet sembuh. Bunda sedih kalau ibrahim sakit”
“ iya” sambil bergetar tubuhnya ia pun menurut.
“Nanti bunda peluk ya. Cepet sembuh ya ibrahim, nanti kalau sembuh jalan jalan kemana?”
“Dobutsuen (bonbin”
Setelahnya aku cuma bisa pakai obat-obatan luar semacam transpulmin kids, pure baby oil aku teteskan di bajuku dan kompres instan. Aku coba tidurkan ia sambil mendekapnya erat dan kami pegangi lipatan2 tubuhnya berharap bisa mentransfer kalor agar suhu tubuhnya menurun.
Pagi datang, segera aku coba telpon beberapa klinik anak. Rata-rata buka pukul 9am, karena ada demam tinggi kami ga bisa langsung datang ke klinik tanpa pemberitahuan. Salah satu langkah pencegahan penyebaran covid-19 sepertinya.
“Moshi -moshi, sakaitakeo shonikai de gozaimasu”
“Moshi moshi, saya ingin membawa anak saya ke klinik tapi ia demam tinggi tadi pagi sampai 40 C, sekarang sekitar 38C. Apakah bisa?”
“ah boleh. Tapi sebelumnya apakah anak anda atau keluarga travelling dalam 2 pekan ini?”
“Tidak”
“Apakah ada yang tersuspect covid19 di sekitar kalian”
“Ti dak” aku ragu menjawabnya karena beberapa pekan lalu sekolah ibrahim memberikan pemberitahuan ada pasien corona yang mengharuskan sensei dan siswa di lantai 2 tes PCR. Meskipun beda lantai dengan ibrahim dan hasilnya negatif, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Aku pun bilang tidak ada.
“Baik, ibu akan pergi ke sini jam berapa dan naik apa?”
“Sepertinya 9.30 naik taksi”
Langsung saja kami siap-siap tak lupa ibrahim sarapan dulu, paginya pun ibrahim kembali segar suhunya sekitar 37.6 C. Ia semangat karena kami bilang akan naik taksi. Tapi ternyata aplikasi japan taxi di hp-ku tidak mau jalan, terpaksa harus download aplikasi baru MOV-GO yang full nihongo. Setelah sekian lama mencoba mengutak atik dan tidak berhasil, kami coba menunggu taksi di depan rumah. Tapi tidak ada yang mau berhenti atau kosong. Akhirnya takut telat kami memustukan untuk bersepeda ke klinik. Alhamdulillah hujan tidak jadi turun sesuai prediksi cuaca hari itu.
Sesampainya di klini kami dipisahkan dari pasien lain. Ada ruangan khusus kecil yang mana kami harus menunggu dokter datang dan mengisi beberapa quesioner. Dokter pun akhirnya datang dengan APD lengkap, dan ibrahim diambil sampel salivanya. Pada akhirnya dokter mendiagnosa ini sebagai common cold, flu biasa. Kami pundiresepi beberapa obat yang harus ditebus di apotik.
Pulang kembali ke rumah ibrahim pun main seperti biasanya. Sampai ia lompat-lompat dan berlaria . Tapi ternyata hal itu menyebabkan ia memuntahkan semua isi perutnya. Setelah ganti baju dan bebersih kami beri penjelasan agar ibrahim banyak istirahat mainnya yang tidak banyak gerak dulu. Akhirnya ia memilih untuk tidur. Malam datang dan kembali demamnya semakin tinggi. Lagi lagi mencapai angka 40. Obat resep dokter hanya boleh diberikan ketika suhu diatas 38.5 dan dalam rentang waktu minimal 8 jam. Dan saat itu, kami langsung minta ibrahim untuk minum obat. Dia pun tak pernah menolak ini, dia bilang ingin segera sembuh juga.
Dua hari ini selalu setiap siang dia sehat, dan malam kembali demam. Hari ini sudah malam ke empat demamnya naik turun, dan tidak terlihat penurunan gejala ke arah yang lebih baik. Obat yang diberikan pun sudah hampir habis. Sedangkan saat ini jepang sedang long weekend, baru bisa ke dokter lagi hari selasa. Bahkan hari ini iya menolak untuk makan katanya kenyang padahal tidak banyak makanan masuk. Kami coba masak segala yang ia biasanya suka pun ia tolak. Dan lagi, sehari ini rasanya ia banyak habiskan untuk tidur. Tapi alhamdulillah hari ini ia tidak menolak memakai kompres.
Dan ini membuat kami semakin gelisah, panik dan merasa apalagi yang bisa kami lakukan selain mendoakannya. Rasanya perih setiap melihat ia tertidur lesu tidak tertarik dengan mainan favoritnya atau jelly kesukaannya. Mungkin ini hal biasa untuk sebagian orang tua, tapi dipikir lagi ini kejadian pertama kami menangani anak sakit sampai berhari hari. Semoga setelah ini segera antibodi ibrahim kuat melawan benda asing itu dan segera kembali sehat. Sebuah catatan bahwa kejadian ini pernah ada.
Nb: Selasa (hampir seminggu) akhirnya ibrahim stabil suhu tubuhnya ke suhu tubuh normal selama 2 hari ini jadi kami memutuskan untuk mulai berangkat sekolah. dan betapa senangnya dia melihat teman-temannya sedang berbaris di lapangan latihan undokai (pentas olahraga). Bunda deg-deg ser mengetahui ibrahim harus berlari dan melompat di saat dia baru saja sembuh. Bismillah bisa yuk bisa
2 notes · View notes