Tumgik
tanganbelia · 3 years
Text
Sedikit bercerita tentang Tugas Akhir saya ketika menyelesaikan studi 1 tahun yang lalu. Merancang dan implementasi pengendalian kursi roda menggunakan gerakan kepala. Dirancang mempermudah penderita kelumpuhan untuk tetap bisa menggerakkan kursi roda sendiri. Tugas akhir ini diawali dengan "hayalan" saya di semester 3. Jika kursi roda bisa dikendalikan dengan joystick, gerakan tangan, maka ia juga bisa dikendalikan dengan gerakan kepala, gerakan mata, atau gerakan lainnya, melalui gerakan atau kontraksi otot.
4 notes · View notes
tanganbelia · 3 years
Text
Jika kita tidak bisa, minimal kita bisa membuat orang bisa. Sedikit cerita tentang beberapa pengalaman saya yang ikut bahagia dengan pencapaian orang lain. Beberapa bulan yang lalu saya dan teman-teman coba mendaftar salah satu program dari pemerintah. Karena teman-teman yang lain sedang melakukan hal lain, beliau meminta saya untuk mengirimkan pendaftarannya, termasuk pendaftaran saya sendiri. Beberapa hari setelah permohonan dikirimkan, ternyata permohonan 2 teman yang saya daftarkan lolos, dan permohonan saya tidak lulus. Saat itu saya berfikir, setidaknya ada 2 permohonan yang saya kirimkan berhasil lolos. Beberapa hari yang lalu, saya dan teman saya berniat mengajukan lamaran kerja ke suatu perusahaan. Kami sepakat melamar d 2 daerah yang berbeda. Dan teman saya ternyata ada kendala untuk mengirimkan lamaran, akhirnya saya menawarkan untuk mengirimkannya. Beberapa hari setelah itu pengumumannya keluar, lagi-lagi, teman saya lulus dan saya belum lulus. Lalu saya berfikir, sepertinya saya akan sukses jika membuka jasa pengiriman lamaran kerja, permohonan proposal, atau hal lain.. haha.. Tapi dari hal itu saya merasakan suatu kebahagiaan tersendiri. Setidaknya saya bisa menghadirkan senyum di wajah teman tersebut..
0 notes
tanganbelia · 3 years
Text
Pernah mendengar tentang kalimat "di paksa, terbiasa, menjadi kebiasaan, lalu menjadi kebutuhan" ? Dulu ketika saya mendengar hal tersebut, saya menganggap itu adalah kalimat yang digunakan untuk meyakinkan saja. Bukan sesuatu yang keluar dari hasil riset. Maklum, sebagai anak teknik saya selalu percaya nya dengan hal yang dapat dibuktikan dengan data. (Terkecuali beberapa hal dalam Agama). Kalimat itu pertama saya dengar ketika mengawali kuliah di Universitas Andalas, Padang. Ketika itu saya masuk asrama dan disana diajari beberapa kebiasaan baik, seperti bangun lebih cepat, memperbanyak bacaan, kajian, dll. ketika diasrama, ketika saya belum lama kuliah di teknik, saya hanya coba-coba saja melakukan hal tersebut. Hanya sekedar bentuk menghargai pembina asrama dan mengikuti peraturan kala itu. Dan pada semester 2 perkuliahan, saya jadi penasaran akan hal it, apakah benar sesuatu yang di rutinkan walau dengan paksaan bisa menjadi kebiasaan.? Lalu saya coba membaca beberapa buku, salah satunya buku The Power Of Habit, tulisan Charles Guhigg. Dalam buku tersebut ia mengatakan bahwa cara fikir kita lama-kelamaan akan membentuk rantai dan suatu pola. Contoh, ketika pertama kita memiliki sebuah sepeda motor, di awal kita akan melihat tempat memasukkan kunci motor tersebut untuk menghidupkannya, sampai beberapa kali ketika kita menggunakannya. Sadar atau tidak, pada pengulangan tertentu, bahkan kita bisa memasukkan kunci dan menghidupkannya tanpa harus melihat atau berfikir lagi, tetapi dilakukan dengan spontanitas. Contoh lain, ketika kita belajar membawa motor, kita akan memikirkan dan berusaha untuk menyeimbangkan badan, memasukkan gigi kendaraan, ukuran gas yang diberikan, melihat spion, berapa kuat tekanan rem yang diberikan, dan hal lainnya. Ketika kita sudah bisa membawa motor, maka semua hal itu kita lakukan tanpa berfikir lagi. Semuanya dilakukan dengan spontan. Didalam buku tersebut dijelaskan tentang hasil uji laboratorium penelitian pada beberapa tikus. Di kepala tikus ditanamkan chip yang menunjukkan aktifitas berfikir dan berusaha. Lalu tikus-tikus tersebut dimasukkan kedalam sebuah tempat yang memiliki jalur dari beberapa pipa. Uji coba dilakukan dengan meletakkan keju di salah satu ujung lorong, lalu tikus tersebut dilepaskan disana. Beberapa saat, tikus tersebut mencoba beradaptasi dengan lingkungan, kemudian mengendus dan mencari keju, lalu menemukannya. Dan hari hasil rekapan chip di dapatkan otak yang terus berkontraksi. Hal ini dilakukan beberapa kali, dengan tikus yang sama dan keju selalu diletakkan di ujung yang sama. Hingga pada beberapa kali penelitian, ketika tikus yang sama dilepas, maka ia akan diam lalu menuju lokasi keju. Dan hasil tangkapan chip pada kepala tikus tidak menunjukkan adanya kontraksi berfikir juga usaha dalam menemukan keju. Betapa saya terpukau dengan isi buku tersebut dan mencoba merangkai kebiasaan-kebiasaan baik yang baru. Tapi ingat, didalam buku tersebut disebutkan juga kebiasaan yang ditinggalkan akan menimbulkan kebiasaan baru. Jadi, ketika kita lupa, atau terhalang melakukan suatu kebiasaan baik, maka akan muncullah kebiasaan lain. Atau kita akan kembali pada kebiasaan lama. Apakah itu kebiasaan yang baik atau yang buruk, itu tergatung kita. Jika itu kebiasaan buruk maka kita akan kesulitan lagi mengubahnya. Dan dari hasil uji coba saya pada diri sendiri, hehe.. Itu benar adanya, kita bisa menciptakan kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan lama. Bahkan suatu meninggalkan kecanduan sekalipun.
6 notes · View notes
tanganbelia · 3 years
Text
Tumblr media
Jangan lupa semangat. Ada satu hal baru yang saya coba bangun. Yaitu memasak, hehe.. Walau kita laki-laki, tapi kita harus bisa memasak. Why.? Sudut pandang saya, walau nanti kita menikah memiliki istri. Atau sebelumnya ada orang tua atau membeli nasi bagi yang kosan. Namun suatu saat ada masanya kita dituntut untuk bisa. Contoh, ketika sudah punya istri dan saat itu istri sedang hamil tua atau baru lahiran, atau lagi sakit. Segan dong minta masakin sama mertua atau orang tua. Sudah dari kecil kalau mau makan dimasakin, lalu apa tidak malu ketika sudah berkeluarga masih dimasakin lagi sama orang tua. Satu lagi, kalau bisa masak, bisa tuh sesekali lomba masak sama istri nanti. Atau sekedar lelucon lain yang bisa menghangatkan..
1 note · View note
tanganbelia · 3 years
Text
"Aku sedang belajar mengikhlaskan." Begitu katamu.
Apa yang kamu ikhlaskan dari kebersamaan yang Allaah murkai? Coba tanyakan hatimu, jika hari ini kamu bersedih, sedihmu karena meninggalkannya? Atau karena sudah bermaksiat pada-Nya?
- @dardawirdhaa
80 notes · View notes
tanganbelia · 3 years
Text
Profesional, tuntas, lalu berprestasi Barangkali kondisi dunia organisasi kampus dapat dihubungkan dengan kondisi berkarya didunia kerja. Saya mengatakan demikian berdasarkan apa yang saya lihat di organisasi dan teman yang sudah berada didunia kerja. Walaupun saya sendiri belum memiliki pengalaman kerja.. hehe.. Ini tentang profesional dalam menjalankan tugas dan amanah, profesional dengan mengeyampingkan rasa suka berlebihan pada lawan jenis, apalagi sampai menjalin hubungan lebih serius seperti pacaran misalnya. Di organisasi, prinsip saya dulu cukup keras untuk tidak menaruh suka apalagi sampai pacaran dengan teman sesama organisasi, apalagi satu departemen. Sering juga menasehati teman yang melakukan itu untuk tetap menjaga profesionalitasnya. Terlebih, karena saya pernah menjadi kepala departemen Human Resources di organisasi lembaga dakwah. Selain karena menganggap pacaran atau kedekatan dengan lawan jenis itu sesuatu yang tidak baik bahkan haram, dari segi data dan pelaporan juga di dapati kerja-kerja yang kurang baik dari pengurus yang memiliki kedekatan khusus atau pacaran dengan pengurus lain dalam organisasi. Didunia kerja saya juga melihat beberapa teman yang memilih izin dan sibuk bermain Hp, lalu mengenyampingkan kerjanya. Atau sering berduaan sehingga tugas tidak maksimal dikerjakan. Barangkali ini yang menyebabkan beberapa perusahaan tidak memperbolehkan sesama karyawan nya menikah. Bagi saya jika kita sampai menaruh suka berlebihan, apalagi sampai pacaran, maka itu awal dari kerusakan karir dan jalannya organisasi. Sebagai contoh, ketika mengambil keputusan dalam rapat, kita akan cenderung membenarkan apa yang disampaikan si dia dari pada pendapat dari yang lain, walaupun pendapat yang lain lebih baik. Yaa.. namanya juga udah suka, semuanya terasa baik dan indah (kata orang sih gitu). Contoh lain dalam melakukan koordinasi kerja, maka didapati pembicaraan yang sering melenceng dari bahasan utama. Pembahasan yang lama-kelamaan akan mengeyampingkan persoalan organisasi. Atau sikap yang sering izin dalam agenda organisasi dengan alasan pulang kampung, ternyata setelah diselidiki pergi bersama si dia. Barangkali tak perlu lagi contoh lain, 3 hal itu saja sudah bisa menjadi dasar bahwa kedekatan yang berlebihan dengan lawan jenis diorganisasi dan dunia kerja itu tidak baik. Kembali lagi ketika saya dikampus dulu, waktu itu saya dipercaya untuk menjadi kepala departemen di 2 departemen dan organisasi yang berbeda. Ketika saya dan teman-teman lainnya bisa menjaga profesionalitas dan totalitasnya, maka di ujung kepengurusan kami mendapati sesuatu yang cukup memuaskan. Dinobatkan sebagai departemen terbaik juga kepala departemen terbaik. Jadi,profesional itu sangatlah penting, agar dapat menyelesaikan tugas dengan tuntas. Bukan hanya tuntas, tapi ia juga bernilai sebagai suatu prestasi.
0 notes
tanganbelia · 3 years
Text
[ Berani mengukur kemampuan ] Beberapa tahun ini saya baru mengetahui konsep penjinakan seekor sapi. Sengaja dipasang tali dari kecil. Tali yang dipasang nanti akan menembus hidung si sapi. Setiap makhluk hidup sejatinya akan melawan jika merasakan sakit, jika merasa terlalu dibatasi, dan gangguan lainnya. Si sapi kecil melawan, Namun tak sanggup melepaskan ikatan tali, bahkan malah merasakan sakit saat itu. Setiap melawan dan mencoba melepaskan diri selalu gagal dan merasakan sakit. Ketika kecil, tenaga sapi belumlah kuat. Namun ketika besar, tenaganya jauh lebih kuat. Kulitnya juga jauh lebih tebal dan kuat. Namun ia tak pernah mencoba melepaskan diri lagi. Ia trauma akan kegagalan yang dulu berulang kali ia dapatkan. Takut mencoba lagi karena pernah gagal itu, wajar. Tapi kita juga harus berani dan percaya diri mengukur kemampuan. Bukankah dulu kita sering berucap bahwa kegagalan itu adalah keberhasilan yang tertunda, kegagalan dan pengalaman adalah guru yang sangat berharga, dan hal lainnya. Lalu, mengapa kita yang takut lagi mencoba seolah lupa akan susuatu yang kita sendiri juga memahami itu.?
0 notes
tanganbelia · 3 years
Text
[ Berubah dan gagal ]
Dulu sering mendengar tentang seseorang yang akan terbentuk sesuai lingkungannya. Dan itu barangkali sudah kita buktikan sendiri. Betapa kita akan tersadar ketika kita coba tapak tilas dengan jalan hidup sendiri. Mulai dari ketika SD, SMP, SMA, Kuliah, dan seterusnya, kita akan melihat kebiasaan dan sikap kita yang berubah-ubah. Saya sempat mendengar curhatan seorang teman, yang dahulu ketika kuliah dia berbaur dengan teman-teman yang aktif organisasi, kegiatan sosial, dan sebagainya. Namun itu hilang ketika ia kembali berkumpul dengan teman-teman SMA nya. Atau teman lain yang telah berusaha mengubah dan membentuk jati diri yang lebih baik yang sebelumnya sering "bicara tanpa berfikir", namun kembali ke pribadi yang dulu stelah beberapa waktu berkumpul dengan teman lamanya.
Sejatinya kita membutuhkan orang-orang baik. Maka, pegang erat orang disekitar jika ia membawa pengaruh baik pada kita. Dan doa kan lah ia.
Bukan pilih teman, tapi tentang menyeimbangkan pegaruh lingkungan. Bukan juga karena plin plan, tapi memang begitulah manusia, bahkan bisa terinspirasi oleh sesuatu yang barang kali itu bukan hal yang baik.
2 notes · View notes
tanganbelia · 3 years
Text
Tumblr
Sejatinya kepala kita penuh akan ide, gagasan, dan ingatan yang kadang suka ilang. Ingin mencari tempat membuat coretan tentang itu, mencari yang cocok dengan diri, tapi baru nemu sekarang.
1 note · View note