targaryen2019-blog

[targaryen2019-blog]

Plot Devices - Birdboy: The Forgotten Children

Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai plot device. Plot device adalah teknik yang digunakan untuk menggerakkan cerita. Selain itu plot device dapat memberikan elemen-elemen kejutan dan membuat cerita lebih menarik, namun hal ini juga bisa menjadi senjata makan tuan yang mana hasilnya bisa berlawanan dari yang disebutkan sebelumnya. Singkat saja, cerita dari film ini berfokus di dua tokoh protagonisnya, yaitu Birdboy dan Dinky si tikus remaja. Alur cerita utama yang saya rasakan adalah rencana Dinky bersama temannya yang ingin pergi dari pulau dimana mereka tinggal. Pulau tersebut menjadi tempat yang tidak bersahabat setelah adanya kecelakan di sebuah pabrik di masa lampau. Kemudian alur cerita yang kedua mengikuti Birdboy yang terlihat mempunyai konflik dengan inner demonnya. Keduanya yang sebelumnya sudah menjalin hubungan tapi putus karena konflik batin Birdboy akan dipertemukan kembali di klimaks film ini.

Plot devices yang ada di film ini adalah sebagai berikut.

1. Foreshadowing

Scene diatas ditunjukkan di awal film, dimana scene tersebut memberikan implikasi bahwa ada sesuatu yang buruk dengan mercusuar di pulau tersebut atau bahkan dari diri Birdboy sendiri. Dan terbukti bahwa memang ada yang janggal dari Birdboy sendiri, dimana ia menyimpan sesosok monster di dalam dirinya dan monster tersebut keluar pada saat Birdboy berada di mercusuar tersebut disaat klimaks film ini. Dan foreshadowing yang terkuat ada pada shot ini. 

2. Chekov’s Gun(man)

Tokoh anjing diatas adalah salah satu tokoh yang bisa dibilang antagonis khusunya bagi Birdboy. Didalam film ini para anjing digambarkan sebagai trigger happy khususnya pemimpin mereka yang juga merupakan pembunuh ayah Birdboy dulunya. Kemudian tokoh anjing diatas diperlihatkan mempunyai hubungan mentor and student dengan petugas seniornya. Seringkali digambarkan bahwa si petugas seniorlah yang akan membunuh Birdboy karena dia yang telah menembak Birdboy berkali-kali dan tokoh anjing disini diperlihatkan sebagai petugas yang tidak terlalu trigger-happy dan memiliki hasrat tinggi untuk menembak Birdboy. Namun pada akhirnya sebagai bentuk plot twist juga, dimana Birdboy terbang untuk membantu teman-temannya untuk kabur dari pulau tersebut, tiba-tiba tertembak dan pas mengenai jantungnya. Ternyata yang berhasil menembaknya adalah tokoh anjing diatas, meskipun terlihat konflik personal dari aksinya tersebut jika dilihat dari raut ekspresinya.

3. Deus Ex Machina/Chekov’s Bird(?)

Plot device yang ini mungkin tidak terlalu meng-emphasized bagian Deus-nya karena sebelumnya sudah diperkenalkan di awal cerita, namun pengeksekusiannya lah yang menjadikan plot device ini menjadi DEM. Yang dimaksud disini adalah burung nuri tersebut. Di dalam cerita melalui dialog memang sudah di established bahwa Birdboy mempunyai koneksi dengan burung di dunia ini. Kemudian Birdboy juga melepaskan burung ini dari sangkarnya. Di saat klimaks cerita, disaat teman-teman Birdboy disandra oleh Forgotten Children, burung ini tiba-tiba kembali entah dari mana dan memberi tahu Birdboy tentang kejadian tersebut. Alhasil Birdboy went one-winged angel dan ‘menyelamatkan’ teman-temannya dengan membunuh anggota Forgotten Children. Di sisi yang lain, Birdboy sendiri bisa menjadi Deus Ex Machina bagi temannya. Meskipun bentuk monster dari Birdboy sudah diperlihatkan dari awal, namun tidak jelas apa sebenarnya makhluk tersebut dan muncul dari manakah awalnya. Ditambah makhluk tersebut bisa menyemburkan api setelah ditusuk. Tidak diberikan latar belakang yang jelas mengenai sosok tersebut.

4. Red Herring

Tokoh kelinci diatas bernama Sandra. Sandra ditunjukkan mempunyai sisi gelap akan tendensi untuk melakukan hal buruk yang dipicu oleh bisikan bisikan yang berbentuk kelinci-kelinci kecil. Berulang kali bisikan tersebut memberikan pengaruh buruk terhadap Sandra, namun hal tersebut tidak pernah terjadi. Hal ini mungkin juga bertujuan untuk menunjukkan kekuatan dari Sandra sendiri untuk menghentikan impulse negatif yang ia miliki. Pada akhirnya kelinci-kelinci kecil tersebut hilang terbawa ombak di saat klimaks film untuk menunjukkan bahwa Sandra tidak lagi dapat terpengaruh atau bahkan memiliki bisikan itu lagi. Yay character development!

5. MacGuffin

Golden acorn diatas dari segi warna terlihat seperti memiliki peran khusus di dalam cerita. Bahkan salah satu tokoh mati ketika membawa barang tersebut dan ditambah tempat dimana barang ini ditemukan yang pada dasarnya terletak di tempat yang tampak seperti surga jika dibandingkan dengan keadaan lain di pulau tersebut. Namun sampai akhir cerita golden acorn ini tidak jelaskan secara eksplisit fungsinya, perannya dan juga tidak mengambil alih pergerakan alur cerita di film. 

6. Death Trap

Plot device ini muncul saat The Forgotten Children menangkap Dinky dan teman-temannya. Disini pemimpin dari kelompok ini menyediakan waktu untuk menjelaskan siapa Forgotten Children ini dan mengapa mereka terbentuk dan rencana akan apa yang akan mereka lakukan untuk Dinky dan kawan-kawannya. Hal ini memberikan cukup waktu untuk seekor burung nuri untuk melaporkan kejadian ini kepada Birdboy yang berhasil menghentikannya, permanently. 

ALTERNATIVE PLOT DEVICE

1. Diabolus Ex Machina.

Di cerita ini burung nuri tidak mendengarkan percakapan The Forgotten Child dengan Dinky. Birdboy yang sedang berada di mercusuar, gagal untuk menyalakan mercusuarnya. Hal ini memicu kesedihan dan amarah terpendam Birdboy, terkhusus karena ia merasa gagal kepada ayahnya yang dulunya juga penjaga mercusuar. Birdboy sendiri yang memendam sisi gelapnya ala Dr. Jekyll and Mr. Hyde, menjadi diabolus ex machina itu sendiri. Ia berubah dan terbang menuju tempat pembuangan sampah dimana Forgotten Children tinggal yang dipicu dari kegaduhan yang timbul. Birdboy seperti di cerita aslinya memporak poranda dan membunuh para anggota Forgotten Children sampai akhirnya Dinky menenangkan Birdboy.

2. Death trap. 

Di cerita aslinya Dinky dan teman-temannya berusaha untuk mencuri dari rumah Zachariah si anak babi, namun dalam cerita alternatif ini. Dinky dan kawan-nya menemukan koin di tempat lain. Zachariah tetap bertemu dengan ibunya yang seorang pecandu obat. Kecanduannya ini di gambarkan dengan bentuk laba-laba. Setelah Zachariah memberikan obat yang ibunya minta, laba-laba tersebut tumbuh besar dan memaki-maki Zachariah. Jika di cerita aslinya Dinky dan kawannya tidak sengaja melemahkan laba-laba tersebut dan kabur dari rumah, disini si laba-laba benar-benar menunjukkan sisi buruk ibunya kepada Zachariah. Laba-laba tersebut memberi semua perasaan dan pikiran buruk si ibu kepada Zachariah dengan panjang lebar. Zachariah yang sudah muak dengan perkataannya tersebut mengambil kursi dan menghantam laba-laba tersebut sampai mati sama seperti di cerita aslinya.

3. Macguffin.

Di cerita aslinya Dinky dan kawannya sempat berhasil kabur dari pulau tersebut menggunakan perahu bebek karet sampai akhirnya tenggelam karena ombak. Disini si bebek karet dibuka secara paksa oleh anggota Forgotten Children yang dicerita aslinya berhasil dicegah oleh Dinky. Kotak yang berisikan bebek karet tersebut dibuka secara paksa menggunakan pisau alhasil bebek karet tersebut robek. Yang sebelumnya dianggap sebagai jalan keluar bagi Dinky dan kawan-kawannya dari pulau sekarang hancur. Kemudian cerita berjalan seperti di versi aslinya sampai mereka tiba di dermaga dan melihat kapal Zachariah, kemudian mereka menggunakan kapal tersebut untuk kabur. Namun kapal tersebut juga akhirnya hancur karena ombak badai. Akhirnya Zachariah menemukan mereka seperti versi aslinya namun disini ia datang bersama polisi-polisi yang kemudian mengembalikkan mereka ke rumah masing-masing dengan peringatan keras.

Sekian pembahasan mengenai plot devices dari saya, terimakasih.

[targaryen2019-blog]

DINOSAURS! Composition analysis of The Land Before Time (1988)

Film The Land Before Time adalah film yang menceritakan tentang kisah perjalanan sekelompok anak-anak dinosaurus menuju ke sebuah tempat yang disebut sebagai Great Valley. Yang memicu hal ini adalah perubahan iklim yang drastis yang membuat tempat tinggal mereka yang sebelumnya menjadi tempat yang tidak lagi layak dihuni, dengan terjadinya kekeringan yang parah. Film ini berpusat pada seekor Apatosaurus kecil atau yang sering disebut longneck, bernama Littlefoot. Tokoh Littlefoot ini menjadi piatu, ketika ibunya mati setelah berusaha untuk menyelamatkan Littlefoot dari sharptooth, seekor Tyrannosaurus. Littlefoot terpaksa untuk mengembara seorang diri sampai akhirnya ia bertemu dengan anak-anak dinosaurus lainnya diperjalanannya. Disaat itulah mereka semua menjalin hubungan pertemanan yang erat meski dengan awalan yang tidak berjalan dengan baik.

Komposisi yang pertama adalah

Foreground & background framing

Disini, Littlefoot baru saja menetas dan sesaat kemudian ia disambut oleh keluarganya, pada awalnya ia masih takut namun melihat kasih sayang ibunya Littlefoot merasa aman nyaman dan kemudian memeluk ibunya. Pada komposisi ini Littlefoot berada pada di posisi middleground dimana ia menjadi pusat perhatian utama baik untuk para dinosaurus dan hewan-hewan lainnya) maupun bagi penonton film ini. Hal ini dibantu dengan komposisi yang mem-frame Littlefoot baik dari keluarga Apatosaurus dan juga hewan-hewan kecil yang mengelilingi Littlefoot karena penasaran dengan si penghuni baru. Kemudian baik foreground dan background ‘berinteraksi’ dengan Littlefoot. Bagian background diambil oleh ibunya yang sedang bermain dengan anaknya, lehernya membantu kita untuk melihat secara terarah kepada Littlefoot. Bagian foreground diisi dengan seekor kadal yang sedang melihat ke arah Littlefoot. Hal-hal ini adalah beberapa elemen yang membantu kita untuk menemukan focal point dari adegan ini, elemen lainnya yang membantu adalah warna.

Rule of Third

Komposisi selanjutnya cukup sering dijumpai tidak hanya di film namun juga foto-foto yang sering kita jumpai. Fungsi rule of third cukup sederhana, yaitu adalah menambah daya tarik dari sebuah komposisi. Penempatan objek tepat ditengah-tengah biasanya (tidak selalu) membuat sebuah adegan terlihat membosankan dan kurang menarik, namun dengan pembagian ini, mata kita bisa lebih tertarik secara visual. Pada adegan ini Littlefoot sedang berbincang-bincang dengan ibunya mengenai Great Valley, tempat yang ingin mereka tuju. Dengan menggunakan komposisi rule of third, terdapat pembagian posisi kiri atas dengan kanan bawah yang ditempati oleh tokoh protagonis kita. Posisi ibunya yang sebagian besar menutupi scene dan menempati titik rule of third lebih tinggi, secara tidak langsung menginformasikan posisi si ibu sebagai tokoh melindungi Littlefoot dari kerasnya lingkungan hidup mereka yang dapat dilihat dari background-nya. Sedangkan Littlefoot kecil menduduk posisi dipojok bawah. Selain komposisi tersebut, elemen cerita lain seperti daun bintang yang menyelimuti Littlefoot, yang mana juga adalah pemberian dari ibunya, menunjukkan seberapa penting atau besar (heh, get it, because of the composition? nvrmnd) posisi si ibu bagi karakter Littlefoot.

Balance

Pada adegan yang sedih ini, ibu Littlefoot sekarat setelah bertarung dengan seekor sharptooth untuk melindungi anaknya dan tentu adegan sedih tidaklah cukup sedih jika belum dibumbui dengan hujan petir... Menurut saya komposisi yang digunakan disini adalah balance. Mengapa? Karena di adegan ini yang relatif tidak penuh dengan elemen-elemen visual lainnya, Littlefoot dan ibunya lah yang menjadi fokus perhatian kita. Kemudian porsi dari masing-masing tokoh juga sangat penting. Jika ibu Littlefoot di tunjukkan secara fullbody tentu posisinya akan membanting posisi Littlefoot yang mungil. Namun dengan hanya kepalanya saja, Littlefoot yang kecil pun dengan mudah bisa mengimbangi posisi ibunya, ditambah lagi dengan hanya kepala ibunya yang diperlihatkan, kita bisa mendapat interaksi yang lebih intimate (and hearbreaking T-T) dari kedua protagonis tersebut. Jadi balance tidaklah serta merta harus simetris sama persis kiri-kanan atas-bawah, namun dengan peletakkan komponen visual yang imbang juga bisa memberikan komposisi balance.

Yang terakhir ada sequential direction, yang merujuk pada alur sebuah adegan ke adegan lain yang jelas dan tertata. Hal ini memudahkan penonton untuk mengikuti alur cerita baik dari segi naratif maupun visual. Adegan yang saya pilih adalah adegan mendekati akhir dari film ini, yaitu saat Littlefoot menemukan the Great Valley dengan bantuan ibunya.

Ini merupakan established shot yang akan menentukan bagaimana adegan ini akan berputar. Warna yang terlihat masih memberikan kesan sedih ditambah dengan keadaan lingkungan yang keras, namun langitnya memiliki kontras dan terlihat lebih vibrant yang memberikan kesan adanya harapan. Tentu saja camera shot yang dipakai disini adalah extreme long shot. Dapat dilihat juga Littlefoot yang berada di bebatuan bagian kiri

Sekarang kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengapa awan tadi memberikan kesan harapan. Awan tersebut sekarang membentuk figur longneck, spesifiknya adalah ibu dari Littlefoot. Posisi kamera masih sama seperti yang sebelumnya.   

Disini posisi kamera berubah dari extreme long shot menjadi long shot. Karakter Littlefoot masih terlihat jauh, namun sekarang ia bisa lebih terlihat dan menjadi lebih fokus ketimbang adegan sebelumnya yang lebih diisi oleh environment shot. Disini Littlefoot berdialog dengan ibunya dan memohon kepadanya untuk membantu memberikan arah ke Great Valley. 

Posisi kamera masih pada longshot, seakan-akan Littlefoot masih mencoba untuk meraih hal yang begitu jauh dari jangkauannya dan menunjukkan betapa ia merindukan dan membutuhkan ibunya. Ibunya disini menjadi sebuah awan (suck it Lion King!) dan membimbing Littlefoot dan juga penonton dengan awannya sebagai leading lines dari satu adegan ke adegan lain, seperti yang ditunjukkan di bawah ini.

Disini kamera beralih ke medium shot dan kita mendapatkan secercah raut ekspresi Littlefoot yang begitu senang mengikuti ibunya.

Kembali lagi ke long shot, namun kita masih bisa melihat mata Littlefoot yang terpaku pada awan yang mempunyai sosok ibunya. Kita masih belum tahu kemana si ibu menuntun Littlefoot.

Kemudian kita kembali lagi pada extreme long shot, kita mulai mendapat arahan dari bentuk awannya untuk melihat kebawah, kemudian sinar cahaya yang bergerak menuju Littlefoot dan akhirnya kita mendapatkan sebuah teaser dari apa yang ibu Littlefoot ingin ditunjukkan kepada Littlefoot dan para penonton.

Cahaya mulai bergerak seakan-akan untuk meng-unveiled landscape yang sebelumnya terselubung kegelapan dan akhirnya it came back full circle dengan sebuah established shot yang memiliki pesan yang jauh lebih positif dari established shot sebelumnya.

Dan akhirnya pula kita sebagai penonton bisa melihat ekspresi penuh dari Littlefoot disaat ia menemukan the Great Valley dengan menggunakan close up camera angle yang sekaligus juga merupakan reaction shot . Satisfying!

Demikian analisa komposisi film dari saya, terimakasih.

[targaryen2019-blog]

Colours of the Day of the Dead (The Book of Life colour analysis)

Coco?

Pada kesempatan ini saya akan mencoba untuk menganalisa penggunaan warna di film animasi The Book of Life. Film ini menceritakan tentang kisah tiga sahabat dari kecil yang di bumbui dengan cinta segitiga di antara mereka. Ketiganya sempat berpisah sampai mereka bertemu lagi ketika masa dewasa dan masing-masing dari mereka sudah mengambil jalan hidup mereka masing-masing. Disamping itu kedua sosok dewa dan dewi, Xibabla dan La Muerta membuat sebuah pertaruhan akan siapa dari salah satu tokoh pria yang menikah dengan sahabat wanita mereka. Hal ini menjadi salah satu alasam utama yang mempersatukan kembali ketiga sahabat ini.

Yang pertama saya akan bahas adalah Color Scheme.

Analogous 

Dari scene diatas kita bisa melihat bahwa skema warna yang digunakan adalah analogous yang artinya warna yang digunakan adalah warna yang bertetanggaan. Contoh diatas warna tersebut adalah warna ungu dengan merah. Konteks dialam scene tersebut sangat contrast dengan scene sebelumnya yang bertempat di Land of the Remembered dimana tempatnya sangat berwarna-warni. Sedangkan tempat diatas, Cave of Souls disebutkan sebagai tempat yang mencelakakan dan harus dihindari, maka dari itu penggunaan wana ungu dan merah sangat dominan di scene ini sebagai tanda peringatan bahwa tempat tersebut berbahaya.

Monochromatic

Meskipun ada warna lain seperti kuning dan yang sangat mencolok, merah, sebagian besar skema warna di adegan ini adalah monochromatic, warna yang berasal dari satu hue, namun memiliki tingkatan saturation yang berbeda. Disini hue yang dipakai adalah biru, namun dengan warna yang sangat desaturated untuk menekankan bahwa scene menunjukkan kesedihan yang dalam ketika tokoh Maria sekarat setelah digigit ular.

Complementary

Warna hijau dan merah menjadi duality yang cukup sentral di film ini. Ada berbagai macam scenes yang menggunakan warna merah dan hijau, bahkan termasuk di dalam warna pakaian tokoh-tokohnya. Salah satunya ada di adegan diatas. Dimana Manolo kecil dan keluarganya bertemu dengan sosok nenek berbaju merah yang sebenarnya adalah dewi La Muerta. Selain dari perpaduan warna complementary yang jelas, meskipun adegan ini disaat malam hari, namun pencahayaan dari lilin memberikan kesan yang bersahabat. Hal ini berhubungan dengan sifat dan interaksi Manolo dengan si La Muerta in disguise dimana dengan tidak segan Manolo membagikan roti yang dia punya kepada Muerta. Hal ini juga menjadi contrast yang menarik dengan adegan selanjutnya dengan pertemuan Joaquin dengan Xibalba yang mempunyai pertemuan yang lebih sinister in tone.

Bisa dilihat diatas bagaimana pentingnya color scheme di dalam film, baik animasi maupun live-action. Hal ini berfungsi untuk memberikan arahan tentang mood dari sebuah scene, dengan cara memperkuat emosi tersebut dengan menggunakan warna dan asosiasinya (yang nanti juga akan dibahas).

Selanjutnya adalah Color Balance

Sebagian besar color balance di film ini adalah complementary color antara warna merah dan hijau dengan beberapa scenes menggunakan monochromatic sebagai bentuk penguatan mood yang ingin dicapai, biasanya disini adalah suasana suram atau sedih, atau terkadang perpaduan keduanya seperti contoh; 

Scene diatas muncul ketika tokoh protagonis sampai di Land of the Forgotten  untuk bertemu dengan Muerta.

Kemudian Color Discordant. Hal ini biasanya digunakan untuk menunjukkan sesuatu kepada viewer dengan cara menggunakan satu warna yang berbeda dari skema warna utama yang ada; sebagai titik fokusnya. Dengan menggunakan contoh sebelumnya adalah adegan ini, 

Warna monochromatic dipecahkan dengan warna merah dari pakaian Maria.

Selanjutnya adalah Color Association. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, warna yang paling menonjol adalah warna merah dan hijau yang mana di film ini sangat ditunjukkan dengan sosok Xibalba dan La Muerta, tokoh dewa dan dewi di film ini. 

Medali hijau milik Xibalba biasanya diasosiasikan dengan hal-hal buruk. Berbeda dengan warna merah atau orange dari La Muerta.

Can’t believe I shed a tear in this scene over an animated dead bull, poor bull(s) T-T

Disini warna ungu yang suram akan nantinya dipecahkan dengan warna orange terang. Manolo yang merupakan champion dari La Muerta tidak menggunakan kekerasan untuk mengalahkan tantangan yang ia terima, namun menggunakan sisi empati dan simpati untuk bisa membebaskan roh dai banteng-banteng yang telah dibunuh oleh para matador. 

This film really loves green and red, literally!

Yang terakhir adalah Color Transition, yaitu pergantian skema warna dari yang satu ke lainnya. Dua contoh yang jelas adalah sebagai berikut.

Land of the Remembered 

Land of the Forgotten

Bisa dilihat dua perbedaan dari warna untuk menjunjukkan perbedaan kondisi dari dua dunia tersebut.

Kemudian adegan ini

That scene happened in less than a minute...

Saat menonton adegan diatas saya sangat merasakan perbedaan warna, dari yang cerah dan hopeful menjadi suram ketika Maria digigit ular. Warna tersebut kembali lagi sangat menegaskan mood yang ingin disampaikan dan menandakan perubahan peristiwa yang terjadi. 

Sekian analisa dari saya, terima kasih.

[targaryen2019-blog]

Animation Here We Go! Twelve Principles

Akhirnya setelah sekian lama, saya bisa juga masuk jurusan animasi. Blog ini akan bertujuan untuk menjadi catatan mingguan mengenai semua hal yang akan saya pelajari di jurusan ini. Semoga saja semangat ini bisa terus saya perjuangkan sampai seterusnya, living the dream!

Selasa, 21 Agustus kemarin menjadi pertemuan pertama di kelas Studio Utama, yang mana kelas tersebut adalah dimana saya akan belajar mengenai animasi baik teori maupun praktek. Pertemuan pertama kelas tersebut kita mendapatkan introduction sekilas, dan tanpa basa-basi kami langsung diajarkan fondasi awal dari animasi itu sendiri, yaitu the 12 Principles of Animations. Berikut akan saya coba untuk jabarkan:

1. Squash & Stretch

Prinsip ini sangat berguna untuk memberikan kesan bahwa karakter atau objek yang digambar memiliki berat dan volume tertentu. Jadi objek yang lebih berat akan lebih menghasilkan prinsip ini dengan lebih jelas, ketimbang dengan objek yang ringan.

2. Anticipation

Prinsip ini menekankan bahwa penonton perlu diberikan aba-aba akan sebuah gerakan yang akan terjadi; ancang-ancang. Contoh sederhana, orang yang akan melempar sesuatu akan bergerak kebelakang untung mendapatkan momentum untuk melempar jauh (except if they have telekinesis).

Dari contoh diatas kita bisa melihat bahwa karakter sedang bersiap-siap untuk berlari.

3. Staging

Komposisi! 

Staging mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam peletakan posisi karakter atau objek di sebuah latar tempat. Hal ini dapat mempermudah yang menonton untuk mengikuti gerak alur cerita. Prinsip ini dapat diterapkan dengan menggunakan ukuran, warna, atau angle kamera.

Dari contoh diatas kita bisa langsung melihat gerakan dan raut ekspresi si karakter, kemudian mata kita beralih untuk melihat apa sih yang sebenarnya membuat karakter tersebut berlari.

4. Straight Ahead & Pose to Pose

Merupakan teknik yang digunakan oleh animator. Animasi terjadi ketika sekumpulan gambar atau benda statis diatur sedemikian rupa di dalam frame sehingga tercipta kesan bahwa ada gerakan. Straight ahead mengacu pada bahwa si animator akan menggambar di dalam frame tanpa ada patokan dari awal sampai akhir. Sedangkan dengan teknik Pose to Pose, animator akan membuat patokan yang disebut dengan keypose. Seperti contoh, gerakan menoleh. Animator akan membuat wajah yang menghadap kiri di sebuah frame dan wajah yang menghadap kanan di frame lain. Dari hal tersebut si animator akan fill in the gaps dengan menggambar posisi diantara kedua patokan tersebut.

5. Follow Through & Overlapping Action 

Pada prinsip ini gerakan utama akan memicu gerakan-gerakan lain yang dapat bergerak di waktu yang berbeda. Jadi tidak semua gerakan terjadi bersamaan.

Dapat dilihat tokoh diatas bahwa gerakan rambut dan baju mengikuti gerakan tubuh meskipun tidak di waktu yang bersamaan persis.

6. Slow-in & Slow-out

Prinsip ini menekankan bahwa setiap gerakan memiliki awalan dan akhiran yang pelan. Dalam animasi hal ini berarti kita perlu menggambar lebih banyak gambar pada frame di awal dan akhir gerakan. Hal ini membuat sebuah gerakan terlihat memiliki momentum dan tidak secara tiba-tiba melaju. Tentu saja semua ini tergantung dari tujuan si animator. A soon to be crashing car wouldn’t slow down, otherwise there won’t be any crashes. 

7. Arcs

Gerakan natural yang terjadi dan bersifat circular in motion. Gerakan menggelengkan kepala, kepakan sayap burung, gerakan tangan saat berjalan, dll, semuanya jika diperhatikan memiliki gerakan circular. Di dalam animasi hal ini membantu untuk membuat sebuah gerakan tampak natural dan tidak kaku.

8. Secondary action

Pada dasarnya hal ini sudah menjadi sesuatu yang pasti terjadi, kecuali si karakter hanya terdiri dari sebuah satu badan yang solid dan hidup di ruang kosong. Prinsip ini berfungsi untuk menekankan pesan yang ingin disampaikan (contohnya: emosi) atau membantu untuk memperkaya visual! (Just don’t forget about Staging)

Dari contoh diatas kita bisa melihat macam-macam gerakan yang terjadi. 2 yang paling utama mungkin adalah tubuh si karakter dengan topi(?) yang kenakan.

9. Timing

Pada dasarnya hal ini sudah menjadi sesuatu yang pasti terjadi, kecuali si karakter hanya terdiri dari sebuah satu badan yang solid dan hidup di ruang kosong. Prinsip ini berfungsi untuk menekankan pesan yang ingin disampaikan (contohnya: emosi) atau membantu untuk memperkaya visual! (Just don’t forget about Staging)

10. Exaggeration

Looks silly but it works!

Prinsip ini bisa digunakan untuk menonjolkan sebuah emosi atau gerakan kepada yang menonton. Tom & Jerry dan Oggy & the Cockroaches (an actually good rip-off, much better than the current Tom & Jerry) sering kali menggunakan prinsip ini, untuk menonjolkan sisi ke-absurd-an kartun tersebut.

11. Solid drawing

Harus bisa gambar consisten dan memperhatikan volume, berat dan perspektif. Mengapa? Hal ini mencegah animasi kita terlihat flat atau lifeless. Dapat diterapkan dengan menggunakan konstruksi geometris 3D, seperti bentuk bulat, kubus, tabung, dsb, dalam menggambar karakter. Jika membuat background bisa menggunakan perspective grid untel membantu kita.

12. Appeal

Daya tarik. Jika kita tidak mempunyai daya tarik, tidak ada yang akan menghiraukan kita. Sebuah animasi harus memiliki daya tarik yang ’menjual’. Apa yang dijual? Bisa dengan character design, warna, personalitas tokoh, dsb.

Appeal sells! (That guy above worth $110 billion)

Sekian dari saya, sampai jumpa di blog selanjutnya! 

Sumber:

This great guy, Alan Becker: https://www.youtube.com/user/noogai89

and two helpful websites:

https://design.tutsplus.com/tutorials/cartoon-fundamentals-how-to-create-movement-and-action--vector-19904

http://minyos.its.rmit.edu.au/aim/a_notes/anim_principles.html