Di jalan cinta para pejuang, biarkan cinta berhenti di titik ketaatan
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Entah kenapa semakin kesini,
Aku merasa makin gabisa nahan nangis di tempat umum
Aku pernah nangis di mall, di lift, bahkan di kereta. Ketika banyak orang. Ada yang sama?
Rasa malu kayaknya bener² udah ketutup sama gemuruh emosi yang tak rasain
Udah kuat²in sabar, nahan marah, akhirnya yang pecah ya tangisnya doang
Tapi semarah²nya aku, aku cuma mikir anakku. Aku takut dia dicap buruk oleh orang lain karena dia reflek teriak² dan pukul² ketika lagi marah, atau apa yang dia mau gak dituruti.
Aku, ngerasa capek aja, rasanya kayak udah mau nyerah...
0 notes
Text
Sudah cukup lama aku meninggalkan tumblr sebagai rumahku, kini aku ingin kembali
Aku ingin kembali menulis seperti sebelumnya
Memang benar kata terapisku, menulis adalah salah satu cara melampiaskan perasaanku, apapun bentuknya
Apapun yang aku rasakan, sepertinya aku akan menuliskannya lagi disini
Di rumahku.
0 notes
Text
Sejak lahir, aku dititipkan pada nenekku. Kedua orangtuaku sibuk bekerja, dari pagi hingga malam. Aku bersyukur, karenanya aku bisa menuntaskan studiku hingga aku mendapatkan gelar yang kupunya sekarang.
Tapi di sisi lain, aku merasa ada yang kurang. Rasanya, cinta kasih yang kudapatkan tidak cukup. Meski bagi kedua orangtuaku, materi adalah bentuk kasih sayang mereka terhadapku. Mereka beranggapan bahwa mereka ingin anak²nya lebih baik dari kondisi mereka yang sebelumnya.
Hingga akhirnya, aku tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri, labil, kurang bisa mengontrol emosi, hingga menarik diri dari kerumunan. Tidak ada yang benar² betah dalam menjalin hubungan pertemanan denganku.
Aku tidak suka berada di tengah keramaian, karena membuatku merasa semakin kesepian.
-----
Sejak anakku lahir, ketidakutuhan itu terasa semakin nyata.
Tangki cinta yang kupunya nyatanya tidak utuh. Atau malah, kosong(?)
Aku menyadarinya, saat aku tidak bisa memperlakukan anakku sebaik para ibu lainnya.
Hingga kini pun aku berpikir, bagaimana aku akan mengisi tangki cinta anakku, ketika tangki cintaku sendiri kosong?
Setiap hari, setiap malam ketika dia sudah lelap dalam tidurnya, aku selalu minta maaf padanya.
"Bunda minta maaf ya nak, karena belum bisa jadi ibu yang baik buat kamu, maafin bunda yang banyak kurangnya ini, maafin bunda yang sering marah saat ngadepin kamu. Jadilah anak yang sholih lagi muslih. Bunda sayang Rayyan."
Pertanyaannya, aku harus bagaimana dengan kondisiku yang seperti ini?
Suskyati, T. 21.06.25
0 notes
Text
Nanti.
Nanti ketika kamu sudah semakin dewasa. Ketika kamu bahkan sudah memiliki seorang anak kecil.
Ketika kamu sudah memiliki pandangan yang berbeda soal kehidupan.
Kamu akan sadar, bahwa hidup bukan tentang sekedar siapa yang benar, dan siapa yang salah.
Tapi siapa yang punya kelapangan hati untuk meminta maaf dan memaafkan.
Sudah berapa kali kamu melakukan kesalahan pada anakmu? Barangkali kamu yang kurang sabar dalam membersamainya? Barangkali kamu yang kurang peka akan kebutuhannya? Atau mungkin, kamu khilaf kurang menjaga asupan makananmu saat kamu hamil dulu (apabila kamu ibunya)?
Namun, akhirnya ia tetap juga kembali padamu, dengan cintanya yang polos, cintanya yang murni. Ia kembali padamu karena ia sudah memaafkanmu.
Berapa kali anakmu melakukan kesalahan padamu? Barangkali dia tanpa sengaja memukulmu? Atau berteriak padamu? Hanya untuk mencari perhatianmu. Toh, akhirnya kamu juga akan memaafkannya. Kamu akan kembali erat memeluknya. Karena siapa lagi di dunia ini yang ia butuhkan selain kamu? Ketika kamu adalah dunianya.
Atau ketika anakmu melakukan kesalahan pada orang lain. Orang itu marah sekali padanya, kira-kira bagaimana kamu akan merespon? Tentu kamu yang mewakilinya untuk meminta maaf bukan?
Tapi di sisi lain, kamu juga tidak terima kan saat ada orang lain yang marah pada anak kecilmu yang masih butuh banyak belajar itu(?)
Ingat, dia masih anak-anak. Bagaimana perasaan dia ketika ada orang lain yang marah padanya?
Dia salah? Tentu. Dia memang melakukan kesalahan, tapi bagaimana pun, ia tidak berhak dimarahi oleh orang lain selain orangtuanya.
Diam bukan berarti acuh tak acuh. Bukan berarti kamu menutupi kesalahannya. Kamu hanya menunggu waktu dan butuh tempat yang tepat untuk mengajaknya berbicara, bahwa apa yang ia lakukan itu salah, itu tidak baik, dan tidak boleh diulangi di kemudian hari.
Karena bicara dari hati, maka akan sampai juga ke hati.
Suskyati, T., 19.06.2025
0 notes
Text
Masa Muda
Kamu mungkin akan bertemu dengan orang yang kamu kira akan menjadi pasangan hidupmu, ternyata tidak. Kamu bersedih. Tapi ketahuilah, nanti kamu akan tahu kenapa kamu tidak dengannya. Nanti. Setelah kamu melewati waktu beberapa tahun ke depan. Kamu mungkin akan bertemu dengan pekerjaan yang kamu rasa cocok, tapi nanti kamu akan ketemu sama pertanyaan mendalam : apakah kamu akan menjalani hal itu seterusnya dan selamanya, seumur hidupmu? Lalu kamu akan mulai berpikir bercabang-cabang karena pekerjaan yang kamu dapatkan sebelum kamu berkeluarga itu ternyata seberpengaruh itu pada keputusan-keputusan besarmu yang lain, seperti tinggal dimana, nikah sama siapa. Kamu mungkin akan ketemu sama hal-hal yang kamu rasa adalah petunjuk, tapi ternyata adalah ujian. Sama halnya dengan orang-orang yang hadir dalam hidup kita, banyak diantara mereka yang datang sebagai ujian, hanya sedikit sekali yang menjadi karib, dan hanya satu saja yang menjadi pasangan hidup. Saat itu kamu begitu berapi-api seolah semua hal akan sesuai dengan sangkamu, tapi ternyata kamu terjerumus pada ujian yang membuatmu kelelahan badan dan pikiran. Kamu bersedih. Tapi ketahuilah, ujian itulah yang nanti akan menjawab pertanyaanmu kenapa orang dewasa/orang tua itu bisa lebih bijaksana.
Kamu mungkin akan ketemu sama hal-hal yang di luar nalarmu. Seperti kamu hari ini, yang tengah berdiri pada apa-apa yang telah kamu raih dan memang ada juga yang belum berhasil kamu raih. Tapi sadar nggak, kalau kamu bisa berjalan dan bertahan sejauh ini saja udah merupakan pencapaian yang luar biasa di tengah semua dinamika hidup yang kamu jalani. (c)kurniawangunadi
464 notes
·
View notes
Text
Saya tidak kenal kamu, kamu pun tidak kenal saya.
Kita tidak saling mengenal secara langsung di dunia nyata.
Kita hanya saling bertemu di dunia maya melalui game online.
Tapi dengan mudahnya kamu menghakimi saya, berkata bahwa saya paling benar dan paling dewasa.
Kamu tidak tau apa saja yang sudah saya alami sepanjang hidup saya, saya pun tidak tau apa saja yang telah kamu lalui sepanjang hidup kamu.
Saya percaya perbedaan pendapat itu ada, dan tidak bisa dihindari dalam suatu organisasi.
Tapi sungguh, apakah hal ini tidak bisa diperbaiki dengan berbicara baik-baik dan dengan kepala dingin? Bukan malah pergi begitu saja tanpa saya tahu akar permasalahannya.
Saya sangat berterima kasih apabila kamu mau memberitahu saya kesalahan apa yang telah saya perbuat padamu hingga kamu berperilaku demikian pada saya.
Saya sangat berterima kasih apabila kamu mau membuka percakapan lagi saat kondisi kita sama-sama telah pulih.
Suskyati, T., 25.05.2025
0 notes
Text
Tidak mengapa jika menangis itu menjadi teman dalam sepimu, bukanlah menjadi masalah juga bila menangis itu menjadi pengungkap rasa. Tersebab air mata itu penuh sejuta makna, yang hanya diketahui oleh pemilik air mata. Tidak apa-apa, insyaallah semua akan baik-baik saja.
Dari banyaknya manusia ada yang mengungkapkan isi hatinya dengan menangis, sembari menata hatinya untuk merelakan semua yang sudah terjadi, ia tidak menggugat Tuhan, ia hanya mencoba rela dan menerima dengan caranya.
Tak apa, semoga badainya segera hilang, semoga hujannya segera mereda, untuk setiap mata yang sedang menangis.
@jndmmsyhd
234 notes
·
View notes
Text
Mau istirahat tapi dunia terus berputar
Riuh suara di kepalamu terasa lebih keras dari detak jantungmu. Bahkan saat dalam keramaian, suaranya tetap terdengar keras sampai-sampai kamu jarang memerhatikan suara yang lain.
Dan riuh suara itu semakin terdengar tatkala kamu mengukur-ukur dirimu, sibuk memerhatikan nikmat yang dimiliki orang lain. Kamu tak mampu membungkamnya padahal itu adalah dirimu sendiri.
Semakin dewasa. Rasa tenang itu adalah hal yang berarti, hanya saja kita kerap lupa jika tenang berangkat dari rasa cukup. Merasa cukup dengan apapun yang kita miliki dan dapatkan, sesuatu yang saat ini menjadi jatah rezeki kita. Mencukupkan diri dengan yang halal, tidak hanya halal tapi juga toyib. Mencari rezeki tidak dengan eksploitasi orang lain. Mengusahakan rezeki yang berkah untuk keluarga.
Semakin dewasa. Validasi yang kita butuhkan seharusnya cukup dari orang tua kita sendiri, atau mungkin dari pasangan, bahkan dari anak-anak. Kita tidak perlu mendapatkannya dari semua orang.
Saat kita diapresiasi karena menemani anak-anak bermain. Saat kita diapresiasi karena bisa mentraktir bapak dan ibu makan bakso dengan gaji kita. Saat kita diapresiasi karena udah bekerja keras seharian sama pasangan. Semua itu udah cukup.
Belajar rasa cukup saat dewasa adalah seni untuk bisa menjalani kehidupan dewasa dengan lebih tenang. Cita-cita kita mungkin tidak meraih bintang-bintang dan tidak menjadi orang yang bersinar, tapi cukup hadir untuk keluarga. Bisa hadir untuk anak-anak.
Entah siapa yang menuntutmu untuk menjadi luar biasa. Menjadi pucuk-pucuk dunia. Kalau kamu lelah, apakah kamu tahu bagaimana caranya beristirahat? (c)kurniawangunadi
291 notes
·
View notes
Text
doa untukmu
jika ada, semoga Allah mengangkat semua rasa sedih, marah, kecewa, takut, curiga, dendam, dan khawatir dari dadamu. semoga Allah menggantinya dengan kelapangan dan kesabaran. semoga Allah menghapus dosa-dosamu dari datangnya perasaan-perasaan itu.
semoga Allah memberimu petunjuk hidup yang terang benderang. semoga hidayah selalu turun kepadamu. semoga kamu mendapatkan undangan dari Allah untuk senantiasa bertaubat.
semoga kamu bisa menerima kenyataan, memperoleh kemenangan. semoga kamu bisa memeluk dirimu sendiri dengan kejujuran---dan menjadi lebih kuat setiap harinya. semoga Allah menyembuhkan semua luka.
semoga kamu bisa memaafkan orang-orang yang menurutmu jahat, yang menurutmu telah merebut kebahagiaanmu. orang-orang yang melukaimu. orang-orang yang kamu tertawakan, kasihani, benci. tolong maafkan (kami) ya.
semoga kamu segera dipertemukan Allah dengan seseorang yang baik, yang menyayangi segalamu dengan segenap jiwa dan raganya, dengan ketaatan dan keimanan yang semestinya. yang menghargaimu dan selalu cenderung kepadamu, hanya kepadamu. yang janjinya selalu ditepati. yang membawamu ke tempat-tempat jauh itu.
semoga semua mimpimu terwujud satu per satu. semoga kamu mencapai semua garis finish. semoga kamu menaklukkan semua puncak. semoga yang kamu cintai tumbuh dan mekar dengan hebat.
semoga kamu menemukan ketenangan dan kebahagiaan. di dunia. di akhirat. selamanya.
704 notes
·
View notes
Text
dan kita pun kembali butuh bercerita pada mereka yang semu dan tidak benar-benar ada.
1 note
·
View note
Text
Tulisan : Dewasa dan Mawas Diri
Kamu mungkin adalah monster di kehidupan orang lain. Sepengetahuanmu atau tidak. Bahkan, mungkin ada orang lain yang sedang membandingkan hidupnya dengan hidupmu. Baginya, kamu adalah penyebab masalah hidupnya, traumanya, dan segala macam gejolak hidup yang lagi ia jalani.
Meski sebenarnya, kamu sendiri tidak pernah berniat jahat. Tidak pernah ada maksud untuk melukai siapapun. Tidak pernah dengan sengaja melukai orang lain.
Tapi barangkali, ia bertemu denganmu waktu kamu lagi lelah. Kamu lagi ada masalah. Atau bahkan kamu lagi terpuruk dengan trauma hidup yang kamu miliki. Sehingga, apa yang keluar dari dirimu adalah sesuatu yang menurut orang lain tidak tepat, kata yang keluar darimu adalah sesuatu yang tidak enak didengar.
Untuk itu, dalam hidup. Kita perlu belajar banyak-banyak untuk bisa mengoreksi diri sendiri. Karena kalau mengoreksi orang lain, mudah bagi kita, tidak perlu belajar.
Untuk itu, siapapun yang mungkin pernah terluka dengan lakuku dan perkataanku. Sepanjang sepengetahuanku, aku tidak pernah berniat jahat pada siapapun. Kalau kamu merasa kujahati, silakan utarakan karena sesungguhnya aku sangat berterima kasih jika aku diberitahu jika aku berbuat salah.
(c)kurniawangunadi
151 notes
·
View notes
Text
Ternyata emang bener ya, membangun ikatan pertemanan itu ga mudah.
Karena teman itu, bukan sekedar sebutan bagi mereka yang ada saat kita bahagia, tapi juga mereka yang ada saat kita dalam kondisi sebaliknya, hingga ke titik terendah sekalipun.
Mereka yang mau dan mampu menerima kita apa adanya, menerima lebih kurangnya kita sebagai makhluk yg jauh dari kata sempurna. Mereka yang senantiasa saling menguatkan meski raga mereka tidak selalu hadir di dekat kita.
Ada gak, diantara kalian yg pernah nangis krn ditinggal temen?
AKU PERNAH! Nangis sampe sesenggukan!
Gatau alasannya apa, tiba² uda gamau aja gitu diajak ketemuan, ngehindar mulu, padahal aku uda mengupayakan supaya bisa ketemu diantara kesibukan kami. Padahal kami teman dekat selama sekian tahun, tapi bisa ternyata lost ikatan gitu aja.
Dahlah, gaada solusi, cuma mau cerita aja haha hoho hihi
0 notes
Text
Semua orang sibuk menjadi ‘baik-baik saja’ demi citra, bukan demi jiwa. Kita berlomba menunjukkan pencapaian, hingga lupa bahwa bernapas tanpa beban pun adalah kemenangan.
349 notes
·
View notes
Text
Menemukan (Lagi) Titik Awal Perjalanan
Semakin dewasa, saat mimpi-mimpi ini dibenturkan dengan berbagai macam realita. Ada masanya kita diberikan pilihan untuk terus memaksakan mimpi-mimpi itu, atau memberinya jeda. Ada jarak yang dengan sadar kita buat, untuk memulai lagi nanti memperjuangkan impian kita.
Jarak itu mungkin berupa satuan waktu, entah setahun, bahkan sepuluh tahun. Tapi kita sadar betul bahwa mimpi-mimpi kita itu, tetap akan kita wujudkan, meski nanti.
Meski setahun lagi.
Meski sepuluh tahun lagi.
Saat ini, kita sedang ada urusan lain yang lebih penting untuk menyelamatkan diri dan kehidupan. Alih-alih kekeuh dengan impian, kita memilih berdamai dengan diri dan pikiran sendiri. Tetap memiliki impian itu, saat ini kita memiliki alasan yang sangat kuat untuk menundanya.
Entah karena keluarga.
Entah karena anak.
Entah karena keadaan ekonomi.
Entah karena kita memang merasa belum waktunya.
Sembari menegaskan sekali lagi, kita tidak menghapus impian itu. Kita tetap menggenggamkan, dan menjadi dewasa menyadarkan kita untuk tidak hanya berpikir tentang diri sendiri sekaligus bertanggungjawab pada hal-hal yang berdampak kepada lebih banyak hal.
Dan kita masih percaya, bahwa suatu hari nanti, kita bisa mencapai itu. Saat kita akhirnya tiba di titik untuk memulainya lagi. Nanti. (c) kuniawangunadi
182 notes
·
View notes
Photo

Terimakasih yaa, atas kesempatan & ilmu yang sudah dibagikan. Meski saya butuh waktu lebih lama dibanding teman² yg lain buat naik jenjang. Semoga berkah @lactashare https://www.instagram.com/p/CfecLViJHYO/?igshid=NGJjMDIxMWI=
7 notes
·
View notes
Text
Orang-orang datang dan pergi dalam hidupmu, ada yang memberi kesan baik dan ada pula yang kamu berharap ia tidak datang lagi, ada yang menetap sementara dan ada yang hanya sekedar datang untuk menyapa. Semuanya mengajarkanmu bahwa hidup memang soal pergantian dan seni menyikapi rasa juga sikap.
Dia yang dijadikan sandaran ternyata malah pergi, ia yang diharapkan ternyata tidak sesuai ekspektasi, atau mungkin ia yang kamu rasa akan menjadi teman malah pergi dan mencari yang lain. Ada ribuan rasa dan gemuruh yang akan silih berganti dalam rangkaian hidup ini, seharusnya itu lebih bisa menjadikanmu dewasa dalam bersikap dan mengelola rasa.
Tidak mudah menaruh harap dan bersandar, tidak mudah kecewa atas kehilangan dan tidak cepat bahagia atas kedatangan, dan semua hal lainnya yang seharusnya kamu bisa lebih matang soal menyikapi hidup.
Jika hari hidup adalah pergantian, sudahkah siap jika nanti kamu diganti oleh orang lain setelah kamu mati? Entah di dalam keluarga, pekerjaan, teman dan bahkan orang yang dikasihi.
Lembutkan lagi hati untuk lebih merasa, tundukkan lagi diri untuk lebih menghamba pada-Nya, dan tenangkan lagi diri untuk lebih menerima semua takdir dalam rangkaian perjalanan hidup yang singkat ini.
@jndmmsyhd
542 notes
·
View notes