tisuy-blog
tisuy-blog
Fristisa I Pratiwi
14 posts
your everything better plan
Don't wanna be here? Send us removal request.
tisuy-blog · 8 years ago
Quote
Thanks for always being there when no one else was, even now you’ve changed, you're not like you used to be.
Fristisa
0 notes
tisuy-blog · 8 years ago
Text
Is it wrong to take major in humanities?
Tumblr media
Pertanyaan ini yang kerap muncul dalam otak gue setelah “kecemplung” dalam kehidupan perkuliahan di sastra. Bukan cuma satu atau dua orang yang selalu mengganggap remeh jurusan ini. Padahal, menurut gue setiap jurusan yang ada di dunia ini punya spesialisasi masing-masing yang membutuhkan skill individu masing-masing. But……..gak semua orang bisa memandang mahasiswa jurusan sastra sama dengan jurusan-jurusan lainnya. Poor me.
Before judging all literature students, you should understand why they’re choosing literature as their major. Menurut gue, gak semua anak sastra itu anak buangan dari jurusan-jurusan favorit. Gak semua anak sastra itu gak bisa ngitung. And not all of literature students can’t operate Microsoft Office. No. Semua ini terjadi karna pola pikir kita semua yang mengelompokkan orang-orang dalam satu kategori.
Dibalik anak sastra yang sering diremehkan orang-orang, mereka punya alasan tersendiri mengapa akhirnya mereka memilih sastra sebagai jurusan kuliahnya, misalnya gue. I do love math. I do love numbers. Tapi gue pilih sastra? Kenapa? Karna situasi dan kondisi saat itu yang harus membuat gue akhirnya memilih sastra. Alih-alih ngeliat jurusan ini begitu beken di luar negeri, but unluckily it doesn’t work in my dear country, Indonesia.
Then, let me share my life experience of becoming English literature student and after obtaining Bachelor Degree of Humanities. This is to those who want take major in humanities, you have to get used to hear all the negative vibes that come out from certain people or even more your relatives around you. And here are those negative vibes:
1.       “Kuliah di sastra, nanti kalo lulus jadi apa?”
Hiks. Pertanyaan ini yang selalu orang tanyain semenjak semester awal bahkan pas masih perkuliahan belum di mulai. Jadi apa….entah jawaban apa yang paling pas untuk membalas jawaban mereka yang sooooooo nyinyir ini :( Kalo gue sih, selalu jawab gini “Ya jadi orang lah ya masa kuliah abis lulus jadi hantu hehehe..he….he….he….”
2.       “Yaelah sastra kan kuliahnya gampang”
Biasanya sih gue menanggapinya dengan nyanyi lagunya si Jaz “Dari MATAMU…MATAMU….MATAMU….MUA….TA…..MU!”
3.       “Kamu kan sastra, emang kamu bisa ngitung?”
Ha…ha….ha….ha….kalimat ini yang akhir-akhir ini sering gue denger saat gue interview. Karna sebenernya gue suka dengan pekerjaan yang lebih bersifat administratif dan itung-itungan, orang-orang sering banget nanya kaya gini. Sedih sih. Sebegitu hinakah anak sastra sampe ditanya “emang bisa ngitung?” ya Allah…..kalo misalnya emang menurut perusahaan A menunjukkan hasil test itung-itungan gue rendah kenapa harus kalian panggil sampe tahap terakhir dan memojokkan dengan pertanyaan itu?
4.       “Kamu kan anak sastra, bisa gitu pake Excel?”
See…..sebegini hinanya anak sastra sampe ditanya “bisa gitu pake Excel” Maksudnya di era modern gini, semua jurusan dituntut untuk familiar and excellent at operating Microsoft Office. Jangan karna kalian terlalu memandang sebelah mata dengan anak sastra sehingga kalian pikir anak sastra memori otaknya itu cuma 1KB jadi sampe buat mengoperasikan Excel aja kita gak bisa.
5.       “Requirement: all major except literature”
I couldn’t say a thing about this job requirement and let others judge it.
Yeah, I know. Mungkin, anak jurusan IT akan lebih jago dengan pekerjaan yang berhubungan dengan komputer. Anak jurusan akuntasi dan manajemen akan lebih jago dengan pekerjaan yang berhubungan dengan itung-itungan. Anak hukum akan lebih jago dalam kasus-kasus yang bersangkut pautan dengan hukum. Tapi….kebanyakan orang sudah terlalu jauh mendiskriminasi jurusan sastra.
Last but not least, to those who underestimate literature students, don’t be so quick to be offensive to literature students. If you keep doing that, then stop crawling back to us to proof read your essay, CV, or any documents that you want us to do so :)
0 notes
tisuy-blog · 8 years ago
Text
A Long Journey before Getting into Universitas Padjadjaran
All of a sudden, I just want to share my experience before officially becoming a student of English Literature Universitas Padjadjaran.
Butuh kerja keras memang untuk masuk ke salah satu kampus “favorit SBMPTN (katanya)” ini. Ya jelas ratio untuk masuk kampus ini tahun 2016 lalu aja 1:17. Gimana gak perlu kerja keras?
Sebenarnya, gue gak terlalu tau dengan yang namanya Universitas Padjadjaran secara dulu gue SMA di Kabupaten Bekasi, dan sepengetahuan gue belum ada satupun kakak kelas gue yang pernah menorehkan namanya untuk menjadi mahasiswa baru di sini. Cita-cita gue semenjak SMA itu cuma satu masuk FK UI. Udah itu aja. Gak ada yang lain. Gimanapun caranya. Apapun jalurnya yang penting halal *loh*
Awalnya, gue sedih sih masuk SMA di kabupaten soalnya dulu gue salah satu murid di SMP favorit se-Kota Bekasi (katanya). Hampir semingguan gue gak mau masuk sekolah. Kerjaannya nangis doang di kamar. Ngerengek-rengek minta pindah sekolah. Bokap nyokap pun nyoba untuk kasih pengertian ke gue dengan alasan kalo pindah sekolah nanti butuh biaya lagi mahal lagi mending uangnya ditabung untuk kuliah.
Dengan amat sangat berat hati, gue melanjutkan sekolah di sana karena gue tau gue mesti nyiapin berkali-kali lipat amunisi dibandingkan anak-anak SMA di kotamadya supaya masuk FK UI. Gue pun ikut les sana sini. Les sampe tengah malem. Belum lagi pulang sendirian. Semenjak SMP gue udah biasa sih les gak pake dianter-jemput sama ortu. Bukan karna ortu gue gak ada waktu, tapi emang guenya yang risih. Selagi gue bisa sendiri, kenapa harus repotin orang lain, ya gak?
Untuk masuk FK UI, menurut gue, les pun gak cukup. Gue mesti punya prestasi lain. Kebetulan di sekolah waktu itu lagi butuh anak untuk ikut olimpiade. Ya, cuma tingkat kabupaten sih. Alhamdulillah nya, gue kepilih untuk mewakili sekolah di ajang olimpiade mata pelajaran Kimia lebih tepatnya. Emang sih, saat itu gue gak menang tapi setidaknya udah berani nyoba dan nambah pengalaman tentunya.
Gak nyerah gitu aja, kebetulan ada lagi lomba karya tulis ilmiah tingkat kabupaten (lagi). Gue pun nyoba untuk ikut (lagi) dengan harapan kali ini bisa menang. Dan….alhamdulillah doa gue didenger Allah. Gue merasa semua itu belum cukup untuk bersaing dengan anak-anak kota yang mau masuk FK UI. Gue pun belajar ekstra keras supaya nilai di rapot gue gak menurun dan berusaha semaksimal mungkin untuk ngilangin nilai 70 di rapot karna nilai pas KKM aja gak cukup. Setidaknya juga, gue harus wajib kudu mesti mempertahankan ranking karna kalo engga ya wassalamualaikum deh gak akan bisa ikut SNMPTN undangan and I don’t want to lose the chance.
“Hard work will never betray you.” Alhamdulillah, gue bisa mengikuti SNMPTN undangan. Seperti niat gue pada awalnya, gue pun milih FK UI. Padahal kakak gue udah selalu ngingetin gue untuk mengurunkan niat gue atau setidaknya milih FK yang peminatnya gak sebanyak UI karna ya itu tadi sekolah gue berada di kabupaten dan belum ada juga kakak kelas gue yang keterima di sana. Nyari mati sih namanya. Tapi ya itulah gue. Kalo udah maunya, apapun rintangannya pasti gue coba dulu. Soal hasilnya ya liat nanti. Setidaknya gue udah nyoba dan gak penasaran. Tapi ya itu tadi. Nyari mati emang.
Yup, betul! Pas pengumuman SNMPTN undangan gue gak keterima di FK UI. Sedihnya gak ketulungan. Gak keluar kamar. Gak mau makan. Diem aja kaya orang bego. Perasaan gue udah berusaha semaksimal mungkin. Tapi ya mungkin emang belum jalannya untuk kuliah di sana. Saat itu juga belum ada tuh kepikiran untuk kuliah di Unpad. Tetiba, pas lagi stalking senior SMP yang dulu pernah gue taksir, ternyata doi kuliah di Unpad jurusan XXX. Semangat pun kembali muncul setelah gue lesu berhari-hari meratapi hasil SNMPTN undangan. Akhirnya, gue pun putar setir 180° dan berubah haluan ke jurusan IPS. Sampe-sampe guru les biologi gue pun terheran-heran, emosi, kesel, segala macem marahin gue karna berniat untuk ambil jurusan IPS pas SNMPTN tulis. Padahal menurut guru gue dan beberapa temen les gue bilang kalo gue mampu untuk masuk FK lewat jalur SNMPTN tulis.
Tapi, ya itulah gue. Kalo udah maunya, no one can stop me hehe. Yang ini jangan diikutin sumpah. Pada akhirnya kalian bakal nyesel. Kuliah yang bukan kalian banget. Dan memaksakan untuk jadi kalian banget. Sumpah pokoknya jangan diikutin untuk kali ini.
Karna kelabilan gue waktu SMA, gue pun gak lolos SNMPTN tulis. Waktu itu gue beneran ambil IPS murni sedangkan gue les ambil untuk SNMPTN jalur IPA. Nekat abis! Cuma berbekal buku pintar berani-beraninya ngambil Unpad walaupun yang kata orang C-U-M-A sastra.
Bokap nyokap pun udah ketar ketir. Kali ini baru gue liat mereka ketar ketir soal sekolah. Karna dari dulu nyokap gue gak pernah nyiapin cadangan swasta waktu sekolah. Yakin banget anaknya masuk negeri. Untungnya sih masuk. Akhirnya, nyokap gue daftarin gue di salah satu universitas swasta. Gue pun menolak keras dan mengancam gak akan kuliah kalo kuliah di swasta. Nyokap gue pun bodo amat dengan ancaman gue dan tetap membayarkan uang kuliah di PTS tersebut. Setidaknya, gue kuliah. Dan gue tetep keukeuh (kalo Bahasa Sundanya mah) mau kuliah di PTN dan siap untuk nganggur setahun untuk fokus les. Lagi-lagi, ortu gak ngijinin.
Lucky me! Unpad waktu itu buka SMUP (dan itu menjadi tahun terakhir Unpad ngadain SMUP untuk S1). Ikutanlah gue. Dengan berbekal doa supaya kali ini bisa keterima, dan akhirnya I am officially a student of English Literature Universitas Padjadjaran.
Intinya, like I’ve said before “hard work will never betray you.” Berusaha semaksimal mungkin untuk raih apa yang kalian cita-citakan. Jangan kayak gue. Hanya karna orang yang gue suka kuliah di Unpad, gue merasa harus kuliah di Unpad apapun jurusannya. Dan ternyata, kampusnya pun berbeda. Mamam tuh!
“If you want it all, you can’t be distracted by the illusions you’ve created!”
Nighty night!
5 notes · View notes
tisuy-blog · 9 years ago
Text
To those whose smiles sweeten up my days...
 And maybe this is the full version of the acknowledgment of my thesis.
“Tiada henti ku ucap syukur Alhamdulillah atas gelar humaniora yang tepat diberikan padaku 25 Juli 2016 lalu. Gelar ini tidak serta merta aku dapatkan tanpa bantuan orang-orang hebat yang tak henti memberikan dukungan. Bukan hanya dukungan, doa dan pelajaran hidup kerap mereka sisipkan dalam manis dan pahitnya kehidupanku.”
So, let me say “thank you” for these people. Pertama dan yang utama, kedua orang tua gue. Orang yang gak pernah bosen (dan jangan sampe bosen ya ma, pa) ceramahin anaknya soal agama. Orang yang paling khawatir kalo anaknya belum ada di rumah jam 7 malam. Orang yang paling cerewet kalo anaknya di kosan makannya di jama’ alias sarapan digabung bareng makan siang. Orang yang paling sering telfon cuma buat nanya “Udah solat belum mbak?” “Udah makan belum mbak?” “Skripsinya udah sampe mana?” dan untungnya gak nanya “Udah punya pacar belum mbak?” Caca tau banget gimana perjuangan mama sama papa selama ini, kalo kata mama “Buat anak, gimanapun caranya asal halal dan berkah, kaki jadi kepala, kepala jadi kaki.” So, let me say thank you from my deepest heart. Mungkin kata terima kasih tak akan pernah cukup untuk menggantikan semua pengorbanan yang kalian lakukan selama ini untuk menyekolahkan anak perempuan kalian satu-satunya ini. My nosy brothers take the second place. Dua orang yang gak bisa berenti ngusilin gue. Orang yang selalu nanya “Mbak, ini bahasa Inggrisnya apa sih?” “Ca, artiin ya buruan.” “Mbak, tadi kan adek blablabla...” “Eh caption yang bagus buat di ig apan ya...” Dan adek gue yang pernah bilang “Mbak, mbak pake kerudung dong. Temen-temen adek kakaknya pada pake kerudung. Masa mbak gak mau pake sih. Adek kan malu.” Thanks a lot udah bikin gue jadi uberan cewek-cewek kalian kalo ada apa-apa, untung gue baik :)) Dan teruntuk dek Aan, maaf ya mbak belum bisa ngabulin permintaannya buat pake kerudung hehe. Nah, pas nih urutan ketiga. Tiga dara idaman gue. Grace Elizabeth, Dena Yulia R, dan Ayu Kartika. Temen dari awal maba sampe lulus yang setianya ngalahin salah satu merk obat ketek. Temen yang selalu gue rindukan semenjak gak ngekos lagi. Temen yang paling gak jelas sedunia. “Cuk...pada mau makan apa?” “Deliv seblak yuk cuk” “Eh si Tisuy kemana? Mati lampu yak?” “Pagi manis....heuuuh sia deui yang ngucapin” dan masih banyak percakapan sampah lainnya. Terima kasih atas hari-hari bahagia yang telah kita lewati bersama. Semoga Tuhan mengamini mimpi-mimpi yang tak henti kita bicarakan sejak empat tahun silam. Keempat, ada temen seperjuangan gue di Sastra Inggris selama 4 tahun (kurang sebulan doang). Those are Syifa Nurlatifah, Kurnia Novriyanti, Intan Artika, Nurina Azyyati, Ineza Rachma, dan Nurul Hidayah. Orang-orang yang paling “hayuk” ngerjain kuis take home bareng-bareng. Partner sekelompok selama 4 taun. Orang yang selalu cek grammar gue sebelum gue posting apapun dalam bentuk bahasa Inggris. Orang yang selalu nyemangatin dan gak pernah malu sama tingkah konyol gue yang kerap malu-maluin mereka depan umum. Terima kasih atas segalanya selama 4 tahun ini. Terima kasih telah menemaniku berjuang selama 4 tahun ini. Dan akhirnya kita bisa meraih gelar Humaniora ini. Teruntuk Wais Zahroh, Tresna Afrianti ,Sarah Silvia, Lala Silviana, dan Rizky Dea. Orang-orang dibalik layar yang selalu nguatin gue, yang selalu ngingetin kalo gue mampu, yang selalu sabar dengerin curhat sampah panjang lebar gue, yang selalu bilang “Tenang Suy, Allah lagi nyiapin jodoh yang terbaik buat lo. Karna Allah tau, you deserve someone better.” Orang yang ngajarin gimana jadi pemimpin, ngajarin gimana berorganisasi, gimana “melek” sama dunia luar. Lagi-lagi, ucapan terima kasih mungkin tak akan pernah cukup membalas semua kebaikan yang telah kalian lakukan selama ini. Doaku atas kalian sederhana, semoga Allah memberikan yang terbaik bagi hidup kalian. Khusus untuk my personal healthcare companion. Bagus Satrio Wibowo. Satu-satunya laki-laki yang gak pernah ngijinin gue bawa barang berat even itu kantong plastik dari pasar. Orang yang selalu bawel kalo gue gak makan. Orang yang selalu bilang “Ih ngapain sih lo sama si itu mending sama si itu” “Geisha jangan lupa makan ya” “Geisha gini ya....” “Geisha gitu ya....” Dan satu-satunya orang yang mau nampung gue di Nangor di kala gue udah diusir dari kosan. Thanks a lot, Wo. Thanks for everything. Terima kasih atas pembelajaran hidupnya. Terima kasih selalu mengingatkan kalau “Selama lo baik sama orang, ngasih kemudahan buat orang, dan bantuin orang, hidup lo bakal bahagia, Suy. Ada aja cara Tuhan buat bantu dan ngebales segala kebaikan lo.” Kak Eka Febryansyah dan Kak Inggar Setiawan. Duo laki-laki geologi tampan, mapan, dan bersahaja. Orang yang gak pernah ngebiarin gue jalan kaki dari kosan menuju tempat makan dengan alasan “Eh kosan lo tuh jauh yak, gelap lagi. Kalo keluar malem jangan sendirian. Kalo diapa-apain gimana? Itu kan sepi.” Dan masih banyak kekhawatiran lainnya. Orang yang selalu nganterin geng Anindya kemanapun kita mau, mulai dari bm McD, tebing keraton, farm house, sampe ke coffee shop unyu-unyu. Terima kasih telah mengisi setahun terakhir ini, kak. Sayang kita kenal baru-baru ini. Semoga kalian sukses dengan gelar S.T nya ya! My lovely daddy, kak Irul. Sang geologis melegenda. Ya jelas wong angkatan tua haha. Orang yang terima-terima aja kalo dipalak. Orang yang selalu bawain geng Anindya martabak. Orang yang sayang banget sama keempat anaknya tapi galak kalo udah di kampus. So thank you so much for bringing me joy. Semoga sukses terus jadi bapak dosennya ya, kak! Kak Tri Febrianto dan (kak) Naufal Juliandre Munandar. Orang-orang hebat yang banyak memotivasi gue. Orang yang awardnya numpuk dan paper-papernya udah melanglang buana tapi gak pernah sombong sedikitpun. Para lelaki idaman wanita, lemah lembut, ramah, murah senyum, pokoknya tipikal pria idaman wanita deh. Makasih banyak udah mau kenal sama anak sasing ala-ala ini ya. Maaf kalo sering malu-maluin kalian. Semoga sukses jadi geologistnya! Pertamina butuh orang-orang seperti kalian, nope I mean Indonesia :) All the Gemasian 2012, terutama kelas E. My queen of English Literature Nadira, Kikay, Dela, Jaja, Amel, Rani, Nia, Audi, Naomi, April Eldo, Dudu, dan my luvly Kingston Nata haha! Kelas yang penghuninya paling sedikit ditambah harus kehilangan tiga temen kita, Izza, Sani, dan satu lagi gue lupa siapa namanya karna gak tahan kuliah di sasing :( Kelas yang paling susah diajak foto full team. Thanku guys atas perjalanannya selama 4 tahun ini. Then, see you on top! Teman-teman KKNM Nagarapageuh. Eh, bukan. Tapi keluarga. Iyan kordesku, Ayu FKG, Agra, Ndy, Caca, Mama gajah miniku Puput, Kido si “hmmm bau kelek”, Iing, Rima gadis Ciamis manis, mami Ikay, bu dok Hasna, pak dokcil Daniel, Ayu FH my lovely panda, Tessa si tikus sawah kesayanganku, Acuy, Pak dok kak Widwid Widi, my baby Lia, Manda, Ulis temen gossipku tercinta, dan Bowo partner escaping from Nagarapageuh. Satu bulan kita tinggal di satu atap bersama. Banyak cerita yang mungkin tak akan cukup jika dituliskan dalam selembar kertas. Terima kasih telah menjadi bagian dari keluargaku yang baru. Terima kasih atas pembelajarannya tuk hidup sederhana dan how to survive hidup di desa yang sulit sinyal. Terima kasih. Terima kasih. Dan terima kasih. My babies squad. Trifonia Astri, Mayolla Chika, Cathy Sofieanty, dan Khansa Larasati. Temen ngebolang dan nyasar bareng. Orang yang paling bisa diajak coffee time, gossip, dan foto ala-ala bareng. Orang yang hobinya kalo gak gossip ya ngomongin orang. Dan selalu gitu entah sampe kapan haha Terima kasih telah menjadi bagian dalam hidupku lebih dari 13 tahun dan semoga selamanya. Dan yang terakhir Ryandika Pratama Putra. Orang ter-nyebelin, ter-ngeselin, ter-sombong, ter-belagu, ter-pede, ter-banyak gaya, dan ter- ter- negatif lainnya. Orang yang namanya bisa mendepak posisi dosen wali gue dari deretan ucapan terima kasih di kata pengantar karna cuma boleh nulis 10 poin dan dosen wali gue menjadi pilihan terakhir yang namanya mesti gue singkirkan demi orang ter-negatif ini. Orang yang banyak negatifnya ketimbang positifnya tapi bisa bikin sedikit kangen, inget cuma sedikit. Gak usah ge er lo, Yanto! Orang yang mengubah panggilan gue “tisuy” yang amat sangat melegenda menjadi “bisul”, kurang ajar isn’t it? Orang yang kalo ngatain gak pernah pake bismillah. Orang yang gak pernah mau kalah kalo berantem. Orang paling pecicilan gak bisa diem kaya cacing kremi. Dan orang yang paling bisa menghargai dan memaknai hidup selama gue kenal sama orang. For the one whose thoughts I always admire, terima kasih atas ketersediaan detik, menit, jam, hari, minggu, dan bulan yang telah diluangkan selama ini. Take care and be home soon, capt. Ryan!
0 notes
tisuy-blog · 9 years ago
Quote
For the one whose thoughts I always admire, There comes a time when I get really tired of standing here all alone. And I've lost myself in fear of losing you.
0 notes
tisuy-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
4K notes · View notes
tisuy-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
MORE QUOTES HERE | INSTAGRAM | FACEBOOK
2K notes · View notes
tisuy-blog · 9 years ago
Quote
The ones who hurt us cannot heal us. That’s not the way it works. That’s not the way it ever works.
Ashleigh Catibog-Abraham, There’s Nothing Left to Save (via booksquoteslove)
2K notes · View notes
tisuy-blog · 9 years ago
Quote
And, I just want to Mean something To someone.
Norman G. Walter (via normangwalter)
336 notes · View notes
tisuy-blog · 9 years ago
Text
Good women for good men?
Hingga detik ini gue belum bisa ngerti kenapa cowok suka bilang “kamu terlalu baik buat aku?” Is there anyone that can give me a helping hand to explain this sentence?
Jadi, gue dan ketiga temen kosan gue punya pendirian selama pacaran. No kissing, no anggur-anggur alias grepe-grepe. Soalnya, menurut kita, menurut kita loh ya, masa iya sih calon suami kita mau dikasih bekasan orang lain. Belum tentu juga kan pacaran bakal lanjut ke jenjang pernikahan.
Tapi...herannya hal ini yang suka dijadikan alasan sama beberapa cowok untuk berhenti deketin kita. Katanya “Cewek kayak kamu gak cocok dijadiin pacar. Cocoknya dijadiin istri. Cewek kayak kamu terlalu baik buat aku yang masa lalunya kayak gini.”
I still don’t get it what’s on their mind. Dapet perempuan baik-baik kok ya malah dibuang? It seems like kita harus kissing sana sini dulu cuma untuk dapet pacar? Jadi apakah cewek baik gak pantes untuk pacaran? Udah hampir 22 tahun loh kita berusaha menjaga ini tapi kenapa laki-laki seakan gak punya nyali untuk mengubah sikapnya dan menjaga pacarnya dengan tidak melakukan tindakan-tindakan tersebut?
Sebenenya sih simple. Tapi orang aja yang suka bikin semuanya jadi ruwet. Inget surat An-Nur ayat 26 kan?
Tumblr media
Wanita baik untuk laki-laki baik, begitupun sebaliknya. Kalau kalian merasa kalian adalah wanita baik dan dapet laki-laki yang kurang baik, berarti artinya kalian dapet tugas dari Allah untuk buat laki-laki itu menjadi pribadi yang baik. Begitu juga sebaliknya. Kalau kalian merasa bukan termasuk golongan wanita baik, berarti laki-laki tersebut dapet tugas dari Allah untuk memperbaiki akhlak wanitanya. Gak memperbaiki juga sih tapi lebih menuntun ke arah yang lebih baik supaya arti dari surat An-Nur ayat 26 ini terbukti adanya.
Sebenernya sih se-simple itu. Tapi, orang gak ada yang pernah mau mencoba. Karna udah minder duluan. Entah minder atau entah emang gak mau berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Lagipula, setiap manusia juga gak ada yang sempurna kok. Itu gunanya untuk saling melengkapi dan menerima kekurangan satu sama lain.
0 notes
tisuy-blog · 9 years ago
Audio
(Fristisa Indah Pratiwi)
0 notes
tisuy-blog · 9 years ago
Quote
I am sad because on the other side of the world, there is a girl just like me. Staring inside broken glass, shattered by a broken girl, and looking in on a broken stranger, wondering where the time went when she didn’t hate herself.
S. Renea (via rewriting-the-world)
3K notes · View notes
tisuy-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
4K notes · View notes
tisuy-blog · 9 years ago
Text
Jatinangor and all those ordinary things...
So, this is my first post after deactivating my tumblr account.
Empat tahun sudah berada di kecamatan terpencil yang lumayan cukup jauh dan menguras dompet untuk pergi ke kota (re: Bandung). Empat tahun pula mengenal ketiga perempuan-perempuan tangguh ini.
Tumblr media
Oiya, kenalin nama mereka Ayu Kartika, Dena Yulia Rosdiana, dan Grace Elizabeth Sirait (re: dari kiri ke kanan)
Berawal dari tinggal di kawasan Ciseke Kecil tepatnya di Pondok Bandung. Sebuah kosan yang sebenernya gak layak untuk disebut kosan. Kamar sempit, kurang pencahayaan, lembab, tempat ternak jamur, dan belum lagi bau semerbak kotoran kucing yang seenaknya kalo buang hajat. Ditambah lagi, pintu utama kosan yang bisa dibuka pake kunci kosan mana aja. Belum lagi, setiap hari dengerin senior nutup pintu gak pernah santai, marah-marah, tukang protes, dan karna masih maba, kita cuma bisa dumel dalem hati.
Hari pertama ospek, kebetulan orang tua gue belum pulang-pulang ke rumah juga. They too worried about me. Untung mereka gak ikut ospek juga sih. Jadi, selama ospek berlangsung orang tua gue nitipin gue ke tiga dara ini. Berangkat bareng. Cari barang ospek bareng. Pulang ospek pun bareng.
Gak kerasa udah setahun kenal mereka, ternyata banyak kecocokan diantara kita berempat. Kita punya tujuan yang sama yaitu kita ke sini niatnya kuliah, fokus utamanya kuliah, jadi gak ada waktu buat hura-hura. Ya...sesekali refreshing gapapa lah.
Karna kita berempat udah ngerasa gak layak tinggal di Pondok Bandung, we’ve finally moved on to Pondok Anindya. Ya fasilitasnya gak sekelas hotel bintang 5 sih, tapi setidaknya layak lah untuk jadi tempat melepas penat dari segala aktivitas di kampus.
Tahun pertama tinggal di sini jalannya masih kerikil-kerikil tanah. Jadi, kalo hujan pasti becek dan mau gak mau lewat jalan situ karna cuma jalan itu yang aksesnya paling cepat menuju kampus. Bahayanya kalo pulang lewat dari Maghrib, jalan menuju kosan gak ada penerangan sama sekali. Mau gak mau harus ada temen barengan atau pulang gak kesorean. Tahun kedua akhirnya *bapak camat Jatinangor mendengar keluhan warga* mungkin.....akhirnya jalan mulai diaspal dan dikasih lampu penerangan. Tahun ketiga harusnya jadi tahun yang adem-ayem secara udah jadi penguasa kosan selama dua tahun. Tapi apa daya, datanglah segerombolan anak F* yang hobinya protes sana-sini kalo gue dan ketiga temen gue ngumpul. Mulai dari ngaduin kalo kita *sorry gue doang* nyetel lagu jedak-jeduk sampe lagu islami pun diprotes sama maba ini. Mungkin sebelumnya mereka tinggal di kuburan kali ya. Padahal gue kalo pasang audio cuma 27% loh :(
Apapun keadaannya, gue tetep cinta Jatinangor dengan segala kesederhanaannya. Mungkin, bagi beberapa orang nasib gue gak beruntung karna kuliahnya bukan di Bandung tapi di Jatinangor. But for me, Nangor taught me a lot of things. Mulai dari bagaimana hidup mandiri, hidup sederhana, sampe bisa menghargai arti persahabatan. Begitu beruntung gue dapet temen-temen yang bisa diajak hidup sederhana malah keseringan susah :( Yang saling nampung hidup temennya kalo uang di dompet tinggal seribu dan uang beasiswa tak kunjung turun. Kalo lagi bosen penat sama kegiatan dan tugas kampus, kita biasanya tinggal jalan ke jatos cuma sekedar muter-muter terus belanja ala-ala gak jelas ke superindo. Atau makan ke SS *tempat makan termurah, enak, dan ngenyangin se-Jatinangor*, atau kalo lagi ada uang lebih sok-sok makan di che.co tapi tetep mampunya cuma beli nasi goreng dan es teh manis tapi bisa nikmatin live music di sana, atau kalo lagi bokek beli pecel lele depan che.co dan gak lupa kol goreng andalannya, atau kalo lagi bener-bener mager keluar dan gak ada uang, cukup setel film di kosan bareng-bareng.
Sesederhana itu tinggal di Jatinangor. Sesederhana itu juga hidup bahagia. Dan hal-hal sederhana tadi yang mengajarkan gue banyak hal. Kalau hidup itu butuh perjuangan. Kalau mau sukses harus usaha. Dan kita berempat sedang berusaha untuk memetik hasil yang udah kita upayakan bertahun-tahun. Kadang, hal-hal mewah bukan jadi hal utama dalam mendapatkan kebahagian, tapi gimana cara kita mensyukuri hidup merupakan kunci utama untuk meraih kebahagiaan.
Jatinangor, you’ll be missed.
1 note · View note