tommyutama
tommyutama
Tommy Utama
9 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
tommyutama · 5 years ago
Video
youtube
Armada Band - Awas Jatuh Cinta (Cover)
0 notes
tommyutama · 5 years ago
Photo
Tumblr media
5 posts!
0 notes
tommyutama · 5 years ago
Text
CERPEN: EUNOIA
Ibu sedang sakit di rumah, aku sedang berjarak sangat jauh sekali. Setiap hari melakukan video call juga tak menghilangkan kecemasan. Adikku masih kuliah, jadi tak bisa selalu merawat Ibu. Apa sebaiknya kusampaikan dulu keadaan ini ke pimpinan, ya?
Aku tak mau mengulang kesalahan sebelumnya. Tak ada di saat-saat terakhir hidupnya Ayah, karena saat itu baru saja keterima kerja dan harus pergi pelatihan ke Jakarta. Aku benar-benar tak tahu harus melakukan apa, tapi menyesalinya sampai hari ini.
Waktu itu, aku diberi izin pulang 3 hari. Namun tetap tak sempat memeluk atau bahkan sekadar melihat tubuhnya untuk terkahir kali, sebab budaya di daerah kami, jasad orang yang sudah meninggal tidak boleh dibiarkan terlalu lama, harus segera dikubur.
Ayah sudah dimakamkan ketika aku masih di pesawat, rasanya itu adalah penerbangan pulang paling lama, sementara kebersamaan dengan ayah adalah hal paling sebentar.  Aku tidak menyalahkan siapa-siapa, kecuali diriku sendiri.
Pikiranku semakin tak tentu. Bagaimana tidak, sekarang perempuan yang dari doa-doanya dan dari perhatiannya aku tumbuh, sedang terbaring sakit. Biasanya setiap hari masih bisa kirim SMS atau WA di Ponsel, tapi beberapa hari ini sudah tak dilakukannya.
Aku bukannya tak yakin bahwa ibu bisa sembuh, kudoakan kesembuhannya tiap waktu. Tapi, tentulah akan menyenangkan hatinya jika saat ini, kami adik beradik lebih sering di dekatnya walaupun Ibu tidak meminta.
Aku jadi teringat sebuah kata-kata yang pernah kubaca: seorang ibu mampu menjaga dan merawat 10 orang anak, tapi 10 orang anak belum tentu bisa menjaga dan merawat seorang ibu. Kata-kata ini menghantui pikiranku saban hari.
Aku harus menghadap pimpinan, aku harus menceritakan keadaan ini. aku akan mengajukan permohonan cuti untuk merawat Ibu sampai benar-benar sembuh. Tidak apa-apa jika selama cuti tersebut tak digaji. Jika tak diizinkan cuti, aku akan memohon untuk bekerja dari rumah, tidak apa-apa kalau mesti dibayar setengah gaji.
Bila memang tidak memungkinkan juga untuk dua opsi tersebut, rasanya tabunganku cukup untuk kugunakan membuka lagi toko roti milik Ibu. Aku masih ingat resep-resepnya, sebab memang dari dulu sering membantu Ibu di toko. Sekarang, yang terpenting aku bisa di dekat ibu. 
0 notes
tommyutama · 5 years ago
Text
CERPEN: NARSIS
Ah, menyedihkan sekali, sudah hari senin lagi. Seminggu ini lembur menyelesaikan pekerjaan, tapi yang mendapat pujian malah orang lain. Diucapkan terima kasih pun tidak. Benar-benar tidak punya etika. Entah mengapa orang seperti ini selalu mendapatkan jabatan?
“kalau bukan karena saya yang membimbing, tidak mungkin pekerjaan itu bisa diselesaikan.” Bisa-bisanya seorang pimpinan berbicara begitu, di sebuah rapat kinerja yang rutin dilaksanakan mingguan. Padahal kerjaannya di kantor Cuma menelepon entah siapa berjam-jam. Kadang menggunakan Bahasa Indonesia, seringnya menggunakan bahasa daerah asalnya.
Baginya, semua karyawan yang berada di bawahnya hanyalah anak tangga yang bisa dia injak untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi. Tidak lebih dari itu. Pernah ada yang bercerita, kalau dulu dia bisa diterima di perusahaan ini karena bantuan orang tuanya-yang seorang pensiunan pejabat di salah satu instansi pemerintahan di kota asalnya.  Melihat tingkahnya, kurasa cerita itu benar.
Sudah banyak karyawan di kantor ini yang mengeluhkan tentang cara kerja dan tingkah lakunya, tapi siapa yang berani menyampaikan langsung. Rasanya tidak ada. Dia tak segan untuk memarahi karyawan di depan karyawan yang lain dan di tempat yang terbuka, menurutku itu bukan demi kebaikan, melainkan hanya untuk pamer kekuasaan.
Pernah sekali waktu, teman di unit kerjaku menggunakan handphone jenis terbaru, sama dengan yang dia gunakan, kebetulan terlihat olehnya, kemudian diberi banyak pertanyaan menyindir. Seperti “dikasih siapa?”, “dapat uang darimana?”, “kredit berapa lama?”, dan“Cicilannya berapa?”. Sungguh keterlaluan, pikirku.
Rasanya semua orang yang bekerja di kantor ini berdedikasi dan mencintai pekerjaannya. Aku percaya tak mungkin ada yang mau kehilangan pekerjaannya dengan  sengaja melanggar aturan perusahaan.
Tapi punya pimpinan yang tidak tahu mengapresiasi pekerjaan bawahannya, rasanya membuat dedikasi dan kecintaan terhadap pekerjaan menjadi sia-sia. Setiap ke kantor yang terpikirkan hanya, bagaimana agar tidak dimarahi bos. Hasilnya, banyak yang pelan-pelan mulai mengesampingkan aturan perusahaan.
Sudah setahun semenjak pimpinan yang ini datang. Membuat Sabtu-Minggu-ku terasa semakin sebentar, dan Senin-Jumat-ku terasa lebih lama dari sebenarnya. Sepertinya aku butuh liburan, akhir pekan ini kurencanakan untuk pergi ke pantai, jaraknya Cuma 2 jam dari rumah, kalau kuajak teman kantor yang lain pasti akan lebih menyenangkan.
Belum sempat kusampaikan niatku pada yang lain, di grup whatsapp kantor ada sebuah pengumuman, bahwa sabtu ini ada undangan dari pimpinan untuk merayakan hari jadi pernikahan kristalnya atau yang ke-15. Rusak sudah semua gambar pantai di pikiranku, sekarang berganti dengan foto keluarga yang super besar di ruang tengah di rumah dinasnya, persis saat pertama kali berkunjung ke sana waktu acara selamatan dia datang ke kota ini. Dasar Narsis.
0 notes
tommyutama · 5 years ago
Text
CERPEN: GENDUT
Sekarang berat badanku 80 kilogram. Tinggiku 165 cm. Bukan sebuah postur tubuh yang ideal memang. Sudah banyak ajakan olahraga dari teman-teman, mulai dari bersepeda hingga jogging. Bahkan ada yang mengajak untuk zumba. 80 kg? Zumba? Yang benar saja. 
 Bukan tak mau ikut zumba, tapi yang kulihat di sosial media, yang rutin zumba saja masih mengaku gendutan, padahal badannya kurus sekali. Kalau yang begitu gendut, disebut apa untuk ukuran badanku ini. Bisa-bisa di sana, aku cuma jadi contoh orang yang gagal dalam berolahraga.
 Bukan tak mau berolahraga, tapi aku masih belum menemukan alasan kenapa aku harus menurunkan berat badan. Aku masih bisa beraktivitas secara normal.
 Kami sekeluarga memiliki badan yang sama, gendut. Ayah, ibu, aku, dan adikku. Adikku sekarang masih kelas 2 SMA, dia malah bercita-cita menjadi polisi, tapi tak satupun di keluarga yang menertawakan cita-citanya. Kita semua percaya, dia akan berhasil menambah daftar polisi gendut di negara ini. Bercanda. 
 Kadang, saat pergi makan malam di luar, kami sekeluarga dilihat oleh semua orang yang ada di tempat itu. Seolah-olah kedatangan kami akan mengurangi porsi makanan yang akan mereka pesan. Tidak sopan sekali. 
 Buatku, badan gendut bukan lagi hal yang memalukan. Sama halnya seperti orang yang banyak makan tapi tetap kurus. Selama tidak sakit, menurutku itu berkah. 
 Oh, ya. Sekarang aku sudah bekerja di salah satu perusahaan fintech, walaupun dulu awal bekerja beratku tidak segini, dalam 2 tahun beratku bertambah 10kg. Lingkungan kerjanya menyenangkan. Kami senang bercanda tapi tidak merasa tersinggung ataupun marah. Aku selalu bersikap hangat, itu yang membuat diriku mudah diterima orang lain.
 Pacarku juga tidak pernah mempermasalahkan berat badanku. Kita sudah pacaran sejak kuliah. Dia benar-benar menerima aku apa adanya, walaupun dia sering dianggap temannya tak pandai mencari pasangan. Namun, dia tidak peduli. Aku tidak mencintai fisikmu, tapi mencintai jiwamu, begitu katanya. Beberapa bulan lagi kami berencana menikah. Doakan lancar, ya.
Buat teman-teman yang badannya gendut sepertiku tidak usah khawatir, kita juga pantas kok bahagia. Dunia ini bukan cuma tempat untuk orang-orang yang kurus dan berpenampilan menarik saja. Asalkan kita juga peduli terhadap diri kita sendiri. Jangan memaksa orang lain buat selalu menerima diri kita, tapi coba beri alasan buat orang lain kenapa harus menerima kita. Selalu utamakan kesehatan, ya.
0 notes
tommyutama · 5 years ago
Text
CERPEN: PLAYBOY
Umurku 25 tahun. aku diwariskan usaha showroom mobil milik ayahku. Jangan membayangkan showroom mobil-mobil mewah. Milik almarhum ayahku hanya toko jual-beli mobil bekas biasa saja dan jumlahnya juga tidak banyak.
Sebetulnya aku tidak mau melanjutkan usaha ayah, sebab aku punya cita-cita sendiri. Tapi karena kakakku masih melanjutkan pendidikannya lagi dan lagi, entah sudah berapa kali kami merayakan wisudanya. Dia seperti tak pernah selesai belajar. Maka tidak ada orang lain di sini. Kami hanya dua bersaudara.
Sekarang aku hanya tinggal berdua bersama ibu. Beberapa kali ibu menyuruhku mulai memikirkan rencana pernikahan, biar suasana di rumah ramai lagi, katanya. Aku bukan tidak punya pasangan, justru terlalu sering berganti pasangan.
Sebetulnya aku tidak bisa memikat semua hati perempuan. Hanya saja aku tahu perempuan mana saja yang memiliki ketertarikan kepadaku. Aku diberkahi naluri itu, sehingga aku terlihat tidak pernah gagal dalam urusan mendekati perempuan.
Alasan hubunganku tidak pernah lama bukan karena aku tidak setia. Tapi karena mereka tidak percaya bahwa aku setia. Menurutku hubungan tanpa kepercayaan itu omong kosong. Selalu minta dikabari 7 hari 24 jam. Ibuku saja yang sudah jelas kadar kasih sayangnya, tidak sampai sebegitunya minta dikabari.
Hubungan itu harusnya tidak mengekang, justru sebaliknya. Hubungan itu tentang memberi kebebasan. Kebebasan berteman. Kebebasan berpendapat. Kebebasan memilih tujuan hidup. Tanpa harus khawatir akan risiko yang terjadi, karena akan selalu ada pasangan yang menemani. Ini kita bicara dalam konteks yang wajar dan positif, ya.
Jangan melakukan hal-hal bodoh dan berisiko merugikan pasangan. Itulah selain kepercayaan, yang dibutuhkan dalam sebuah hubungan adalah kesadaran. Ketika memutuskan untuk memiliki sebuah hubungan, harus sadar bahwa kita tidak berdiri sendiri lagi, ada orang lain yang sekarang kita bawa masuk ke dalam hidup kita.
Sampai hari ini aku belum pernah memiliki perempuan yang mengerti dengan prinsip hubunganku itu. Mereka bukan ingin mencintaiku, mereka ingin memilikiku. Mereka bukan ingin melengkapiku, mereka ingin mengambil hidupku. Mereka bukan ingin membahagiakanku, mereka ingin mengubah caraku bahagia. Itu sangat menakutkan.
Terserah orang mau memberi julukan apa kepadaku, itu di luar kendaliku. Saat ini, di depanku ada seorang perempuan datang bersama ayahnya untuk membeli mobil. Senyumnya dan bagaimana dia mengaitkan rambutnya ke daun telinganya sungguh menyenangkan hati. Sebentar, aku temani dia dan ayahnya berkeliling dulu.
1 note · View note
tommyutama · 5 years ago
Text
CERPEN: SELINGKUH
Aku baru saja mengundurkan diri dari pekerjaanku sebagai dosen dan memutuskan menjual beberapa barang pribadiku termasuk kendaraan untuk dijadikan modal usaha. Entah membuka toko kelontong di garasi rumah atau kursus Bahasa Inggris. Aku pikir dengan membuka usaha di rumah, aku bisa memberikan banyak waktu untuk membesarkan anak perempuanku yang masih berumur 4 tahun.
Sebuah pilihan yang harus diambil, semenjak aku berpisah dari istriku. Istriku selingkuh dengan teman kantornya yang awalnya kupikir kedekatan mereka hal yang wajar saja, mengingat mereka satu kantor dan dulunya teman kuliah juga. Beberapa kali aku diberitahu kerabat bahwa sering melihat mereka pergi berdua selepas jam kerja, tapi aku tidak berpikiran macam-macam.
Namun sebelum kami berpisah, dia selalu pergi ke kantor lebih awal dan pulang kantor lebih lama dariku. Awalnya  kupikir itu hal yang wajar, mungkin sedang banyak hal yang harus dikerjakan di kantor.
Kami memang selalu berangkat kerja sendiri-sendiri karena letak kantor yang berbeda arah. Selain itu, aku harus menitipkan anakku lebih dulu di rumah mertua karena letaknya lebih dekat dari tempat aku mengajar.
Setiap ada waktu untuk pulang kerja lebih awal, malah dia gunakan untuk pergi berolahraga bersama teman kantornya atau sekadar pergi makan-makan. Untuk dua hal ini dia selalu kabari kepadaku, lengkap dengan foto dan sekali waktu melakukan video call.
Sama sekali tak ada kecurigaan, walau waktu itu istriku mulai mendahulukan urusan kantornya daripada keluarga. Tiap sampai di rumah selalu mengeluh tentang permasalahan di kantor sehingga harus pulang telat dan tidak banyak waktu memikirkan urusan keluarga.
Namun yang namanya kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Waktu di hari ulang tahunnya, kami memang tidak merencanakan acara apa-apa, tapi setelah menjemput anakku di rumah mertua, kuputuskan untuk menyusul ke kantornya dengan membawa kejutan berupa bunga dan kue ulang tahun yang kubeli sorenya. Hal yang sama sekali belum pernah aku lakukan selama 6 tahun menikah.
sampai di kantornya sekitar pukul 19.00, satpam di kantornya bilang dia sudah pulang dari sore tadi. Tapi dia bilang kepadaku masih rapat di kantor dan tidak bisa mengangkat telepon. Pikiranku secara spontan merangkai kejanggalan-kejanggalan beberapa waktu terakhir, baik dari sikapnya, dari nada bicaranya, dan dari apa yang orang sampaikan tentangnya. Sehingga cukup untuk menyimpulkan apa yang sedang dia lakukan di belakangku.
Terlalu pahit untuk diceritakan lebih jauh, yang pasti aku tidak boleh lama-lama bersedih dan kecewa. Ternyata selain menikahi orang yang kita cintai, berpisah dengan orang yang tidak mencintai kita itu sama bahagianya. Mulai sekarang aku harus membesarkan dan mendidik anakku dengan lebih baik lagi. Semoga selalu diberi kekuatan dan kemudahan oleh Tuhan.  
0 notes
tommyutama · 5 years ago
Text
CERPEN: S0SIALITA
Hari ini usiaku bertambah. Rasanya tak ingin dirayakan, tapi Ibuku memaksa. Ibu ingin mengundang teman-temannya. Dia sudah menyiapkan baju yang akan digunakan jauh-jauh hari, senada dengan warna kerudung, tas, dan sepatunya. Seolah ini hari ulang tahunnya.
Ayahku tak akan hadir, ada urusan di kantor, katanya. Lagi pula di keluarga peran ayah cuma menyediakan uang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, membeli apa yang ibuku butuhkan, dan memberi uang untuk acara-acara keluarga seperti ulang tahunku ini.
Aku tak pernah melihat kebahagiaan di wajah ayah setiap kami melakukan kegiatan keluarga. Setiap ada kegiatan keluarga, kuperhatikan wajahnya seperti sedang terperangkap pada situasi yang tidak dia inginkan, tapi tidak tahu apa. Ibu sepertinya tahu alasannya, tapi tidak terlalu peduli apa yang ayah rasakan. Egois sekali.
Ulang tahunku kali ini dirayakan di sebuah restoran milik teman ibu. Tempat biasa ibu dan teman-temannya melakukan arisan dan pertemuan-pertemuan rutin yang tak pernah jelas membicarakan apa. aku selalu dijemput ibu sepulang sekolah, dan biasanya dibawa ke perkumpulan itu dulu sebelum pulang, sekalian makan siang, katanya. Sebab ibu tidak masak di rumah. di pertemuan itu, aku suka memperhatikan satu-satu teman ibu, mereka semua terlihat sama, gaya berpakaiannya, model tasnya, jenis kerudungnya, cara berbicaranya dan aroma parfumnya. Seolah mereka berbagi semua hal.
Selain teman-teman ibu yang sudah pasti hadir. Ibu juga mengundang saudara-saudaranya. Sama seperti tahun lalu, tak ada saudara ayah yang diundang. Aku sudah siap menerima ucapan-ucapan selamat yang sama tiap tahunnya dan kado-kado yang isinya barang-barang yang tak terlalu aku butuhkan.
Temanku yang diundang tidak terlalu banyak, hanya yang ibu kenal orang tuanya. Itu berdampak dengan jarangnya yang mau berteman denganku di sekolah. Di tahap ini, aku sudah mulai benar-benar tidak menyukai bagaimana cara ibu mendidikku. Kadang, dilarangnya aku untuk berteman dengan si ini dan si itu.
Apakah itu juga yang dilakukan orang tua yang lain?. Apakah yang namanya ibu-ibu akan seperti ibuku dan teman-temannya?. Apakah seorang ayah memang harus menghabiskan lebih banyak waktunya di kantor?. Apakah di sebuah pernikahan, yang bahagia hanya perempuannya?. Apakah orang tua tak perlu bertanya kepada anaknya tentang apa yang akan mereka lakukan untuk anaknya?. Apakah pertanyaan-pertanyaan ini boleh dan normal jika kusampaikan? Mengingat hari ini usiaku baru 10 tahun. Ah, menyebalkan sekali.
0 notes
tommyutama · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Humor adalah berkah terbesar umat manusia. - Mark Twain
1 note · View note