Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
#JadiRelawan di Pustakalana Children’s Library (v. 2)
Pada kesempatan kali ini, aku akan menceritakan pengalamanku sebagai relawan di Pustakalana Children’s Library (yang kedepannya disebut Pustakalana) seperti yang aku katakan di post #JadiRelawan sebelumnya. Jadi relawan di Pustakalana ini jadi gerbang awal aku tertarik dengan kegiatan kerelawanan, walaupun pada nyatanya aku baru bisa jadi relawan Pustakalana pada akhir 2019.
Apa Itu Pustakalana?
Pustakalana Children’s Library merupakan perpustakaan anak berbasis komunitas yang saat ini bertempatkan di Selaras Guest House dan Setiabudhi Kids Center. Pustakalana ga hanya sekedar perpustakaan anak dengan koleksi bukunya yang keren-keren, tapi juga memiliki beragam kegiatan yang bisa diikuti oleh anak-anak hingga orang tua dalam kegiatan Ruang Terbuka. Bagi anak-anak muda, Pustakalana memberikan kesempatan untuk menjadi intern dan/atau relawan dalam periode tertentu. Buat yang mau kepoin webnya boleh klik link ini yaa.
Kenapa daftar jadi relawan di Pustakalana ?
Kilas balik ke 2017, lupa awalnya gimana tapi bisa nyasar ke Instagram Pustakalana. Nah, mereka lagi open recruitment relawan dari postingan di feednya. Tertarik banget dong buat daftar, karena ngeliat dari IGnya, banyak kegiatan bareng anak-anak dan banyak buku lucu-lucu buat anak-anak. Akhirnya aku memantapkan diri buat daftar karena kayanya seru ya jadi relawan disana sama anak-anak, ya sambil belajar hal-hal baru aja gitu. Tapiii.. Sayangnya, dulu ga lolos di tahap wawacanda (sebutan untuk interview relawan di Pustakalana). Bener deh, dulu pertanyaannya susah banget pas daftar 2017 menurutku, sampai inget dulu dikasih studi kasus sama bu Ami (kalau ga salah si ada Kak Chicanya juga) kaya seandainya Pustakalana udah ga bisa nyewa gedung di BCCF (lokasi Pustakalana yang lama) gimana? Pada saat itu aku hanya bisa jawab ala kadarnya wkwkkw dan yup akhirnya ga lolos hahaha.
Terus kalau pas waktu itu ga lolos, kenapa bisa jadi relawan di Pustakalana?
Nah, iseng-iseng di 2019 nih, pas lagi PKL lagi ada waktu luang iseng buka medsos Pustakalana dan iseng cari tahu tentang kerelawanan mereka. Ternyata ada link buat daftar jadi relawan. Yaudah coba aja deh daftar padahal sebenernya mereka lagi ga oprec saat itu. Disitu aku mengesampingkan rasa takut dan malu karena dulu pernah gagal wkwkwkwk mana pede banget lagi daftar pas lagi ga oprec.
Coba dulu aja lah submit form, kalau lolos ya jodoh, kalau ga lolos yaudah hahaha - Trisha, di depan komputer tempat PKL.
Jadi, awal mulanya memang iseng (pas tahun 2019) , walaupun dibalik itu sebenernya aku pengen belajar tentang perpustakaan anak dan kegiatan di dalamnya (yang aku pikir ilmunya nanti bisa diterapin di Selasar Imaji). Karena kan perpustakaan di Pustakalana ini menurutku udah keren banget sihh untuk basis komunitas! Tanpa disangka, akhirnya aku dipanggil untuk wawacanda dan ini mah beneran lebih banyak bercandanya daripada interview pas 2017 yang lebih banyak seriusnya hahaha. Mungkin karena aku lebih pede (dan beruntung juga), voila! Aku lolos jadi relawan Pustakalana Children’s Library di bulan Desember 2019.
Jadi relawan di Pustakalana, ngapain aja?

Dulu inget banget task pertama jadi relawan tuh bikin label buat pengiriman paket kalender 😆. Tapi setelah itu, akhirnya aku banyak berkerelawanan di kegiatan Kids Corner dan Ruang Terbuka. Kids Corner tuh sederhananya “ngasuh asik” anak-anak di kegiatan publik gitu. Kenapa ngasuhnya asik soalnya kita bacain mereka buku, bikin kerajinan tangan bareng, dengerin mereka curhat, dll. Kalau pas Ruang Terbuka tuh kegiatannya kaya jadi mentor anak-anak dalam suatu kegiatan. Jadi emang saat itu, aku banyaknya kontribusi di kegiatan yang terlibat langsung sama anak-anak. Dua kegiatan di Ruang Terbuka yang pernah aku ikuti yaitu SUNDAE Book Club yang pertama dan yang kedua, dimana anak-anak mempelajari Sustainable Development Goals dalam kemasan yang ringan dan menyenangkan! Kalau foto di atas, itu aku ceritanya lagi read aloud buku Frieda Makes a Difference. Itu lama banget sih aku nyeritainnya hampir setengah jam wkwkwk karena sambil cerita, sambil nerjemahin, sambil ngobrol juga bareng anak-anaknya.
Sayangnya karena pandemi, jadinya ga banyak kegiatan kerelawanan yang bisa diadakan. Sebenernya kalau kalian daftar jadi relawan di Pustakalana, cukup banyak kegiatan yang bisa dieksplor. Ga cuman kegiatan yang terlibat langsung sama anak-anak aja karena program Pustakalana itu cukup beragam loh~ jadi jangan ragu untuk mencoba berbagai hal di Pustakalana seumpamanya nanti jadi relawan disana, ya!
Suka Duka Jadi Relawan di Pustakalana
Sukanya, lingkungan di Pustakalana itu ramah-ramah sekaliii. Asyik diajak ngobrol orang-orang di dalamnya. Terus yang aku suka juga, mereka peduli juga sama gerekan less-waste to zero-waste secara konkrit. Misalnya, Pustakalana punya toko buku namanya Tobula. Untuk kemasannya, mereka banyak menggunakan kembali kertas bekas dan bubble wrap bekas yang masih layak pakai untuk digunakan kembali. Untuk program Grab and Go (meminjam buku yang dipilihkan oleh para librarian), buku-bukunya dikemas secara cantik ala-ala furoshiki untuk meminimalisir plastik (bubble wrap hanya digunakan untuk paket buku yang dikirim ke Jabodetabek). Jadi, selain aku banyak belajar berinteraksi sama anak-anak, aku juga belajar untuk mengimplementasikan less-waste to zero-waste ini di kehidupan sehari-hari! Terus yaaa tentu saja karena aku suka berinteraksi sama anak-anak, jadi ya betah berkegiatan di Pustakalana hahaha (walaupun kalau kelamaan main sama anak-anak aku suka merayu mereka buat berhenti main karena aku udah cape haha). Untuk dukanya, aku lebih ngerasa kurang akrab sama kakak-kakak relawan yang lain sih, apalagi Maret kemaren kan kegiatan offline Pustakalana ditutup jadi intensitas buat ketemunya ya kurang banget.
Hal Yang Didapatkan Selama Jadi Relawan di Pustakalana
Ada beberapa hal berharga yang aku dapatkan selama jadi relawan di Pustakalana, diantaranya :
Jangan Takut
Emang sih 2017 aku pernah ditolak jadi relawan disana, tapi aku belajar untuk berkembang dan coba lagi. Mungkin, kalau 2019 aku udah takut duluan karena tau dulu pernah ditolak dan gajadi daftar, aku ga bakal banyak belajar di Pustakalana. Jadi dari sini aku belajar untuk jangan takut mengesampingkan egoku yang dulu pernah ditolak wkwk. Oh iya, karena gagal jadi relawan di Pustakalana pas 2017 juga, itu jadi gerbang awal aku buat lebih semangat cari kegiatan kerelawanan lain. Dan alhamdulillahnya, di akhir 2017 aku diterima jadi relawan di Turun Tangan Bandung, yang saat itu sedang mempersiapkan untuk melahirkan Selasar Imaji.
Learn by challanges
Ada hal menarik sebenernya, dimana poin ini ga banyak membahas kerelawanan, tapi efek jadi relawan. Jadi, pas Januari/Februari 2020, Pustakalana membuka cabang baru di Setiabudhi Kids Center (SKC). Nah, karena pasti kan butuh librarian intern baru untuk di SKC jadi Pustakalana buka rekrutmen untuk posisi tersebut. Aku sih ga daftar karena sebenernya jadi relawan pun udah puas wkwkwk. Tapi tanpa diduga, aku ditawarin sebagai librarian intern di sana karena sayangnya masih ada slot yang belum terisi. Awalnya gundah gulana ditawarin jadi librarian intern , tapi akhirnya aku terima tawaran itu sebagai tantangan wkwk itung-itung bisa belajar lebih konkrit pengoperasian perpustakaan berbasis komunitas biar bisa diterapin di Selasar Imaji. Tapi sayang banget, pandemi datang jadinya ngerasain posisi librarian intern cuma sebulan padahal seru banget! Nah, gara-gara pandemi juga, akhirnya aku dikasih kesempatan lagi buat belajar jadi customer relation intern. Kalau aku pas waktu itu jadi relawan ga nerima kesempatan jadi intern, aku ga bakal belajar mengoperasikan SLiMS, belajar komunikasi sama ibu-ibu wkwk (jadi kangen deh), dan belajar hal lainnya. Walaupun sebenernya pas jadi relawan, juga banyak tantangannya kaya harus menghandle anak-anak dengan berbagai karakter.
Gimana Caranya Jadi Relawan di Pustakalana?
Pertama, follow dulu Instagram Pustakalana biar lebih update sama info-info di Pustakalana tentunyaa termasuk info rekrutmen relawannya kalau nanti buka (karena ga buka setiap saat). Nanti kalian bakal diminta isi form pendaftaran gitu. Tahapan setelah pengisian form, ada wawancanda. Nah kalau kalian lolos, selamat dehh kalian jadi relawan di Pustakalana! Eh tapi ini kalau alurnya belum berubah yaa, karena bisa jadi kedepannya alurnya bakal berubah.
Oh iya, Pustakalana kan sekarang belum buka pendaftaran kerelawanan, tapi kalau kalian suka baca buku boleh banget ikut Pustakalana Book Club yang diadakan secara gratis! Yang mau tau infonya lebih lanjut boleh klik link ini yaa!
________________________
Terima kasih untuk Pustakalana yang memberikan aku kesempatan kedua untuk mencoba dan memberikan banyak pelajaran terkait dunia literasi anak-anak! Special thanks untuk kak Chica yang jadi sosok mama goals banget (buatku) hahaha dan tim librarian: Kak Odin, kak Cice, Sri, Rika, dan kak Cindy yang banyak direpotkan selama kemarin magang di Pustakalana.
Semoga Pustakalana jaya selalu (ce ilahh), menjadi pelopor perpustakaan anak berbasis komunitas terkeren di Indonesia, dan bisa menjadi wadah belajar bagi anak-anak muda untuk mengembangkan keterampilannya (baik yang daftar jadi relawan atau intern).
Buat kalian yang membaca post ini, semoga sedikitnya bisa terinspirasi, bahkan tertarik untuk menjadi relawan di manapun atau di Pustakalana kalau nanti buka hihi.
Sampai jumpa di post selanjutnya!
6 notes
·
View notes
Text
#JadiRelawan v. 1 : Curhat Alasan Pertama Menjadi Volunteer
Halo, para pembaca yang entah ada/tidak. Apa kabar? Semoga tetap waras dan sehat selalu di keadaan yang sangat tidak menentu ini, ya.
Karena lagi pengen nulis, tapi ga tau apa, akhirnya saya memutuskan untuk menulis alasan kenapa saya, Trisha, bisa ikut kegiatan kerelawanan pada pertama kalinya atau awal mulanya.
Saya sendiri mengikuti kegiatan kerelawanan semenjak 2017. Kenapa saat itu saya memutuskan ikut kerelawanan?
Jadi begini, saat SMA saya tuh aktif ikut ekstrakurikuler gituu gais dan saat SMA itulah, saya sadar bahwasanya.. saya seneng berorganisasi. Dulu saya tiap pulang sekolah pada hari tertentu selalu rajin ke sekretariat ektraskurikuler saya untuk diskusi, debat, bercanda, dan tentu saja bergossip. Sebelum saya ikut ekstrakurikuler pas SMA sih, saya anaknya diem, kalem, lucu. Sekarang juga sih :), cuman nyadar aja saya ternyata senang eksplorasi sambil berorganisasi (wkwkwk). Dulu jaman SMP kerjaanya cuman idoling cewe-cewe cantik (AKB48 wkwkwk), nongkrong, dan les. Ikut ekstrakurikuler tapi hanya sebagai penyalur hobi saja (SMP ikut ekstrakurikuler seni lukis).
Hingga pada akhirnya pada 2016, saya menjadi siswa dengan status tertinggi. Apa itu? Ya, Maha-Siswa. Saya jadi mahasiswa di IKIP Bandung alias UPI. Pada saat itu saya sebagai maru (mahasiswa baru) cukup excited untuk menjadi anggota himpunan karena dulu pernah aktif berorganisasi di SMA. Tapi sayangnya, saat proses kaderisasi rasa excited saya jatuh wkwk. Alasannya karena kurang srek sama kultur kaderisasi di himpunan yang kurang sesuai dengan nilai yang saya anut dan kegiatan kaderisasi itu sedikitnya berkontribusi pada kesehatan mental saya saat itu (yang sebelum diterima jadi mahasiswa baru saat itu ada di posisi yang tidak baik jadi kepancing menuju lebih tidak baik lagi hingga mengakibatkan saya sempat sakit cukup berat hingga di rawat inap :)) ). Walaupun pada akhirnya saya tetap aktif di himpunan sih, dengan alasan menolong teman-teman saya hahaha😂.
Akhirnya, karena saya kurang merasa berjodoh untuk mengembangkan diri di himpunan, saya mencoba cari jalan ninja lain untuk mengembangkan diri di organisasi lain. Tapi saat itu saya tidak tertarik untuk mengikuti BEM dan UKM di kampus.
Akhirnya, pada 2017 saya memutuskan jalan ninja tersebut adalah berorganisasi di luar kampus. Menurut saya, jalan yang paling mudah dan memungkinkan adalah ikut kerelawanan. Sehingga, pada saat itu saya memantapkan hati ikut kerelawanan dengan alasan kurang jodoh untuk mengembangkan diri saya di himpunan (walaupun dilihat dari perspektif itung-itungan sih anak himpunan juga ya ga dibayar kaya anak relawan haha), sehingga saya butuh wadah lain untuk belajar dan berkembang.
Saya yakin banyak alasan seseorang untuk mengikuti kerelawanan sebagaimana banyak alasan juga untuk seseorang untuk tidak mengikuti kerelawanan dan keduanya ya tidak apa-apa (untuk saat ini, mungkin seumpamanya nanti terjadi perang atau bencana besar, tuntutan untuk menjadi relawan akan lebih besar).
Sekian curhatan panjang ini. Akan saya lanjutkan curhatannya walaupun gatau juga sih emang ada yang baca dari awal-akhir wkwkwk. Kalau ada yang mau nanya boleh nanya pake fitur Ask me-nya Tumblr.
Jangan lupa bersyukur kita masih dikasih kesempatan hidup saat ini.
Pada #JadiRelawan V.2, saya akan menceritakan kisah kerelawanan saya di Pustakalana Library 😁.
Saampai jumpa!
3 notes
·
View notes
Photo




It can be tough seeing a sprout where you want to see a tree, but your growth is that much more impressive when you start as a sprout! 🌱 We’re constantly growing and cultivating new goals, so allow yourself to enjoy the journey!
Chibird store | Positive Pin Club | Instagram
3K notes
·
View notes
Text
a child with an undiagnosed mental illness: I think I need help. I struggle with things nobody else seems to be struggling with.
a parent who never got diagnosed for the exact same mental illness: Oh sweetie. EVERYONE struggles with that :)
166K notes
·
View notes
Photo








Photoshoot of Ming-Ming Vol. 1 , Our Lovely Cat
Raw pictures of Ming-Ming taken by me, 22nd and 23rd September 2020
Lop u Ming-Ming <3
3 notes
·
View notes