We are moving to our official website: wonderbra.band. This is Wonderbra's Official Music Blog. We're playing tunes from DO to SI on Blues, Rock, etc Contact +62821 1123 1661 (Happy)
Don't wanna be here? Send us removal request.
Video
youtube
(via https://www.youtube.com/watch?v=LDP_cUiphCU)
1 note
·
View note
Photo

Hi, mate! So we’re getting old and we’re upgrading!
Check out our new website: www.wonderbra.band
Make sure you do this to get our latest news:
Like our facebook.com/wonderbra.band Follow us on Instagram & Twitter @wonderbraband Follow our soundcloud.com/wonderbraband Download our free musics noisetrade.com/wonderbraband Contact us if you need anything at [email protected]
We’ll be around tumblr once in a while, but now you know where to reach us!
We’ll be making music and merchandise! Keep in touch! See you around!
0 notes
Video
youtube
Wonderbra 2014 by Iman Fattah
Wonderbra, band yang sudah berumur (hampir) 10 tahun dan baru memiliki 2 album rekaman serta ratusan album foto. Saya kenal band ini tahun 2007 akibat curi-curi pandang dengan vokalisnya. Loncat ke tahun 2014, vokalis itu sudah menjadi istri saya...and we live happily ever after...
..ooh, belom selesai ya? Oh iya, ini bukan film Disney. Lanjut..
Tahun 2014 untuk Wonderbra adalah tahun dimana bermusik adalah makanan jiwa bagi personil-personilnya. Food for the soul yang kadang harus mengalah ditempa kesibukan kerja, mengajar dan mengasah batu. Bagi band ini, musik adalah makanan jiwa yang harus dijalani karena musik adalah suatu kebutuhan.
Keadaan Wonderbra hampir tidak berubah dari saya kenal tahun 2007, namun itu yang menarik untuk saya. Mereka berkumpul, jamming di studio, manggung bahkan terlibat di teater tanpa pretensi apapun. Murni demi makanan jiwa...dan seonggok efek distorsi. Hal yang jarang saya temukan di band-band lain di usianya. Band "Rock" di era mereka antara sukses dan menjadi (cukup) cult seperti The Brandals, The Upstairs dan Gugun, atau bubar karena himpitan kehidupan urban Jakarta.
Wonderbra tidak bubar walaupun harus terhimpit faktor ekonomi...lagipula karena mereka band asal Depok, bukan Jakarta.
Faktor Depok ini penting karena menurut saya, inilah "Roots" dari Wonderbra. Depok, kota satelit di pintu gerbang Bogor, dimana pemikiran kritis kampus harus berbenturan dengan "syariah" versi pemkot. Roots yang saya lihat masih terbawa hingga memasuki satu dekade usia band ini yaitu kesederhanaan.
Disaat band-band era mereka sudah melejit, banyak faktor yang mempengaruhi sehingga terasa bahwa musik bukan lagi menjadi makanan jiwa tetapi komoditas, seperti kata Steve Jones (gitaris band Sex Pistols) "Punk is a manufactured anger." (Punk disini adalah attitude meskipun kalo mengikuti pemahaman genre musik, Wonderbra bukan band Punk but you get the point).
Wonderbra tidak berada di posisi "atas" dimana mereka harus bertahan supaya tetap "hip" dan tidak kehilangan fans. Mereka tidak ada beban untuk mempertahankan penjualan album sehingga merusak kualitas karya. Justru dengan kondisi seperti ini, mereka bebas melakukan eksplorasi.
Tahun 2014 adalah tahun dimana Wonderbra kembali mengenal satu sama lain, baik secara musikal maupun personal, because people change along with their musical references. Album ketiga ini adalah tantangan untuk mereka melakukan terobosan dan kalau mungkin, keluar dari comfort zone referensi mereka, seperti yang sudah ditanamkan di album kedua Fiksifriksi.
Bahkan mungkin tidak harus berbentuk format album fisik maupun digital? Mungkin keluar dari pakem rock dan blues pentatonic minor? Mungkin keluar dari pakem komposisi verse-reff-coda-solo gitar? Bahkan eksplorasi teater dan sinkronisasi musik? Entahlah, yang pasti mereka ada potensi untuk itu dan inilah kesempatan mereka.
5 notes
·
View notes
Photo

Mari mari, nonton kami hari senin 22 Desember, @wonderbraband di Coffeewar Kemang, di sore hari meriah acara soft launch womanid.com. Juga akan meramaikan acara, band kawan kami, @dolphindivision :)
1 note
·
View note
Photo

a photo by @_andrymario "Wonderbra unplugged session at Post @pasarsanta" #latepost
1 note
·
View note
Photo

Turut serta hadir di studio, Edy Sembodo, ex-drummer kami, yang sibuk dengan PSP-nya (at Callista Studio, Margonda)
0 notes
Photo

Senar 5 putus. Kembali tuning. (at Callista Studio, Margonda)
0 notes
Video
instagram
Here we go! @asepsupervert on da Bass! (at Callista Studio, Margonda)
0 notes
Photo

Kegiatan sebelum mudik, merampungkan beberapa guide materi baru. Sesi take bass bersama @asepsupervert (at Callista Studio, Margonda)
0 notes
Photo

Panggungan bersama mempelai pria #latepost (photo by @patrayani)
0 notes
Photo

Selamat juga kepada ex-drummer kami @necromancedy & Ranty yang sedang menunggu kehadiran buah hatinya, beberapa bulan lagi \m/
0 notes
Photo

SAH dan HALAL. Selamat menempuh hidup baru, @wonderguitar & @tyagitasilka
0 notes
Photo

Sukses ijab kabul sekali jalan tanpa diulang, SAH!! @wonderguitar
0 notes
Photo

Gitaris kami @wonderguitar, didampingi kedua orangtua dan adik, bersiap memulai hidup baru \m/
0 notes
Text
Asepsupervert part II: Tentang Para Lelaki Yang Terobsesi Pada Tubuh
Pada wawancara bagian kedua ini, Nosa dan Asep berdiskusi tentang filosofi soal tubuh, pentingnya menjustifikasi seksualitas, dan pentingnya memaksimalkan kemampuan tubuh—bukan dengan membuat tubuh ideal secara fisik, tapi juga untuk mendongkrak mentalitas. Diskusi ini cenderung mengarah ke ranah abstrak filsafat dan sastra. Untuk mempermudah pembacaan, beberapa nama dan istilah sudah dihyperlink dengan wikipedia.
Tulisan sebelumnya bisa dilihat di link ini.

Q: Menurutlo penting nggak buat seseorang menjustifikasi seksualitasnya? Kenapa?
A: Haha... fakk. Penting nggak ya...Itu nggak bisa diaplikasiin secara umum sih Tapi buat gw penting. Eh bentar... Ada cewek berkacamata sexy duduk di depan gue. Pake celana gemess. Yeah!
[senyap cukup lama, mungkin ia mencoba main mata dan kenalan.Tapi gagal karena sebentar kemudian ia kembali]
Soal justifikasi seksualitas, jadi penting karena konteksnya adalah konflik antara tabu seks yang udah diajarin sejak kecil dengan naluri sendiri yang terus-menerus menggedor ketika dihadapkan sama situasi seksual. Tabu seks mangajarkan kita untuk menyensor beberapa bentuk ekspresi kebertubuhan. Bahasa non-verbal, yang cuma bisa diungkapkan lewat tubuh sendiri, jadi gagu ketika kita manut sama sistem yang tabu seksnya kuat.
Yukio Mishima paham soal ini dan menemukan kalo tubuh punya bahasanya sendiri, punya mekanismenya sendiri dan perlu dibahasakan dengan cara tubuh: bodybuilding, bela diri, seks. Kayak latihan nulis, terus menerus bikin tubuh mengalami banyak hal bakal bikin seseorang bisa memahami sesuatu lewat dua arah: dari perspektif kesadaran yang sifatnya ideal dan timeless; sekaligus dari kesadaran tubuh yang instingtif dan cenderung violent

Yukio Mishima, Novelis yang mengagungkan Tubuh
Q: Menurutlo tujuan Mishima untuk ekplorasi bahasa dan pengalaman kesetubuhan itu untuk kontrol, atau sebaliknya, unleashing the beast [membebaskan binatang buas]?
A: To subdue our own consciousness [untuk mengembalikan kesadaran]. Untuk mengembalikannya ke posisi yang seharusnya. Di permukaan bumi [manusia] bareng tubuhnya, bukan seperti Ikarus yang berusaha terus naik ke langit. Itu puisi dia di Sun and Steel sih. Di halaman belakang: ketika kesadaran mau bergandengan dengan tubuh, bahasa tubuh merembes ke dalam bahasa verbal. Tubuh dan jiwa balik ke titik nol.
Menghapus tabu, membangun otot dan agresi dalam kata-kata dan tuturan bahasa bakal sesehat badannya.
Q: Tuturan bahasa yang sehat tuh gimana maksudnya? Bagaimana menghubungkan yang fisik dan yang abstrak, sementara yang satu sifatnya biologis dan material, yang lain abstrak dan immaterial?
A: Ini ada kaitannya sama minat dia sama bodybuilding & erotisme sih. Dia percaya kalo kesadaran emang bisa dibawa sampe ke langit. Tapi dia juga percaya kalo impuls-impuls, keinginan-keinginan, agresi dan naluri untuk berkuasa itu adanya di tubuh dan tubuh selalu dibatasi sama ruang, sama temporalitas.
Jadi menurut dia kesadaran udah keterlaluan kalo udah terlalu jauh dari kondisi tubuhnya sendiri. Jangan lupa kalo dia [Mishima], adalah Nietzchean garis keras dan menurut dia agresi, naluri dan kehendak berkuasa berasal dari sosok übermensch itu. Ini cuma bisa dicapai lewat tubuh yang super. Dia terang-terangan menghina para penulis yang badannya nggak pernah dirawat, yang menurut dia berkontribusi pada racun yang merembes lewat kemuraman tulisan mereka. Nggak ada elan vitalnya.
Lewat latihan fisik, kesadaran yang menurut dia terlalu bangga sama kapasitasnya, bakal sadar kalau dia juga berubah seiring dengan perubahan fisiologis diri sendiri. Otot makin liat, darah makin panas. Logos [pikiran] juga bertransformasi ikut sama tubuh.
Q: Jadi hubungannya ke logos...
A: Iya. Logos kan maknanya ganda: rasio sekaligus bahasa. Yang dalam tradisi Cartesian dianggap sentral. Nah, ini sih sebenernya kritik Yukio Mishima terhadap filsafat yang kelewat rasional. Dan nggak ngasih tempat buat yang sensual.

Rene Descartes, Rasionalist dengan sabda terkenalnya, Cogito Ergo Sum.
Q: Itu kan karena rasional klasik menempatkan yang sensual sebagai insting, bukan rasio. Bener?
Lebih tepatnya, rasionalitas klasik masih mengadopsi pemikiran Plato yang masih menganggap tubuh dan naluri seksualnya sebagai sesuatu yang harus dijinakkin. Bahwasanya untuk jadi orang yang tercerahkan adalah Enlightenment = The abandonment of the body [pencerahan adalah pengacuhan terhadap tubuh]. Kembali ke Yunani, itu kan obsesi orang Eropa abad 16.
Hahaha. Ah anjing, gw ngomong apa sih...
Q: Sebelum Mishima, bukannya banyak penulis Jepang yang sangat mengeksplorasi tubuh. Akutagawa atau Kenzaburo Oe misalnya. Depiksi kesadisan bercampur mistisisme. Apa yg membuat Mishima jadi spesial sih?
A: Ya elan vital tadi. Tulisan yang openly merendahkan orang-orang lemah. Kenekatan, apresiasi terhadap erotisme, willpower. Mungkin rasanya kayak baca Zarathustra dari timur kali ya?
Oia, Heroisme! Itu sih yg sering ada di karyanya. Dan yang spesial mungkin figur Mishima-nya sendiri kali ya. Ini agak ad hominem sih. Tapi siapa yang nggak kagum sama intelektual kelas atas yang sekaligus seniman produktif, master kendo dan bodybuilder.
Ngingetin lo sama seseorang nggak sih? Ahahahaha.

Friedrich Nietzsche, pengarang Thus Spake Zarathustra dan salah satu penggagas Eksistensialisme.
Q: Ahahaha.. [Kami berdua teringat seorang seniman Idola yang kami kenal tapi namanya baiknya tak usah disebut]
Nah itu. Heroisme dan konservatifme juga kan yang bikin dia bunuh diri kan? Dan orang yg kita inget itu juga cenderung konservatif, mistis dan pegangan moralnya cukup kuat. Agak oxymoron gak sih? Dan dia baca Mishima juga kok. Mishima bunuh diri karena era heroisme udah lewat. Dia bosan. Ngerasa salah zaman. Man of action yang baru matang pas Jepang udah kalah. Zaman masih perang dia cuma pemuda sakit-sakitan yang nggak qualified buat turun ke medan perang. Mungkin itu juga sih yang bikin obsesinya sama heroisme kuat banget sementara itu novelnya sangat modern.
Emang kontradiksinya kuat sih. Tapi yang pasti nggak shallow. Dia tetep cari "kedalaman" di tengah situasi jepang kalah perang. Kontradiksi, konservatif tapi kebanyakan karyanya modern. [Mishima] gay tapi nikah dan punya anak.

Asep di Ecobar 365.
Bersambung ke bagian ke III.
Lihat bagian ke I
1 note
·
View note
Photo

GFJA @UNFINISHEDXIX #latepost Photo taken by @imanfattah
0 notes
Photo

Persiapan bassist kami untuk panggungan malam ini. Go go @asepsupervert!!
0 notes