yanuarsetio-blog

[yanuarsetio-blog]

Tempora

Angin menyapa daun Membisikkan kabar Selongsong peluru tertimbun masa Dalam tanah yang hitam, merah, cokelat

Ada warna dari tiap lapisan Ada makna dari tiap tiap goresan Naik dan tumbuh berganti hari Tak sedikitpun mundur, hanya kan terhenti

Menjadi tumbang kala akarnya menua Tak lagi menemukan air Tak lagi ada esok, lusa Bahkan nanti

Waktu.. Takkan menunggu Atau menunda Ia berlari secepat apapun

Selambat lambatnya pasti berubah Kan bertumbuh lagi yang baru Kan hilang yang usang Lalu

Berjalanlah Berlarilah Beristirahatlah Bila mungkin

Perlu..

[yanuarsetio-blog]

Aku menjatuhkan diri, agar kelak kau menangkap dalam pelukan.

Sayang.. aku lupa kamu silinder, tidak bisa melihat lurus. Jadilah aku jatuh terjelembab dan hancur berantakan.

[yanuarsetio-blog]

Matamu sayup-sayup, aku jadi basah kuyup

Mungkin aku mengantuk

[yanuarsetio-blog]

Aku akan berlabuh kerumah, sejauh apapun pergi. Aku hanya akan berpulang untukmu, demi senyummu, dalam pelukmu dan ucapan selamat pagi dari bibir naturalmu tanpa gincu..

Adalah sebentuk surga bagiku

[yanuarsetio-blog]

Bicara berat

Seni budaya di Indonesia, tak perlu diragukan lagi sekian banyaknya kultur yang mewarnai negeri ini. Adat istiadat yang unik, hingga bahasa yang banyak menggunakan kata serapan seperti.. ah kalian tahu sendiri, kalau belum tahu, cari tahu sendiri. Jelaslah bahwa identitas negeri meliputi satu kesatuan dalam bahasa persatuan Indonesia. Namun memang banyak yang tidak bisa menggunakan bahasa persatuannya sendiri dengan alasan bangga menggunakan bahasa daerah. Dibilang negara yang paling rasis, ya menurutku iya, tapi sesuatu yang rasial ini digunakan oleh oknum. Ya, oknum lagi dan lagi. Memang sulit menjadi tegas disini, karena sedikit saja membahas hal yang prinsipil, reaksi keras timbul. Ya dipikir lagi, memang bukan hanya disini. Karena saya tinggal disini, ya saya bahasnya tempat ini, negeri ini. Huh, pelik sekali ya, muter-muter bahasan sesiapa pun sulit disalahkan. Kadangkala ingin bertanya masalah hak asasi yang kuat sekali menjalar, saya takut ini jadi senjata ampuh untuk mengelak, membelot kemudian membentuk suatu pembelaan atas suatu hal yang salah. Melibatkan banyak orang sehingga nilainya kuat karena suara rakyat sulit dikalahkan. Batasannya sampai mana? Hak asasi, sampai pada kesetaraan gender bahkaaan sampai gender baru muncul semakin banyak. Atas nama apalagi selain hak asasi manusia? Rumitnya faham ini, adopsi dari negara adidaya yang memang menjadi bom atom di negeri kita. Mungkin nanti, negeri upin dan ipin ialah satu-satunya negeri yang masih bisa memiliki identitas. Mulai dari program acara yang baik untuk anak-anak tentang kesederhanaan hidup, kebersamaan dan lain hal yang baik bisa kita lihat di serial kartun tersebut. Masih asumsi saya loh ini, asumsi.. bebaslah.. Point of view-nya adalah tentang bagaimana kita mempertahankan identitas kita dengan tanpa menolak budaya luar yang (jujur) amat sangat menggoda. Saya sendiri sudah menjadi bagian dari era modernisme, mau tidak mau harus terima, dengan disaring, dipilah mana yang cocok dan tidak. Pun saya bukan orang yang nasionalis, budaya sendiri saja saya belum mendalami kok haha. Era ini memang mengerikan, arus semakin cepat, semakin lambat semakin tertinggal, terlalu cepat bergerak pun bisa bablas. Harus bagaimana saya ini? Ask my self.. Ask your self.. Assalamualaikuum tuuk, tuuk atuukk

[yanuarsetio-blog]

Setajam aksara yang melulu keluar dari mulutnya. Si pedas yang ganas hatinya mengeras, ledakan datang hingga kini datang siang. Tersampaikan isu-isu berisi dendam, geram sampai kapalku tiba-tiba karam. Tenggelam di terpa ombak yang sudah lebih dulu tahu posisi karang. Hingga sebelumnya kapalku ditabrakannya, terhuyung huyung waktu

"Sebersit harap yang mungkin telah hilang karena keadaan yang memaksa. Pembantaian, saling sikut demi kedudukan langit. Bengisnya mereka, si muda di geser dan si tua merasa lebih dulu tinggal. Egois"

[yanuarsetio-blog]

Puitis ialah rasa manis pilu yang digugah melalui aksara. Semanis senyummu, gerak bibirmu, itu pilu untukku

-kubuatsenyambungmungkin

[yanuarsetio-blog]

Air mulai ber[te]riak

Masih dengan kopi hitam dan rokok. Selami malam, menunggu waktu kan berganti menjadi terang. Berbondong-bondong orang pergi, bergegas mempersiapkan hari esok. Awal dari hari, awal dari kegiatan para pekerja. Di sisi lain aku dan yang senasib denganku masih berencana "esok untuk apa?". Menjadi seorang penari kata, bahkan buku saja belum di rilis (niat pun belum terpikir). Lantunan dari Barasuara-Sendu melagu, jadi backsound malam ini. Reaksi dari air yang dilempar batu menimbulkan riak. Dalam diam ku dihentakkan, dibanjiri pertanyaan, diusik privasinya, dijadikan topik utama. Bagiku itu warna, namun warna pun tak sepekat ini. Lidahku kelu, mataku melayu, kulepas headset ditelingaku ini. Lalu.. Ssssstttttt...... *hening

[yanuarsetio-blog]

Rindu akan tertangkap hati yang dituju meski tidak terucap, karena rasa memang tak pernah bohong

[yanuarsetio-blog]

Sejenak bimbang

Datanglah beberapa kawan lama. Tadi siang, tepatnya di acara pernikahan teman kecil. Mengucapkan selamat atas kelanjutan hidup yang lebih bermakna, semua terlihat sangat bahagia. Makan, bincang-bincang sekitar planning kedepan, pekerjaan, peluang usaha kemudian loncat loncat sampai ke arah musik. Perbincangan yang random sekali.. Bagian yang paling saya sukai ya musik. Entah sampai kapan, yang pasti musik takkan pernah mati. Dunia itu sudah jauh dari jangkauan saya sebab tanggung jawab saya lebih "wah" dibanding musik. Lama berbincang akhirnya tercetuslah ide dari kawan saya untuk membuat satu formasi band bermodal "iseng iseng aja". Saya jawab, "iseng yang dulu dulu udah lebih dari cukup, gue udah seharusnya jadi Bapak" Hehe.. tapi dipikir pikir lagi. Musik, di ranah itu saya bisa selepas lepasnya keluarin emosi. Pokonya yoi bangetlah. (Loh, ini nih penggunaan bahasa yang mencla mencle. Sedikit baku sedikit engga). Pokonya, kalo udah musik musik dan musik. Pasti bikin saya oleng. Tapi.. Setelah dipikir pikir lagi agak lama (keliatan kan, pemikir banget). Saya sudah cukup melewati fase itu. Rokok dan kopi pun cukup menenangkan pikiran saya. Sudah tidak perlu lagi naik panggung, loncat loncat dan gila gilaan. Siapa yang punya rokok? Saya cuma punya kopi sachet nih.. *nggapakesianidakok :)

[yanuarsetio-blog]

Saya banyak bertemu orang pintar diluar sana, namun saya jarang menemukan edukasi moral yang sepadan dari apa yang ia timbun didalam otaknya.

Hasilmelongo

[yanuarsetio-blog]

Fase

Seorang pemuda akan beraksi, melakukan hal yang menurutnya benar. Sampai pada suatu waktu mereka sadar bahwa dunia dipersempit oleh dirinya sendiri. Kemudian muncul perspektif baru, bukan hanya satu. Semakin meluas pandangan matanya hingga semakin ia merasa bingung.. "mengapa dunia amat sangat luas?" Pada fase kedua itu ia semakin menyadari kian hari waktu semakin cepat. Kian hari ia melihat, semakin rumit elemen yang ada di dunia ini. Ia akan merenung, ia akan menyendiri, ia akan berpikir, ia akan semakin berhati hati, hatinya akan semakin bertanya tanya. Hingga waktu menghentikan.. Detak jantungnya.

[yanuarsetio-blog]

Quote nya adalah Sebelum mengenal orang lain, memberinya perhatian, informasi, nasehat. Ada baiknya kenali setiap bagian dari dirimu, kekurangan, kelebihan lalu apa tujuanmu dlm hidup. Selebihnya, kamu hanya akan mengenal satu nama. Ia disebut "tanggung jawab". ready or not, its always be in you.. your life. #sketch #amateursketch #life #about #introspection #art_gallery #myself #face #instamood #igmasters #igdaily #ignation

[yanuarsetio-blog]

Destiny, here I am.. #clouds #street #sky #bnwcaptures #lookup #destiny #bnw #darkness #earthart #igers #photooftheday #instamood #instamoment

[yanuarsetio-blog]

Sungha Jung _ Harmonize Cover by me.. #sunghajung #cover #accousticguitar #fingerstyle #fingerstyleindonesia #igvideos #eargasm #halfmusician

[yanuarsetio-blog]

It sounds, melodious. As food is crispy.. #kepma #guitar #crispy #melodious #newstuff #bnw #music #musik #eargasm #mylove #mylife #justplayit

[yanuarsetio-blog]

Pejalan malam

Kita hanya akan berada disini, takkan pernah jauh dari bumi. Mungkin beberapa saat aku, kamu serta kalian pergi. Merasa sudah sangat jauh hingga tak terlihat. Aku pikir sembunyiku sia sia, begitu pula kalian. Hingga nanti, saat dimana jiwa terpisah dari tuannya. Melayang jauh dari robot yang selama ini menjadi inang. Urat hijau tak lagi terlihat, hanya sebentuk kapas, bahkan lebih lembut dari itu. Apakah kita masih ingin pergi jauh? Sebelum bekal dipersiapkan? Lalu dini hari ini, kita meresahkan sesuatu atau merencanakan sesuatu demi masa? Adakah kopi untuk kita berbincang?