yayanurcahyati98
yayanurcahyati98
Yaya Nurcahyati
120 posts
@yayanurcahyati_
Don't wanna be here? Send us removal request.
yayanurcahyati98 · 13 days ago
Text
Kadang, kita merasa kehilangan… padahal nggak selalu ada yang benar-benar hilang.
Yang berubah mungkin cuma caranya hadir. Yang dulunya dekat, sekarang cukup dalam doa. Yang dulunya ramai, sekarang cukup jadi kenangan yang baik.
Hidup memang nggak ngajarin kita untuk menggenggam erat.
Tapi untuk belajar merelakan—dengan damai.
Bukan karena kita lemah, tapi karena kita tahu… semua yang datang adalah titipan, dan semua yang pergi adalah bagian dari rencana.
Kalau rasanya sesak, mungkin bukan karena dunia sempit.
Tapi karena hati kita penuh dengan yang belum kita lepaskan.
Dan kadang, rasa itu muncul bukan tanpa sebab…
Mungkin ada luka yang belum sembuh, atau dosa yang belum kita tangisi cukup dalam.
Tapi jangan takut. Allaah nggak pernah jauh...
Yang penting kita mau terus pulang. Sekali pun jalannya lambat.
Karena yang paling penting dalam hidup ini bukan siapa yang tinggal,
tapi siapa yang tetap menggenggam kita… bahkan saat kita lagi jatuh-jatuhnya:
Allaah..
30 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 18 days ago
Text
Idul Adha Bukan Berarti Melupakan Gaza
Lesson Plan Liberation of PALESTINE, Social Science_Prepared by Yaya Nurcahyati
Dalam Khutbah Idul Adha guru kami ustadz Adin Nurhaedin, Lc., M.Pd. menyampaikan pesannya yang begitu dalam, bukan hanya sekedar menyampaikan ibroh Idul Adha sebagaimana teladan yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim, as. Dan Nabi Ismail as. Melainkan jauh lebih dari itu, tentang bagaimana keadaan Gaza, keadaan suadara kita di Palestina, tentang Al-Quds tercinta, tentang Baitul Maqdis yang harus kita upayakan kebebasannya.
Diawali dengan makna taqwa yang bukan hanya sekedar kata dan retorika yang sering kita dengar di mimbar-mimbar, bukan juga sekedar perintah Allah swt. dengan tanpa makna.
Taqwa itu tidak dilemparkan begitu saja kepundak manusia tanpa arah, ia memberikan teladan sebagai kompas yang bisa kita ambil ibrohnya, dan salah satu teladan itu yang terang, kokoh dan hidup dalam sejarah adalah pada diri keluarga Nabi Ibrohim as. 
Nabi Ibrohim as. dan keluarganya bukan hanya sekedar sosok teladan melainkan serangkaian nilai, mereka adalah contoh narasi takwa yang hidup.
Setiap qurban yang dilakukan, setiap rangkaian haji yang kita kerjakan tak lain semua itu untuk menjawab seruan Allah swt. 
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan [juga milik-Mu]. Tiada sekutu Bagimu.
Talbiyah,
Talbiyah bukan hanya sekedar lafadz, melainkan deklarasi.
Dia adalah sebuah pengakuan bahwa kita hanyalah hamba yang tak punya pilihan terkecuali menjawab panggilan-Nya dengan penuh ketaatan.
Talbiyah, bukan hanya sekedar rangkaian ibadah tanpa makna, melainkan tentang hati yang kembali. Kembali terhubung kepada Allah dengan hati yang bersih, penuh tauhid dan ketaatan kepada-Nya.
Dan awal ketaatan manusia terhadap Tuhan-Nya adalah pengakuan !!
Pada saat ini, sampai detik ini, makna tersebut tidak hanya kita teladani dari kisah Nabi Ismail saja, melainkan lihatlah sejenak kepada saudara-saudara kita yang berada 1000 KM di sebelah Utara Ka’bah ! Mereka yang sedang terluka, apakah pernah terbesit dalam benak kita ? Tapi lagi-lagi ini bukan tentang luka, melainkan tentang potret nyata manivestasi spirit Talbiyah dalam bentuk paling tulus. Yaaa ini adalah tentang GAZA.
Di saat mereka dijajah oleh Zionis laknatullah ‘alaihim, tetapi lihatlah bagaimana juangnya, bagaimana pengorbanannya, dengan narasi penghambaan yang luar biasa mereka masih melafadzkan “Labbaika Allahumma Labbaik”
Saat Al-Aqsho dinistakan, dan ijtihad agama menuntut berjihad untuk melawan penjajah, maka bagi ribuan warga di Gaza mereka sangat memahami betul bahwa resiko yang akan dibayarkan adalah nyawa. Tapi demikianlah kita dapatkan Ismail-Ismail baru di Gaza, seakan mereka berkata kepada para pejuang
“Wahai Para Pejuang, Lakukan apa yang telah Allah perintahkan kepadamu, niscaya engkau semuanya InsyaAllah akan mendapati kami termasuk orang-orang yang sabar.”
Dan teladan mereka merupakan bentuk paling konsisten dari pengaplikasian lafadz “Labbaika Allahumma Labbaik”. Ikhtiar yang total dengan kesadaran yang penuh meyakini bahwa hasil bukan urusan mereka. Setelah ikhtiar telah tulus di lakukan maka menang atau syahid itu adalah kenikmatan yang luar biasa bagi mereka. Karena pada akhirnya Allah lah muara dan mutlak atas segala apa yang terjadi pada jalan juang ini.
Lantas apa kabar kita ??
Bagaimana mungkin kita bisa berkhutbah dan mendengarkan tentang kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail hanya dari ayat-ayat Quraniyyah, tapi melupakan Gaza yang merupakan refleksi sesungguhnya dari ayat-ayat takwiniyah ini. Bagaimana mungkin kita menyembelih hewan qurban dan mengerjakan ritual Syi’ar tapi mengabaikan wajah anak-anak pejuang yang masih dikepung dan di bombardir sampai saat ini hanya untuk mempertahankan tanah suci kita semua. 
Apakah khusyuk itu berarti tuli ??
Apakah khidmat berarti bungkam ?? 
Tentu tidak !!! Di balik gerbang Raffah yang sedang di jajah ini ada kekhusyuan yang seringkali kita lupakan.
Selamat Menunaikan Idul Adha 1446 H.
"Semoga ini bukan tentang Perayaan dan Pengorbanan semata, melainkan tentang bagaimana agar diri kita tidak pernah melupakan GAZA.."
Kuningan, 8 Juni 2025
@yayanurcahyati_
3 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 23 days ago
Text
Ilmu sebelum Peluru #2
Refleksi Buku Model Kebangkitan Umat Islam
Mari kita coba masuk ke pembahasan yang lebih terstruktur sesuai dengan pembahasan di dalam buku ini. Sebagai catatan, apa yang saya tulis adalah sebentuk rangkuman ekstrem dari apa yang sudah ditulis oleh Dr. Majid Irsan Al-Kilani dalam bukunya. Kita tidak akan membahasnya secara keseluruhan. Setidaknya mari kita fokus pada fenomena-fenomena kerusakan yang dijelaskan, proses islahnya, lalu pola-pola sejarah yang perlu kita pelajari
Buku ini terdiri dari 6 BAB, yaitu;
BAB SATU: Pola pemikiran masyarakat muslim yang ebrkembang menjelang serangan kaum salib eropa
BAB DUA: Pengaruh kerancuan pemikiran terhadap kehidupan masyarakat muslim
BAB TIGA: Fase pertama geliat gerakan pembaharuan dan islah
BAB EMPAT: Fase penyebaran gerakan islah dan pembaruan, dan madrasah-madrasah yang merepresentasikannya
BAB LIMA: Pengaruh-pengaruh umum gerakan islah dan pembaruan
BAB ENAM: Pola-pola sejarah dan implementasi kontemporer
Kita akan memprioritaskan pembahasannya pada aspek-aspek yang dibutuhkan oleh gerakan dan bisa kita implementasikan untuk melaksanakan perbaikan di generasi kita hari ini
Kekacauan dunia keilmuan dan pemikiran
Di bagian ini kita akan membahas tentang kondisi pemikiran umat islam pada masa itu, ketika membaca ini saya justru melihat pola kerusakan ini terduplikasi hari ini. Ini adalah rangkuman untuk BAB satu dan dua.
1. Rusaknya para ulama
Pada zaman awal kekhilafahan islam, Khulafaur Rasyidin adalah orang-orang yang berada pada puncak keilmuan dan juga pada puncak kepemimpinan. Maka, mereka tidak memerlukan ulama untuk mengawal kepemimpinan mereka karena mereka pun sudah memiliki kapasitas itu bahkan pada posisi puncaknya. Kecuali pada beberapa kasus yang memang pelik dan perlu didiskusikan dengan para sahabat/ulama yang lain.
Zaman berganti kualitas pemimpin pun tidak secakap para khulafaur Rasyidin, mereka berada pada puncak kepemimpinan namun tidak dengan derajat ilmu. Maka, mereka harus mengajak para ulama untuk mau mengawal mereka di dalam pemerintahan. Disini muncullah need and demand. Ketika kekuasaan membutuhkan panduan ulama, sedangkan ulama cenderung menghindar dari kekuasaan demi menjaga kemurnian agama dari kepentingan politik.
Fenomena ini, walaupun tetap pada kerangka "memuliakan ulama", ternyata banyak yang justru menjadikan itu sebagai niat utama dalam mencari ilmu dan menapaki jejak keilmuan sampai tingkat mahir. Sehingga mereka menjadi ulama yang cenderung pada dunia (ulama dunia/ulama suu')
"Rakyat menderita karena rajanya rusak, dan raja menjadi rusak karena rusaknya ulama, dan ulama menjadi rusak karena dikuasai oleh cinta dunia dan kedudukan. Siapapun yang dikuasai oleh cinta dunia niscaya tidak akan mampu melaksanakan hisbah (mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran" - Al Ghazali
Efek dari rusaknya ulama ini akhirnya menjalar pada pengamalan agama yang sekedar formalitas, tidak membahas hal² yang krusial dan cenderung berdebat pada hal-hal remeh dan terkesan populis, dan banyak lainnya.
2. Madzhabisme & Ashobiyah
Pada masa itu, kondisi pemikiran islam diwarnai dengan ashobiyah kemadzhaban (madzhabiyyah). Mari kita bedakan kata madzhabiyyah ini dengan madzhab. Kata madzhabiyyah terkandung di dalamnya ashobiyah kemadzhaban yang ditunjukkan dengan berbagai kejadian baik itu ranahnya keilmuan, hingga bentrok fisik di pasar-pasar.
Pada sisi keilmuan, terjadi kemandekan keilmuan dalam dunia islam karena para cendikiawannya menghabiskan waktu dalam perdebatan antar madzhab, dilarang mempelajari madzhab lain, dan cenderung merendahkan madzhab lain disamping membanggakan madzhab mereka. Sehingga pembahasan para ulama/cendikiawan tidak masuk pada aspek yang solutif bagi problematika umat saat itu.
Contoh dari fenomena ini adalah banyaknya buku-buku seperti thabaqat (memuat biografi dan jasa tokoh-tokoh madzhab tertentu), syarh (penjelasan dari buku induk), hawasyi (penjelasan dari syarah), dan mukhtasar (ringkasan) dari buku-buku madzhab.
Dampak paling parah dari pola madzhabisme ini adalah para pengikut madzhab tidak lagi bersentuhan langsung dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Kondisi ini membuat ijtihad dan inovasi yang sesuai dengan masalah yang dibutuhkan masyarakat mangalami kemandekan -bukan berarti tidak ada juga-
Pergesekan antar madzhab ini tidak hanya melahirkan perpecahan di ranah keilmuan, tapi juga melahirkan generasi pelajar yang menggunakan bahan memabukkan dan cenderung memiliki sentimen kedaerahan atara pelajar iraq dan non iraq.
3. merebaknya ajaran tasawuf yang sesat, filsafat yang menyimpang, dan kebatinan (yang akan melahirkan aliran Hassasyin/Assasin)
Ajaran tasawuf yang dikritisi disini adalah aliran Malamatiyah, aliran Hulul dan kaum sufi yang keluar dari syariat.
Tokoh ajaran Malamatiyah menurut para sejarawan tasawuf klasik adalah Hamdun Al Qashshar (Wafat 271 H/884 M) yang ajarannya bisa tergambar dari ucapan beliau:
" Sesungguhnya jiwa manusia sangat cenderung kepada kejelekan, sekalipun lemah. Kalaupun ia tunduk dalam ketaatan, namun tetap menyembunyikan kejahatan. Untuk itu, kita harus bersikap menyalahkannya setiap saat." Menurut beliau, kata 'al-malamah artinya tidak merasa selamat.
Dr. Majid menulis tentang beliau (Hamdun) bahwa ia hanyalah seorang dari sekian banyak tokoh besar (syaikh) tasawuf murni, yang dikenal memiliki tingkat kesadaran emosi yang tinggi, selalu menjaga diri, dan waspada terhadap riya', baik dalam pengetahuan maupun perbuatan.
Singkatnya, dalam perjalanan tasawuf ini, estafeta pemikirannya kian ekstrim. Berangkat dari pemahaman prinsip kejahatan pada diri manusia justru mendorong penganutnya untuk tidak mengindahkan etika. Semakin dipandang hina oleh manusia, maka semakin mudah untuk meraih hati yang ikhlas pada Allah. Sehingga mereka cenderung berpakaian lusuh, kotor, menjadi pekerja kasar, tidak mencuci pakaian mereka bahkan menjadi sarang serangga dan kalajengking.
Penyelewengan itu kian meningkat hingga penganut ajaran ini menghalalkan perkara hara, dengan alasan memurnikan hari untuk Allah.
Pada pembahasan ini banyak sekali dijelaskan fenomena tasawuf yang berkedok mendekatkan diri kepada Allah tapi pada kenyataannya justru menyimpang dari syariat dan tidak membawa sumbangsih pada penyelesaian problematika ummat.
4. Rusaknya Ekonomi Umat
Kerusakan di tahap pemikiran dan ulama berdampak pada aspek lain yang lebih praktikal yaitu ekonomi dan aspek sosial. Sebab maju dan mundurnya ekonomi justru tergantung pada persepsi yang emnjadi dasar cara mendapatkan dan cara menggunakan kekayaan.
Kemajuan ekonomi bisa terjadi jika menggunakan persepsi berikut: Menempatkan cara mendapatkan dan menggunakan kekayaan untuk kepentingan bersama (umum). Orang-orang yang memegang kendali ekonomi (pemerintah) hanyalah berperan sebagai fasilitator, yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mendistribusikan.
Jika terjadi yang sebaliknya, ketika persepsi ekonomi menempatkan pendapatan dan penggunaan kekayaan untuk kepentingan individu, sementara peran orang-orang yang mengendalikan roda ekonomi adalah sebagai perampas dan pelaku monopoli. Maka akan terjadi kekacauan ekonomi di tengah masyarakat.
Dr. Majid menjelaskan bahwa pada masa itu terjadi ketimpangan ekstrem antara para pejabat dengan rakyatnya sehingga banyak sekali catatan tentang kekayaan pejabat yang tidak masuk akal dan tidak dapat dihitung.
Para penguasa baik sultan, militer, pejabat, atau pun menteri menggunakan kesempatan untuk menjarah rakyatnya dengan semaksimal mungkin.
Kondis rusaknya ekonomi ini kian parah hingga harga barang-barang melambung tinggi dan rakyat tak mampu membelinya hingga mereka memilih memangsa sesama anggota keluarganya untuk bertahan hidup (kanibalisme).
Dan seterusnya.
5. Rusaknya Aspek Sosial
Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, terjadi banyak kericuhan atas nama madzhab dan ashobiyah. Konflik Sunni dan Syiah juga menjadi perhatian yang membuat kelumpuhan di dinasti Abbasiah. Konflik itu terus ada dan berkembang hingga muncul sekte hassasyin yang mengancam nyawa Salahuddin pada masanya.
6. Lemahnya umat dan ketidak pedulian khalifah terhadap ekspansi Salibis.
Bagi ku, ini adalah part yang paling menyedihkan diantara part menyedihkan lainnya. Karena di part ini kita bisa menyaksikan bahwa kerusakan itu benar-benar struktural hingga umat ini bahkan dipimpin oleh pemimpin kacau yang lebih memprioritaskan burung daripada 70.000 nyawa umat muslim yang teregang di bawah pedang salibis!
Di halaman terakhir BAB 2 diceritakan perwakilan dari Al Quds datang menghadap khalifah membawa karung besar berisi tulang belulang manusia, rambut wanita, dan anak-anak. Semua itu dihamparkan di hadapan para penguasa.
Ironis, khalifah justru berkata
"Biarkan aku sibuk dengan urusan yang lebih penting! Merpatiku, si Balqa', sudah tiga hari menghilang dan aku belum melihatnya!"
Ya! Khalifah tenggelam pada permainan-permainan sia-sia dibandingkan mengurusi umat yang terbantai!
Mari kita tutup Part ini dengan sebuah puisi yang dilantunkan penyair yang dicatat oleh sejarawan Ibnu Taghri Bardi:
Kekuatan kafir telah mengarak awan hitam di atas Islam Gelap menyelimuti agama yang lurus ini Hak terabaikan, kehormatanpun tercemar nista Pedang menebas bebas dan darah bersimbah Alangkah banyak lelaki muslim yang tertawan Juga wanita muslimah yang terhormat menjadi tawanan Sungguh peristiwa-peristiwa itu begitu besar Jika seorang anak kecil memikirkannya Niscaya orang tuapun kembali ke masa kecilnya Akankah ketika wanita-wanita muslimah tertawan Kaum muslimin hidup nyaman dan bahagia Katakanlah kepada setiap orang yang memiliki nuarani di mana saja Jawablah panggilan Allah.. Jawablah!
---
Part 1
https://www.tumblr.com/amarahman/783804770179825664/ilmu-sebelum-peluru-1?source=share
16 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 23 days ago
Text
TWO STATE SOLUTION
Two state solution, akankah menjadi solusi ilusi yang banyak manipulasi.. Mengatasnamakan kemerdekaan, kedaulatan dan perdamaian tapi kenapa jadi normalisasi diplomasi dengan zionazi ??
Mungkin sedikit sensitif, tapi betul adanya one state or two state solution jangan sampai membuat kita terpecah belah, fokus kita adalah bagaimana pengawalannya, prosesnya. Jangan sampai narasi kemerdekaan ini justru memberikan panggung bagi mereka yang tak punya rasa simpati dan empati, ya zionazi itu salah satunya.
Kalau kata guruku, beliau bilang bahwa apa urgensinya sih membela zionis itu, dan apa alasan kita menerima mereka ?
Kuningan,2 Juni 2025
Yaya Nurcahyati
3 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 26 days ago
Text
Jangan sampai kekhawatiranmu terhadap masa depan menjadikan kamu lupa dengan nikmat yang saat ini Allah berikan.,
Bukan tak boleh berambisi atau bermimpi, tapi melewati proses itu ada caranya ada jalannya ada stepnya.. Sadarkah kita bahwa terkadang ketergesaan tak beraturan membuat kita kehilangan makna, ketakutan pada hal yang belum terjadi secara berlebih menjadikan kita buru-buru dalam mencari dan memilih..
Pada akhirnya kita tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang tangis dan tawa semata, tapi jauh dari itu bagaimana kita bisa kembali pada-Nya dalam keadaan memiliki hal yang bisa banggakan di hadapan-Nya..
Refleksi akhir bulan
31 Mei 2025
Yaya Nurcahyati (@yayanurcahyati_)
16 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
Half Deen Series 2025: Syiar Cinta
Bila hati sudah tertaut--- ridha akan berbalas ridha.
Berbicara tentang rumah tangga, setiap kita punya persepsi tentang keluarga yang ideal.
Pakai sarimbitan lalu foto kah? atau yang selalu bersama? atau Ia yang mewariskan legacy, untuk generasi selanjutnya seperti; keluarga muawiyah, keluarga abbas. Tapi sering kali lupa bahwa legacy membutuhkan value, yang berkelanjutan. Hanya 30% generasi kedua yang berhasil melanjutkan generasi pertama, dan generasi ketiga hanya mewarisi 10%nya, seperti keluarga vanderbill.
Maka kembali ke pertanyaan awal kita? apa profil keluarga impian kita? mampukah kita mewariskan hal hal baik untuk generasi selanjut-selanjutnya? maka belajarlah dari kisah-kisah dalam Al Quran.
Q.S Al Imran: 33 - pilihan Allah --adam, nuh, dan keluarga Ibrahim. Q.S An Nisa: 125 - ikuti apa yang Ibrahim lakukan.
Bagian 1: Ketika harus memilih
Disebuah taman kota yang sunyi, diantara patung-patung altar, tumbuhlah seorang Ibrahim. Ia berbeda, ketika mereka berbicara pada batu, Ia berbicara pada rabb-Nya. Namun yang membuatnya berat, ialah ayahnya, seorang penyembah berhala dan pembuat patung. Ibrahim yang mencintai ayahnya, menyapa dengan halus. Yaa abatii, mengapa engkau menyembah apa yang tidak seharusnya disembah (Q.S Maryam: 42 dan 44), hening, namun balasan ayahnya, sangat menyayat hati, ia berkata pergilah dari hadapanku (Q.S Maryam: 45). Alih-alih marah, Ibrahim mengatakan, salamun alaik, saastagfiru rabb (Q.S Maryam: 47-49), lalu Ibrahim pergi. Setiap jarak yang ia tambah adalah luka yang menyayat hatinya. Diusir diamcam dibunuh, bahkan dieksekusi oleh ayah sendiri. Namun Ibrahim tau, bahwa cinta kepada Allah harus lebih tinggi dari cinta kepada makhluk.
Satu keyakinan; bahwa cinta sejati adalah yang membimbing kepada kebenaran walau dengan tetes darah dan air mata. Ibrahim memegang suatu harapan kecil, bahwa suatu hari nanti akan diterima dan dikenang dalam keabadian. Tahun berganti tahun, tapi yang tidak berubah adalah doa, untuk ayahnya. Bahkan saat membangun kakbah dengan Ismail, 80 tahun kemudian, ia selalu berdoa, rabbanagfirli wali walidayya...
Bahwa cinta kepada Allah adalah cinta yang paling agung, bahwa kadang ia harus merelakan yang ia cintai, harus mencintai dengan doa bukan dengan peluk dan jiwa.
Dan apabila, kita punya ayah yang baik, itu adalah anugrah. Doakan beliau.
Bagian 2: Perpisahan di Sebuah Lembah
---Karena ayah tidak bercerita (Q.S Ibrahim: 37-38)
Meninggalkan syam, menuju lembah tandus tak berpenghuni bernama makkah. Hajar dan Ismail, Ibrahim meletakan mereka di sebuah tempat yang kelak bernama ka'bah. Tanpa peluk, tanpa tatapan tajam, Ibrahim menjauh.
Ada sesuatu yang tak biasa, tak ada respon dari Ibrahmi saat Hajar bertanya, berkali-kali.
Sampai pada akhirnya Hajar bertanya, apakah ini perintah dari Allah? Derap langkah itu berhenti, dengan suara berat ia berkata; benar wahai Hajar. Hajar berkata, kalau itu perintah Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan kita. Ia balik arah, memeluk Ismail kecil dengan dada penuh doa. Ibrahim melangkah lagi, tapi tak bisa ia tahan, bagaimana mungkin meminggalkan anak istrinya? meninggalkan anak yang dinanti selama puluhan tahun? itulah pertanyaan yang menyiksa batin seorang ayah.
Didataran tinggi (ma'lah) ia berdoa Q.S Ibrahim:37-38, air matanya mengalir deras. Yang kami sembunyikan adalah kesedihan dan yang kami tampakkan adalah air mata. Laki-laki hebat itu menangis. Beliau memangis, bukan karena lemahnya iman, tapi besarnya cinta --dan cinta itu harus tunduk kepada Allah.
Ayah begitu menderita ketika anaknya terluka.
Dan ada sebuah fakta, yang luput, ialah, ini bukan tentang perintah meninggalkan anak dan istri, ini lebih berat dari itu, karena perintah Allah berkaitan dengan masa kecil Ibrahim. Dulu, beliau diusir, hidup sendiri, dan sekarang beliau diperintahkan meninggalkan sang anak, tinggal sendirian. Bukankah ada benang yang sama?
Ketika seorang anak mendapatkan kedzaliman ayahnya, scr umum ada dua kemungkinan; yang pertama terkena mental illnes dan berperilaku seperti ayahnya dahulu, yang kedua sang anak akan menjadikan masa lalunya sebagai trauma positif akan menjadi ayah yang 100% berbeda. Anakku tidak akan merasakan apa yang aku rasakan.
Prinsip kedua, yang beliau pegang selama 60 tahun, harus ia relakan karena itu adalah perintah Allah untuknya. Bisakah nabi Ibrahim melalui itu semua? Dan itu terlewati.
Bagaimana dengan sang istri? Hajar menyusui Ismail, dan perbekalannya habis. Ismail kehausan, ia menangis kencang, hati ibu mana yang bisa bertahan?
Hajar berjuang, beliau melihat bukit mana yang bisa didaki, shafa, nihil, kemudian ke marwa (bukit yang bisa diraih dan masih masuk radiusnya), nihil.
Sai dari shafa ke marwah, berlari. Mentalitas seorang ibu, Hajar berlari, karena itu didasar lembah, beliau berusaha secepat mungkin, khawatir ada bahaya atas Ismail, ia berlari cepat agar bisa memonitor Ismail yang ada didekat ka'bah. Shafa marwah, radius yang ia bisa capai untuk bisa terus melihat Ismail. Sampai putaran ke tujuh, disebuah lembah, tiba2 ada suara, Hajar menantang untuk Ditampakkan, muncullah malaikat jibril mengisyaratkan agar Ismail menapak pada tanah, keluarlah Air Zam-Zam. Betapa kuatnya, lembut dan hebatnya perjuangan seorang Ibu.
Bagian 3: Sang Kekasih
Maka, apa konsep nabi Ibrahim dan keluarga Ibrahim?
Dua cerita diatas, mengajarkan pada kita. Bahwa rumah tangga dan keluarga bukanlah kehidupan yang sempurna, terbaik, dan tak punya masalah. Keluarga nabi Ibrahim, penuh dinamika, ada drama antara Ibrahim dengan Ayah, Istri, dan Anak.
Bahkan rumah tangga adalah komitmen yang berat, sulit. Maka saat ada masalah, itu wajar. Kecewa itu tidak disandingkan dengan yang menyakiti, tapi ekspektasi yang tidak terpenuhi akan membawa kecewa.
Seringkali yang melukai kita di rumah tangga bukan perlakuan anak istri kita, tapi yang membuat kita hancur itu ekspektasi kita keliru dalam melihat rumah tangga.
Memperbaiki ekspektasi kita, dan rumah tangga adalah kerumitan dalam kehidupan. Wajar, selama kita bertaqwa semaksimal mungkin.
Kunci keberhasilan nabi Ibrahim melewati seluruh ujian dalam kehidupan adalah yang pertama, ia kekasih Allah SWT. Beliau mencintai ayahnya, beliau mencintai anak istrinya, tapi cintanya kepada Allah melebihi itu semua. Nabi Ibrahim adalah pencinta Allah, dan orang yang ia cintai dicintai karena Allah.
Tak ada nabi yang diuji akan dibunuh ayahnya, mengorbankan anaknya, meninggalkan istrinya, anaknya salah memilih istri, dan ini adalah ujian cinta. Allah akan uji cinta kita, apakah personal atau kepada Allah SWT. Allah akan uji apakah kita akan mencintai mereka karena mereka atau karena diri kita (ego)?
Seperti apa ujian kita yang akan datang? siapa yang kita cintai dan titik lemah kita? maka, ujian akan masuk ke pintu-pintu itu.
Yang kedua, nabi Ibrahim AS punya kemampuan membaca, memahami, dan merasakan setiap nikmat yang Allah berikan kepada beliau. Kenikmatan Allah yang paling dirasa oleh Ibrahim adalah hidayah. Nabi Ibrahim AS adalah seorang pecinta, dan paham love language dari Allah. Perintah-Nya adalah bahasa cinta-Nya.
Maka PR kita dalam rumah tangga, pertama memahami love languange Allah pada kita. Kedua, memahami love languange anggota keluarga kita.
Bagian 4: Syiar Cinta
LEGACY.
Warisan yang masih eksis sampai hari ini adalah warisan keluarga Ibrahim. Secara bangunan ada Ka'bah, secara program ada Ibadah Haji. Ka'bah diwariskan bukan hanya sekedar bangunan, tapi berikut juga dengan ritual dan bentuk syiar cinta, yakni ibadah haji.
Ibadah Haji adalah ibadah yang luar biasa, ibadah cinta, antara makhluk dan penciptanya. Kata yang tak bisa dipisahkan dari cinta, itu rindu. Dan rindu yang paling dirindui adalah, RINDU ke tanah suci.
Haji adalah ibadah para pencinta, ini bukan tentang uang, bukan hanya thawaf sai, tapi lebih jauh itu adalah penghambaan kepada Rabb Nya, meski kematian didepannya, meski ditempuh dengam beratus2 kilometer dan berjuta-juta rupiah. Hidup cuma sekali, berangkatlah haji. Jangan sampai kita tidak merasakan doa senikmat di arafah. Sebaik-baik doa adalah saat arafah. Karena doa sang pencinta kepada kekasihnya (Q.S Al kahfi: 110)
Bagian 5: Perjalanan Pulang
Kala usia mulai renta, Ibrahim sadar waktunya telah tiba. Ibrahim justru berkata;
Apakah ada kekasih yang tega mencabut ruh kekasihnya sendiri? Malaikat maut kembali tanpa menjalankan misinya, Allah menjawab, kembalilah ke Ibrahim, dan tanya kepada Ibrahim apakah engkau pernah melihat ada kekasih yang tidak mau bertemu dengan kekasihnya?
Dan saat Ibrahim mendengar, maka kekasih Allah pun wafat, dengan cara yang indah. Karena beliau tau, kematian itu bukan perpisahan, tapi pertemuan dengan kekasih hati.
Rabbana taqabbal mina.
Jakarta, 27 April 2025. Semoga Allah mampukan kita, dalam kondisi terbaik memenuhi panggilan-Nya🥹
15 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
Aku pernah tinggal di ruang yang sunyinya tidak memanggil siapa-siapa. Dindingnya tebal, jendelanya kecil, tapi cukup bagi cahaya untuk masuk tanpa membawa silau. Di sana, waktu berjalan lambat, tapi aku tak pernah ingin lari. Tak ada nama yang terselip dalam doa. Tak ada denyut asing dalam dada.
Lalu, entah siapa yang mengetuk. Bukan pintuku, tapi lapisan-lapisan rapuh yang kupikir sudah jadi batu. Ia tak masuk, tapi keberadaannya menciptakan gempa—kecil, nyaris tak terdeteksi, tapi cukup untuk membuat vas-vas pikiranku miring di rak.
Sejak itu, aku jadi peramal cuaca yang hanya memprediksi satu musim. Aku menyusun cerita, memanipulasi cahaya, membuat potongan-potongan diriku agar pantulannya menjangkau matanya—yang bahkan tak tahu sedang ditatap.
Aku menjadi penumpang di hidupku sendiri. Lintasan pikiranku dipenuhi namanya yang tak pernah kupanggil lantang.
Dan setiap kutipan yang lewat terasa seperti surat yang tak pernah kukirim, tapi dia mungkin takkan pernah membaca.
Lucu, ya. Rasa yang tak pernah dijemput bisa tinggal selama ini. Padahal aku tak pernah membuka pintu. Padahal ia mungkin bahkan tak sadar telah mengetuk.
Kadang aku berpikir: mungkin menjadi hening bukan tentang tak bersuara, tapi tentang tidak menaruh harap pada gema.
Aku tak tahu pasti kapan sebuah nama mulai menjadi poros. Yang kutahu, aku mulai mengganti arah doa tanpa sadar. Aku mulai menulis bukan karena ingin bicara, tapi karena ingin ditemukan di sela-sela huruf. Aku jadi mata yang mencari, padahal tak pernah dipanggil untuk melihat.
Dan yang paling menyakitkan bukan tak dibalas, tapi karena tak pernah benar-benar dikirim.
Ada kekacauan yang tidak terlihat. Ia tumbuh di bawah kulit, menjalar di antara sela-sela logika yang dulu kukira kebal. Dan anehnya, aku membiarkannya. Aku menikmatinya. Seolah menjadi guncang adalah bentuk baru dari merasa hidup.
Padahal, dulu aku utuh, bahkan saat sendiri. Kini aku retak, meski tak seorang pun menyentuhku.
Dan di sinilah letak ironi paling tajam:
Kita ingin dicintai tanpa tahu cara menjadi tenang terlebih dahulu. Kita mengira rasa tumbuh karena takdir, padahal sering kali ia lahir dari kelengahan kita sendiri—yang terlalu sering menatap, terlalu sering berharap, terlalu sering menyelipkan makna dalam hal-hal yang seharusnya kosong.
Dan dari sini aku jadi sedikit belajar bahwa, ada yang datang bukan untuk dimiliki, hanya untuk mengguncang sedikit keseimbangan, agar kita ingat:
“Ketenangan tak selalu ada di luar sana—kadang ia justru ada saat kita memilih untuk tidak merasa apa-apa”
-Pasar Kangen UNY, Yogyakarta | Mei 2025
29 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
PESAN CINTA FOR "ABAH" #part 1
Awalnya, aku mengenal beliau sebagai sosok idealis dan nasionalis. But, now I call him "Abah".
Awalnya aku pikir untuk mengenal dan mengetahui sosok beliau membutuhkan waktu untuk mencari dan menganalisa.
Tapi ternyata berawal dari ide-ide yang begitu terprogram rapih pada waktu kampanye calon presiden dan dobrakan-dobrakan baru mengenai kampanye yang diperkenalkan dengan sehat dan penuh serat makna, I'm getting stronger and stronger to call him "Abah". Semakin jauh mengikuti jejak beliau jujur aku sendiri semakin banyak belajar.. Salam ta'dzim dari aku untuk abah sang guru sejati.
Dua hari ini menjadi momen bersejarah buat aku. Berawal dari mimpi lama untuk ikut berkontribusi, Allah memperkenalkanku pada program “AKSI BERSAMA” yang langsung beliau inisiasi. Awalnya aku kira ini hanyalah program biasa tanpa jaminan pertemuan langsung dengan beliau. Namun ternyata, I made a big mistake. Program inilah justru yang membuka kesempatan untuku bertemu dan belajar langsung dari beliau.
First day of meeting, aku belajar langsung tentang suatu ilmu kolaborasi, tentang bagaimana cara menentukan prioritas program yang memiliki dampak, tentang bagaimana bermanfaat, belajar bagaimana untuk menata tembok peradaban.
Meski paparan singkat, pesannya sangat mengena. Salah satu nasihat yang menghujam sanubari adalah saat beliau bertanya,
"Mau sampai kapan kita hanya bermimpi tanpa bertindak? Bukankah ide cemerlang yang terfikirkan akan menjadi berdampak dan bermanfaat jika di realisasikan?" Deep banget !
Kendati demikian, beliau juga menyampaikan tentang bagaimana menggagas suatu kegiatan agar bisa memiliki dampak yang luas dan jangka panjang. Jembatan gantung salah satunya !! Terlihat spele tapi ternyata impact di belakanganya tak main-main. Ada 3 poin yang beliau sampaikan bahwa setiap hal yang kita kerjakan setidaknya perhatikan ini,
Tentang bagaimana kegiatan atau kontribusi tersebut itu memiliki dampak yang luas dan menyeluruh bukan hanya untuk sebagian kelompok atau bagian saja atau diskriminatif.
Tentang bagaimana kegiatan tersebut jelas awal dan akhirnya.
dan poin ketiga ini juga penting untuk di perhatikan yaitu ambil kebaikan yang dibutuhkan rakyat tapi tidak atau belum di kerjakan oleh pemerintahan.
Dari sini aku memahami bahwa kebaikan itu sangat beragam, dari A sampai Z, dan setiap orang bebas berperan dalam berbagai hal, cuman tidak semua bisa kita kerjakan karena habislah energi kita jika semuanya di lakukan. Tapi yang jauh lebih penting juga adalah jangan pernah merasa harus menjadi yang pertama dalam berbuat kebaikan, melainkan menjadi pelengkap, penguat dan penerus dari kebaikan serta manfaat yang sudah ada.
Seringkali kita terdistraksi pada pemikiran bahwa kontribusi yang diberikan harus besar. Padahal sedikit demi sedikit asal dilakukan secara konsisten dan bersama akan memberikan hasil yang besar pada waktunya. Tugas kita adalah mengenalkan dan menyebarkan gagasan itu kepada banyak orang, sehingga setiap kontribusi tidak menjadi beban. and this is the true meaning of "KOLABORASI"
Bersambung...
Kuningan, 24 Mei 2025 @yayanurcahyati_
1 note · View note
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
MINDSET PEMBEBASAN & KEMENANGAN
(Book Review "Baitul Maqdis For Dummies)
Sering kali kita berpikir tentang kontribusi yang dapat kita berikan, tentang kisah-kisah perjuangan yang sudah dilakukan. Namun, ada hal penting yang sering terlewatkan dari perhatian kita.
Setiap tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh informasi yang ia terima dan simpan dalam pikirannya. Apa yang ada dalam benak seseorang akan memengaruhi seluruh perilakunya. Oleh karena itu, jika kita ingin mengubah suatu kondisi atau keadaan, hal pertama yang harus kita perhatikan adalah informasi dan pemikiran yang ada di dalam kepala orang-orang tersebut.
Dengan kata lain, cara terbaik untuk membangunkan umat yang masih “tertidur” secara pemahaman adalah dengan membebaskan pikiran mereka dari belenggu informasi yang membatasi. Seringkali, keterbatasan yang dialami bukan berasal dari kemampuan, tetapi dari kemauan yang terhambat oleh pola pikir.
Jika pikiran dapat dibebaskan dan dibersihkan dari keterkungkungan, maka penyelesaian masalah nyata pun akan menjadi lebih mudah.
Tentang Baitul Maqdis misalnya. Tanpa disadari, umat Islam saat ini terperangkap dalam pola pikir yang telah dikendalikan dan dimanipulasi oleh pihak-pihak Zionis. Informasi yang disebarkan secara cepat dan sesaat tersebut telah menimbulkan hambatan mental (mental block) sehingga banyak yang merasa tidak berdaya, walaupun kenyataannya sangat memilukan dan menyakitkan.
Fakta saat ini menunjukkan bahwa Baitul Maqdis sedang dijajah oleh Zionis, namun perhatian kita seringkali hanya tertuju pada upaya mengobati luka, tanpa berusaha mencari cara mencabut akar penjajahan tersebut.
Padahal, sebagaimana tubuh yang satu akan merasakan sakit jika salah satu bagiannya terluka, begitu pula umat Islam seharusnya merasakan kesakitan secara kolektif jika ada bagian yang tertindas. Jika ada “paku” yang tertancap, mengapa kita hanya fokus mengobati tanpa berupaya mencabut paku itu?
Jika umat Muslim mau berusaha melepaskan belenggu tersebut, sebenarnya kemenangan sejati itu sangat mungkin dicapai dalam waktu dekat.
Ketika terjadi pembebasan pikiran (mind liberation), maka pembebasan tanah (land liberation) juga akan mengikuti. InsyaAllah.
@yayanurcahyati_ 24 Mei 2025
8 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
Tumblr media
KENAPA SYAMS ? Dan apa hubungannya dengan BAITUL MAQDISH ?
(Book Review "BAITUL MAQDISH FOR DUMMIES)
Kalian tahu bahwa ternyata barometer ummat itu berada pada penduduk negeri Syams? Syams digambarkan sebagai alat ukur izzah serta keimanan seluruh ummat di dunia. Dalam hadits yang berbunyi:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فَلَا خَيْرَ فِيكُمْ وَلَا تَزَال طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ» [أخرجه الترمذي]
“Apabila kerusakan terjadi pada penduduk Syam maka sudah tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Senantiasa akan ada dikalangan umatku yang ditolong, yang tidak akan merasa terganggu dari orang yang menyakitinya sampai tegak hari kiamat“. HR at-Tirmidzi no: 2192. beliau mengatakan hadits hasan shahih. Ahmad 24/363 no: 15597.
Dalam redaksi Imam Muslim dibawakan sebuah riwayat dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ يَزَالُ أَهْلُ الْغَرْبِ ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ » [أخرجه مسلم]
“Senantiasa penduduk barat berada diatas kebenaran sampai tegaknya hari kiamat“. HR Muslim no: 1925.
Dan penduduk barat yang dimaksud ialah penduduk Syam, sebagaimana ditegaskan oleh Imam Ahmad, dan dikuatkan hal tersebut oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Dari hadits di atas kita ketahui bahwa Negeri Syams menjadi barometer kondisi umat muslim di seluruh dunia. Jika Penduduk Syams dalam keadaan hancur maka kaum muslim dalam keadaan yang rapuh, jika penduduk Syams jauh dari agama apalagi muslim dari negeri lain..
Negeri syams memiliki beberapa nama lain yaitu Ardhul Mubarokah, sebagaimana dalam Q.S. Al-Anbiya: 71
وَنَجَّيْنٰهُ وَلُوْطًا اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْناَ فِيْهَا لِلْعٰلَمِيْنَ
Selain itu Syams di sebut juga dengan Biladusy Syams (negeri-negeri Syams) hal itu karena terdiri dari beberapa negeri yang membentuk satu kawasan tersendiri. Seperti pada peta di atas !!
Lantas apa hubungannya Syams dengan Baitul Maqdish ?
Yaa, seperti yang kalian lihat pada peta bahwa Baitul Maqdish-Palestina berada di salah satu wilayah yang ada di Syams. Baitul Maqdish atau bisa juga kita sebut dengan Sanctuary Place memiliki keistimewaan tersendiri dalam penyampaian risalah tauhid.
Karena Baitul Maqdish menjadi satu-satunya temat berkumpul 124.000 orang Anbiya wa Rasul untuk melaksanakan shalat berjamaah yang lansung di imami oleh Rasulullah SAW.
Dan pernahkah kita membayangkan saat kita menapaki kaki di masjidil Aqsha kita telah menapaki tanah yang juga di tapaki oleh Nabi dan Rasul. Allahuakbar.
Kuningan, 20 Mei 2025
Yaya Nurcahyati (@yayanurcahyati_)
6 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
KONEKTIVITAS HATI DENGAN BAITUL MAQDIS
(Book Review "BAITUL MAQDISH FOR DUMMIES)
Kita pernah merasa rindu dan cinta teramat dahsyat terhadap perjalanan menuju Baitullah ?
Saat melihat Ka’bah hati berdesir begitu hebat, seolah tumpahan rindu tak bisa lagi di bendung, sepertinya rasa ingin kembali begitu kuat menyelimuti. Keistimewaan-keistimewaan Masjidil Haram itu begitu membekas dalam hati kita. Maka seperti itulah Masjidil Aqsha bagi Rasulullah dan sahabatnya.
Bagaimana tidak selama 23 tahun perjalanan Nabi Muhammad menjadi Rasul, kurang lebih selama 14,5 tahun Rasulullah memiliki konektivitas yang sangat kuat dengan Masjidil Aqsha bahkan bisa di katakan keterikatan hati Rasulullah dengan Masjidil Aqsha lebih lama dari Masjidil Haram. Yaa sebelum turunnya perintah Allah mengenai tahwil kiblat sebagaimana yang ada pada Q.S. Al-Baqarah: 144.
Terlepas dari adanya hubungan yang sangat erat antara Rasulullah dengan Masjidil Aqsha kita juga harus ketahui bahwa Masjidil Aqsha juga merupakan kiblat pertama bagi ummat Muslim.
Bahkan dalam Hadits dikatakan bahwa
“Janganlah kalian melakukan perjalanan jauh kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa.” (HR. Bukhari, no. 1189; Muslim, no. 1397).
Dari sini kita sadari bahwa Masjidil Aqsha adalah salah satu tempat yang sangat penting bagi Rasulullah SAW..
Lantas bagaimana bisa kita se-cuek itu dengan tempat yang di cintai Rasul sedangkan kita mengakui bahwa kita mencintai Rasulullah SAW.
Kuningan, 19 Mei 2025
Yaya Nurcahyati (@yayanurcahyati_)
6 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
Pikiran kita kadang terlalu rajin merancang masa depan, lupa bahwa hari ini pun perlu diperhatikan. Padahal hari ini juga punya hak untuk didengar, disayangi, dirayakan meski pelan-pelan.
Ada hari-hari yang tak perlu kita tuntaskan dengan rencana. Cukup dengan duduk dan tahu bahwa kita masih di sini. Masih bernapas. Masih bertahan, meski dunia kadang berisik dan kepala kita sendiri.
Aku belajar pelan-pelan, bahwa hidup bukan soal memastikan apa yang akan datang. Tapi tentang menjadi cukup dengan apa yang sedang ada. Seperti kopi yang dibiarkan mendingin di sisi jendela—kadang kita tak perlu buru-buru menghabiskannya. Cukup tahu bahwa ia pernah hangat, pernah hadir, dan itu sudah menenangkan.
Mungkin tidak semua pertanyaan perlu jawaban. Mungkin beberapa cukup disimpan dalam hati, seperti surat yang tak pernah dikirim. Disimpan, bukan untuk dilupakan, tapi untuk diakui keberadaannya.
Karena kadang yang paling manusiawi bukan mengerti, tapi berani menerima: bahwa tidak semua hal harus pasti. Tidak semua takut harus dilawan. Beberapa cukup ditemani saja.
127 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
Kadang-kadang ya, bagian tersulit itu bukan memilih. Tapi melepaskan.
Karena memilih hanya butuh keberanian sesaat. Tapi melepaskan, butuh keberanian yang terus-menerus—untuk tidak menoleh ke belakang, tidak menyesali yang telah lewat, dan tidak menggenggam apa yang seharusnya dibiarkan pergi.
Melepaskan itu bukan perkara melupakan, tapi merelakan sesuatu tetap tinggal di masa lalu. Sebab yang pahit sekalipun punya hak untuk dikenang, asal tidak lagi kita bawa kemana-mana.
Hidup ini punya caranya sendiri untuk menguji kelapangan kita. Kadang yang kita harapkan tinggal, justru pergi tanpa pesan. Kadang yang ingin kita simpan, justru berubah jadi beban.
Ada saatnya kita harus belajar: bahwa tidak semua hal yang kita cintai harus kita miliki, dan tidak semua yang membuat kita nyaman itu baik untuk ditetapkan.
Karena keterikatan yang berlebihan pada masa lalu, pada luka, pada “seandainya”, hanya akan menambatkan kita di dermaga yang kapal-kapalnya sudah lama berlayar.
Maka melepaskan bukan soal menjadi lebih kuat, tapi menjadi lebih sadar. Sadar bahwa hidup ini bukan tentang mengumpulkan, tapi tentang memilih apa yang layak dibawa.
Dan pada akhirnya, kita akan tahu: bahwa kedewasaan bukan diukur dari berapa banyak yang berhasil kita raih, tapi dari berapa banyak yang sanggup kita lepaskan dengan tenang.
Karena bahagia bukan soal memiliki segalanya. Tapi soal tidak lagi diganggu oleh apa-apa yang pernah hilang.
109 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
Book Review
WANITA BERKARIR SYURGA (Ust. Felix Y. Siauw)
Terkadang kita terlalu buru-buru dalam mendefinisikan sukses bagi seorang wanita. Padahal disadari atau tidak definisi sukses itu berbeda-beda dan relatif, tergantung dari sudut mana kita melihatnya, dan dengan tujuan seperti apa kita menyikapinya.
Bukan hanya aktivitasnya melainkan esensi dari apa yang kita kerjakan untuk apa dan untuk siapa...
Dan jangan kaget ketika saat ini literatur-literatur yang kita baca atau lihat akan banyak menemukan narasi-narasi tentang kesetaraan, tentang hak-hak wanita yang harus di samakan dengan laki-laki. Karena bisa jadi, hal tersebut adalah akibat dari interpretasi yang mulai menjauh dari yang seharusnya.
Iyaaaps betul adanya, bahwa keadaan wanita pada masa kuno itu, memiliki sejarah kelam kaum wanita yang penuh dengan penindasan dan penghinaan, kenapa tidak ?
Pada masa YUNANI kuno bukankah kita tahu bahwa kedudukan wanita di klasifikasikan berdasarkan latar belakang, di kalangan atas akan menjadi tawanan istana yang harus melayani tuannya, sedang kalangan bawah akan menjadi komoditi untuk di jual belikan.
Pada masa ROMAWI kuno, INDIA kuno, CINA kuno, EROPA kuno, bahkan masa ARAB jahiliyyah sekalipun perempuan adalah sasaran yang empuk untuk senantiasa di jadikan budak, pemuas, sasaran pembantaian, penindasan, pelecehan bahkan pembunuhan sekalipun karena wanita bukanlah selayaknya manusia normal pada waktu itu. Keadaannya tak lain seperti sumber dari segala musibah. Naudzubillah.
Dari diskriminasi-diskriminasi tersebut, akibatnya wanita banyak yang trauma, merasa bahwa wanita juga memiliki suara yang bisa di lantangkan, bisa di suarakan. Namun lagi-lagi banyak yang salah faham dengan menyimpulkan bahwa agama memiliki banyak aturan-aturan yang begitu menekan. Sehingga muncullah sebuah gerakan FEMINISME yang menggaungkan atas kesetaraan.
Lantas apakah itu menjadi solusi ? Atau justru menjadi musibah baru yang sama buruknya ? Feminis terus bersuara, namun di sisi lain aturan Islam justru malah dianggap tak sesuai dengan mereka ? Hmmm
Lagi-lagi kita harus mengkaji kembali mengenai sejarah yang sesungguhnya terkait dengan kebebasan dan kesetaraan yang di maksud oleh Islam itu bagaimana. Karena, Rasulullah pun bersuara untu pemuliaan wanita, tentang penghormatan yang terus di junjung, tentang kemanusiaan yang di perjuangkan. Tapi apakah sama dengan apa yang di suarakan FEMINIS ??
Aku rasa masih banyak sejarah yang belum mereka pelajari dengan dalam tentang hal ini... Tentang hikmah dari isteri-isteri Rasulullah yang mewakili karakter wanita di seluruh dunia, tentang beberapa perbedaan hak dan kewajiban yang ada di Al-Qur'an yang belum kita gali hikmah secara dalam, sehingga wajar jika narasi "ketidakadilan" adalah hal yang sangat keras di gaungkan.
Padahal, lagi dan lagi Islam sudah banyak memberikan solusi. Bukan karena Islam tak membahas, namun telinga dan mata kita yang masih enggan untuk menggali, kesalahfahaman yang berkelanjutan menjadi narasi asumsi yang terus di suarakan.
So, para leadis di era informasi yang begitu masif, tentang narasi-narasi yang seolah-olah itu baik.. Pada akhirnya kita harus kembali pelajari tentang siapakah kita sebenarnya !!! Aku tak mengatakan bahwa semua pemikiran itu salah tapi bukan berarti membenarkan sepenuhnya. Ada beberapa hal yang harus kita gali kembali tentang bagaiman Islam itu mengatur tentang kita.
Berkarir apapun dirimu silahkan aja !! Asalkan kenali jati dirimu, kenali fitrahmu, komunikasikan dengan suamimu (yang sudah nikah) dan stay taat jauhi maksiat yaaa...
@yayanurcahyati_
Kuningan, 20 Mei 2025
1 note · View note
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
DARI LITERASI MENUJU KEMERDEKAAN BAITUL MAQDIS
Oleh : Kak Ahmad Mauluddin Rahmanullail
Sharing kemarin fokus pendalamannya terhadap upaya perbaikan ummat. Kenapa demikian ?? Seperti halnya yang kita tahu bahwa dalam upaya mencapai Islahun Nafs "perbaikan diri" ada satu upaya penting yang harus kita perhatikan salah satunya adalah Mutsaqqaful Fikr. Thats right "berwawasan luas"
Menuju kesana pastinya bukan sesuatu yang mudah dan bukan pula suatu tujuan yang bisa di realisasikan dengan sekedar bualan-bualan yang dilontarkan. Tapi perlu ada effort yang perlu di upayakan.. Hal terkecil adalah memahami dan mendalami firman Allah yang turun pertama kali yaitu Q.S. Al-Alaq: 1.
"Iqro bismirobbika ladzi kholaq" --- Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
You know that the meaning of IQRO in this ayat not just "MEMBACA" tapi jauh lebih dari itu !! Kalo menurut Quraish Shihab beliau mengatakan bahwa IQRO is observasi, pengamatan, penelitian dan pengembangan.
Membaca itu sendiri selain dari perintah Tuhan pada kita, dia juga memiliki peran sebagai bentuk syukur dan ikhtiar merawat akal. Bukankah kita ketahui bahwa akhir-akhir ini telinga kita seringkali mendengar sebuah fenomena atau isu yang menggelitik about "BRAIN ROT" ?? Yess, secara harfiah memiliki makna "pembusukan otak" yang mana kondisi tersebut mengacu pada kemampuan berfikir, analisis, memori dan mengingat seseorang menurun.
Bagaimana kita bisa menghadapi realitas kehidupan yang akan kita alami jika berfikir pun masih bermasalah, berantakan. Alih-alih bukan kita menajamkan dan merawat akal itu justru kita menjadikannya semakin rusak.
Sederhananya bahwa tamparan ini juga mengarah pada "Bagaimana kita akan membangun peradaban, menggaungkan kemerdekaan Al-Aqsha" jika membaca pun masih enggan kita lakukan.
Dalam Q.S. Fathir: 10 mengajarkan kepada kita bahwa "Al-Kalimu Thayyibu" adalah suatu refleksi dari amalan yang tepat dan "Al-'Amalu Sholih" itu merefleksikan sebagai amalan yang ikhlas.
Bagaimana mungkin kita bisa merealisasikan perkataan yang baik jika kita tidak memiliki perbendaharaan ilmu dalam otak kita, dan bagaimana kita bisa melakukan suatu amalan kebaikan jika kita tak tahu bagaimana cara melakukannya.
And finally, kamu hanya menormalisasikan kata "yang penting...." Yang penting udah dakwah, yang penting kontribusi, yang penting ikutan, dlll.. Tanpa tahu goals apa sebetulnya yang ingin kita capai dari dakwah ini.
Tidak kah kita malu dengan kutipan orang Yahudi yang dengan bangga mengatakan:
"Kita orang Yahudi tidak takut dengan ummat Islam, karena ummat Islam adalah ummat yang tidak gemar membaca"
Banggakah dengan statement tersebut, atau justru kamu merasa di lemahkan dan direndahkan ?? I think, you have your own answer to this.
In the end we realize that "Tidak mungkin kita mengangkat peluru tanpa adanya ilmu, tidak mungkin kita angkat senjata tanpa tahu bagaimana cara mengoperasikannya, dan gak bisa kita ngomongin peradaban kalo buka buku aja masih mikir kelamaan Lagi-lagi bukan karena gak boleh, tapi coba kita renungi kembali dasar kejayaan Islam itu berasal dari mana kalo bukan dari "ILMU PENGETAHUAN"
You are free to choose which one, a contribution to civilization or a burden to civilization ? But each choice will have its consequencses.
@yayanurcahyati_
Kuningan, 19 Mei 2025
2 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 1 month ago
Text
Ilmu Sebelum Peluru #1
Refleksi dari buku Model Kebangkitan Umat Islam
53.272 jiwa melayang terbang keharibaan Tuhan. Dijemput lewat tembakan, ledakan dan kelaparan mematikan. Jika diruntut sejak 1948 tentu angkanya akan melonjak jauh sekali. Angka di awal hanyalah angka yang terhitung sejak 7 oktober 2023. Itupun yang terdata oleh rumah sakit dan kementrian kesehatan, belum termasuk yang dilaporkan hilang dan tak kembali.
Krisis kemanusiaan ini menghantam umat islam sedemikian rupa hingga sebagian kita mengambil peran aktif dalam mendukung para pejuang. Ekspresi dukungan bisa beragam sekali, dari repost konten kepalestinaan, memboikot, berdonasi, turun aksi, mengambil peran aktif dalam forum internasional hingga menjadi realawan kemanusiaan yang berangkat ke sekitar medan perjuangan. Baarakallah fiikum atas segala upaya kemerdekaan.
Tapi mari kita berhenti sejenak, merenung sejenak apa hal yang membuat umat yang SDM nya 8 milyar ini bahkan dukungannya tak mampu membuka gerbang Rafah dan memasukkan bala bantuan ke dalam Gaza? Apa hal juga yang bisa membuat para generasi terdahulu berhasil dan pantas memerdekakan kiblat pertama umat ini dan menjaga kemuliaannya di dalam naungan islam?
Dari Al Ghazali menuju Salahuddin Al Ayyubi
Salahuddin Al Ayyubi biasanya dijadikan sebagai sosok pahlawan superhero sebagai individu hebat heroik. Kecenderungan sejarah ini menjadikan para pembaca sejarah seolah melihat perjuangan kemerdekaan Palestina adalah projek satu tokoh saja, mengabaikan aspek yang lebih holistik seperti persiapan pendidikan, kesiapan para ulama, persatuan umat, lurusnya pemerintahan, lurusnya aqidah, hingga kesiapam para tentara untuk berjihad memperjuangkan agama dam setia pada agama, bukan pada individu.
DR. Majid Irsan Al-Kilani dalam bukunya ini melihat Salahuddin sebagai satu bagian atau sebagai jubir resmi dari sebuah generasi 'yang pantas menang'. Artinya, standar generasi saat itu memang seperti Salahuddin dan pantas untuk merebut kemenangan dan mengelola masjidil Al Aqsha. Maka hajat paling penting bukanlah berharap-harap muncul sosok seperti Salahuddin dalam umat ini, tapi bagaimana kita membangun sebuah sistem yang mampu mencetak generasi Salahuddin yang baru.
Di dalam buku ini, estafeta perjuangan merebut Al Quds dimulai dari zaman imam Al Ghazali. Ini bukan berarti tak ada ikhtiar sebelum itu. Sebelum zaman Al Ghazali, perjuangan melalui jihad dan politik sudah dilakukan tapi selalu menemukan kegagalan.
Menurut Syeikh As-Sulami, seorang imam masjid di sekitar Al Quds, yang juga sezaman dengan Al Ghazali dan sering mengkonsolidasi kekuatan jihad melawan tentara salib, merumuskan setidaknya 2 langkah pembebasan Al Quds.
Pertama, “reformasi moral” untuk mengakhiri “degradasi spiritual” kaum Muslim ketika itu. Invasi pasukan Salib harus dilihat sebagai hukuman Allah, sebagai peringatan agar kaum Muslim bersatu. Kekalahan Muslim, menurut al-Sulami, adalah sebagai hukuman Allah atas kealpaan menjalankan kewajiban agama, dan di atas semua itu, adalah kealpaan menjalankan jihad.  Tahap kedua, penggalangan kekuatan Islam untuk mengakhiri kelemahan kaum Muslim yang telah memungkinkan pasukan Salib menguasai negeri-negeri Islam. Dalam kitabnya, al-Sulami menyebutkan dengan jelas tentang situasi saat itu dan stretagi untuk mengalahkan pasukan Salib.
Dari kedua tahap itu, tahap pertama menjadi fokus terbesar imam Al Ghazali.
Singkatnya, reformasi moral ini berdampak pada terbentuknya sebuah pemerintahan yang siap untuk mengakomodir kekuatan demi kepentingan umat dan fokus terhadap hal besar umat ini yang diwakilkan oleh Imaduddin Zanki lalu Nuruddin Zanki, lalu Salahuddin Al Ayyubi.
Syeikh Ahmad Yassin hingga komandan Sinwar
5-10 Juni 1967 perang Yomkippur atau perang 6 hari Israel VS koalisi arab setidaknya bisa kita jadikan contoh bagaimana kemewahan dan banyaknya pasukan dan persenjataan menentukan kemenangan. Bahkan disini koalisi arab menelan malu dan kekalahan. Koalisi arab harus kalah dalam 6 hari!
7 Oktober 2023 adalah cerita lain. Sebuah gerakan perlawanan besar Thufanul Aqsha pecah, dunia gempar. Mitos kecanggihan, kegagahan, dan ketinggian moral pasukan penjajahan runtuh seketika. Peralatan serba terbatas, para pejuang melawan dari balik dinding dan embargo penguasa dunia. Dalam kesederhanaan dan segala kondisi pelik itu, para pejuang dan rakyat Gaza mampu bertahan hingga 18 bulan lamanya! Atau 588 hari ketika tulisan ini ditulis (17 mei 2025)
Rahasianya? Kekuatan dibangun secara bertahap dari kelompok kelompok pengajian kecil, diisi oleh para remaja masjid yang kokoh secara ilmu dan iman. Hingga kekuatan itu lahir dari para pejuang yang kokoh iman, ilmu dan amalnya. Mari kita telisik punggawa gerakannya, Hamas. Berdiri 1987, jauh setelah perang 6 hari penuh muhasabah itu tergelar.
Dimulai dari majlis keilmuan dan pembinaan moral, gerakan itu bermutasi menjadi gerakan nun kokoh yang melahirkan para pejuang yang terus berinovasi tiap generasinya. Perjuangan tidak hilang dengan gugurnya satu persatu tokoh, karena perjuangan ditumpukan di atas fondasi ilmu dan kepahaman yang terestafet secara baik dan semakin baik. Bahkan berhasil membina sebuah masyarakat yang juga kokoh menanggung setiap efek perjuangan hingga nyawa diri dan keluarga menjadi taruhannya!
Bersambung...
5 notes · View notes
yayanurcahyati98 · 5 months ago
Text
471 Hari, Gaza Mengubah Dunia
@edgarhamas
Aku menulis ini beberapa saat setelah juru bicara pejuang, Abu Ubaidah, tampil setelah ratusan hari tak terlihat. Badannya makin kurus, namun suaranya tak pernah merendah. Kata-katanya ditunggu, dan setiap kalimatnya dijadikan headline media. Salah satu pesan historisnya adalah,
"inilah 471 hari sejak dimulainya Pertempuran Thufan Al Aqsha yang bersejarah, yang telah memaku paku terakhir bagi peti mati penjajahan yang pasti akan lenyap."
471 hari ini, telah mengubah tak hanya peta kekuatan di kawasan Baitul Maqdis, tapi juga dunia seluruhnya. Di awal pidatonya, Abu Ubaidah menjadikan ayat 4 sampai 7 Surat Al Isra sebagai mukadimah. Seakan menegaskan bahwa perjuangan ini berlandaskan inspirasi Al Qur'an, dan bahwasanya kemenangan mereka telah berhasil "menyuramkan wajah-wajah musuh", sebagaimana yang termaktub dalam ayat 7 Surat Al Isra.
Tumblr media
471 hari, dan lihatlah betapa banyak orang-orang Eropa yang memutuskan untuk masuk Islam setelah melihat keteguhan Gaza. 471 hari, dan lihatlah bagaimana respon dunia hari ini kepada zionis. Meskipun didukung penuh oleh AS, mereka tak berkutik melawan rakyat pejuang. Alon Mizrahi seorang penulis Yahudi menulis, "mereka (pejuang Gaza) adalah legenda bagi generasi yang akan datang. Mereka telah mengalahkan kami, bahkan seluruh Barat, dan bertahan dalam konfrontasi."
471 hari melawan kaum zalim dan jahat. Dalam press release terbaru pun, juru bicara pejuang mengatakan bahwa menghadapi zionis di medan tempur menjadi tantangan yang sangat besar. Sang juru bicara berkata,
"Para pejuang kami bertempur dengan keberanian yang luar biasa dan keberanian besar hingga jam-jam terakhir pertempuran, meskipun kami bertempur dalam kondisi yang tampaknya mustahil. Kami menghadapi konfrontasi yang tidak seimbang, baik dari segi kemampuan tempur maupun dari segi etika pertempuran."
471 hari perjuangan, dan di detik saat gencatan senjata terjadi, dunia dibuat kaget. Kita mengira, masyarakat Gaza sudah kehilangan harapan, tenggelam dalam sendu, dan tak punya lagi semangat hidup sebab rumah-rumah mereka hancur beserta segala kenangannya. Tapi, biarkan jurnalis zionis bernama Tzvi Yehezkeli ini mengungkapkan ketakjubannya,
"Di Gaza, nyatanya ada perayaan kegembiraan. Hal yang paling sulit bagi saya pagi ini adalah melihat pemandangan-pemandangan ini. Para pemimpin mereka kembali dengan kendaraan-kendaraan yang telah memerangi kami. Selama 15 bulan pertempuran, kami gagal mengubah aturan permainan perang di Gaza."
Tzvi melanjutkan, "Sebenarnya, saya bertanya pada diri sendiri, apa yang telah kami lakukan di sini selama satu tahun lima bulan? Kami menghancurkan banyak rumah, mengorbankan putra-putra terbaik kami, dan pada akhirnya hasilnya tetap sama. Mereka gembira, bantuan masuk, dan para pemimpin mereka kembali."
Hal senada juga dikatakan oleh gembong penjahat Itamar Ben Gvir menteri zionis, "kegembiraan di Gaza dan Tepi Barat membuat kita tahu, siapa yang sebenarnya kalah dalam perang ini."
"Dunia sebelum dan sesudah 7 Oktober tak lagi sama", tulis Ahmad Mansour jurnalis senior Al Jazeera.
Israel yang tadinya dikenal sebagai negeri yang membedaki dirinya dengan slogan toleransi dan kedamaian, telah menampakkan wajahnya aslinya yang penuh dengan kusta. Abu Ubaidah mengatakan,
"Thufan Al Aqsha telah menunjukkan bahwa penjajah adalah pihak brutal dan kriminal, para pemimpin dan tentaranya diburu sebagai penjahat perang. Pertempuran ini menunjukkan bahwa berlanjutnya penjajahan musuh atas tanah kami akan memengaruhi seluruh kawasan dan dunia."
471 hari, dan kita telah banyak berubah. Ada teman baru, ada ilmu baru, ada perasaan juang yang baru, ada semangat baru dalam menjalani hidup. Termasuk bagi kami, Gen Saladin, yang merasakan terulangnya kisah-kisah pahlawan zaman dulu di medan Gaza.
Abu Ubaidah pun berkata, bahwa rakyat Gaza telah mengulang kisah kepahlawanan para nabi, generasi sahabat dan salafus shalih yang menggetarkan.
Terakhir, inilah pesan Abu Ubaidah yang membuatmu tersenyum, "banyak pesan-pesan bantuan, dukungan dan penguatan, bahkan gerakan untuk ikut berjuang bersama kami, dari teluk Arab di timur hingga Umat Islam di barat. Dan dari seluruh umat Islam sedunia, dari Tangier hingga Jakarta!"
Jakarta!
107 notes · View notes