yohana232425
yohana232425
Once Upon a Thought...
20 posts
Selamat datang! Tulisan-tulisan ini adalah hasil perenungan saya pribadi, yang saya tuliskan untuk menjadi medium refleksi dan dokumentasi saya. Tapi saya juga berharap, Tuhan berkenan memakainya untuk memberkati para pembaca. Ada beberapa jenis tulisan yang ada di tumblr saya: 1. Text = Refleksi umum 2. Photo = Rekomendasi buku 3. Quote = Kutipan Jika anda ingin mencari tipe bacaan yang lebih spesifik sesuai dengan kategori di atas, silakan klik pada tulisan "archieve" di bawah ini. Kemudian, silakan saring tulisan-tulisan yang sudah ada berdasarkan waktu penulisan atau tipe tulisan berdasarkan kategori di atas. Terima kasih dan selamat membaca!
Don't wanna be here? Send us removal request.
yohana232425 · 2 years ago
Text
Bintang.. Bintang.. di Langit....
Salah satu film Indonesia yang saya suka dari dulu sampai sekarang--bahkan sampai tonton sequelnya, adalah Petualangan Sherina. Film ini memiliki alur cerita yng sederhana, lagu-lagu yang indah, dan kisah yang menarik secara umum.
Salah satu adegan di film Petualangan Sherina 2 menyebutkan tentang apa yang pernah dikatakan pemeran utama mengenai melihat bintang sama seperti melihat masa lalu. Bintang-bintang yang kita lihat sekarang sebetulnya bukanlah keadaan aslinya. Ketika kita melihat bintang di langit, kemungkinan besar apa yang kita lihat adalah delay atau "tayang tunda" dari keadaan yang sudah terjadi sebelumnya. Bintang letaknya sangat jauh dari bumi dan tampilan yang kita perlu lihat butuh waktu lama untuk bisa disampaikan cahaya sampai ke bumi. Sehingga, ketika kita melihat bintang di langit, sebetulnya kita sedang melihat sejarah--kejadian yang sudah berlalu-- yang baru tampak indahnya sekarang setelah melewati perjalanan panang.
Lain dengan Petualangan Sherina, buku berjudul Heidi karangan Johanna Spyri melihat bintang dari sisi spiritual. Bagi Heidi, sang pemeran utama, bintang mengingatkannya akan kehadiran Tuhan di manapun dia berada. Bintang-bintang terssebut mengingatkannya akan penyertaan Tuhan, memberikan penghiburan dan kekuatan, serta mengingatkannya untuk selalu melihat kepada Tuhan dalam kesehariaannya.
Bagi saya pribadi, bintang juga memiliki tempat khusus di hati. Entah sejak kapan saya menyukai objek-objek besar yang tampak kecil itu, tersusun acak tetapi juga rapi teratur sehingga memiliki bentuk dan pola yang bisa dikenali dengan nama-nama yang menarik. Di tempat saya lahir dan dibesarkan, langit malam selalu penuh taburan bintang berkelap-kelip dan bewarna warni.
Mungkin, alasan saya menyukai bintang-bintang adalah karena kebiasaan saya melihat bintang sejak kecil. Tetapi sepertinya, saya jug menyukai bintang karena alasan yang mirip dengan Heidi: karena bintang-bintang tersebut seperti penunjuk arah yang mengorientasi ulang hidup dan perhatian saya kepada Tuhan. Saat melihat bintang-bintang, saya bisa menjadi lebih jujur akan apa yang ada di dalam hati saya dan keadaan saya, dan membawanya dalam doa dengan lebih baik. Bintang-bintang tersebut seperti mengingatkan saya kepada Tuhan yang selalu ada bersama saya walaupun saya tidak bisa melihatnya.
Ada kalanya bintang tidak bersinar di langit malam karena tertutup awan. Pengetahuan yang saya miliki mengenai alam dan bintang membuat saya tahu bahwa jika saya tidak melihatnya, bukan berarti bintang itu tidak ada. Ini juga prinsip yang mengingatkan saya dan memberikan saya kekuatan saat melihat langit malam di tengah-tengah pergumulan dan kesulitan.
Tidak hanya bintang, pepohonan, awan yang bergulung, dedaunan dan bunga, kicauan burung, dan bahkan salju sekalipun mengarahkan hati saya kepada Tuhan--ketika saya cukup sensitif untuk menyadarinya dan ketika saya memperhatikannya. Benarlah apa yang dikatakan Alkitab mengenai alam dan seisinya menceritakan kebesaran Tuhan dan membawa kita seharusnya untuk lebih mengenalNya. Maka sungguh aneh jika ada orang-orang yang meneliti alam namun malah menggunakannya untuk membuktikan bahwa Tuhan tidak ada.
Aneh tapi nyata. Inilah yang dilakukan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Fakta ini menunjukkan bahwa bukan alam yang bisa menyelamatkan atau membawa manusia kepada Tuhan. Manusia dengan usaha terbaiknya tidak akan bisa mengenal Tuhan, jika bukan Tuhan sendiri yang mengenalkan dirinya kepada manusia. Oleh sebab itulah Yesus turun dari surga ke dalam dunia, untuk mengenalkan manusia kepada Allah. Inilah sebabnya Roh Kudus diturunkan dan dicurahkan, agar hati manusia yang menjadi umat pilihanNya dapat melihat Tuhan melalui alam, dan diarahkan kembali kepada Tuhan lewat alam ciptaan.
Bintang-bintang di langit..
Alam ciptaan Tuhan..
Sebetulnya semua menunjukkan kebesaran penciptaNya. Sudahkah kita menyadarinya? Kita juga adalah ciptaan. Apakah kehadiran kita menunjukkan kebesaran dan keagungan pencipta kita, yang menciptakan kita menurut gambar dan rupaNya?
1 note · View note
yohana232425 · 2 years ago
Text
Pendidikan Kristen & Tantangan Zaman
Global Convention dimulai hari ini dan pre-conference sessions diisi dengan pembahasan mengenai pentingnya pendidikan Kristen di dunia ini. Pendidikan penting, tetapi mengapa harus pendidikan Kristen--inilah yang lebih penting untuk dipikirkan. Jika kita tidak memikirkannya dengan seksama, jangan-jangan apa yang kita sedang lakukan di sekolah Kristen tidak berbeda dengan institusi pendidikan lainnya. Sesi-sesi tadi membuat saya memikirkan hal-hal mengenai pendidikan Kristen dan implikasinya.
Pendidikan Kristen perlu dibedakan dari pendidikan di rumah dan di gereja. Semakin banyak saya mendengar tentang pendidikan Kristen menurut pandangan Reformed, saya semakin diteguhkan dan dibimbing dalam melihat pendidikan sebagai tugas dan peran dari 3 institusi yang Tuhan izinkan ada di dunia sebagai perwakilanNya: rumah (keluarga), sekolah, dan gereja. Ketiganya bukan ada untuk saling terpisah antara satu dengan yang lainnya, tetapi justru untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Sebagai tubuh Kristus, tidak ada satu bagian yang dapat melakukan semua hal sekaligus! Oleh karena itulah Tuhan memberikan orang-orang yang berbeda dengan kelebihan dan kekurangan berbeda untuk melakukan berbagai tugas dan tanggung jawab yang berbeda pula.
Maka, sekolah berbeda dengan sekolah minggu/gereja di mana Firman Tuhan menjadi materi yang diajarkan dalam segala kegiatannya. Sekolah perlu tetap menekankan kepada ilmu dan keterampilan yang perlu diperoleh dan dilatih untuk mempersiapkan anak-anak menjadi warga negara yang bisa berkarya dan bertanggung jawab di masyarakat. Tetapi apakah berhenti hanya sampai di situ? Mungkin ada yang akan mengatakan bahwa beda pendidikan Kristen adalah pada adanya pendidikan moral dan karakter. Namun, pendidikan moral juga bisa dikerjakan oleh sekolah-sekolah lain juga. Lalu, apa yang membuat sekolah dan pendidikan Kristen berbeda?
Worldview
Di sinilah harusnya terletak perbedaannya. Pendidikan Kristen bukan hanya mengajarkan Firman Tuhan, tetapi juga tidak hanya mengajarkan ilmu. Pendidikan Kristen mengajarkan ilmu yang dilihat dan diinterpretasi dari sudut pandang Firman Tuhan.
Tidak ada pendidikan yang netral! Semuanya pasti memiliki presuposisi dan pandangan dasar yang menyebabkan adanya materi tertentu yang diajarkan, metode yang digunakan, dan pendekatan yang dilakukan. Inilah yang menjadi perbedaan sekolah Kristen dengan sekolah lain. Sekolah Kristen didasarkan pada presuposisi bahwa semua ilmu pengetahuan berada di dalam kedaulatan Allah dan diwahyukan oleh Tuhan sendiri. Mengutip kata-kata yang terkenal dari Abraham Kuyper, tidak ada satu inci pun di dunia ini di mana Tuhan tidak mendeklarasikannya sebagai milikNya!
Kelihatannya sepele, tetapi dampaknya besar. Contoh sederhananya di konteks zaman sekarang ini bisa berupa pandangan sederhana orang-orang dunia yang menolak pembagian jenis kelamin sesuai yang diberikan oleh Tuhan dan diberitahukan tatanannya kepada kita lewat FirmanNya. Jika ada guru yang menganut pandangan ini, maka di sekolah mereka tidak akan mengatakan kepada siswa mereka jenis kelamin mereka--dan hanya membiarkan. Jika anak tidak mengetahui siapa mereka dari kecil, berbahaya sekali! Kebanyakan masalah terutama pada kesehatan mental anak-anak bermula dari masalah identitas diri mereka yang tidak jelas dan tidak bisa menjadi pegangan mereka dalam menghadapi kehidupan.
Berbeda dengan contoh sebelumnya, di sekolah-sekolah di mana Firman Tuhan menjadi fondasi dan dasar, guru tidak akan mengajarkan bahwa anak-anak tidak memiliki jenis kelamin. Seperti yang sudah difirmankan Allah, guru akan mengajarkan bahwa setiap manusia terlahir laki-laki atau perempuan, sebagaimana Tuhan menciptakan mereka. Dari contoh sederhana ini kita sudah bisa melihat, bagaimana tidak ada ilmu yang netral dan bagaimana apa yang kita percaya membentuk apa yang kita ajarkan.
Oleh sebab itu, inilah tugas dan tanggung jawab unit sekolah Kristen: untuk mengarahkan siswa melihat seluruh ilmu pengetahuan dari sudut pandang Firman Tuhan. Ini bukan hal yang mudah. Guru sendiri harus memahami dan menguasai Firman Tuhan sampai pada level tertentu untuk bisa mengintegrasikannya di kelas dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang saya merasa di zaman dulu saat belum ada internet, tugas ini lebih mudah dilakukan dari sekarang. Tapi benarkah?
Saya percaya setiap zaman punya tantangannya masing-masing dan tantangannya tidak menjadi semakin mudah. Apa yang menurut kita sulit dulu, mungkin sudah mudah dilakukan sekarang. Yang sulit nanti mungkin adalah hal-hal yang bahkan belum bisa kita pikirkan! Manusia bisa ada keterbatasan dalam mengikuti perkembangan pendidikan terbaru dan mengadaptasinya ke dalam praktik kelas kita, namun, kita bisa memberikan dasar yang kokoh dan kuat untuk bekal siswa memahami pembelajaran mereka di waktu-waktu mendatang. Seperti menanam pohon di tepi aliran air atau seperti orang yang membangun rumah di atas batu, yang harus kita lakukan adalah memastikan fondasi pendidikan pada anak-anak kita kuat dan kokoh terlebih dahulu---dan satu-satunya yang bisa membuat dasar pendidikan kuat dan kokoh adalah Firman Tuhan. Oleh sebab itu, anak-anak sedari kecil sudah harus dikenalkan kepada iman Kristen mereka dan dilatih melihat dunia dari sudut pandang Allah dan FirmanNya.
Tapi tidak berhenti sampai di situ..
Doakan anak-anak dan siswa kita. Mintalah kepada Tuhan untuk Roh Kudus berkenan memakai segala pelayanan kita untuk membawa anak-anak/siswa kita mengenal dan mempercayai Tuhan sebagai Tuhan dan juruselamat mereka. Kita terbatas dan kita, bahkan dalam usaha terbaik kita, tidak bisa mengontrol apakah seseorang akan selamat atau tidak. Tapi kita bisa berusaha yang terbaik, menabur benih Firman, menyiraminya, memupukinya, dan merawatnya. Sambil melakukan semaksimal mungkin apa yang kita bisa, kita berdoa, memohon Tuhan berkenan menggunakanNya untuk pekerjaan Tuhan.
Dan inilah yang harusnya menjadi doa kita bersama, terutama sebagai guru-guru Kristen yang bekerja di institusi Kristen.
Kiranya Tuhan memberkati kita semua dalam panggilan kita masing-masing. Soli deo Gloria.
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
It's Been a While...
Hello!
It's been a while since I wrote anything.. When I first started this tumblr page, it's the desire of my heart to write at least once a week. I want to push myself to write as a medium of my own personal learning and reflection, as well as a way for me to share what I've been reading or thinking..
But for the past few months, adjusting with new work pace and routine turns out to be not as easy as I thought. :) I do enjoy my work now though, I really do! I love every second of it, but I'm also very physically tired by the end of the day to do anything else, be it reading or writing.
I have been reflecting and learning--a lot, and it's such a shame that my hands are not that fast in typing or writing those thoughts down. I come to realize that if I'm not starting to write again soon, this wonderful season will pass away unrecorded, and so with courage I wish to start writing again.
Since I'm actually feeling more comfortable writing in English (for now), some posts might be written in English instead of Indonesian. I do hope to still write in Indonesian as it's also a form of training for me, but since my ultimate goal is to write, document, and share my thoughts, that's going to be what I'm more focused in doing. :)
I'm looking forward to the next couple of weeks too! I think it will be nice to look to my previous posts at the end of the year and see what I've been learning and thinking about.:)
For now, that's all!
Warmly,
Yohana
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
Memilih Buku Bacaan untuk Anak
Salah satu pekerjaan saya di kantor adalah untuk membeli buku untuk dibaca oleh siswa di sekolah. Dari sekian banyak buku yang terbit dan dijual di pasaran, bagaimana saya memilih buku yang tepat untuk peserta didik di sekolah? Berikut adalah beberapa hal yang saya lakukan:
Baca bukunya! -- Ini peraturan pertama dan yang terpenting! Saya harus membaca buku tersebut sebelum saya berikan kepada siswa. Jika buku tersebut untuk siswa KB-TK-SD, saya selalu memastikan membaca buku tersebut dari awal sampai akhir. Jika bukunya agak panjang dan tebal untuk siswa SMP-SMA, saya selalu memastikan untuk melihat rating usia yang ada di atas ISBN buku, daftar isi, sinopsis buku, selain juga membaca bab pertama, dua bab terakhir, dan skimming halaman-halaman di tengah buku. Apakah alurnya sesuai? Apakah ceritanya masuk akal?
Jika buku tersebut adalah buku bergambar, maka saya juga akan cek kesesuaian gambar dengan kata-kata. Ada beberapa buku bergambar yang saya temukan memiliki teks yang bertentangan dengan ilustrasi yang diberikan sehingga berpotensi membingungkan. Misalnya, teksnya mengatakan bahwa sang tokoh marah, sementara ilustrasinya menggambarkan tokoh tersebut sedang tersenyum. Karena gambar memiliki pengaruh besar pada kemampuan membaca anak, terutama di usia dini, maka harus dipastikan ilustrasi dan representasi visual tidak menyesatkan alur cerita.
Evaluasi bahasa yang digunakan: apakah bahasa di dalam buku menolong pembaca untuk menjadi komunikator yang lebih efektif di dalam masyarakat? Cara berbahasa kita tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita tetapi juga apa yang kita baca dan kita dengar sehari-hari. Maka, penting untuk mencari bacaan yang mengajarkan bagaimana berbahasa dengan baik dan tepat untuk dapat meningkatkan kosakata dan kemampuan berbahasa pembaca.
Saya mencoba mencari pesan yang ingin disampaikan oleh cerita. Apakah pesannya eksplisit atau implisit? Apakah buku ini bisa multitafsir atau secara jelas mengarahkan pembaca kepada suatu kesimpulan? Apakah pesan yang ingin disampaikan sesuai dengan nilai-nilai sesuai dengan prinsip dan tujuan sekolah? Jika ya, maka buku ini layak dipertimbangkan. Jika tidak, maka buku ini bukan untuk siswa di sekolah.
Saya bertanya: apakah buku ini bisa dibaca sendiri oleh siswa? Jika ya, maka umumnya saya akan mengusahakan untuk buku tersebut bisa dibeli. Jika tidak, maka saya akan memikirkan tentang bentuk perancahan atau bimbingan yang bisa diberikan, baik itu dengan meletakkan buku di bagian resource guru untuk dibahas bersama siswa, maupun dengan memberikan catatan di halaman depan atau belakang buku sebagai panduan.
Beberapa hal di atas mungkin bisa berlaku untuk anda juga dalam mencari buku untuk dibaca di rumah atau diberikan ke teman dan saudara. Tergantung konteks anda, mungkin ada bagian dari 5 nomor di atas yang tidak perlu dilakukan atau malah perlu ditambahkan. Apapun kondisinya, semoga sharing ini dapat menjadi masukan bagi kita semua dalam lebih kritis membaca dan membagikan apa yang kita baca kepada orang-orang lain di sekitar kita.:)
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
"We shall draw nearer to God, not by trying to avoid the sufferings inherent in all loves, but by accepting them and offering them to Him; throwing away all defensive armour. If our hearts need to be broken, and if He chooses this as the way in which they should break, so be it."
– C.S. Lewis, The Four Loves, p. 156
5 notes · View notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
"To love at all is to be vulnerable. Love anything, and your heart will certainly be wrung and possibly be broken. If you want to make sure of keeping it intact, you must give your heart to no one, not even to an animal. Wrap it carefully round with hobbies and little luxuries; avoid all entanglements; lock it up safe in the casket or coffin of your selfishness. But in that casket--safe, dark, motionless, airless--it will change. It will not be broken; it will become unbreakable, impenetrable, irredeemable."
– C.S. Lewis, The Four Loves, p. 155-156
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
"Hence true Friendship is the least jealous of loves. Two friends delight to be joined by a third, and three by a fourth, if only a newcomer is qualified to become a real friend. . . . For in this love 'to divide is not to take away'. . . . In this, Friendship exhibits a glorious 'nearness by resemblance' to Heaven itself where the very multitude of the blessed (which no man can number) increases the fruition which each has of God. For every soul, seeing Him in her own way, doubtless communicates that unique vision to all the rest. That, says an old author, is why the Seraphim in Isaiah's vision are crying 'Holy, Holy, Holy' to one another (Isa. 6:3). The more we thus share the Heavenly Bread between us, the more we shall all have."
– C.S. Lewis, The Four Loves, p. 78-79
1 note · View note
yohana232425 · 2 years ago
Text
Tumblr media
Judul buku: Show Them Jesus: Teaching the Gospel to Kids
Judul buku terjemahan: Kenalkan Yesus Pada Mereka
Penulis: Jack Klumpenhower
Penerbit: New Groth Press
Penerbit versi terjemahan: Momentum
Banyak masalah di dalam lingkungan gereja atau sekolah Kristen berasal dari adanya asumsi bahwa anak yang lahir dari keluarga Kristen pasti adalah orang Kristen. Oleh sebab itulah anak-anak ini jarang atau bahkan tidak lagi pernah mendengar berita injil yang sesungguhnya di dalam kehidupan mereka. Mereka tidak pernah mendengar akan seriusnya dosa--sekecil apapun--dan akibatnya, serta akan adanya Allah yang sangat mengasihi mereka dan mengirimkan putra tunggalNya ke dunia, Yesus Kristus, untuk mati menanggung hukuman dosa mereka. Yang mereka dengar dan hidupi tentang Kekristenan direduksi menjadi bagaimana berbuat baik dan menjadi manusia yang sempurna, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan orang lain. Mereka dituntut tanpa pernah mendengar tentang berita anugerah. Betapa mengerikan dan menyedihkan! Oleh karena itulah tidak heran bahwa banyak anak dan remaja yang awalnya berada di dalam gereja menyangkal "iman" mereka yang terlalu sulit itu dan mudah ditarik oleh apa yang dunia tawarkan.
Gereja perlu menjadi gereja yang menginjili! Ini adalah mandat yang diberikan kepada kita. Penginjilan yang kita perlu lakukan bukan hanya penginjilan ke luar, tetapi juga ke dalam--ya, ke dalam komunitas gereja. Anak-anak yang lahir dan besar di gereja pun perlu mendengar injil diberitakan, diintegrasikan, dan bahkan dibuat lebih hidup dan nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tapi bagaimana? Bagaimana memberitakan pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa kita serta kebangkitan dan kenaikanNya ke surga dengan kreatif dan tidak “preachy”? Jack Klumpenhower memberikan prinsip-prinsip dasar serta beberapa langkah praktis untuk membantu kita.
Dia mengajak kita semua, terutama guru (baik guru sekolah minggu maupun guru Kristen) dan orang tua, untuk kembali memikirkan bagaimana kita menyampaikan injil dalam kehidupan kita sehari-hari kepada anak-anak kita. Apa yang kita lakukan? Bagaimana kita bertindak? Dan yang paling penting: Apakah ada berita Injil diberitakan kepada anak-anak? Oleh karena itulah lima bab pertama di buku ini ditulis untuk meyakinkan kita bahwa Firman Tuhan yang kita beritakan dalam interaksi kita dengan anak tidak berarti tanpa adanya pesan injil itu sendiri dibagikan kepada mereka. Bukan hanya pesan injil di perjanjian baru, tetapi juga di perjanjian lama, karena seluruh Firman Tuhan adalah tentang Yesus dan karya Injilnya.
Klumpenhower memahami bahwa tidak mudah bagi kita untuk memberitakan berita injil tanpa terdengar berlebihan atau terlalu menggurui. Dia juga ingin kita menghindari berita Injil yang terkesan memaksa atau cocoklogi. Oleh karena itu, beberapa bab di buku ini didedikasikan untuk melatih kita melewati proses persiapan yang cukup bahkan tanpa memiliki latar belakang sekolah Teologi. Klumpenhower juga menambahkan beberapa poin penting tentang pentingnya membina relasi dengan anak yang kita ajar, dan bagaimana relasi tersebut dapat dibangun di dalam interaksi kita dengan mereka. Dia memberikan poin bahwa pada umumnya relasi yang baik antara orang dewasa dengan anak yang biasanya menjadi jalan bagi pemberitaan Injil yang lebih organik, terutama ketika mereka juga menjadi pelaku-pelaku Firman yang menghidupi berita Injil tersebut.
Secara pribadi, buku ini juga akan memberkati kita, pembaca, dalam merefleksikan hubungan kita dengan Tuhan. Kita sendiri akan ditegur dan dikuatkan, dibawa untuk melihat kepada diri dan hati kita: motivasi kita, praktik kita, dan di mana Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Klumpenhower menunjukkan sebuah poin penting bahwa pesan injil seringkali terlupa dalam pengajaran kita karena kita menganggap bahwa injil hanyalah berita yang kita dengar dan kita terima sekali saja pada saat kita bertobat dan menjadi percaya. Bukan begitu! Kita manusia berdosa yang pelupa butuh terus mendengar berita injil, dikuatkan, dibawa kepada pertobatan yang terus menerus, dan untuk melihat kepada salib Kristus. Mungkin alasan kita tidak memberitakan berita injil adalah karena kita sendiri tidak menghidupinya. Oleh karena itu, penting bagi kita, guru dan orang tua, untuk juga terus bertumbuh di dalam Tuhan, hidup dalam pertobatan dan berita injil, dan menyadari kegagalan dan pertumbuhan rohani kita juga Ketika kita juga renungkan dan menghidupi Injil dalam kehidupan kita sehari-hari, maka tidak mungkin kita tidak ingin membagikannya kepada orang lain, apalagi kepada jiwa seberharga anak-anak kita!
1 note · View note
yohana232425 · 2 years ago
Text
"No Christian is designed to struggle alone. All Christians need the support of others. We are called to 'carry each other's burdens,' and so 'fulfill the law of Christ' (Gallatians 6 v 2)."
– Sam Allberry, Is God Anti-Gay? p. 48
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
Devoted: Great Men and Their Godly Moms
Tumblr media
Buku ini diberikan sebagai hadiah dari seorang kakak dalam Kristus yang saya kasihi di gereja saya. Buku ini sangat kecil dan tipis, dan saya menemukan bagaimana buku ini menjadi bacaan pengantar tidur yang sangat sesuai dengan keadaan otak yang seringkali sudah terlalu lelah untuk berpikir terlalu rumit sebelum tidur. Saya banyak merenung dan menangis saat membaca buku ini dan buku ini banyak menjadi berkat dan kekuatan untuk saya.
Salah satu alasan atas air mata saya saat membaca adalah karena saya sendiri berefleksi pada cerita kehidupan saya. Saya datang kepada Tuhan karena adanya orang tua dan kakek nenek saya yang membawa saya kepada Kristus sejak kecil. Sejak saya mulai bisa mengingat, saya tidak bisa ingat satu hari di mana saya tidak tahu bahwa saya adalah anak Tuhan, dan kenyataan ini adalah kekuatan bagi saya dalam menghadapi hari-hari senang maupun susah dari sejak kecil. Seperti Timothy di Alkitab, saya duduk dalam pengajaran mama dan emak saya dari kecil. Bedanya, saya juga mendapatkan pengajaran dari papa dan kakek saya juga. Saat kecil, salah satu hobi saya adalah mengganggu mereka saat mereka berdoa dan membaca Alkitab. :) Awalnya, saya akan mengganggu mereka, tapi kemudian saya sering ikut mereka membaca Alkitab dan berdoa bersama juga. :) Saya melihat dan mendengar sendiri doa-doa orang tua dan emak-engkong saya, mendoakan semua anak, cucu, saudara, sampai terkadang karena lelah, saya tertidur saat ikut berdoa. :)
Tapi itu adalah kenangan manis saya yang membuat saya pertama mengenal Tuhan, dan saya selamanya bersyukur akan berkat yang saya terima tersebut.
Di buku inipun, banyak diceritakan doa-doa dari para Ibu yang mengiringi dan mempersiapkan anak-anak mereka bagi pelayanan yang disiapkan Tuhan bagi mereka. Di balik pelayanan mereka yang luar biasa, ada Ibu-Ibu mereka yang berdoa bagi mereka. Ini yang menjadi alasan lain atas air mata saya.
Buku ini sudah menjadi inspirasi, penghibur, dan berkat buat saya. Sesungguhnya, Tuhan memakai orang tua dan komunitas kita untuk membawa kita kepadaNya! Apakah kita juga sudah menjadi orang-orang yang dipakai Tuhan untuk membawa orang lain juga kepadaNya? Semoga ya dan Amin!
1 note · View note
yohana232425 · 2 years ago
Text
Jangan Melupakan Sejarah
Kemarin, saya pergi ke salah satu gereja cabang tempat saya beribadah dulu selama satu tahun. Gereja tersebut sedang merayakan ulang tahunnya yang ke-25, dan untuk merayakannya mereka mengundang orang-orang yang pernah melayani di sana, sekaligus juga para pendiri gereja tersebut--orang-orang yang 25 tahun lalu ikut memprakarsai berdirinya gereja tersebut. Beberapa dari para pendiri tersebut ada yang sudah beribadah di gereja pusat, sehingga acara kemarin terasa seperti sebuah reuni besar!
Kegiatan perayaan dimulai dengan ibadah. Setelah ibadah selesai, barulah rangkaian perayaan dimulai. Salah satu poin dalam rangkaian acara perayaan adalah pemutaran video napak tilas perjalanan gereja ini selama 25 tahun yang sudah berlalu, dan hamba Tuhan yang sekarang bertugas di sana memastikan bahwa apresiasi kepada sang para pendiri yang menangkap visi yang diturunkan dari gereja pusat sampai akhirnya gereja cabang bisa berdiri dan tetap ada dan berkembang sampai sekarang.
Apresiasi dan napak tilas ke "semangat mula-mula" sekarang ini tidak lagi mudah untuk ditemukan. Zaman yang semakin modern membuat orang lebih senang dan sering untuk fokus kepada "sekarang" dan hal-hal yang ada di masa depan saja, serta melupakan masa lalu dan segala perjuangannya. Bukan berarti kita harus hidup terus melihat ke belakang, tentu saja ini tidak benar juga. Namun, sebagai manusia yang hidup di masa sekarang dan menatap ke masa depan, kita harus menyadari bahwa kita tidak akan ada sekarang ini kalau bukan karena ada masa lalu. Masa lalu menjadi pembelajaran, menjadi pijakan pertumbuhan, menjadi masa yang membuat kita bisa ada di dalam masa sekarang dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Masa lalu juga bisa berarti, dan jika kita ingin membuat masa lalu kita berarti, semua juga ditentukan dari apa yang kita lakukan hari ini.
Lebih dari itu, saya melihat ada kerendahan hati dan sikap menghargai yang ditunjukkan oleh hamba Tuhan kami. Beliau menjadi contoh untuk kami semua yang hadir untuk tidak melupakan bagaimana ini semua bermula dan semangat yang mula-mula. Seringkali, ketika kita sudah terlalu terpaku dengan "sekarang" dan masalah-masalahnya, mudah bagi kita untuk melupakan semangat kita yang mula-mula, yang awalnya menjadi penggerak dan visi bagi kita untuk melakukan apa yang kita lakukan.
Tindakan sang hamba Tuhan membawa saya juga untuk melihat bagaimana kita semua adalah bagian dari cerita yang lebih besar--cerita yang Tuhan buat untuk gerejaNya. Betapa indahnya! Ketika semua bertemu dan berkumpul seperti reuni yang besar, maka kebesaran Tuhan pun bisa lebih lagi diceritakan kepada banyak orang, dan cerita-cerita yang terputus dari generasi yang berbeda bisa digabungkan untuk membentuk sebuah cerita yang utuh. Yang tua bisa berbagi hikmat dan melihat pengharapan mereka menjadi nyata, yang muda bisa belajar dari sejarah agar bisa melakukan lebih baik lagi di masa depan. Bukankah ini luar biasa?!
Jangan melupakan sejarah. Pada akhirnya, setiap cerita akan menjadi kenangan yang tidak bisa diulang. Kenangan seperti apa yang akan kita buat dan ingat untuk waktu yang lama? Cerita apa yang akan kita berikan kepada angkatan kita yang kemudian? Semoga suatu hari nanti, kita juga bisa diberi kesempatan melihat pengharapan dan cita-cita kita dari apa yang kita kerjakan juga menjadi nyata. :)
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
"I've read that spiritual foundations are pretty well formed by the age of nine. If that is true, many of us are doing too little, too late with our own kids, and John Newton and his mother are a good reminder that the time to start is now. Jesus works in the youngest lives, too, even when we don't expect it."
-- Tim Challies, Devoted: Great Men and Their Godly Moms, p. 17
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
Mysterius Benedict Society
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Buku ini direkomendasikan kepada saya oleh petugas perpustakaan sekolah tempat saya bekerja dan buku ini betul-betul adalah salah satu buku petualangan anak-anak terbaik yang pernah saya baca--walaupun setiap bukunya setebal kurang lebih 500-an lembar! Awalnya, saya memilih untuk hanya membaca sebanyak yang bisa saya baca dalam 30 menit, tapi akhirnya saya putuskan untuk merelakan diri tidur jam 2 pagi hanya untuk bisa sampai ke akhir ceritanya. 😊 Kisah tentang persahabatan dan petualangan dibalut dan dicampur dengan bumbu seru teka-teki sederhana dan misteri-misteri yang menjadikan novel ini menyenangkan untuk dibaca--dan mengajak berpikir juga. Saat membaca, saya merasa menjadi salah satu dari anggota persekutuan misterius ini dan tanpa sadar ikut memikirkan jawaban-jawaban dari teka-teki yang diberikan. Walaupun membaca buku ini cukup melelahkan, tapi seru juga!
Penasaran? Silakan baca sendiri ceritanya.😊🤭
PS: Buku ini tersedia dalam Bahasa Inggris dan juga Bahasa Indonesia.
1 note · View note
yohana232425 · 2 years ago
Text
What Do You Do With an Idea?
Tumblr media
Judul: What Do You Do With an Idea?
Penulis: Kobi Yamada
Penerbit: Compendium
Apa yang anda lakukan dengan sebuah ide?
Buku ini adalah salah satu buku bergambar favorit saya. Saya juga mulai menulis di dalam sebuah akun media yang saya tidak buat private karena adanya ide yang tiba-tiba datang juga, untuk membagikan apa yang sudah saya baca dan hal-hal yang saya pikirkan kepada orang lain.
Apa yang anda lakukan dengan ide-ide anda?
Sebetulnya, rasanya cukup menakutkan untuk bertindak dan merealisasikan ide yang saya miliki. Namun, saya berpikir untuk tetap mencobanya dan melihat bagaimana akhir dari ide saya ini. Apapun yang terjadi, saya harap ide yang saya wujudkan ini bisa Tuhan pakai menjadi berkat.
Semangat! 화이팅!
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
Orang-Orang di Balik Layar
Di ibadah hari Minggu yang lalu, pendeta di gereja kami harus langsung terbang untuk memimpin ibadah di Singapura sore hari. Sehingga, beliau harus langsung pergi ke bandara seusai menyampaikan Firman Tuhan.
Namun Firman Tuhan kemarin agak panjang karena diterjemahkan dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia. Ketika waktu menunjukkan pukul 11.30, dapat dillihat para hamba Tuhan dan penatua gereja yang biasanya duduk di area sebelah kanan mimbar mulai gelisah dan saling berbisik, sehingga akhirnya asisten pendeta kami memutuskan untuk naik ke atas panggung dan duduk di kursi sebelah mimbar, bersiap untuk mengambil alih segera setelah beliau selesai. Sinyal tersebut ditangkap oleh hamba Tuhan kami, dan beliau mengakhiri kotbahnya tidak lama kemudian. Setelah itu, beliau segera diantar keluar dengan menggunakan kursi rodanya, dan saya yakin, langsung ke bandara.
Kemudian terpikirkan oleh saya bagaimana untuk sebuah ibadah bisa berjalan dengan baik dari awal sampai akhir, ada orang-orang seperti itu yang mengatur jalannya ibadah dan memastikan setiap orang yang dibutuhkan ada di bagiannya masing-masing. Saya sendiri sudah ikut dalam pelayanan gereja sejak lama dan ditempatkan di berbagai posisi, sehingga saya cukup tahu dan mengerti beberapa dinamika yang ada di waktu pelayanan.
Contoh sederhananya, pernahkah anda membayangkan apabila di dalam ibadah tidak ada organis atau pianis yang ditugaskan untuk memainkan instrumen, atau apabila lagu tidak diumumkan sebelumnya? Bagaimana apabila tidak ada yang ditunjuk menjadi liturgis, atau bagaimana bila liturgis tidak tahu apa yang harus dilakukan atau diumumkan? Bagaimana dengan AUVI yang memastikan layar menampilkan lagu yang tepat di waktu yang tepat, kolektan yang memastikan setiap orang dapat kesempatan memberikan persembahan, atau guru sekolah minggu yang mengajar siswa dan memastikan mereka punya cukup hal untuk dilakukan dan cukup waktu untuk melakukannya sambil mempertimbangkan waktu ibadah dewasa. Di Amerika dulu, saya bahkan pernah melayani di nursery, tempat di mana orangtua dengan anak-anak batita boleh menitipkan anaknya selama ibadah agar mereka bisa beribadah dengan lebih tenang.
Bagaimana dengan paduan suara yang harus berlatih setidaknya sebulan sebelum bisa menyanyikan sebuah lagu di dalam ibadah, atau, seperti contoh kemarin Minggu, penatua dan pengurus yang memastikan pendeta sudah dihubungi, tiket sudah diurus, dan transportasi lancar sampai di tempat tujuan?
Jika kita mau lebih picky lagi, pikirkan juga bapak/ibu yang memastikan gereja bersih dan rapi untuk ibadah, serta petugas keamanan yang memastikan lalu lintas, keamanan, dan seluruh rangkaian ibadah berjalan dengan baik dan lancar. Ada di antara mereka yang harus beribadah juga, dan penatalayan juga adalah orang-orang yang butuh beribadah. Mereka biasanya akan beribadah di waktu dan jam lain, atau di sesi ibadah yang lain, agar mereka juga bisa fokus mendengarkan dan memperhatikan Firman Tuhan, fokus beribadah, karena mungkin saat melayani, mereka akan disibukkan fokusnya dengan hal-hal lain yang menghalangi mereka bisa sepenuhnya mendedikasikan hati dan pikiran kepada Tuhan.
Semua inilah, orang-orang di belakang layar ini jugalah, yang mengijinkan kita semua untuk bisa fokus beribadah kepada Tuhan. Keterlibatan mereka adalah bentuk pelayanan kepada Tuhan dan sesama, karena bagaimanapun, apa yang dilakukan menjadi berkat bagi orang-orang lain yang beribadah.
Apakah kita menghargai mereka? Pernahkah kita menyampaikan senyum atau terima kasih kita pada mereka?
Adakah kita juga tergerak untuk ikut melayani? Jika kita semua berbagian untuk melayani di gereja, maka akan ada semakin banyak orang di gereja yang saling menjadi berkat bagi sesamanya. Jika kita ikut melayani, mungkin guru-guru sekolah minggu akan bisa lebih sering bisa ikut perjamuan kudus karena rotasi yang bisa lebih banyak, mungkin pianis akan bisa lebih fokus dalam berlatih lagu karena ada lebih banyak orang yang bisa mengiringi di bulan yang sama, mungkin AUVI bisa bergantian dan bisa lebih konsentrasi mendengarkan Firman Tuhan, dan sebagainya.
Tapi sebetulnya, lebih dari itu..
Dari ikut pelayanan, saya belajar banyak tentang melayani Tuhan dan sesama. Saya belajar berdoa, menyerahkan diri dan pelayanan kepada Tuhan. Dari melayani, saya diingatkan bahwa saya tidak layak dan hanya layak karena ada Kristus yang melayakkan dan memampukan. Selain itu, saya juga dibuat lebih memahami, mengerti, dan mendoakan komunitas di mana Tuhan menempatkanku, dan untuk bersama-sama bekerja sama, bersatu sebagai satu kesatuan--satu keluarga, untuk bersama-sama memuliakan Tuhan..
Bagaimana dengan anda sekalian? Apakah anda sudah ikut dalam pelayanan di gereja tempat anda beribadah?
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
Bertumbuh
Apakah pertumbuhan itu?
Tanyakanlah kepada anak-anak di kelas-kelas SD, dan mereka akan memberitahu bahwa bertumbuh berarti bertambah berat, bertambah tinggi, dan bertambah usia.
Tapi, apakah hanya sebatas itu? Tentu saja tidak.
Semakin bertambahnya usia, saya menyadari bahwa bertumbuh tidak terbatas kepada perubahan fisik.
Bertumbuh juga bisa berarti bertambah dalam tanggung jawab: dari mengerjakan hal-hal kecil ke mengerjakan hal-hal kecil dan besar.
Atau bertambah dalam pengetahuan: dari tidak tahu menjadi sedikit tahu atau banyak tahu.
Secara rohani, bertumbuh bisa berarti bertambah dalam pengenalan dan cinta kepada Tuhan, selain juga bertambah peka dalam mengidentifikasi dosa dan hidup dalam pertobatan.
Apapun bentuk pertumbuhannya, ada beberapa prinsip yang tetap sama, yaitu:
Ketekunan. Bertumbuh butuh ketekunan dalam proses yang terus menerus dilakukan. Ini bukanlah hal yang mudah. Ketika kita mengerjakan sesuatu terus-menerus, hal yang membuat kita bersemangat dan mengejutkan kita mungkin tidak lagi akan menyenangkan atau membangkitkan semangat kita. Namun C.S. Lewis di bukunya Mere Christianity memberikan sebuah pengertian yang sangat menarik, bahwa justru ketika kita terus menekuni sesuatu dalam jangka waktu yang panjang, hal yang dulu membangkitkan semangat kita tidak lagi akan menjadi baru dan mengejutkan, tetapi akan digantikan hal-hal lain yang lebih dalam, lebih baru, dan lebih mengejutkan. Seperti membuka kotak hadiah yang di dalamnya berisi kotak hadiah! Hadiah terindahnya, ketekunan dan kesetiaan, tidak akan bisa didapat kalau kita tidak terus tekun membuka kotak tersebut, seberapa banyakpun kotaknya dan seberapa lamapun waktu yang dibutuhkannya. Bertumbuh juga butuh ketekunan karena terkadang hasilnya tidak bisa selalu terlihat saat itu juga. Oleh sebab itu, butuh perenungan dan refleksi untuk melihat kembali--napak tilas--bagaimana selama ini kita sudah (atau belum) bertumbuh dalam kehidupan kita.
Mau belajar. Manusia baru bisa bertumbuh jika ada keinginan untuk belajar dan memperoleh sesuatu agar ada pertambahan dan pertumbuhan. Seperti manusia perlu makan dan minum agar bisa bertambah tinggi, bertambah berat, dan tetap sehat seiring bertambahnya usia, kita juga perlu memperoleh pengetahuan jika ingin bertambah dalam hikmat dan pengetahuan baik secara kognitif, emosi, spiritual, maupun moral. Pengetahuan bukan hanya diperlukan untuk aspek kognitif kita saja. "Faith seeking understanding," adalah salah satu warisan Agustinus yang menekankan pada pentingnya manusia untuk terus mencari tahu kehendak Tuhan dan menggali Firman Tuhan, memikirkan dan merenungkannya siang dan malam, untuk mempertumbuhkan dan memperkuat iman kita. Ketika kita bertumbuh dalam iman, sebetulnya kita juga akan bertumbuh dalam hal-hal lain dalam hidup kita secara holistik, baik itu secara kognitif, emosi, spiritual, maupun moral. Seek ye first the Kingdom of God, and all these things will be given unto you. Saya seringkali kagum kepada orang-orang Kristen "biasa" yang bisa memikirkan hal-hal mengenai hidup dengan begitu dalam dan berhikmat walaupun sepertinya tidak memiliki "kualifikasi" atau "pendidikan" yang memadai di mata dunia. Mengapa mereka bisa memberikan pengaruh begitu besar lewat pemikirkan yang begitu dalam? Jawabannya adalah karena ketika mereka mengenal dan mencintai Tuhan, memikirkan tentang iman dan hidup mereka, Tuhan memberikan kemampuan untuk memikirkan, merenungkan, dan memahami banyak hal lain di dunianya dengan luar biasa. Bagaimanapun juga, Tuhan adalah sumber hikmat dan pengetahuan! Bukankah memang masuk akal bahwa mencari pengetahuan pada sumbernya akan membuahkan pengertian di segala aspek kehidupan lainnya?
Kerendahan hati. Bertumbuh selalu bertambah, tapi akan baik jika kita tidak hanya memikirkannya dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman yang semakin tinggi setiap hari kita melihatnya. Bertumbuh, menurut David Powlison dalam salah satu sesi kuliahnya yang dulu saya ikuti, mungkin lebih mirip seperti menjadi sebuah yoyo di tangan seseorang yang sedang naik tangga ke atas. Yoyo tersebut bisa naik dan turun, tetapi secara umum dia selalu naik karena berada di tangan seseorang yang sedang menaiki tangga ke atas. Di dalam hidup dan proses bertumbuh, akan ada saat-saat di mana kita akan jatuh dan gagal, di mana sebuah proses terlihat lama dan menjemukan, atau saat di mana kita harus kembali dan mengoreksi apa yang kita pikir kita tahu atau sudah tahu dan menggantinya dengan pemahaman yang baru. Ini semua membutuhkan kerendahan hati--kerendahan hati untuk mengakui bahwa kita semua masih belajar, bisa salah dan harus mengakui kesalahan, butuh dikoreksi, dan harus memperbaiki diri.
Bertumbuh bukanlah sebuah proses yang mudah dan indah. Tapi, jika ada sesuatu yang selama ini saya pelajari dan saya pegang adalah bahwa selama ini saya tidak pernah dibiarkan untuk bertumbuh sendiri. Saya bisa ada dan bertumbuh menjadi seperti sekarang ini adalah karena ada karya Kristus di dalam hati dan diri saya.
Saya juga bisa bertumbuh karena saya belajar dari sumber pertumbuhan itu sendiri. Melekat kepada pokok anggur yang benar dan kokoh. Itulah yang saya lakukan dan saya harap akan bisa terus lakukan seumur hidup saya. Prosesnya tidak mudah dan saya masih harus banyak belajar. Tapi, saya tahu bahwa hanya karena anugerah Allah sajalah saya sudah sampai di sini dan saya akan terus bertumbuh dengan adanya Tuhan yang memegang saya dan memberi pertumbuhan, jauh lebih dari yang bisa saya bayangkan atau pikirkan.
Akan jadi apa saya 10 tahun ke depan? Saya tidak tahu. Tapi apapun yang terjadi, saya harap 10 tahun dari sekarangpun saya akan terus menjadi seorang Kristen yang terus bertumbuh di dalam Tuhan dan melekat erat padanya.
Inilah doa saya...
0 notes
yohana232425 · 2 years ago
Text
"As He said, a thistle cannot produce figs. If I am a field that contains nothing but grass-seed, I cannot produce wheat. Cutting the grass may keep it short: but I shall still produce grass and no wheat. If I want to produce wheat, the change must go deeper than the surface. I must be ploughed up and re-sown."
--C.S. Lewis, Mere Christianity, p.198.
5 notes · View notes