Text
Nyihahahahaha
Dia yang mulai api, eh asepnya nyamber kemanamana. Haduuuu, aku anti polusi.
2 notes
·
View notes
Text
Konsisten itu ngapain? Gini bukan? Hehe
Dia jelek-jelekin pacarnya didepan temennya, disisi lain dia jelek-jelekin temenya didepan pacarnya. Situ cowok apa butiran debu sih? Kok omonganya gabisa dipegang hehe.
0 notes
Text
10.01 p.m
Hari ini belajar banyak dari cerita 2 sobat. Gaenak lo digantungin, diambang batas, dikecewain dan diacuhkan. Jangan salahin kalo jerawat pada muncul walaupun udah 3minggu di rumah aja. Aku benci situasi ini, tapi begini adanya. Semua rasa berkecamuk jadi satu. Baru ngerasain perasaan se-chaos hari ini.
0 notes
Text
Ke/ce/wa.
Masih belum tau kenapa seorang dia kokoh menuduhku sebagai perusak hubungan orang. Masih belum tau juga kenapa yang disalahkannya aku, bukan pacarnya. Yang terakhir, masih belum tau kenapa dia datang disaat aku sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Se-rumit itu kisah pertemananku yang berujung naas. Sudah ketiga kalinya ini, dia mengangguku dengan dalil bahwa aku merespon pacarnya yang suka padaku katanya. Tidak dihiraukan untuk yang pertama dan kedua ternyata makin membuatnya tambah gigih untuk mengorek kisah seseorang haha. Sementara ia mengoreku, aku terus memberi penjelasan yang ternyata tiada berujung baik. Justru, aku diolok 'pelakor'. Tolong dong tolol, apa sumpah atas nama Tuhan tidak bisa jadi keyakinanmu? Apa kesaksian kekasihku juga tidak cukup bagimu? Lalu mengapa kamu tetap melindungi lelaki itu? Yang jelas katamu suka padaku. Kenapa aku yang dilempar tomat busuk? Padahal merespon-pun tidak. Hingga kekasihku yang seharusnya tidak perlu ikut campur memberi kesaksian dan pernyataan yang kasar kepadamu? Kamu anggap aku semurahan itu? Lalu bagaimana dengan dirimu yang harga dirinya sudah di injak-injak oleh lelakimu itu dengan cara membohongimu bahwa ia ingin fokus ke urusannya dibanding denganmu? Sadarlah, artinya ia tidak mengindahkanmu lagi. Aku turut prihatin, disisi lain aku juga kesal kenapa ia terus melindunginya yang telah bersikap buruk padamu? -:)
0 notes
Text
Masih Sama
(05/04) total sore ini udah ada 2 orang sobat yang nelfon dan menceritakan masalah yang beda, cuman tetap satu frekuensi. Perempuan memang lebih peka dan lebih kritis dalam firasat dan preventifnya. Berbohong? Katakan saja. Tapi jangan lupa menyiapkan argumen jika ia memang datang untuk kebenaran. Kebanyakan orang enggan berdebat dengan nya, lebih memilih untuk mengakhiri semua yang telah dimulai. Pecundang? Coba pikir. Coba bayangkan jika ia terlahir dari keluarga yang tidak baik setianya, ayahnya selingkuh dan ibunya acuh. Terus kamu datang dengan janji manismu yang berujung patahnya harapan seseorang. Situ sehat? Sore.
0 notes
Text
Dalam hubungan yang melibatkan sebuah perasaan, ada tiga hal kemungkinan yang terjadi.
Pertama, kau bisa jatuh cinta dengannya. Kedua, kau bisa bertahan dari rasa sakit karena harapan dan kenyataan yang ternyata tidak sama. Ketiga, kau mengubahnya menjadi sebuah sebuah karya.
Karena jika pada opsi pertama dan kedua kau tak kuat untuk menghadapinya, cara paling baik dan membuatnya tetap hidup adalah opsi ketiga.
116 notes
·
View notes
Photo

Sebuah Tulisan: PAIN
Sejatinya aku tak pernah percaya bahwa hidup adalah tentang pilihan. Manusia tak dapat hidup dengan memilih harus lahir dari rahim siapa, atau diciptakan dengan andil air mani siapa. Tidak pernah ada kata pilihan bahkan sebelum manusia itu diciptakan.
Hidup adalah sejatinya tentang berjuang. Bahkan dari sebelum manusia itu terlahir, satu dari berjuta sperma berlarian menuju ovarium yang dimenangkan. Kemudian dari apa yang diperjuangkan itu, lahirlah perjuangan-perjuangan baru; ovarium yang berjuang menjadi janin, janin yang berjuang menjadi bayi. Inilah hidup. Hidupku dan semua orang. Berjuang di dalam berkehidupan adalah sebuah hal yang telak mutlak tanpa elak.
Betapa Tuhan sangat Esa, Dia ciptakan kakiku untuk berjuang agarku mau berjalan dan berlari. Dia ingin aku berpindah. Karenanya dari sepasang kakiku yang kupergunakan, terlahir arti, di mana ada hal-hal menarik yang belum pernah aku jumpai dari tempatku berdiri sebelumnya. Dia juga ciptakan tanganku. Sepasang yang layaknya digunakan untuk menderma. Satu dari banyak hal supayanya, agar diriku tahu, bahwa manusia yang mau berjuang dalam memberi adalah manusia yang berhak menerima.
Pun tak lepas Dia ciptakan mataku. Dua bola yang membuatku memandang sesuatu yang kemudian menjatuhkanku pada daratan-daratan syukur. Tuhan menciptakan mata agar manusia menggunakannya memandang hal yang memang baginya indah. Namun tak banyak yang menyadari, bahwa pemandangan terindah sekalipun bisa di dapat saat manusia menutup mata dan melihat menggunakan mata hatinya. Seperti itu.
Berbicara tentang mata hati, tentu tak ayal hal ini berkesinambungan dengan perihal perasaan. Pernah ada dalam hari-hariku, perasaan di mana aku sangat terluka. Seperti merasa bahwa akulah orang yang paling menderita sedunia. Hingga pada manusia-manusia manapun, aku menaruh benci. Hingga pada senyum manapun, aku menaruh tangis. Terlebih terluka oleh orang yang paling aku cintai.
Namun, kembali pada doktrinku, bahwa hidup adalah sesuatu yang melulu tentang perjuangan. Begitupun aku kali ini dalam menghadapi sakit hatiku. Tuhan tahu aku berhati. Maka Tuhan ingin aku menggunakan mata hatiku. Dari kehendakNya, aku mencoba menelaah. Hakikatnya, mata hati ini harus memahami betul, bagaimana manusia satu memandang manusia lainnya. Seperti aku, memandang orang yang melukaiku. Dari mata hatiku, aku memandang bahwa mereka adalah sebuah ‘jendela’. Yang mana dari mereka, aku mampu melihat dunia luar. Bahwa hidup tidaklah sesuatu hal yang kupandang seperti yang kuinginkan. Ada bingkai yang membuatku sadar, bahwa perasaan bisa terluka lebih buruk dari apa yang kuharapkan. Aku tak berhak menyalahkan siapapun. Karena manusia lain yang aku hadapi bukanlah ‘cermin’, yang mana aku tak bisa melihat mereka seperti aku memandangi sebuah bayangan yang terpantul. Aku tak bisa melihat mereka sesempurna harapanku. Seperti aku menginginkan kecantikan rupaku saat aku bercermin, kemudian aku berdandan untuk merubahnya. Aku adalah aku dengan cerminku. Manusia lain adalah jendela dengan keberadaannya.
Di sini akupun berjuang untuk memahami, bahwa hati sesekali tercipta untuk terluka. Dan luka tercipta untuk dinikmati. Tidak ada luka yang tidak memberikan arti. Seperti percuma terjatuh, namun tidak tahu apa arti kembali berdiri; pembelajaran. Sekarang, aku harus meyakini bahwa dalam perjuangan ini aku tidak sendiri. Ada pribadi-pribadi lain yang dari belakang yang turut memberi semangat. Seperti demi aku, mereka mau bersaksi bahwa aku adalah manusia kuat yang pernah hidup. Lagi, ada Tuhan yang Maha Memberi Tahu. Seperti sahabat, Dia memberitahuku rahasia-rahasia kecil. Kali ini lukaku adalah sekelumit rahasia mengenai bagaimana aku harus berjuang untuk memaafkan dan memaklumi. Kuberi tahu, Tuhan, selain Maha Baik, Dia Maha Memaafkan. Maka tak kusertakan dendamku pada mereka yang melukai. Tak apa mereka tak bersahabat, cukuplah aku dengan Tuhanku. Tuhan yang Maha Bersahabat.
YK, 22 Juni 2015, 01:35 || © Farah Afriani
N.B: Ditulis dibalik remah-remah hati. Tuhan, beri aku kuat untuk belajar, bahwa menyatukan hati yang patah tidaklah sesederhana mematahkannya.
96 notes
·
View notes
Text
“Barangkali memang sesekali kau perlu pergi, atau aku. tak masalah berapa lama, agar nanti ketika tiba saat kau kembali, kita bisa mengingat, barang hanya sekali, betapa megah rasanya sebuah pertemuan.”
—
87 notes
·
View notes
Note
Dasar rambut dove yang selalu bawa sisir! Tips rambut selembut sutra apa kak?
Dirawat baik baik, jangan ditinggal balikan.
4 notes
·
View notes
Text
Emang suka gini,
Malem itu jam rawan untuk berpikiran yang enggak-enggak. Bukan hal yang tabu sih, tapi yang sedih.
Pernah gak kepikiran bakal ada yang ngerebut kebahagiaan kamu?
Gausah kepikiran, kalau orang melankolis pasti baca aja udah nyesek haha! Kebahagiaan apasih?
Takaran orang bahagia itu beda beda ya. Ohiya, aduh gimana mau ngomongnya bingung sama hati sendiri
0 notes
Text
Ada yang gabisa terobati, bukan sakit.
Udah berapa lama, baru bertanya-tanya setelah 1 tahun jalan. Kenapa bisa jadi begini sih? Apa ini yang dikehendaki atau malah ini yang dibutuhkan? Belum, belum masih belum tau. Sebelumnya sama sekali gak pernah kebayang kalo akhirnya sama-sama. Padahal masing-masing penilaian anta pihak itu menggambarkan seakan akan kita air sama minyak. Gamungkin nyatu kan?! Apalagi egonya sama-sama tinggi dan tergolong masih childish dengan porsi umur yang segini. Ya emang umur gak bisa jadi tolak ukur kedewasaan. Pengalaman dalam hubungan sebelumnya malah sebenernya yang bisa jadi tolak ukur gimana manusia manusia ini menyelesaikan masalahnya.
Banyak yang ngejar, Gampang ngerespon orang, Kadang orang lain yang dijadikan prioritas.
Iya emang bukan baru ini punya hubungan sama orang yang jadi kejaran ciwi ciwi, tapi selama ini orang-orang itu gak gampang ngerespon ciwi hehe. Setidaknya mereka masih menghargai orang yang menjadi pacarnya. Orang-orang yang kayak begitu yang justru buat pacarnya jadi overthinking, cemburuan, gampang khawatir dan pastinya gak gampang percaya. Juga gak habis pikir orang-orang yang lebih memprioritaskan cewek lain dibanding ceweknya sendiri. Bukan minta di prioritasin, tapi setidaknya hargai pacarnya dong hehe.
Cuek.
Orangnya dingin, seakan akan gamau tau apa yang terjadi. Terlalu gampangin dan selalu gak ambil pusing. Hal itu kadang jadi boomerangnya sendiri. Atas keangkuhanya, malah dia bingung sendiri kalo pacarnya jadi ngambek atau orang orang disekitarnya pun.
Makan ati,
Lama-lama makan ati juga. Padahal sejak awal udah ngerasa gak beres, paling anti yang namanya dibohongi. Gampang maafin, tapi biss percaya sama orang. Gatau harus dibawa kemana, gabisa juga ngapa-ngapain. Suka gajelas pikiranya, kadang sakit sendiri. Karena kalo cerita malah salah satu pihak jadi ngamuk gajelas wkwk.
Ya, jadi sekarang jalanin aja apa yang didepan. Semuanya gatau apakah ini yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebahagiaan atau jadi pembelajaran nantinya. Hhehe
0 notes
Text
Best way to heal the day, nulis. Sementara dunia lagi gempar, platform lain yang diomongin lagi yang urgent-urgent. Kadang capek, panik bahkan jadi takut. Bukan mau menghindar, tapi semua orang punya cara sendiri buat cooling down dirinya masing-masing. Ah, emang kecanduan nulis itu lebih dari kecanduan ngobat kali yak wk.
0 notes