Bandung - Depok - Kapuas Hulu | Alumni: Persis, Unpad, dan IM | Send me e-mail to sharing: [email protected]
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Selamat Tinggal zohrahs.blogspot.com
Tadi saya buka blogger.com dengan memakai akun gmail saya yang biasa, ternyata blog saya sudah tidak bisa dibuka. Sepertinya ini karena akun blogspot-nya pernah dipindah ke hosting zohrah.id dan nggak pernah diurusin lagi.
Harusnya saya sedih karena tulisan-tulisan random saya dari tahun 2010 ada disitu dan nggak tahu cara balikinnya. Tapi rasanya kok kayak jadi momen untuk nulis ulang dan ngebranding ulang diri sendiri gitu. Dulu masih labil, tulisannya kacau, galau, dan nggak bertujuan. Mungkin sekarang bisa diperbaiki. Mungkin, ya :D.
Sudah lama nggak nge-blog. Posting di media sosial pun sudah jarang. Saking banyaknya medsos, jadi suka pusing sendiri kalau mau posting. Yang ini posting dimana, kok posting disini trus yang disini posting apa, kalau dimana mana postingannya sama ngapain juga. Akhirnya nggak posting apa-apa, kan :D.
Dengan membuat ulang blogspot yang baru, akhirnya malah jadi punya semangat nulis yang bener. Konsep udah banyak, niat udah numpul, tinggal eksekusinya yang susah banget buat konsisten. Padahal sebenernya kalau emang pengen, kenapa enggak dikerjain?
Kenapa coba?
3 notes
·
View notes
Text
Kemungkinan
“Dan saya masih bingung kenapa akhirnya Sarah ambil PM. Bukannya kemarin galaunya kerja atau lanjut profesi, ya?” -seorang kawan-
Mungkin … karena biaya untuk profesi, kosan, dan hidup setahun yang mencapai puluhan juta itu masih terasa berat saat bulan Agustus kemarin. Mungkin … karena mencari beasiswa magister lebih banyak peluang daripada mencari beasiswa profesi.
Mungkin … karena ibu saya tidak ingin tinggal di rumah sendiri atau tidak ingin melepas anak gadisnya hidup lebih keras.
Mungkin … karena (secara mengejutkan) mendapat kesempatan untuk ikut direct assessment PM sebelum sempat menerima uang bantuan dari sepupu untuk kuliah profesi.
Mungkin … karena sudah merasa nyaman mengambil pekerjaan dengan sistem kontrak hanya beberapa minggu atau bulan ketika terlibat dalam penelitiannya Kemenkes.
Mungkin … karena pikiran untuk terlibat di NGO/Development Jobs terasa cocok setelah menghabiskan kuliah lebih banyak di organisasi daripada ruang kelas.
Mungkin … karena keinginan membuat novel dengan tokoh bernama Klama, Gumaisha, Shamia, Yumna, Hilqi, Rimelda, dan Sasikirana, masih terbayang-bayang (sejak berumur 17) dan perlu retreat untuk menuliskannya.
Mungkin … karena mengelola madrasah dan anak-anak Nagreg masih menjadi rutinitas yang menyenangkan.
Mungkin … karena pada musim ini, saat ibu dan kakak ketiga kena DBD, saat kakak pertama melahirkan atau harus meninggalkan anak bungsunya karena penataran, dan saat kakak atau sepupu lainnya membutuhkan bantuan, sayalah yang paling available.
Mungkin … karena bepergian jauh ke tempat baru sudah menjadi hobi baru saya dan sepupu.
Mungkin … skenario ini alurnya memang begitu. Jika semakin dipreteli, berbagai kemungkinan ini akan beranak pinak dan bercucu cicit.
Karena Allah yang menciptakannya, hanya Dia yang memiliki jawaban mutlaknya. Segala kemungkinan hanya opsi dari berbagai pertanyaan yang biasanya akan saya jawab dengan berbeda-beda. Tergantung situasi dan suasana hati ketika ditanya. Jika sedang korslet, bisa saja saya menjawab, mungkin … karena dalam pekerjaan lapangan yang dilaksanakan, saya akan dituntun ke Lembah Baliem dan memasuki portal menuju peron ¾. 11 Februari 2015
4 notes
·
View notes
Text
Proses (tulisan 2015)
Salah satu akibat dari keputusan saya ikut IM adalah … yeah, most likely, saya tidak akan menikah sampai bulan Juni 2016. Pada tahun 2014, jika ditanya tentang menikah maka jawaban spontan saya adalah, “Dua tahun lagi, in sya Allah.” Jawaban itu sepenuhnya muncul hanya karena feeling/insting, belum ada rencana ikut IM. Mungkin bertransformasi jadi doa.
Saya tumbuh di lingkungan tanpa budaya nikah-taaruf, atau taaruf-proposal dan taaruf-murabbi. Semacam itu. Teman saya pernah membahas mengenai tidak adanya dalil mengenai proses taaruf semacam … ya, oke, itulah. Tapi jangan minta saya menjelaskan karena bukan saya yang mengkaji. Oke-oke saja jika ada yang berpendapat proses taaruf hanya pengembangan dari aturan-aturan, bukan hukum syar’i, jadi tidak perlu dikaji. Dan, yaa, buat saya itu baik. Hanya saja saya tidak ada dalam lingkungan itu.
Akibatnya untuk proses semacam ini. Saya pasif. Amat pasif. Terkesan membatu tak mau tahu. Jika diibaratkan air yang mengalir. Saya membiarkannya mengalir begitu saja sementara saya sendiri duduk di pinggir sungai, tak kemana-mana. Entah, apakah hal ini salah karena seolah tidak ikhtiar, atau memang Allah teguhkan saya dalam sikap seperti ini karena memang begini proses yang pas untuk saya. Saya pilih yang kedua.
Zero Expectation. Untuk urusan takdir, kadang saya menge-set diri ke titik nol. Dan memang begitu, kan. Hidup, mati, jodoh, rezeki, ada hitung-hitungannya namun tak pasti. Beraktivitas normal dengan ekspektasi di titik nol saja dan biarkan perhitungan Allah yang bekerja.
2 notes
·
View notes
Photo

Kanekes dan Para Peliput Seba - Socius-Individum (on Wattpad) http://my.w.tt/UiNb/biMVq1P9oB
Kisah ini adalah perjalanan sekelompok orang yang berencana meliput kegiatan Seba Baduy di Kanekes. Bukan hanya liputan yang mereka dapatkan, namun juga makna dari kehidupan yang tengah mereka tempuh.
Mia dan Gais. Dua sahabat yang baru menyelesaikan pendidikan menengah atas. Mia, the girl of theory, tengah sibuk mempersiapkan diri untuk kuliah. Berbeda dengan Gais yang memiliki hasrat menjadi seorang backpacker Nusantara dan tidak berencana untuk melanjutkan pendidikan. Perbedaan prinsip yang semakin mereka sadari dalam diri masing-masing.
Skay dan Klama. Aktivis kampus yang tengah bergejolak dengan politik kampus dan politik Negeri. Skay selalu menganggap bahwa demonstrasi adalah gerakan sia-sia, namun akhirnya bergelut dengan nuraninya dan memilih untuk ikut turun ke jalan. Klama, yang sudah lama mengenal dan menghormati Skay merasa kecewa dan menyenggol sikap politis Skay dengan membawa nama organisasi internal kampus yang dipegangnya.
Arya dan Rama. Dua teman bisnis yang mendirikan perpustakaan umum bernama ORBIT di Jatinangor. Arya si optimis dan Rama yang penuh rasa pesimistis. Saat Arya mulai terbius untuk mengejar mimpi-mimpinya dan Rama mulai tak sanggup mempertahankan asanya. Apa yang akan terjadi pada ORBIT yang sudah mereka bangun bersama?
Dipertemukan dalam peliputan kegiatan Seba Baduy dari Kanekes. Perjalanan itu melunturkan kebekuan jalan pikiran mereka mengenai apa yang mereka anggap masalah dalam hidup.
Akhirnya, apa yang akan terjadi pada mereka?
#baduy#bem#buku#jatinangor#kampus#novel#politik#sarahelzohrah#seba#zohrah#fiksi-umum#books#wattpad#amreading
0 notes
Photo
Aplikasi bagus buat kamu yang pengen bisa check up sendiri tanpa harustang ke puskesmas atau klinik. Di dalamnya ada pengecekan apa aja?
- Tekanan darah - Viskositas Darah - Denyut Nadi - Respirasi - Penglihatan - Pendengaran - Workout - Dll Namanya iCare Health Monitor
0 notes
Text
Masih di Borneo
“Sekarang udah Kamis aja, ya. Kerasa cepet ya, tapi kayaknya gitu-gitu aja.” Kata suami.
Kita manusa-manusia yang terjebak rutinitas. Senin-Jumat suami ke kantor. Sabtu-Minggu kita berkeliaran dalam kota. Aku, pagi jadi nyonya rumah tangga, siang jadi kakak les, malam jadi pemimpi, nulis sambil nemenin suami lembur (nggak ngerti emang suami hobi banget kerja :D). Hidupnya memang masih normal-normal aja. Nggak ngerasain tuh euforia ribuan santri Ciamis yang jalan kaki ke ibukota. Padahal mereka lewat rumah saya.
Ada beberapa kawan yang tanya, memangnya saya dimana? Saya di Kalimantan, provinsi terbesar di Indonesia. Yang dulu pernah mau jadi ibukota Indonesia tapi nggak jadi. Yang lebih luas hutannya daripada pemukimannya. Yang jadi tempat syuting film Anaconda berburu Blood Orchid. Ya, itu.
Ceritanya pak suami kerja di perbendaharaan negara yang tugasnya pindah-pindah kayak tentara. Pindahnya sekitar 3-5 tahun sekali. Kalau jabatannya lebih tinggi bisa 2 tahun sekali, tergantung mood yang bikin SK-nya. Haha, becanda ding. Ampun, jangan dilaporin hate speech kepada pejabat pembuat SK.
Suami saya sudah tinggal di Kalimantan selama 3,5 tahun. Makanya kami gambling banget, mau beli perabotan ini itu repot juga kalau tiba-tiba pindah, barangnya cuma kepakai beberapa minggu terus dijual. Mau bikin perusahaan juga nanti setengah-setengah. Perusahaan seblak gitu misalnya. Haha. Akhir Oktober kemarin saja ada dua atasannya yang dipindahkan ke Mamuju, Sulawesi Barat, dan Sorong, Papua Barat. Dan anak-anak mereka udah berkali-kali pindah sekolah karena ikut Bapaknya.
Rasanya beda ketika saya tinggal disini sebagai Pengajar Muda dan sebagai istri orang. Dulu lebih bergairah, karena dalam kata lain saya hidup disini lagi kerja. Sekarang, saya harus mengerjakan hidup saya. Nggak ada rapat, nggak ada laporan, tapi berpikir bagaimana agar kualitasnya tetap sama. Sampai sekarang yang saya temukan, rumusnya adalah jaga interaksi. Kalau Pak Anies bilang, inspirasi itu datang dari interaksi, bukan meditasi.
Selama setahun kemarin saya menikmati hidup sebagai Pengajar Muda. Malah jadi jarang (mendekati nggak pernah) untuk menulis di blog. Bukan hanya karena masalah persinyalan dan kelistrikan, atau karena laptop yang membangkai karena genset yang nggak stabil. Tapi karena (saat itu) berbicara dengan orang lebih menyenangkan daripada berbicara dengan blog. Kadang suka merasa berhutang karena belum sempat menceritakan kisah-kisah di desa untuk membantu kampanye IM, tapi kadang juga pengen kisah-kisah itu disimpan sendiri aja. Saya kurang inspirable memang.
Karena suami tahu banget kekuatan saya di nulis, dia mengusahakan banyak hal aga saya bisa tetap menulis. Dan, setelah dua bulan pernikahan (pas banget hari ini 2 bulan, yeay!), saya menulis lagi di tumblr. Bukan linked dari Instagram.
Yay!
0 notes
Video
Ngintip acaranya SabangMerauke di Kemdikbud. ASM (Adik Sabang Merauke) dan KSM (Kakak Sabang Merauke) latihan tari nusantara dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Dan paling kesemsem sama lagu dan tarian dari Kalimantan Barat ini. Cik Cik periuk ;) #thankyoudestiny #relawanrelawati #sabangmerauke #kalimantanbarat #tarinusantara (at Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI)
0 notes
Photo

Lima rangers untuk 272 peserta O2SN cabang voli putri SMP (doang). Ada mahasiswa Binus dan Paramadina. Ada juga alumni, UNS, UI, dan Unpad. Dalam satu minggu bekerja seefektif mungkin untuk mengelola ratusan peserta. Dari mulai bikin skema jarkom, mekanisme pengambilan konsumsi, sampai skenario transportasi. Alhamdulillah semua lancar jaya tanpa ada peserta yang komplain. Yang ada peserta yang kena omel kita karena nggak ontime atau nggak ikut kesepakatan bersama. Yang paling disesalkan karena bikin berat badan turun (lagi), karena ngurusin orang lain bikin otak ga jalan buat ngurusin diri sendiri. Selalu gitu deh, Sar, payah -.-" Tapi, Jabar pun akhirnya juara haha. Teuteup. Semoga bertemu kembali di kesempatan FLS2N Manado gaes. Mumpung belum nikah. *nyengir* #O2SN2016 #jabarjuara #haristonrangers #relawanriweuh #caricarikerjaam
0 notes
Photo

Kebaca kan, ya. Tulisannya, "Datang... Berkompetisi... Jadilah yang terbaik!" Porseni di Kapuas Hulu memang sesuatu. Dan sekarang bantu di tingkat nasional. Nama lainnya O2SN, Olimpiade Olahraga Siswa Nasional. Cabang yang ditandingkan: karate, renang, catur, bulutangkis, atletik, pencak silat, bola voli, dan tenis meja. Saya di bagian pendamping peserta bola voli puteri. Untung waktu di Landau Badai sering diajakin main dan nonton voli setiap sore, jadi nanti bisa sekalian menikmati pertandingan. Tapi memang Kapuas Hulu tuh berjasa banget bikin saya yang dulu ga suka olahraga (karena ga ada mata pelajarannya di pesantren. Serius.), sekarang jadi hobi sama hal-hal tentang olahraga. Ini foto sama senior Pengajar Muda yang minta tolong untuk mengisi kekosongan LO. Anneke, PM 5, dan Melisa, PM 9. Dua-duanya penempatan Kab. Aceh utara. Daerah pesisir pantai yang masih rimbun hutannya. Btw, nggak sabar nunggu dedek-dedek kebanggaan Indomesia hadir disini :) #O2SN (at Aston Cengkareng City Hotel & Conference Center)
0 notes
Photo

Terimakasih Yay. Lidzikri Kalau bukan karena yayasan tersebut menyambut baik tekad belajar Rudiman, mungkin aku tidak akan berani memulai kisah perantauan Rudiman. Pada Ramadhan kemarin, lidzikri menyelenggarakan Pesantren Kilat dan Rudi pun ikut jadi pesertanya. Selain mendapat penghargaan peserta dengan surat cinta untuk ramadhan terbaik, dia bercerita bahwa dia memberanikan diri jadi leader untuk yel-yel kelompok. Lagunya adalah mars PM 6 yang diajarkan Bu Opie. Sekarang dia tengah mengikuti MOPD, Rudi kembali bercerita diantara 500-an murid baru, hanya dia sendiri yang berani mengangkat tangan ketika diminta maju ke depan. Yeah, dan Rudi kembali mengenalkan lagu mars PM 6 di depan teman2 sekolah barunya. Dan kemarin dapat cerita lagi. Rudi dipilih teman-temannya jadi ketua kelas. So proud of you my best knight! Tetap jadi Ksatria Badai kebanggaan borneo :) #pelajarmuda #perantaumuda #rudiman #ksatriabadai #sebulandibandung #kaderborneo
0 notes
Photo

Wew. Ternyata masih tersimpan. Ucapan selamat dari Rektor karena lolos seleksi dan diterima di Unpad, sekaligus biaya tagihan Rp 6.000.000 untuk untuk Biaya Penyelenggaraan Pendidikan (BPP), Dana Mahasiswa Baru (DMB), dan Dana Pengembangan (DP). Terpikir saat itu aku sedang 'membeli' apa dengan uang sebanyak itu. Uang terbesar pertama yang aku pegang dan kemudian dibayarkan ke bank. Ya, disini pendidikan dibeli. Tapi kadang orang yang membelinya tidak tahu pasti apa yang akan dia dapatkan. Gelar, ijasah, ilmu pengetahuan, wawasan, harga diri, atau sekedar pengalaman manis pahit. Beberapa bulan yang lalu, saat masih di Kalimantan, aku berdiskusi dengan seorang profesor dari Kalbe yang menyelenggarakan beasiswa pendidikan untuk SMK Farmasi yang mereka kelola. Dia berkomentar, "Dari semua orang yang daftar, nggak nyampe 5% anak yang benar-benar ngerti atau minat dengan Farmasi. Lah kok mereka mau daftar? Gimana mereka belajarnya kalau nggak suka Farmasi?" "Mereka daftar karena gratisnya, Bu." Timpalku. "Disini, makan nggak susah. Ladang mereka luas, ikan di sungai juga masih ada. Tapi kalau untuk sekolah susah, karena harus bayar. Coba kalau sekolah bisa bayar pakai jagung." "Tapi berarti sebenarnya mereka nggak miskin toh? Kalau diniatkan pasti tetap dapat biaya dari memanfaatkan ladang dan sungai. Untuk sekolah kan harusnya diutamakan dan diusahakan." Komentarnya lagi. "Bisa, sih. Tapi semaksimal apa, Bu? Kalau lahan pekerjaan hanya itu. Harga karet turun, ya keuangan mereka ikut turun. Air tercemar bikin ikan mati, ya keuangan mereka ikut mati. Ujung-ujungnya tetap balik lagi sama kemampuan menciptakan lahan pekerjaan dari pendidikan yang didapat. Tapi, yaa... coba kalau sekolah bisa bayar pakai jagung." Ulangku lagi sambil tertawa. (at Nagreg Bandung Jawabarat)
0 notes
Photo

Kejutan-kejutan dari Rudiman. Aku nggak kaget ketika sepupuku bilang, "Ibarat mau perang, Rudi itu udah bersiap untuk maju di garis depan." Belum seminggu di Bandung, dia sudah sering bawa cerita seru sepulangnya dari mesjid. "Teh, tadi saya sudah buka puasa di mesjid itu." Atau "Teh, tadi di mesjid saya kenalan dengan si ini yang sekolahnya di itu." Dan saya sendiri kadang nggak kenal siapa yang sudah dia ajak kenalan. Di musim mudik kemarin, Rudi tiba-tiba pulang dengan muka gosong. Pakai jaket dan topi Unpad milikku dia bercerita baru saja membantu Bi Ucu untuk jualan seblak. Baru dua minggu di Bandung dia mau mencoba dagang asongan. Seperti film Alangkah Lucunya Negeri Ini, katanya. Akhirnya aku suruh dia bawa kursi dan meja untuk duduk saja ketika berjualan. "Gimana rasanya dagang?" Tanyaku, tidak lupa melatihnya untuk terus 'merasakan' kegiatannya sehari-hari. "Seru kok. Becanda sama sesama penjual. Yang beli juga ramah. Tapi ada juga sih yang marah-marah sama menghina." Serunya sambil terawa. Lalu tiba-tiba dia menyerahkan uang 300.000 kepadaku. "Nitip ya, Teh. Aku kumpul2 uang buat beli handphone yang ada kameranya. Saudara di Badai pada pingin liat fotoku." :) #rudiman #sebulandibandung #pelajarmuda #perantaumuda #binaanyayasanlidzikri #ksatriabadai #hopeyoudestiny (at Bandung, Indonesia)
#binaanyayasanlidzikri#perantaumuda#hopeyoudestiny#pelajarmuda#sebulandibandung#rudiman#ksatriabadai
0 notes
Photo

Saudara sepersepupuan. Pernah nggak sih kamu punya sepupu yang serumah tapi cueknya nggak ketulungan. Atau sepupu belakang rumah yang cueknya juga sama saja. Padahal kita satu sekolah. Sepermainan. Mungkin karena kita cowok-cewek dan sekolahnya di pesantren sih 😁, jadi terbiasa jaga jarak. Meski begitu aku tahu mereka sayang dan perhatian. Yang pakai baju putih, tempatku minta uang kalau habis bekal dan mau pulang. Yang pakai kaos belang, tempatku curhat masalah pertemanan dan perbaperan. Yeah, kami alumni asrama Pesantren Persis 34 Cibegol kontingen dari Bandung Timur 😂😂😂 Dan belum ada yang nikah. Promosi sepupu. Sekian. (at Jl. Cicalengka - Nagrek, Bandung)
0 notes
Photo

Dan kembali lagi... Pada kehidupan yang hanya dilakoni bertiga Pada kenyataan bahwa aku hanya punya kita Dan begini lagi... Berjalan beriring mencukupi penghidupan Berbincang disela tawa untuk menolak kesepian Dan bersiap lagi... Atas fase yang akan dilalui sang anak Akan takdir yang akan dihadapi sang ibu Dan, Tidak perlu membanding-bandingkan apa yang Tuhan kasih Hidup tidak perlu seegois itu Zohrah Nagreg, 2 Juli 2016 #thankyoudestiny #menujusequel7 #nikahtahunini (at Nagreg Bandung Jawabarat)
0 notes
Photo

Ketika ditanya setelah selesai penugasan Indonesia Mengajar, apa yang akan kamu lakukan? Saya menjawab, melanjutkan mimpi-mimpi yang tertunda. Salah satunya dengan mendatangi Bosscha, yang tentu saja gara-gara film Petualangan Sherina pengen banget kesini tapi belum pernah kesampaian. #thankyoudestiny #kangen2ansamabandung
1 note
·
View note
Photo

One year ago. And it's done. Welcome to the other sequel. Other jungle. Other struggle. And... if everything has been writing down, so why worry? Just do it, now and here. Keep drawing your dream constellation and painting your life. Enjoy in storm. Break your fears. Trash your doubts. Allah always with you. Yes, as always. #thankyoudestiny #bandungakupulang #borneoselaludihati (at Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia)
0 notes