#program doktoral
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tessa Siswina Bidan Yang Bantu Penumpang Melahirkan Di Pesawat Dapat Penghargaan Dari Kemenkes RI
INTINEWS.CO.ID, SDM UNGGUL – Tessa Siswina bidan yang bantu Penumpang Melahirkan di Pesawat Dapat Penghargaan Dari Kemenkes RI. Sunguuh suatu perbuatan yang terpuji. Ilustrasi, dokumen INTINEWS.Co.ID (18/3). Perihal ini diketahui dari sumber berita situs web https://kemkes.go.id/id/rilis-kesehatan/bidan-tessa-siswina-dapat-penghargaan-dari-kemenkes-setelah-bantu-melahirkan-di-pesawat-citilink,…
#2024#adalah#asessor LAMPTKes#bantu Penumpang Melahirkan di Pesawat#baru saja menyelesaikan#beasiswa#bidan#dapat#Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan#dosen#Dr. Tessa#INTINEWS.CO.ID#Kemenkes RI#Kementerian Kesehatan#Ketua Bidang 5#Kolegium Kebidanan#melahirkan#melalui#Penghargaan#Pengurus Daerah IBI Prov Kalbar#perbuatan yang terpuji#persalinan#pesawat#Poltekkes Kemenkes Pontianak#profesional#program doktoral#SDM Unggul#seorang#suatu#Sunguuh
0 notes
Text
Program Pascasarjana Unibos Kembali Cetak Doktor Baru - Gosulsel
MAKASSAR, GOSULSEL.COM - Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bosowa (Unibos) menggelar Sidang Ujian Terbuka atau Promosi untuk mencapai Gelar Doktor dalam Bidang Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. Hendrik Suryo Suriandjo maju sidang Promosi Doktor dengan mengusung...
http://gosulsel.com/2023/08/17/program-pascasarjana-unibos-kembali-cetak-doktor-baru/
#ProgramDoktoral #Unibos
0 notes
Text
Gelar Doktor Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo, Langkah Baru untuk Sumenep Berkemajuan
SUMENEP, MaduraPost – Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu sosial setelah mengikuti Sidang Terbuka Promosi Doktor di Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa Bupati Fauzi tetap melanjutkan pendidikannya di tengah kesibukannya memimpin pemerintahan dan melayani masyarakat. Menurut Bupati Fauzi, pendidikan…
#Achmad Fauzi Wongsojudo#Berita Sumenep#Bupati Sumenep#doktor#gelar#ilmu sosial#Madurapost#Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang#Sumenep
0 notes
Text
Aunty Shima Emak Kawanku Sendiri
Namaku Hafis berumur 23 tahun berasal dari Perak.Aku masih belajar di salah sebuah universiti di Selangor.Dulu aku mempunyai kumpulan belajar yang selalu belajar di salah satu rumah kawan kami,Faris. Aku,faris,Ikmal dan boby.Setiap ada tugas kami berempat selalu belajar bersama sampai kadang² menginap di rumah faria,kerana pada masa itu kami harus menghadiri kelas pada waktu pagi.
Kawanku yang bernama faris dari keluarga yang agak berada orangnya dibandingkan dengan kawan² yang lain. Faris anak kedua dariadik beradik.Kakaknya Alisya sudah berumah tangga & tinggal bersama suaminya.Ayah Faris seorang Director sebuah syarikat dan ibunya merupakan doktor di salah satu hospital swasta di Selangor,kami biasanya memanggil dengan panggilan Aunty Shima.Kalau belajar kami sampi malam automatik kami bertiga menginap di rumah faris. Malah kadang kami sering diajak bercuti sama keluarga Faris.
Rumah faris merupakan rumah 2 tingkat.Bila faris sudah tidur di biliknya yang berada di tingkat bawah,kami bertiga sering membicarakan kakaknya yang bernama Alisya.Hal yang kami bicarakan tidak lain adalah wajah ayunya serta body yg seksi sertai kulit yg putih mulus walaupun sudah berkahwin.Tapi anehnya, aku lebih tertarik melihat Aunty Shima yang usianya kira-kira 40tahun.Bila melihat Aunty Shima muncullah hasrat fantasi sesku yang membuat darahku berdesir tak menentu akan tetapi Aunty Shima merupakan ibu kandung kawan baikku jadi aku hanya boleh berkhayal dan cuma memendam rasa saja,aku tidak berani cerita pada kawan² yg lain.
Seluruh anggota keluarga Faris suka berolahraga,maka setiap minggu selalu diisi dengan kegiatan berolahraga. Terutama olahraga tenis.Kebetulan aku juga mahir dalam sukan tenis maka dengan itu aku selalu diajak bermain tenis bersama.
Aku yang dianggap paling hebat,maka aku sering dipasangkan dengan Aunty Shima apabila bermain double.Walaupun rajin berolahraga Aunty Shima memiliki body yang agak chubby tidak terlalu gemuk & tidak jugak terlalu kurus dengan ketinggian 167cm,pakaian yang dikenakanAunty Shima sewaktu bermain tenis memang selalu seksi.Dengan memakai skirt pendek serta baju seperti singlet tetapi pakaian yg khas utk bersukan.Kami sering berpelukan serta bersentuhan apabila kami memenangkan permainan kerana keluarga Faris adalah keluarga yg agak bersosial maka dengan itu tidak ada perasaan curiga apabila kami melakukan hal itu setelah memenangi perlawanan & itu membuat jantungku berdebar tak menentu serta timbul hasrat sex terhadap Aunty Shima.Kadang² setelah selesai olahraga,aku langsung beronani dengan membayangkan wajah dan tubuh Aunty Shima yang chubby & mempunyai buah dada yg agak besar kira² 38 B..
Pada satu hari di malam minggu kerana masih tidak mempunyai kekasih aku menghabiskan malamku dengan meronda di sekeliling bamdar Shah Alam menggunakan motorku sendirian. Semua kawan² ku keluar bersama pasangan masing² termasuk Faris & agar tidak menganggu program kawan² aku lebih memilih utk meronda seorang diri.Setelah puas meronda di bandar aku menuju ke perumahan keluarga Faris & aku tiba di kawasan perumahan keluarga Faris kira² selang beberapa biji rumah aku akan sampai di depan rumah faris,entah apa yang terjadi tiba-tiba motor aku meragam lalu enjin mati kenetulan pula hp aku kehabisan bateri.Padahal waktu itu hujan sangat lebatnya dan rumah sewa aku masih jauh lagikira-kira 15km dari lokasi tempat motor ku rosak.Akhirnya aku memutuskan untuk meminjam telefon di rumah faris untuk menelefon kawan serumahku untuk menolak motor aku
Di dalam hujan aku berlari menuju ke rumah faris,sampai didepan rumahnya, terlihat suasananya sepi tidak ada kenderaan atau terdengar suara dari dalam rumah menandakan kalau rumahnya tidak ada orang.Meskipun begitu aku tetap saja mencoba menekan loceng rumah Faris 3x & tak lama kemudian terdengar suara dari dalam rumah.
“Ya…siapa?”. Begitu mendengar suara itu hatiku langsung berdebar kerana aku sangat kenal dengan suara itu.
“Hafis,Aunty…maaf Aunty malam² mengganggu.Motor Hafis rosak tidak berapa jauh dari rumah Aunty & niat mahu pinjam telefon untuk menghubungi kawan serumah saya” jawabku.
Kemudian terdengar suara langkah menuju pintu dan ketika pintu terbuka nampaklah sosok seorang wanita berumur yang terlihat sangat menawan.
“Hafis…malam² mcm ini lagi hujan lebat jemputlah masuk dulu,terus saja masuk ke bilik Faris untuk cari baju ganti,kalau sudah selesai ke ruang tamu ya biar Aunty buatkan minuman panas” kata Aunty Shima.
Di dalam bilik & sedang berganti baju, aku masih terbayang Aunty Shima yang pada waktu malam itu menggunakan baju tidur yang tipis yang menampakan bentuk tubuhnya yg chubby serta buah dadanya yg besar.
Selesai ganti baju aku langsung menuju ruang tamu seperti yang disuruh Aunty Shima.Lalu di berinya teh panas lalu ku minum teh panas buatan Aunty Shima kemudian bertanya padanya.
“Kenapa sepi saja rumah?Aunty tidak kemana² ke?”
“Uncle,ke rumah saudaranya yang sedang sakit,sedangkan Alisya di rumahnya & Faris kamu tau sendiri kemana dia” terang Aunty Shima.
“Kenapa Aunty tidak ikut Uncle?” Tanyaku penasaran.
“Kebetulan Makcik Minah(pembantu rumah Aunty Shima) sedang pulang ke kampung, jadi Aunty harus jaga rumah la” jawabnya.
“Oh iya Aunty, aku mau pinjam telefon jadi lupa” kataku.
“Hahahaa…memang kamu lagi fikirkan apa hingga jadi lupa kalau mau pinjam telefon” kata Aunty Shima sambil tertawa.
“Hehehee…tidak fikir apa-apa la Aunty?” Jawabku dengan perasaan agak malu.
Aku langsung saja menuju ke telefon dan segera menelefon kawan serumahku tapi tak ada jawaban.Aku mencubanya berulang kali tetap saja tak ada yang menjawab telefonku.Dari belakang tiba-tiba terdengar suara Aunty Shima
“Tidak ada yg angkat Hafis?” Tanyanya.
“Tak ada Aunty,mungkin sudah tidur” jawabku.
“Ya udah kamu tunggu Faris sajalah sementara itu boleh temankan Aunty” katanya.
“Baiklah Aunty” jawabku singkat.
Kemudian Aunty Shima mengajakku duduk di sofa depan tv. Sebelum aku sempat duduk di sofa,Aunty Shima berkata padaku,
“Hafis,boleh tolong Aunty bubuh minyak di badan Aunty.Sakit badan Aunty & kalau bolah Hafis tolong urutkan badan Aunty sekali”
“Bila Aunty?” Tanyaku.
“Sekarang la..Nanti Aunty ambilkan minyak ya”katanya.
Lalu Aunty Shima bangun & pergi mengambil minyak.Tidak lama kemudian Aunty Shima.kembali dengan membawa minyak lalu duduk di sofa.Aunty Shima memberiku botol minyak lalu menyuruh aku menyapukan minyak di belakang badannya.Aku yg mula² agak seganengambil minyak lalu menyuruh Aunty Shima berbaring di atas sofa.Setelah Aunty Shima berbaring aku meminta izin untuk mengangkat sedikit bajunya agar senang untuk di sapukan minyak.
"Angkat la Hafis agar Hafis senang sapukan minyak"Kata Aunty Shima.
Aku mula mengangkat baju Aunty Shima lalu ternampak la seluar dalam Aunty Shima yg berwarna merah serta menampakkan punggungnya yg agak lebar.Lalu aku pun menyapukan minyak ke tubuh Aunty Shima sambil tangan aku mengurut² badan Aunty Shima.
"Hafis kenapa senyap je kamu malu ya?” Tanya Aunty Shima
“Taklah Aunty Hafis segan la macam nie".Kataku
“Jangan malu la bukannya ada orang lain pun kita berdua ja atau Hafis tidak mahu tolong Aunty” Kata Aunty Shima.
“Tidak la Aunty” jawabku.
Lalu aku meneruskan urutan aku tapi urutan aku di ganggu oleh bra Aunty Shima yg berwarna Merah.Lalu aku memberanikan diri meminta untuk membuka kancing bra Aunty Shima.
"Aunty bra Aunty ni ganggu la Hafis nak urut di bahagian atas boleh tak Hafis buka kancing bra Aunty" Tanyaku
"Buka la kalau itu yg memudahkan kerja Hafis" Jawab Aunty Shima.
Setelah beberapa lama aku mengurut Aunty Shima mula membuka perbualan antara kami
“Hafis,pernah tak Faris cerita padamu yg Uncle punya isteri lagi yang jauh lebih seksi dan muda dari Aunty, usianya 27tahun kira-kira”Kata Aunty Shima
Mendengar itu aku terkejut kenapa Uncle lagi punya isteri lain padahal menurutku Aunty Shima hampir sempurna.
"Betul ke Aunty?Hafis lihat Aunty & Uncle masih bermesra-mesraan seperti orang yg baru berkahwin” kataku.
Sedang baring Aunty Shima mengalihkan badannya kali ini Aunty Shima berbaring dengan bahagian tubuh badan yg depan menghadap ke aku.
"Hafis tolong urutkan di depan pula ye"Pinta Aunty Shima.
"Depan ni Aunty??"Tanyaku untuk kepastian.
"Ye depan ni.Hafis tanggalkan saja bra Aunty tak apa"Kata Aunty Shima.
Aku terdiam kaku & melihat.aku terkaku sebegitu Aunty Shima memegang tanganku lalu di bawa ke bahagian perutnya lalu meminta aku menyapukan minyal & mengurut badannya.Aku mula mengurut badan Aunty Shima tidak lama kemudian Aunty Shima memegang kbali tanganku lalu di bawanya ke buah dadanya.
"Hafis urut dekat sini ya.Hafis urut la seperti mana yg Hafis mahukan.Aunty lagi ingin di belai oleh seorang lelaki.Sudah lama Uncle tidak beri apa yg Aunty inginkan.Boleh tak Hafis penuhi keinginan Aunty malam ni?"Tanya Aunty Shima kepadaku.
"Hhmmm..betul ke Aunty mahu Hafis penuhi keinginan Aunty malam ini?"Tanyaku untuk kepastian.
"Ye..Aunty mahu Hafis layan Aunty sepuasnya.Aunty inginkan belaian seks dari seorang lelaki muda.Sudah lama Aunty perhatikan Hafis & ingin Hafis melayani kehendak seks Aunty" Jawab Aunty Shima membuatkan aku terkejut rupanya Aunty Shima dah lama memerhatikan aku.
"Jujur Hafis katakan Hafis selalu onani sambil membayangkan Aunty.Andai Aunty ingin belaian seks dari Hafis tap Hafis punya syarat buat Aunty"Kataku pada Aunty Shima.
"Apa saja syarat Hafis akan Aunty turutkan asalkan Hafis mahu melayani Aunty sepuasnya"Kata Aunty Shima padaku.
"Syaratnya mudah saja andai Aunty puas hati dengan layanan yg Hafis berikan Hafis nak kita berdua selalu melakukan seks bila² masa yg dingini"Kataku pada Aunty Shima.
"Baiklah lah andai Hafis mahu Hafuis beritahu Aunty je Aunty akan aturkan & bila Aunty mahukan Aunty nak Hafis sentiasa bersedia melayani Aunty"Kata Aunty Shima padaku.
Setelah lama berbual aku mula meramas buah dada Aunty Shima sambil aku memicit puting buah dada Aunty.Lama adegan itu membuatkan Aunty Shima berdesah kesedapan.
"Argghhhb...aaahhhh....hhhhmmmm..hmmmmm sedapnya syg..Ramas la lagi"Suara yg kelyar dari mulut Aunty Shima.
Tidak lama kemudian aku bangun lalu aku menanggalkan baju & seluar aku hanya yg tinggal seluar dalam saja.Aku juga membuka pakaian tidur Aunty Shima hanya yg tinggal bra & seluar dalamnya saja.
Aunty Shima bangun lalu menghampiri aku lalu menolak aku ke atas sofa.Melihat aku yg telah jatuh di sofa Aunty Shima membuka selur dalam aku lalu terkejut melihat koteku yg agak besar & Aunty Shima menelan ludah melihat koteku.Di pegangnya kote aku oleh Aunty Shima.
"Wow..besar jugak erkk kote Hafis,panjang pun boleh tahan ye..Ni buat Aunty geram nie."Kata Aunty Shima.
"Takda la biasa² aja ni.Mana boleh lawan dengan ukuran Uncle"Kataku sambil tersenyum.
"Jujur Aunty bagitau yg Hafis Syg ni punya lagi besar & lagi panjang dari Uncle.Please Abg puaskan Syg malam nie.Abg anggap la yg Syg ni Isteri Abg.Abg buat apa je yg Abg nak asalakan Abg dapat puaskan Syg."Rayu Aunty Shima padaku.
"Yelah Hafis akan puaskan Aunty malam ni sepuas²nya.Boleh tak Hafis lepas di dalam pussy Aunty?"Tanyaku dengan berani.
"Jangan panggil Aunty ketika kita berdua-duaan mcm nie..Panggil je Syg & Abg"Kata Aunty Shima.
Setelah itu di urut²nya kote aku lalu mula mencium kote aku dengan ghairah.Tidak lama kemudian Aunty Shima mula mengulum kote aku dengan penuh kerakusan.
"Slluuurrrpppppp....ssslllluuuurrrrpppppp.....aaahhhhhhh.....hhhmmmmmmm..Sslllluuuurrrrppppppppppppp sedapnya kote Abg.Syg suka.sgt²"Kata Aunty Shima.
"Hhmmmm....aarrgghhhhhh.....aaarrrggghhhhhhh.....hmmmmm...aaarrgggggghhhhhhhhhh...Sedapnya Syg isap"Rontaku.
Setelah 10 minit kote aku dikerjakan Aunty Shima aku meminta agar Aunty berhenti tetapi tidak diperdulikannya lalu terus menghisap kote aku serakusnya hingga membuatkan aku terpancut buat pertama kalinya.Aunty Shima menelan semua air mani aku.
"Hurrrmmm....Sedapnya air Abg"Kata Aunty Shima.
Setelah itu aku membaringkan Aunty Shima aku membuka panties & bra Aunty Shima lalu aku cium bra & pantiesnya sebelum alu buang ke lantai.Aku berdiri & mendekati Aunty Shima lalu aku mencium pipinya setelah itu aku mencium mulutnya & dia membalas ciuman aku.Kami bermain² lidah sambil tangan aku mula meramas buah dada Aunty Shima yg besar tu.
"Besarnya buah dada Syg Abg suka sgt².Ramas pun x muat tapak tangan Abg" Kataku pada Aunty Shima.
"Kalau Abg suka buah dada Syg ni Abg hisap la.Syg dah xsabar ni"Kata Aunty Shima..
Lalu aku pun menghisap buah dada Aunty Shima.Sambil itu tangan aku mula mencari kawasan pussy Aunty Shima setelah di temui apa yg di cari aku mula mengusap pussy Aunty Shima perlahan² setelah aku merasai yg pussy Aunty Shima mula berair aku pun memasukkan jari aku kedalam pussy Aunty Shima sambil mencari biji kelinteknya..Setalah menjumpai aku pun main biji kelinteknya menyebabkan Aunty Shima meraung kesedapan.
"Aarrrggghhhh....aaaahhhhhh....hhhhmmmmmm...hurrrmmmmmm....aaaarrrgggghhhh sedapnya Abg" Desahan darinya.
Aku mula mencium & menjilat badan Aunty Shima dari atas hingga ke kakinya.Setelah itu aku menjilat² paha Aunty Shima lalu membawa jilatan aku ke pussy Aunty Shima.Setelah mulut aku berada di depan pussy Aunty Shima aku pun terus menjilat pussynya serakusnya..
"Slllluuurrrrpppppppp.....ssslllluuuuurrrpppppp.....aahhhhh.....hurrmmmmm....ahhhhhhbb.....sllllluuurrrrrppppppp....ssssllllluuurrrrppppppplpp sedapnya pussy Syg"Kataku memuji Aunty Shima.Setelah 15 minit pussynya di kerjakan oleh aku.
"Arrrgghhhhhhhhh....sedddaaaapppppppnyaaaa....aaarrrgghhhhhhhh....come on lick my pussy more...i coming.U are the best.Tak pernah Syg kena jilat mcm ni & sebegini lama."Jerit Aunty Shima.
Tidak lama kemudian Aunty Shima klimax dengan air yg agak banyak.Setelah itu aku mengajaknya beraksi Style 69 iaitu aksi di mana aku menjilat pussynya & dia menhisap kote aku secara serentak.Aku memulakan aksi dengan berkata "Abg memang suka jilat lama² itu yg Abg inginkan dari dulu lagi akhirnya dapat juga Abg tunaikan" Aunty Shima agak terkejut lalu berkata "Syg rela di perlakukan mcm mna sekali pun asalkan Abg dapat memuaskan keinginan Syg & Abg juga puas"
Kami pun melakukan aksi 69 tu selama 15 minit hingga akhirnya kami sama² klimax & semua air mani aku di telan Aunty Shima sementara air pussynya yg banyak tu aku telan sedikt sahaja.Setelah itu Aunty Shima berkata "Come on Syg masukkan kote Abg dlm pussy Syg.Please fuck me as what u want.Syg nak sgt kote Syg tu..Pleaaassssseee Syg" Aunty Shima merayu padaku.
Aku tanpa buang masa lagi membuka kangkangan kaki Aunty Shima lalu aku mendekatkan kote ku di depan pussynya.Aku mainkan kepala kote ku di depan pussynya setelah aku merasakan pussynya mula berair aku masukkan kote ku ke dalam pussynya perlahan² tetapi agak susah untuk memasukkannya.Setelah itu aku tekan dengan agak kuat membuatkan Aunty Shima mendesah kesakitan. "Aarrggghhhhhhhhhh..sakitnya...Pelan² la.Aaargghhhhhh......Aaahhhhhbb".Setelah itu aku terus tekan koteku ke dalam pussy Aunty Shima dari gerakkan yg perlahan aku percepatkan henjutan aku.Semakin rakus henjutan aku."Aaarggghhhh....hhhuurrrrmmmm....aaaggghhhhhhh...sedapnya pussy Syg pandai Syg jaga w'pun jarang di sentuh"Kataku sambil terus melakukan henjutan.
"Hhuurrrrmmmm....sedapnya Abg henjut lagi..Fuck me harder & harder.Please make me fun tonight.Aaarrrgghhhhh......aaaahhhhhhhh....comw on baby fuck me more..I coming now...pleaaassseeee fuck me harder & harder."Rayunya.
Setelah mendengar rayuannya aku menghenjut sekuat²nya.Setelah 20 minit aku mengerjakan pussynya akhirnya Aunty Shima klimax.
"Arergghhhhhhh.....aaahhhhhh.......Syg dh keluar..Pandai Abg main ye..mmmuuaaaahhh"Kata Aunty Shima.
Aku yg masih belum keluar meminta agar Aunty Shima naik ke atas aku & melakukannya dari atas sementara aku di bawah.Tanpa membuang masa Aunty Shima bamgun lalu naik ke atas aku lalu menggangkang & di pegangnya batang aku lalu meletakkan betul² di depan lubang pussynya & dengan gerakkan menurukan badannya alhirnya kote aku terbenam di dalam pussynya lalu Aunty Shima melakukan aksi turun naiknya dengan perlahan² setelah beberapa minit apabila Aunty Shima mula merasa keenakkan aksi turun naiknya dilakukan dengan semakin laju.Gerakan itu membuatkan buah dadanya bergoyang² & aku ambil kesempatan utk meramas² buah dadanya.
"Huuuurrrrrmmmmm.....aaaaahhhhh.....hhhuuurrr...aaahhhhhhhh.....sedapnya...Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh........"Kami sama² mendesah.Setelah hampir 15 minit dengan aksi itu aku pun merasakan ingin klimax.
"Aarggghhhhh....Syg Abg nak keluar dah ni..Abg pancut di dalam ye Syg"Kataku..
"Aaarrggghhhh....hhuuurrrmmmm.....ahhhhhhhhh.....aaaarrrggghhhhhhhh.........pancut je di dalam..Syg suka kalau Abg pancut di dalam.."Kata Aunty Shima.
Selang seminit selepas itu "Crroootttttt....ccrrrrooottttt....ccerrooootttttt" Aku memuntahkan air mani aku di dalam pussy Aunty Shima denga. 3x tembakan.Agak banyak air mani aku di lepasakan kedalam pussy Aunty Shima.Setelah itu kami berdua terkapar keletihan.
"Thanks Abg Syg puas sgt² dengan layanan Abg..Pandai Abg main.Syg xpernah rasa sepuas ini sebelum ni..Thanks sebab beri Syg kenikmatan ni.Syg akan penuhi syarat Abg tadi..Mulai sekarang Syg akan turuti kehendak Abg.Kita akan penuhi keinginan kita berdua bersama² selepas ini." Kata Aunty Shima
"Ye la Syg.Lepas ini Abg akan ada utk Syg sekiranya Syg menginginkan belaian seks dari Abg."Kata ku pada Aunty Shima.
Kami yg keletihan pun berehat di sofa sambil berpelukan.Setelah agak lama berehat Aunty Shima mengajak aku ke bilik utk sambung lagi permainan kami & sebelum itu dia mengajak aku mandi bersama.Di dalam bilik mandi aku menyabuni badan Aunty Shima & sebaliknya.Setelah itu di dalam bilik mandi jugak aku melakukan aksi doggie kepada Aunty Shima.Terkejut dengan tindakan aku Aunty Shima menurut saja apa yg aku lakukan hingga akhirnya Aunty Shima menyerah setelah hampir 20 minit aku kerjakan pussynya di dalam bilik mandi.Setelah selesai permainan kami sambung kembali mandi.Setelah selesai mandi kami pun berbaring di atas katil dengan berkembam memgggunakan kain tuala saja.
Setelah hampir setengah jam berehat Aunty Shima bangun lalu menanggalkan kain tualanya lalu berjalan menuju ke almari soleknya & menggambil telefonnya.Setelah itu Aunty Shima naik ke atas katil lalu menarik kain tuala aku membuatkan aku berbogel.Setelah itu Aunty Shima memeluk aku & apa yg tidak di sangka Aunty Shima mengambil gambar kami berpelukan dalam keadaan bogel & juga mengambil gambil kote aku &.gambar aku sedang berbogel seorang diri.Tidak cukup dengan itu Aunty Shima meminta aku menjilat pussynya untuk dia ambil gambir aku sedang jilat pussynya & begitu juga dengan gambar dia sedang hisap kote aku.
"Gambar² ni Syg nak simpan buat kenangan.Andai kata nanti Abg setuju Syg nak rakam aksi kita sedang melakukan hubungan seks" Kata Aunty Shima padaku.
"Oklah..terpulang pada Syg asalkan Syg simpan baik² agar tidak kantoi pada Uncle & yg penting sekali jgn kantoi pada Faris."Kataku pada Aunty Shima.
Setelah itu sedang seronok melakukan seks tiba² telefon Aunty Shima berbunyi adalah panggilan dari Faris.Aunty Shima menjawab dengan membuka pembesar suara agar aku juga dapat dengar apa yg Faris mahukan.
"Ye..Faris ada apa telefom mummy ni??"Tanya Aunty Shima pada Faris.
"Mummy tinggal seorang diri boleh tak utk hari ini & esok.Faris tidak balik ke rumah ye..Faris tidur di rumah kawan Faria" Kata Faris
Dengan perasaan senang hati & gembira Aunty Shima menjawab " Mummy ok ja..jangan risau tentang mummy ye..Mummy ok jaa"..Setelah mematikan telefon Aunty Shima memberikan senyuman yg gatal & dengan perasaan gembira..
"Abg dengarkan yg Faris tidak akan balik sampai esok so kita boleh la main puas² sampai esok."Kata Aunty Shima.
"Yelah...kita enjoy puas² ye Syg"Kataku.
Lalu kami pun kembali bercium-ciuman & akhirnya kami melakukan adegan seks sepuas²nya.Pagi esoknya setelah 6x melakukan hubungan seks Aunty Shima kelihatan gembira setelah mendapatkan layanan dari aku.Aunty Shima betul² menikmati permainan kami."Wowwww...Syg akui yg layani Abg memang terbaik..Syg tak pernah di layan seperti ini sebelum ini dengan suami Syg..Syg Sayanggg Abg."Kata Aunty Shima.
"Abg pun sayanggg Syg..Kali pertama Abg dapat main dengan wanita & dapat layanan yg terbaik..Syg juga hebat bila beraksi"Puji ku kepada Aunty Shima.
Setelah kejadian itu kami sehingga kini masih menjalinkan hubungan seks kami sekiranya berpeluang..Kadang² tu kami pergi bercuti di negeri lain atas alasan Aunty Shima ada tugasan di negeri lain semata² untuk kami melakukan hubungan seks.Kadang² bila tidur.di rumah Aunty Shima sekiranya Uncle tidak ada & Faris pula telah tidur dengan nyenyak Aunty Shima akan meminta aku utk ke biliknya utk melakukan hubungan seks & sekiranya Aunty Shima lagi "Uzur" & pada masa itu aku teringin melakukan hubungan seks Aunty Shima akan menghisap & mengocok kote aku hingga aku klimax & kepuasan manakala air mani aku tidak di bazirkan begitu saja kerana Aunty Shima pasti akan menelan semua air mani aku.Aunty Shima mengakui yg dia seorang yg sukakan seks tetapi Uncle tidak dapat memenuhi keinginannya & dia juga pernah terfikir untuk mencari gigolo utk memuaskan nafsunya tetapi takut akan di ugut oleh gigolo itu lalu membatalkan niatnya itu.Sehingga la. Faris mengajak aku serta kawan² yg lain datang ke rumah.Sejak dari itu Aunty Shima memerhati aku & setelah mengenali aku Aunty Shima akui inginkan aku utk memenuhi keinginan nafsu seksnya.
Selapas ini aku akan ceritakan lagi tentang hubungan antara aku & Aunty Shima semasa kami bercuti di Melaka.Macam² aksi yg kami lakukan ada juga aksi seperti yg terdapat di dalam video lucah orang putih turut kami lakukan dengan tiru kembali aksi yg ada di dalam video itu.
1K notes
·
View notes
Text
nem szoktam ilyet ide, de
hosszú nyafogás arról, hogy elegem van a gyereknevelésből, és utálom, hogy milyen szülő lettem
nehezített pálya, hogy másfél hete beteg vagyok, és szüleimnél is voltunk néhány napot, ahol kb unlimited screentime és édesség van, ami ugye remek hatással van mindenki idegrendszerére, főleg az adhds fiaméra
szóval néhány hete leültem a gyerekekkel arról beszélni, hogy mi motiválná őket a rendrakásra, főleg fiamat, mert szó szerint gázolunk a szobájában a legók és a játékok között, és a padló minden egyes négyzetcentiméterén van valami, és állandóan rátaposunk valamire, és hiszek benne, hogy a rendezetlen környezet tényleg terheli az idegrendszert, és túlingerli, hogy minden szarral tele van a szoba. próbálom leszarni, de tényleg, két hónapja nem tettem rendet a szobájában, de közben tudom, hogy ebből úgysem "tanul" semmit, ez nem így működik, hogy jól van, majd rájön magától. tudom, hogy ez neki sem jó, de egyedül nem tudja megoldani, segíteni kell neki, és meg kell tanítani neki bizonyos life skilleket, hogy majd jól funkcionáló felnőtt legyen belőle. de ez most jelenleg úgy néz ki, hogy időnként rendet rakunk valamennyire, majd ő egy délután alatt szétbassza, és érted, sziszifusz legalább a jó levegőn görgette a sziklát a hegy tetejére, de próbált volna minden nap rendet rakni a legók között.
szóval együtt kitaláltuk, hogy beépítjük a rendrakást az egyik létező jutalmazási rendszerünkbe (ha jól sikerült a reggeli készülődés, akkor kapnak egy mosolygós fejet, és 10 mosolygós fej után közös otthoni mozizás van otthon popcornnal, igen, akár hétköznap, és meg lehet enni a vacsit a tv előtt, őrület, imádják). szóval nem büntetek, hanem jutalmazok, mert adhds gyereknél ez működik, oké. írtam egy listát mindkét gyereknek személyre szabva, ami részletezi, mit jelent a rendrakás: játékokat dobozba bebaszni, dobozokat a helyére betenni, szemetet kivinni a szobából stb, öt pontból áll az egész. nem azt várom, hogy rendezetten pakoljanak össze, hanem azt, hogy ne a földön legyen minden, hanem a nagy tárolódobozokban, szóval tényleg csak meg kell fogni és bedobni, na.
megbeszéltük, hogy ez tarthatónak tűnik-e, van-e kérdés, oké, ez jó lesz.
na aztán a hetünk eleve tök szar volt, post-nagyszülő szindróma, és a késleltetésre való képesség teljes hiánya. iskola után de most azonnal menjünk fagyizni, de most azonnal akarok édességet, menjünk boltba, és vegyünk VALAMIT, ha nem veszünk fagyit, akkor itthagyom a táskát az utca közepén stb és még csak 10 perce szedtem őket össze a suliból érted.
közben szereztem hangosmeséket, ruminit, doktor proktort stb, mert kiderült, hogy szeret mesét hallgatni pl autózás közben is, és hát logikus, mert inger, érdekes, és elviselhetőbb tőle az unalmas minden más. szóval szereztem könyveket, ráapplikáltam az egyik telefonra, ami közös használatú, utánanéztem, hogy milyen appokat ajánlanak lejátszásra, letöltöttem, importáltam, kipróbáltam, remek. az volt az ötletem, hogy hallgathat hangosmesét rendrakás közben, milyen jó lesz, így legalább lesz benne valami buli, valami érdekes, hú mekkora zseni vagyok baszki. én is szívesebben csinálom a házimunkát podcast hallgatás közben.
csütörtökön direkt elmentem értük korán, hogy legyen idő mindenre, hazafelé erről beszélgettünk, hogy akkor ez a mai program, legyen rendrakás, hadd adjak érte mosolygós fejecskét. hát ő inkább mégsem akar rendet rakni, mármint úgy evör, beszélgetünk erről tovább, hogy azért ez nem így működik, akkor lesz csak családi mozizás, ha volt rendrakás stb. oké, de kettő mosolygós fejet kér érte, ami tudod mit? fair enough, tényleg nagy feladat a rendrakás, boldogan adok érte két fejet, hát jól van. oké, de nem ma akar rendet rakni. inkább holnap. vagy majd hétvégén. majd vasárnap. kezd kurvára elfogyni a türelmem, tényleg rugalmas vagyok, de ehhez most ragaszkodom, hogy ez ma történjen meg. sőt, hangoskönyvet is szereztem hozzá, nem próbálod ki? nem, kizárt dolog, nem lesz tőle jobb, bele sem akar hallgatni.
úgyhogy ebből lett az, hogy bezavartam a szobájába, és addig nem jöhetett ki, amíg rendet nem rakott. időnként bementünk, segítettünk, megmutattuk, mit hova, de nem, nincsen addig tv, meg nincsen addig más, és IGEN, AMIT A FÖLDÖN TALÁLOK AZT KI FOGOM BASZNI A KUKÁBA KISFIAM, LESZAROM. Mi, anya, mindent, ami a földön van?? az ágy is a földön van, meg a fotel, meg a szekrény, akkor azt is kidobod??? NE OKOSKODJÁL, TŰNÉS PAKOLNI FIAM BAZDMEG, majd utána bevettem egy xanaxot és csak sírtam
ja, estére rendet rakott
62 notes
·
View notes
Text
Bakit Mahalaga ang Abot-Kayang Serbisyong Pangkalusugan?
Sa bawat sulok ng ating bansa, may mga pamilya na patuloy na lumalaban sa kakulangan ng akses sa kalidad na pangangalaga sa kalusugan. Habang ang iba ay nakakamtan ang mga serbisyong medikal, may mga Pilipinong hindi kayang magbayad para sa mga simpleng check-up o gamot. Sa kabila ng mga pagsulong sa sektor ng kalusugan, isang mahalagang isyu pa rin ang kakulangan ng mga ospital at doktor, pati na rin ang pangangailangan para sa murang healthcare. Ano ang mangyayari kung tayo ay walang kakayahang magpagamot?

Kalusugan Para sa Lahat
Sa gitna ng modernong panahon, ang kalusugan ng bawat Pilipino ay nananatiling isang pangunahing karapatan. Ngunit para sa marami, ito’y tila isang pribilehiyo kaysa isang pangkaraniwang serbisyo. Sa kabila ng pag-unlad ng teknolohiya at medisina, nananatiling problema ang kakulangan ng mga ospital, doktor, at abot-kayang healthcare sa bansa. Marami sa ating mga kababayan ang hindi nakakakuha ng kinakailangang atensyong medikal dahil sa mataas na gastos at limitadong mga ospital, lalo na sa mga liblib na lugar. Paano natin masisigurong ang bawat Pilipino ay may kakayahang pangalagaan ang sariling kalusugan nang hindi nababahala sa gastusin?
Kakulangan ng doktor
Sa kasalukuyan, ang mga pampublikong ospital sa bansa ay kadalasang kulang sa pasilidad, kagamitan, at mga medical personnel, isang bagay na nagpapabagal sa serbisyo. Ayon sa mga datos, ang kakulangan ng doktor ay isa sa mga pangunahing isyu—sa Pilipinas, tinatayang may isang doktor lamang para sa bawat 33,000 na Pilipino sa ilang rehiyon. Ang ganitong ratio ay malayo sa ideal na 1:1,000 na nire-rekomenda ng WHO. Bilang resulta, ang mga pasyente ay nagtitiyaga sa mahabang pila at kadalasang hindi napapansin ang mga minor na kondisyon na maaaring lumala.
Bukod pa rito, mataas ang gastos ng healthcare sa mga pribadong ospital, kaya’t maraming Pilipino ang nagdadalawang-isip kung ipagpapatuloy ang pagpapagamot. Ang mga universal healthcare program, gaya ng PhilHealth, ay isang hakbang patungo sa abot-kayang serbisyong pangkalusugan ngunit kulang pa ito upang matugunan ang lahat ng pangangailangan. Mahalaga ang pagpapatupad ng mas maraming proyektong magpaparami ng mga doktor, magtatayo ng mga ospital, at magpapababa ng presyo ng mga gamot upang mas maging inclusive at accessible ang healthcare sa Pilipinas.
Pag-asa sa Mas Mura at Mas Accessible na Kalusugan
Ang abot-kayang healthcare ay hindi dapat ituring na isang luho kundi isang batayang karapatan. Sa pamamagitan ng pagtutulungan ng pamahalaan, pribadong sektor, at komunidad, posible nating makamtan ang serbisyong pangkalusugan na kayang abutin ng bawat Pilipino. Dapat nating ipaglaban ang karapatang ito upang masiguro ang kalusugan at kinabukasan ng bawat mamamayan—dahil ang kalusugan ay susi sa pag-unlad ng bansa.
13 notes
·
View notes
Text
"Kahirapan: Mga Sanhi, Epekto, at Solusyon Para sa Mas Maunlad na Lipunan"
Ang kahirapan o poverty ay isa sa mga pangunahing suliranin na hinaharap ng maraming bansa, lalo na sa mga developing countries tulad ng Pilipinas. Ang pag-unawa sa mga sanhi at epekto nito ay mahalaga upang makabuo ng epektibong mga hakbang na makapagpapabuti sa kalagayan ng ating lipunan. Sa blog na ito, tatalakayin natin ang mga dahilan kung bakit maraming tao ang patuloy na nasa ilalim ng poverty line at kung paano nito naaapektuhan ang iba’t ibang bahagi ng ating komunidad.
Mga Sanhi ng Kahirapan
Kakulangan ng Edukasyon
Ang edukasyon ay isa sa mga pangunahing susi sa pag-unlad ng isang tao. Kapag ang isang indibidwal ay walang sapat na edukasyon, mas mahirap makakuha ng trabaho na may mataas na sweldo. Sa Pilipinas, maraming kabataan ang napipilitang huminto sa pag-aaral dahil sa kakulangan ng pera o suporta, kaya’t bumabalik sila sa mga trabahong mababa ang kita, na nagiging sanhi ng patuloy na kahirapan sa kanilang mga pamilya.
Kakulangan sa Trabaho at Kabuhayan
Ang mataas na antas ng unemployment o kakulangan sa trabaho ay isa pang pangunahing dahilan ng kahirapan. Maraming Pilipino ang walang sapat na mapagkakakitaan dahil limitado ang trabaho, lalo na sa mga rural areas. Dahil dito, napipilitan silang magtrabaho sa mga hindi pormal na sektor tulad ng pagtitinda o pagsasaka na may mababang kita, na madalas hindi sapat para tustusan ang kanilang pangangailangan.
Kawalan ng Suporta at Seguridad sa Pamahalaan
Mahalaga ang papel ng pamahalaan sa pagbibigay ng serbisyong pang-ekonomiya at panlipunan, ngunit sa ilang pagkakataon, kulang ang implementasyon ng mga programang ito sa mga nangangailangan. Ang kakulangan ng social welfare programs, gaya ng health services at mga subsidyo, ay nagpapalala sa kahirapan.
Korapsyon
Ang korapsyon ay nagiging sanhi ng hindi pantay na distribusyon ng yaman ng bansa. Ang pondo na para sana sa edukasyon, kalusugan, at imprastruktura ay nasasayang dahil sa maling paggamit ng mga opisyal ng gobyerno. Dahil dito, ang mga proyektong makakatulong sana sa mga mahihirap na sektor ay hindi natutuloy o napapabayaan.
Kalamidad at Krisis Pangkalusugan
Ang mga kalamidad tulad ng bagyo, lindol, at pagbaha ay nagdudulot ng malaking pinsala sa kabuhayan ng mga Pilipino, lalo na sa mga nakatira sa mga lugar na madaling tamaan ng sakuna. Bukod dito, ang krisis sa kalusugan, gaya ng pandemya, ay nagdulot ng pagsasara ng mga negosyo at pagkawala ng maraming trabaho na lalo pang nagpalubog sa mga tao sa kahirapan.
Epekto ng Kahirapan sa Iba't Ibang Bahagi ng Lipunan
Edukasyon
Dahil sa kahirapan, maraming kabataan ang hindi nakakatapos ng pag-aaral. Dahil sa kakulangan ng pondo sa edukasyon, maraming paaralan ang walang sapat na kagamitan, at maraming bata ang napipilitang magtrabaho sa murang edad upang makatulong sa kanilang pamilya, na nagiging sanhi ng mababang literacy rate at limitado ang kanilang oportunidad sa hinaharap.
Kalusugan
Ang mga mahihirap na pamilya ay walang sapat na akses sa serbisyong pangkalusugan. Kadalasan, hindi nila kayang bumili ng gamot o magpakonsulta sa doktor. Dahil dito, marami ang nagkakaroon ng malubhang sakit na maaaring sanhi ng kakulangan sa nutrisyon o hindi maayos na kondisyon sa kanilang paligid.
Seguridad at Kapayapaan
Ang kahirapan ay kadalasang nauuwi sa mataas na kriminalidad. Dahil sa kakulangan ng legal at maayos na hanapbuhay, maraming Pilipino ang napipilitang gumawa ng ilegal na aktibidad para lamang mabuhay. Dagdag pa rito, ang kawalan ng seguridad ay nagiging sanhi ng kaguluhan at takot sa komunidad.
Pamilya at Kabataan
Ang kahirapan ay nagdudulot ng stress at tensyon sa loob ng pamilya. Sa kawalan ng sapat na kita, kadalasang nagkakaroon ng alitan sa pagitan ng mga miyembro ng pamilya, at ang mga bata ang madalas na nakakaranas ng epekto nito. Marami sa kanila ang lumalaking may mababang pagtingin sa sarili at nagiging vulnerable sa mga masamang impluwensya.
Ekonomiya
Ang mataas na antas ng kahirapan ay nakakapinsala sa ekonomiya ng bansa. Ang mga mahihirap ay may limitadong kakayahang makabili ng mga produkto at serbisyo, na siyang nagpapabagal sa ekonomiya. Sa halip na maging produktibo ang populasyon, marami ang natutulak sa informal sectors at hindi nakakapag-ambag sa pag-unlad ng ekonomiya
Mga Hakbang Upang Malabanan ang Kahirapan
Pagsuporta sa Edukasyon
Ang edukasyon ay ang pundasyon ng pag-unlad. Mahalagang tiyakin na lahat ng bata ay may akses sa kalidad na edukasyon. Ang pagbibigay ng scholarship programs at libreng mga kagamitan ay makakatulong upang mas maraming kabataan ang makatapos ng pag-aaral.
Paglikha ng Trabaho at Pag-angat ng Kabuhayan
Kailangang hikayatin ang mga mamumuhunan na magtayo ng negosyo sa mga probinsya upang magkaroon ng trabaho ang mga tao. Sa pamamagitan ng pagpapalakas ng agrikultura at pag-develop ng mga MSMEs (Micro, Small, and Medium Enterprises), mas marami ang magkakaroon ng pagkakataong umangat ang kabuhayan.
Pagtutok sa Serbisyong Pangkalusugan
Ang pamahalaan ay dapat maglaan ng sapat na pondo para sa kalusugan at tiyakin na mayroong sapat na serbisyo at kagamitan lalo na sa mga malalayong lugar. Ang libreng check-up at gamot ay makakatulong upang maibsan ang mga problemang pangkalusugan ng mga mahihirap.
Pagbabawas ng Korapsyon
Mahalaga ang transparency at accountability sa pamahalaan. Ang pagbawas ng korapsyon ay magbibigay daan sa mas maayos na distribusyon ng yaman at serbisyo sa mga nangangailangan. Sa pamamagitan ng tamang pamamahala ng pondo, mas marami ang makikinabang sa mga proyekto ng gobyerno.
Paghahanda sa Kalamidad
Dapat pag-ibayuhin ang paghahanda sa mga kalamidad sa pamamagitan ng disaster risk reduction programs. Ang mga komunidad ay dapat sanayin sa tamang hakbang sa tuwing may sakuna upang maprotektahan ang kanilang kabuhayan at maiwasan ang pagbagsak sa kahirapan.
Ang kahirapan ay hindi simpleng problema na kayang solusyunan ng isa o dalawang hakbang lamang. Ito ay nangangailangan ng pagkakaisa ng buong lipunan – mula sa gobyerno, pribadong sektor, at sa mga indibidwal. Sa pamamagitan ng pag-unawa sa mga sanhi at epekto ng kahirapan, makakapag-ambag tayo sa mga solusyon na makakatulong hindi lamang sa ating sarili kundi pati na rin sa kapakanan ng mas nakararami. Ang pagkakaroon ng malasakit sa isa't isa ay mahalaga upang tuluyan nating mapagtagumpayan ang hamon ng kahirapan at makamtan ang mas magandang kinabukasan para sa lahat.
12 notes
·
View notes
Text
Recep Öztürk
HAL-İ PÜR MEÂLİMİZ...
Kim milyoner olmak ister?
Adlı program, bir kanalda uzun yıllardır yayımlanan bir yarışma programı.
Katılımcıların yüksek başarı sağladıklarına maalesef çok sık rastlayamıyoruz. Bu durum, bilgi toplumu olmadığımızı gösteriyor.
Son derece mânidar bulduğum iki örnekten bahsedeceğim:
Soru : Hangisi beyindeki bir bölgede bulunur?
Omurilik Sarımsağı / Omurilik Turbu / Omurilik Brokolisi /
Omurilik Soğanı
Yarışmacı cevabı bilemiyor ve telefon joker hakkını kullanıyor. Bahse konu joker bir doktor.
Çok rahat bilmesi gereken doğru cevabı ( Omurilik Soğanı) maalesef bilemiyor. Doğru cevap olarak Omurilik sarımsağını işaret ediyor.
Bir diğer yarışmacı da, jokeri ile birlikte aynı şekilde çuvallıyor.
Soru: 3 ün 3 katından 2 nin 2 katı çıkarılırsa sonuç ne olur?
1 - 2 - 5 - 23
Yarışmacı cevabı bilemiyor. Telefon jokerini kullanıyor.
Adam inşaat mühendisi mühendisi.
5 olması gereken doğru cevabı bilemiyor.
Cevap olarak 23 diyor.
Bunun gibi nice örneklerle karşılaşıyoruz.
Bütün bu durumlar bize şunu anlatıyor:
Eğitimde sefilleri oynuyoruz.
Ondan dolayıdır ki, dünyadaki ilk 500 Üniversite içerisinde bile esamemiz okunmuyor.
Bilgi çağından fersahlar kadar uzaktayız.
Varsa yoksa hamaset!
Varsa yoksa kılıç ve kalkan...
8 notes
·
View notes
Text
HEALTH IS WEALTH 🥦
Kalusugan: Ang Kahalagahan ng Access sa Murang Healthcare at ang Kakulangan ng mga Ospital at Doktor
Ang access sa murang healthcare ay isang napakahalagang isyu na dapat pagtuunan ng pansin sa ating lipunan, lalo na sa mga komunidad na may mababang kita. Sa kabila ng mga pagsisikap na mapabuti ang sistemang pangkalusugan, patuloy na nararanasan ng maraming tao ang kakulangan ng mga ospital at doktor. Ang sitwasyong ito ay nagiging hadlang sa kanilang pagkuha ng kinakailangang pangangalaga, na nagreresulta sa mas malalang kondisyon ng kalusugan at hindi pagkakapantay-pantay sa serbisyong medikal.
Kahalagahan ng Access sa Murang Healthcare
Ang pagkakaroon ng abot-kayang healthcare ay hindi lamang isang karapatan kundi isang pangunahing pangangailangan. Maraming tao ang hindi kayang magbayad para sa mga serbisyong medikal, kaya't napakahalaga ang pagkakaroon ng mga programang nagbibigay ng murang pangangalaga. Ang mga non-profit na organisasyon, tulad ng Access sa DuPage, ay nag-uugnay sa mga walang insurance at mababang kita na residente sa mga serbisyong pangkalusugan. Ang ganitong mga inisyatiba ay hindi lamang nagbibigay ng tulong medikal kundi nagsusulong din ng mas malawak na kaalaman tungkol sa kalusugan, na mahalaga upang mapanatiling malusog ang mga tao anuman ang kanilang pinansyal na sitwasyon.
Kakulangan ng Ospital at Doktor
Sa kabila ng mga pagsisikap, marami pa rin ang nahaharap sa kakulangan ng access sa mga ospital at doktor. Sa ilang mga lugar, lalo na ang mga rural na komunidad, mayroong limitadong bilang ng mga pasilidad at healthcare providers. Ayon sa mga datos, ang kakulangan ng mga doktor ay nagiging sanhi ng mahahabang oras ng paghihintay para sa konsultasyon at paggamot. Ang sitwasyong ito ay nagiging sanhi ng paglala ng kalusugan dahil hindi nakakakuha ng agarang tulong ang mga pasyente, na maaaring magresulta sa mas malubhang kondisyon.
Mga Hakbang Tungo sa Solusyon
Upang masolusyunan ang problemang ito, mahalaga ang pakikipagtulungan ng gobyerno, pribadong sektor, at komunidad. Narito ang ilang hakbang na maaaring isagawa:
1. Pagpapalawak ng Insurance Coverage
Dapat palakasin ang mga programa tulad ng Medicaid at CHIP upang mas maraming tao ang makakuha ng libreng o murang pangangalaga. Ang pagpapalawak na ito ay makatutulong upang mabawasan ang bilang ng mga walang access sa serbisyong medikal.
2. Pagsuporta sa Healthcare Providers
Ang pagtaas ng insentibo para sa mga doktor at healthcare workers na magtrabaho sa mga underserved areas ay makakatulong upang mapunan ang kakulangan. Maaaring isama rito ang pagbibigay ng scholarships o loan forgiveness programs para sa mga nais maging healthcare professionals.
3. Pagsasagawa ng Community Health Programs
Ang pagbuo ng mga lokal na programa para sa preventive care at health education ay makatutulong upang mapabuti ang kalusugan ng komunidad. Sa pamamagitan nito, mas maraming tao ang magkakaroon ng kaalaman tungkol sa tamang pangangalaga sa kanilang kalusugan.
8 notes
·
View notes
Text
Gdzie siebie widzisz za 5 lat?
20-10-2024
Choroba posadziła mnie na dupie i zmusiła do przemyśleń o tym czy ja w ogóle potrafię tak zapieprzać jak zapieprzałam. To znaczy wiem, że to w sobie mam. Ale w tym momencie życia więcej o sobie wiem, więcej uważności kieruję na sygnały od ciała i mam dystans do niektórych aspektów tego, co robię. Wiem, co mi nie służy.
Przez najbliższe 2 lata wiem, że będę robić studia. Ale jeżeli będę mogła je realizować będąc w podróży to to zrobię.
Z konieczności dobrałam sobie "specjalne dodatki" tj. te projekty, które mogą mi zapewnić stypendium, abym mogła faktycznie poświęcić się zdobywaniu wiedzy i zarazem realizować się artystycznie. Coś o czym marzyłam. Może się uda.
I może otworzę własną działalność niebawem. Byłoby super. Ale to też wiąże się ze stresem... z drugiej strony jestem tak pozytywnie nastawiona wizją możliwości zakupu nowego telefonu z lepszym aparatem, nowego komputera z lepszą kartą graficzną, nowego mikrofomu ect. Bardzo mnie to jara i jara mnie fakt, że na studiach, w tym semestrze dowiem się jak nagrywać DOBRZE podcasty. Czyli jak zrobić to o czym marzyłam, by to robić idąc na te studia! :D Bardzo mnie to cieszy, bo moje dotychczasowe próby nagrywek brzmiały tragicznie.
Więc znowu - w szerzej perspektywie uważam, że studia to był dobry krok. Te studia. Ci wykładowcy. Naprawdę fantastyczni ludzie z pasją w 95% przypadków.
To z administracją uniwersytetu i ze sposobem jego działania mam problem. Jeszcze 4 mc temu chciałam sięgać po projekt, który mógłby zrobić mi samej miejsce pracy na uniwerku, a teraz, gdy wiem jak to wygląda, jak toporny jest kontakt z każdym działem z którym kontaktować się muszę to... ech... No szlag by mnie trafił... W dodatku w czwartek się okazało, że pani profesor z którą byliśmy ustawieni na wdrażanie projektu... przestała pracować na uni. Przeniosła się na inny. No po prostu... ręce mi opadły. Najbardziej prostudencka osoba po prostu odeszła do konkurencji i przez to w ogóle muszę przemyśleć na nowo jak to w ogóle ugryźć. Jakby w wszystkie znaki na ziemi mówiły, że pomysł na projekt mam dobry, ale uczelnia nie ta. A może daje zbyt duże znaczenie zwykłym zbiegom okoliczności? Hymmm?
Zastanawiam się też, tak coraz częściej, czy jednak nie przejść całej drogi kariery akademickiej. Nigdy dotąd mnie to nie interesowało, ale też nie miałam zasobów, przestrzeni, fizycznej i psychicznej siły, miałam okropne doświadczenia związane ze studiami - brak uważności, i masę zachowań wynikających z ADHD z którymi nie wiedziałam jak sobie wtedy radzić. A teraz mam wrażenie, że to dobry czas i miejsce: idzie mi dobrze. Bardzo dobrze nawet. To co wiem nie tylko wydaje się być wystarczające, ale nawet bardzo szerokim wyjściem poza program. I to dlatego, że zwyczajnie mnie to interesuje - nie czuję przymusu nauki, czuję ciekawość. Do tego dzieci mieć nie będę raczej, a to się wydaje być jakimś dorobkiem... Jakimś celem do samorealizacji.
A z drugiej strony... jestem ledwie na 2 roku, a już marzę o tym, aby to się SKOŃCZYŁO, bo nie mam przestrzeni na regenerację i zapał do nauki wygasa, bo wciąż czuję presję, że coś muszę zrobić.
Więc gdybym nawet doszła do bycia Panią doktor to ze względu na zachowanie zdrowia psychicznego byłoby to nie wcześniej niż za dekadę, bo będę musiała robić przerwy.
Zresztą - zobaczymy. Gdy zaczynałam licencjat nie planowałam przecież nawet robić magistratury. A teraz czytając o niektórych kierunkach mam ochotę skakać z radości, bo CHCĘ, CHCĘ, CHCĘ! Chcę, ale najpierw 1-2 lata przerwy po licencjacie, bo psychicznie nie wyrobię.
Ciało mi mówi, że nie wyrabiam.
Myślałam o tym w ostatnim tygodniu, gdy szłam spać z poczuciem nieszczęścia i stresu, że tak się staram, a dostaję sygnały zewsząd, że to za mało, albo to źle. Próbowałam sobie przypomnieć kiedy się czułam szczęśliwa i wróciłam do czasu, gdy byłam singielką i mogłam robić co chcę, rodziny było o połowę mniej, nie było studiów... i pomyślałam, że to bullshit, że mój mózg kłamie, bo przecież wtedy byłam tak bardzo samotna i nieszczęśliwa! Tak bardzo! Ale fakt: było spokojniej, było bezpieczniej... Teraz tego nie ma... Teraz wszystko w niedoczasie, na ostatnią chwilę. To mi nie służy. Nie mogę dawać z siebie 200%, gdy przez 4 miesiące byłam olewana, a teraz muszę zasuwać na kilku frontach...
No i do tego brak bezpieczeństwa finansowego... Ech... Myślę o otworzeniu własnej firmy, jak wspominałam. I to niekoniecznie oznacza znalezienie bezpieczeństwa, bo nie wiem czy "zażre", czy się uda. Wiem, że chcę spróbować, a by dostać dofinasowanie potrzebuję przedstawić różnego rodzaju zaświadczenia, certyfikaty, potwierdzenie umiejętności. I dlatego się doszkalam, uczę. Zdobywam wiedzę. I uczestniczę w konferencjach. I szukam możliwości...
Tak się jakoś złożyło, że po tych 4mc poszukiwań i po poznawaniu ludzi kultury, nowe technologię widzę tam miejsce dla siebie... Nie wiem jeszcze w jakim zakresie i gdzie konkretnie, ale to czuję, że to jest coś dla mnie, co mnie jara. Uczestniczę w tym. I chyba podświadomie dążę do tego by tam sobie zrobić miejsce...
To wszystko NA RAZ dzieje się w mojej głowie.
Kolejna rzecz - dosłownie 2 dni temu zapytałam mojego partnera "gdzie się widzisz za 5 lat?". Pytanie chyba z dupy, bo razem jesteśmy ledwo 3 lata. Do tego czasu tak wiele może się zmienić! TAK WIELE!
Powiedział mi, że widzi siebie, gdzieś w podróży, siadającego z ciepłą kawusią przy pracy zdalnej na balkonie lub przed naszym capervanem/kamperem (zobaczymy na co mamy większe szanse), ja siedzę obok, a nasz piesek leży między nami.
Ciepło mi się robi na sercu, gdy z nim jestem. To mój dom.
Zapytałam go o to, bo chyba sama nie byłam pewna, gdzie ja siebie widzę. Nie odważyłam się jeszcze POWIEDZIEĆ komukolwiek na głos o tym, że myślę o magisterce. Ani, że nawet zajarała mnie perspektywa zrobienia doktoratu. Chyba się tego boję - mam przeczucie, że mój partner będzie wspierający, ale uważam, że moja sytuacja finansowa na to nie pozwala.
Totalnie chcę przy tym podróżować i korzystać z szans! Mam jeszcze taką myśl, perspektywę, że przecież mój biznes może dobrze się kręcić, wtedy będę po prostu czuła się bezpiecznie, będę mogła przebierać w pracach zdalnych...
Ech.
Wczoraj odwiedził nas teściu (dziś jeszcze jest). Mój partner zabrał ojca na miasto, a ja zdychałam na grypę (serio, zdychałam, ledwo oddychałam, nie pamiętam czwartku, piątku i ledwo-ledwo początek soboty). Po ich powrocie zapytałam teścia czy syn się pochwalił perspektywą o której dowiedzieliśmy się w zeszłym tygodniu - możliwe, że będziemy się za rok starać o Erasmusa (tj. on jako praktyki po dyplomie magistra, a ja jako semestr nauki za granicą). Teść wyznał, że ledwo dał mu dojść do głosu, więc nie, nie chwalił się. I w ogóle teściu był taki... hymmm... jakby nie ciekawiło go cokolwiek co się wiąże z perspektywą wyjazdów za granicę, co dziwne, biorąc pod uwagę jak rok temu jarał się wyjazdem córki. I jak jara się każdym swoim wyjazdem gdziekolwiek. :D
Wieczorem dowiedziałam się dlaczego... w zasadzie zapowiedział synowi, że chce mu przekazać swoją firmę. Tę firmę, którą założył rok temu i która przynosi dochody, które przerosły jego najśmielsze prognozy, która się rozrasta i która działa prężnie. Trafił w niszę. Poza tym ma gadane, świetnie potrafi sprzedawać, a z poprzedniego miejsca zatrudnienia powziął kontakty do ludzi, którzy potrzebują tych usług i ufają mu bardziej, niż jego byłemu pracodawcy. Rzecz w tym, że on sam wie, że już niewiele do emerytury, że nie wyobraża sobie pracować w tej firmie, gdy jego żona przejdzie na emeryturę - że on chcę razem z żoną spakować walizki i wyjeżdżać na pół roku by zwiedzać świat! (oni nie mieli tego okresu, jaki ja teraz mam - ledwo skończyli studia urodził się im mój narzeczony). Dlatego chce, aby firmę przejął jego syn. Przedstawił mu cały plan, przedstawił mu warunki finansowe, zapewnił, że zawsze będzie obok by mu pomóc. Warunek jest taki, że syn musi wrócić na Śląsk i się przyuczać, musi poznać klientów, być przy negocjacjach, odwiedzać partnerów biznesowych.
Do minimum 5, a maksymalnie 10 lat (w zależności od tego kto szybciej osiągnie wiek emerytalny - mąż czy żona) chce synowi oddać firmę.
Wow.
Totalnie WOW.
Jeszcze bardziej TOTALNIE WOW, bo w sumie ta perspektywa mojego partnera jara: on bardzo lubi (pasjonuje się tym) co jego tata robi zawodowo, więc chociaż jest presja olbrzymia to jest też ekscytacja.
Ale też jest niepewność, bo... musielibyśmy zostawić to życie, które budujemy tutaj i wyprowadzić się do śląskiego. Dwa województwa dalej, niby nie jest to daleko, ale w perspektywie jednak NIE JEST TO WROCŁAW. A ten aspekt dla mnie akurat jest... dziwny? Trochę trudny? Bo tu mam przyjaciół. Z drugiej strony to tylko pareset kilometrów dalej, to nie jest bardzo daleko... ale właśnie wdrażam się w zarządzanie kulturą dolnego śląska i próbuje sobie znaleźć tu miejsce.
Z jeszcze innej strony: to nie jest aż taki problem. Moja szefowa żyła przez lata na dwa miasta (Gdynia i Wrocław), dało się prowadzić firmę na dolnym śląsku i dom na pomorzu. Może to jednak zależy od perspektywy zwyczajnie. Może to będzie coś nowego, może to będzie okazja by przekonać się, czy faktywnie chcemy kupować mieszkanie we Wrocławiu?
To też by była gigantyczne zapewnienie bezpieczeństwa finansowego by w ogóle planować życie.
Tyle, że ta przeprowadzka musiałby potrwać kilka lat... najpewniej. I to dla mnie już jest... hymmm... trudne. Zwyczajnie.
Długo o tym wczoraj rozmawialiśmy z moim partnerem i nadal mam myśli rozbiegane.
Przede wszystkim doceniam, że pomimo jego radości i poczucia fascynacji tematem powiedział ojcu, że "tato, muszę to przemyśleć, bo ta decyzja wpływa nie tylko na mnie, nas jest dwoje, musimy to omówić". OMG to znaczy dla mnie tak dużo. Wiem, że to niby oczywistość, ale w moim życiu to nie oczywistość, a kolosalny wyjątek od normy przy tak wielkiej decyzji jestem brana pod uwagę.
Kocham go.
Wczoraj, gdy O. mi o tym mówił, był pewien, że powiem kategoryczne "nie, Wro moim domem". Był zaskoczony moim podejściem "ej, to wszystko da się jakoś logistycznie ułożyć". Przede wszystkim w ogóle nie pomyślał, że w takiej sytuacji będziemy najmować coś - przecież ma pokój w domu rodzinnym. Nope. Temu kategoryczne nie. Zaproponowałam, aby jednak wynajmować coś w dużym ośrodku miejskim, bo dzięki temu, ja nie uschnę - Kato spoko, zawsze lubiłam Kato, ciekawe jak będzie tam mieszkać. :D Ale Kato jest daleko do firmy jego ojca, więc padło "A może Sosnowiec?" na to ja, że nie, bo nie dość, że to Sosnowiec, to jeszcze dosłownie poprzedniego dnia słyszałam o tamtejszych szczurach xD:
Ja stawiam na Kato.
A O. zaproponował, że jeżeli już tak to liczymy to w zasadzie dlaczego by nie do Krakowa? Przecież lubię Kraków, będę szczęśliwa. I w sumie... tak, lubię Kraków. :D
A potem nie mogłam zasnąć. Wciąż myślałam o tym, że tu mam przyjaciół. Tych samych, których teraz zaniedbuję bo nie mam na nic czasu przez studia. Że za 5 lat to moi rodzice mogą potrzebować pomocy. A z drugiej strony - za 5 lat mogę przecież doktorat robić w Kato albo w Kraku. A z drugiej strony: czy ja w ogóle mam szansę dotrwać do doktoratu? Najpierw by się przydało zrobić magisterkę, a to przecież W OGOLE jest teraz jeszcze większy stres, bo te kierunki, które CHCĘ, CHCĘ, CHCĘ są we Wro i w Warszawie (chyba coś jeszcze ciekawego widziałam w Gdańsku) - i momentalnie zaczynam liczyć koszta i wyobrażać sobie, że dojeżdżam, że jestem zestresowana i zmęczona, że potem wracam do pracy i nie ma na nic siły.
A potem w głowie pojawia się jeszcze jedna myśl: za 5 lat mieliśmy wrócić do rozmowy o tym jak chcemy rozwijać nasz związek i czy na 100% nie chcemy mieć dzieci. I tak sobie pomyślałam, że gdybym miała być blisko teściów w razie gdyby mi odjebało i zaszła w ciążę to w zasadzie spoko. Ufam im.
A potem znowu inna myśl: a co jak za 5 lat moi rodzice będą potrzebować mojej opieki 24h?
Tyle rzeczy na które nie mam wpływu i na które nie mam odpowiedzi w tej chwilii.
Stanęliśmy na tym, że najpierw kończymy studia czyli przynajmniej jeszcze następne 2 lata mieszkamy we Wro.
A potem się zobaczy.
A jednak cały czas to w mojej głowie się łomocze i wstrząsa mną strach.... I dreszcze gorączki, bo nadal jestem chora (gdy to pisze mój chłopak i teściu są na miescie na obiedzie, a ja leżę pod kołderką).
Brakuje mi ruchu, brakuje mi wyjść do muzeum, brakuje mi spotkań. I brakuje mi na to wszystko czasu.
Coś w moim życiu wymaga gruntownego przemeblowania, bo dochodzi do tego, że choroba posadziła mnie na dupie i bardzo trudno mi zaakceptować, że mam po prostu odpoczywać. Jak siadam do komputera - czuje się winna, że nie sprawdzam możliwości dotacji, stypendiów itp. Czyli pracuję. Sama siebie rzezam, że nie robię grafik, szkoleń, certyfikatów, prezentacji. Myślę o tym cały czas - ta niepewność aż do końca semestru: czy zaliczę czy nie...
Potrzebuje odpoczynku, a nie mam na niego czasu...
Za 5 lat chcę być w miejscu w którym stać mnie na wyjście do fryzjera... wkurza mnie, że nie stać mnie na wyjście do fryzjera!!! A! Nie napisałam o co chodzi. W czwartek byłyśmy na uczelni, organizowałyśmy warsztaty (cześć projektu, który robimy od 4 mc). Czułam się okropnie, nawet nie zrobiłam sobie makijażu, bo wiedziałam, że spłynie z gorączką, a przeszklonych i zaczerwienionych oczu i tak by nic nie ukryło. Ostatnio ubieram się tak bardzo byle jak, że czuję się byle jak... Źle mi z tym, ale nie mam siły na staranie się bardziej. Nie daje mi to przyjemności, po prostu meczy (towarzyszy temu myśl: że w tym czasie mogłabyś napisać kilka maili do uczelni/firm, albo zrobić grafiki, kursy itp). Ale warsztat się odbył. Luz. A po warsztacie omawiałam coś z koleżanką czy przeszła szefowa samorządu studenckiego. Przywitała się i zapytała dlaczego jestem smutna, odparłam, że nie jestem smutna tylko bardzo chora. Ona najpierw zwróciła uwagę na moje ubranie - że się zlewam z otoczeniem (miałam na sobie żółty kombinezon i siedziałam na żółtym fotelu), a potem, że podobnie jak ona mam dziś kręcone włosy (w życiu bym nie powiedziała, że ona ma kręcone, jak byłyśmy na odbieraniu nagród miała gładką, lśniącą nieskazitelnie fryzurkę czarnych włosów jak u Kardashianki, z przedziałkiem i kucykiem. Ale faktycznie w czwartek miała delikatne skręty wyglądające jak zakręcone prostownicą i spuszone deszczem). Zdziwiłam się na głos, bo ja zawsze mam kręcone włosy xD (ewentualnie koczek lub koszyk z warkoczy), a jak wspominałam tej dziewczyny o kręcone włosy nie podejrzewałam, bo widziałam ją wyłącznie z nieskazitelną taflą czarny włosów jak Morticia Addams. Opowiedziała mi, że niestety ma naturalnie kręcone włosy i to jej przekleństwo (feeluję, chociaż obecnie czuję inaczej), a potem zaczęła mi dawać rady co mogę zrobić by kręciły się lepiej i odzyskały blask, bo są takie matowe. Podnosiła moje spuszone (willgotne powietrze) pukle i opuszczała. Dodawała gdzie należy obciąć połamane końcówki. I w jaki szampon zainwestować, a potem w jaką suszarkę.
Ech. I to było trochę jak kopanie leżącego, bo przez gorączkę nawet jej dobrze nie słyszałam, ani nie mogłam zebrać myśli by jej sensownie odpowiedzieć. Nie wiem czy ta seria rad była z jej strony szczera, taka dobroduszna rada, po prostu taki sposób prowadzenia rozmowy (ja tak to czułam w tamtej chwili), bo ją lubię i naprawdę dobre intencje wolę jej przypisywać, czy jak to odebrała moja wspólniczka już po odejściu przewodniczącej dzieląc się ze mną wrażeniem, że w jej odczuciu laska przyszła mi dowalić, wytykając jakieś mankamenty i sugerując obelgę, że jestem brzydka - nie czułam w tamtej chwili tego w ten sposób, ale rozumiem mechanizm, znam go, szczególnie wobec moich włosów byłam na takie zachowania wrażliwe, co nawet teraz, te 3 dni później widać bo o tym piszę. Niemniej jeszcze przy przewodniczącej udało mi się wtrącić, że mam moje włosy moga być przeproteinowane, dlatego są matowe i to może się zgadzać, bo dużo odżywki z proteinami użyłam podczas ostatniego myci. Z tego powodu skręt jest luźny, a efekt podbija fakt, że mieliśmy deszcz, więc przez wilgotne powietrze się suszą. Laska powiedziała, że ona nie wierzy w żadne PEH, że lepiej zainwestować w ten szampon od niej i w suszarkę, która ma ten efekt wygładzenia do gładkiej tafli, ten którego użyła tego dnia, gdy ją widziałam ostatnio podczas odbioru nagród. I nakreśliła wokół mojej głowy rękami okrąg dodając, że ta końcówka suszarki na pewno by wygładziła te połamane, zmechacone końcówki). I poszła sobie. xD
No cóż. Ma prawo mieć inaczej niż ja. Z perspektywy czasu faktycznie widzę, że jej zachowanie było pasywno-agresywne. Szczególnie ta ostatnia uwaga dla mnie jest triggerująca, ale w sumie nic takiego nie powiedziała (dla kontekstu: kiedyś dziewczyny z pracy, gdy przyszłam do biura we włosach zaplecionych w ciasny koszyk wokół głowy, a to i tak nie powstrzymało włosów by wymsknęły się pod wpływem wilgoci i utworzyły puszystą aureolkę wokół mojej głowy, rzuciły mi, że "Przyliż te włosy wodą, bo wyglądasz jak szalony Szopen" i całe biuro buchnęło śmiechem. Bardzo to wtedy było dla mnie przykre. Teraz, kiedy wiem, że czasem nic na to nie poradzę, że włosy się puszą, a czasem mam te niegdyś nieosiągalne gładkie sprężynki i fale to łatwiej mi dbać o włąsne granice zadbać). Ale faktycznie był to komentarz na temat mojego wyglądu, który sama zauważam ostatnio cierpi. A ja i tak powinnam kupić nową suszarkę, bo stara mi się spaliła i teraz używam jakiejś turystycznej. Sęk w tym, że póki co nie mam za co jej kupić... Ech... I poszłabym do fryzjera, ale szkoda mi 220zł.
To są małe rzeczy, ale gdzieś tam tracę godność przez to. I przez to, że nie zależy mi na makijazu, na makeupie, na tych wszystkich rzeczach, które dają po prostu fun i społeczną akceptację. Z drugiej strony - robię inne rzeczy.
Nie kończę tego wpisu ze spokojem.
Jestem nadal niespokojna, a myśli mam niepoukładane. Mocno mi się zmieniają plany na życie.
Perspektywa 5 lat to szmat czasu, przecież od 3 jestem dopiero w zwiazku, a jak się dużo zmieniło!
Nie wiem.
Nadal czuję się źle.... psychicznie i fizycznie. Muszę to przetrawić. Nie wiem czego chcę. Za dużo możliwości i głosów. I tak niewiele ode mnie zalezy...
9 notes
·
View notes
Note
Maaf curhat mas, ketika saya menyelesaikan Magister saya langsung melanjutkan ke program Doktor mas. Tapu seiring berjalannya waktu teman-teman ada yang sinis dan ada juga menjauh gara-gara mengetahui saya melanjutkan S3. Mohon pencerahannya mas 🙏
Hah, gimana konsepnya kamu lanjut program doktoral lalu ada teman yang sinis dan menjauhi? Apakah pendidikanmu merupakan beban baginya? Apakah dia yang membiayai atau bagaimana?
Jika ada hubungan antara pendidikanmu dengan sinisme mereka atau menjauhnya mereka, maka biarkan mereka tenggelam dalam kubangan kebusukan yang mereka ciptakan sendiri. Saya kira justru bagus karena kamu bisa ternetralisasi dari orang-orang toksik macam begitu. Teman, apalagi sahabat, seharusnya mereka ikut bahagia jika kamu mencapai satu level tertentu. Entah pendidikanmu, pekerjaanmu, kehidupanmu, atau apapun yang membahagiakanmu.
Hanya musuhmu yang berduka atas kemenanganmu; berbahagia atas kehancuranmu.
13 notes
·
View notes
Text
Stacionář, den třetí.
Dneska ráno se mi vůbec nechtělo vstávat. Venku bylo pošmourno a lilo jako z konve. Když jsem se převaloval v posteli, přemýšlel jsem dokonce nad tím, že se z dnešního stacionáře omluvím. Ovšem smysl pro povinnost ve mě zvítězil, a tak jsem vstal a šel si připravit snídani. Říkal jsem si totiž, že když se budu ze stacionáře omlouvat, nebude to na mne vrhat dobré světlo (to za a) a navíc z terapeutického hlediska by to postrádalo smysl (to jakože za b). Když jsem pak do stacionáře dorazil, v kuchyňce si uvařil dnes už druhé kafe a usadil se s ním ve společenské místnosti, měl jsem ze sebe dobrý pocit.
Musím přiznat, že byť se tady cítím dobře a v bezpečí, do hovoru s ostatními pacienty se zatím příliš nezapojuji. Nevadí mi sedět někde poblíž a poslouchat jejich štěbetání a pokud se to očekává, tak něco prohodím, ale spíš velice poskrovnu. Se sestrami a terapeuty komunikuju vzorně, to zase ano, ale prostě co se týče mých “kolegů”, hájím si (zatím) svůj osobní prostor. Myslím ale, že se to časem poddá. Absolvoval jsem už dvě hospitalizace, ze kterých jsem si odnesl několik přátelství a obzvláště z té první kontakt s jednou dívčinou, který je mi posilou a vzpruhou do dneška.
Na ranní komunitě se nás sestra ptala, jestli by někdo z nás byl ochotný popovídat si s mediky, kteří tady v nemocnici mají praxi. Jelikož jsem něco podobného absolvoval při svojí první hospitalizaci a věděl jsem, co to bude zhruba obnášet, přihlásil jsem se. Seminář, mohu - li to tak nazývat, vedl doktor, s kterým jsem absolvoval vstupní pohovor a medici byli nakonec jenom dva, takže to bylo velice komorní. Přihlásil jsem se hlavně proto, abych si vyzkoušel, jak mi vlastně bude, a jak se budu cítit, když budu muset předstoupit před cizí lidi a konverzovat s nimi. Výběrové řízení se totiž blíží svinským krokem, a tak jsem si řekl, že je načase začít trénovat.
Medici se mě vyptávali na moji anamnézu, na moje dva pobyty v psychiatrické nemocnici, na to, jak dlouho se léčím. Pověděl jsem jim o tom, jaké to bylo, když jsem slyšel hlasy nebo měl ozvučené myšlenky. O tom, že jsem kdysi trpěl bludy a byl jsem přesvědčený, že se proti mě spikla celá společnost. O svých problémech ve škole a panických atakách, když tam mám jít, a že bez Rivotrilu momentálně nedám ani ránu. Prostě všechno. Myslím si, že i tohle může mít z terapeutického hlediska smysl a pozitivní dopad, takhle to všechno ventilovat.
Jinak na programu dnes byla samozřejmě taky skupina, kdy jsem se celkem rozpovídal o svých vztazích s rodiči a o tom, jak se vlastně staví k tomu, že mají bláznivého syna. Před obědem byla ještě relaxace, kterou jsem absolvoval poprvé a musím uznat, že to bylo velice příjemné a uvolňující. Po obědě jsme měli volný program na oddělení, a tak jsem se uvelebil s knížkou, kterou jsem si s sebou přinesl z domova a ponořil jsem se do četby. Čas mi tak uběhl celkem rychle a už tady byla závěrečná komunita. Probrali jsme jednotlivě, jak se cítíme a jak jsme prožili dnešní den a pak jsme byli propuštěni domů.
Vzhledem k tomu, že dnes bylo tak ošklivé počasí, cestoval jsem taxíkem tam i zpět. Měl jsem kvůli tomu na sebe trochu vztek, ale pak jsem si uvědomil, co by mi řekl asi každý terapeut, a to, že si to nemám vyčítat. Koneckonců, zítra je taky den.
3 notes
·
View notes
Text
incorrect adam quotes
Adam: Hi there, would you like to sign my petition?
~~~~~
Adam: Squeeze my hog!
~~~~~
Adam: They hate me for being a slut TBH.
Adam: And maybe also the killings too, but that's unlikely.
~~~~~
Adam: Kill and Murder and death and shooting you with a large Bazooker
~~~~~
Adam: Blake I see something! There's a Metal Gear Rising from the water!
~~~~~
Adam: YOU PUT WALT DISNEY IN THE SEAR'S PROGRAM!?!?!?!?
~~~~~
Adam: Clever argument, Ironwood. Unfortunately I did the fuck to yuor mom. Opinion: Invalidated.
~~~~~
Adam: Dios mio that was close
~~~~~
Adam: SLICE to meet you!
Adam: my favorite genre is SLICE of life!
Adam: I'm also a big fan of SLASHer films!
~~~~~
Adam: How about full of pilk, is that a meme?
~~~~~
Adam: Bit my bite my pale flat ass
~~~~~
Adam: I dipped my sword in Mcdonalds sprite and that MF started charging
~~~~~
Adam: Doktor!
Adam: Turn off my night light.
~~~~~
Adam: DO NOT USE THE DOUBLE GULP CUP FOR THE FUCKING SLURPEE!
~~~~~
Adam: It's saturday night, I have no date, a 2 liter bottle of Shasta, and my all rush mixtape.
*Fly by Night starts playing*
Adam: Let's rock!
~~~~~
Adam: DIG THESE CHILD-BEARING HIPS BAB---
30 notes
·
View notes
Text
JUMLAH profesor di Universitas Islam Indonesia (UII) kembali bertambah. Kali ini jabatan akademik tertinggi itu diraih oleh dosen Program Studi Hukum Islam Program Doktor, Dr. Drs. Yusdani, M.Ag. , Prof. Yusdani menerima Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Akademik Profesor pada Kamis (15/5.
Surat Keputusan (SK) Kenaikan Jabatan Akademik Profesor secara simbolis diserahkan oleh Koordinator Kopertais Wilayah III Daerah Istimewa Yogyakarta, Prof. Noorhaidi Hasan, kepada Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Fathul Wahid dan selanjutnya, SK tersebut diserahkan oleh Rektor kepada Dr. Drs. Yusdani, M.Ag.
Peningkatan jumlah profesor ini menunjukkan komitmen UII dalam meningkatkan peran dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Jumlah profesor di UII berpotensi terus bertambah di masa mendatang. Saat ini, UII memiliki 834 dosen, dengan 286 dosen berpendidikan S3.
Program strategis
Dari jumlah tersebut, 118 dosen telah mencapai jabatan akademik Lektor Kepala, dan 76 dosen di antaranya memenuhi syarat memperoleh jabatan akademik tertinggi.
1 note
·
View note
Text
Sebuah Perjalanan Penuh Harap dan Pelajaran di Vienna *)
Kisah ini menjadi refleksi selama enam bulan saya melangkahkan kaki keluar rumah untuk bertualang dan menetap di luar negeri hingga kurang lebih 3 tahun ke depan. Saya memulai perjalanan ini dari sebuah mimpi untuk melanjutkan sekolah doktoral di luar negeri. Sudah itu saja. Ada seorang guru yang terus memotivasi saya. Beliau yang selalu menyalakan bara api semangat untuk terus bersiap menempuh pendidikan lebih tinggi ke tempat terbaik. “Saya yang ndak pandai Bahasa Inggris jak bise S3 di Spanyol, masa’ Danu yang pintar ndak bise,” kata beliau.
Ini selalu jadi kalimat andalan Pak Dodi Irawan setiap kali bertemu atau berdiskusi tentang pengalaman S3 beliau. Beliau dulunya guru SMP saya, tapi saat ini perjalanan karir dan takdir Tuhan menjadikannya Rektor Universitas Muhammadiyah Pontianak. Tidak ada yang berubah dari sosoknya yang saya kenal sejak 18 tahun lalu. Ramah dan bersahaja.
Sejujurnya tidak pernah ada mimpi akan ke Austria. Kalau pun saya pernah terpikir untuk bermimpi, maka tujuannya adalah ke Spanyol, tepatnya Barcelona. Karena ada klub sepakbola favorit saya di sana. Saya tahu tentang Austria hanya dari seorang kolega di Universitas Tanjungpura yang merupakan alumni dari salah satu kampus di sini. Pak Zairin Zain, beliaulah sosok selanjutnya yang menjadi salah satu pembuka jalan untuk sampai di luar negeri. Pada sebuah diskusi, beliau menjelaskan bahwa Austria memang bukan di Eropa Barat, cenderung di tengah. Tidak terlalu besar dan semegah negara-negara favorit, seperti Jerman, Perancis, Italia, atau Inggris, tapi kalau sudah di Eropa standar pendidikan tingginya sama saja. Toh, jalan-jalan keliling Eropa juga bisa asal sudah sampai di sana. Beliau juga yang akhirnya memperkenalkan saya dengan skema beasiswa Indonesia-Austria Scholarship Programme dan ASEA-UNINET. Kalimat beliau sederhana sekali: “Bang Adit, coba nia ada beasiswa ke Austria. Berkas-berkasnye ade kan?”
Itu kalimat yang mengawali perjalanan saya. Sejak itulah harapan untuk ke Austria dimulai. Petualangan dimulai dengan mengumpulkan berkas-berkas hingga berkomunikasi dengan calon pembimbing doktoral di University of Vienna. Akhirnya pada 29 September 2020 menjadi tanggal bersejarah karena seorang anak dari Kota Pontianak dinyatakan menerima beasiswa untuk studi lanjut di Austria tepatnya kota Vienna. Perjalanan itu dimulai tepat pada 30 September 2021 setelah setahun persiapan keberangkatan.
Vienna adalah sebuah kota yang indah dan nyaman untuk ditinggali. Setidaknya itu kesan saya dari sejak pertama menginjakkan kaki pada tanggal 1 Oktober 2021. Kota ini adalah perpaduan cuaca cerah dan mendung dengan sesekali angin bertiup menghembuskan udara dingin. Sarana transportasi sangat mudah. Berbelanja bahan makanan atau menemukan restoran halal bukan perkarasa susah, banyak pilihan.
Kota ini memberikan banyak pelajaran berharga. Baik secara ilmu di kampus formal maupun kampus kehidupan. Institusi tempat saya menempuh pendidikan memiliki sistem administrasi berbasis daring yang luar biasa. Fasilitas referensi dengan basis data di laman perpustakaan daring juga memadai. Saya merasa mudah sekali mengakses buku atau artikel jurnal berkualitas dengan akun yang diberikan. Banyak juga ditawarkan mata kuliah atau kuliah tamu yang begitu bermanfaat untuk menunjang perkembangan sekolah doktor. Kolega di kantor juga baik sekali. Para staf akademik dan tim program doktor di fakultas serta program studi yang sangat ramah dan membantu proses administrasi, teman-teman sesama mahasiswa dan peneliti yang juga sama baiknya mengajarkan proses adaptasi selama di kantor, serta pembimbing disertasi yang begitu peduli. Saya amat bersyukur berada di lingkungan kerja dan kampus ini.
Hidup di Vienna juga tentang belajar menyeimbangkan waktu kerja dan menikmati hidup. Sebuah tren work life balance yang tidak hanya basa-basi. Jarang sekali ada interaksi tentang pekerjaan di luar jam kerja. Akhir pekan adalah milik keluarga. Bahkan toko dan pasar tutup di hari Minggu. Kecuali restoran karena biasa digunakan masyarakat untuk bercengkrama menikmati waktu libur atau toko-toko sembako di titik tertentu yang esensial, seperti stasiun besar. Di sini kami belajar untuk menikmati akhir pekan sebagai hadiah dari lima hari kerja yang melelahkan.
Selain itu, orang di Vienna sangat tepat waktu. Kenapa? Karena semua sarana transportasi tepat janji saat tiba dan berangkat. Kita dengan bantuan aplikasi transportasi atau peta di Google dapat dengan presisi mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di satu lokasi. Tidak ada alasan untuk telat karena alasan macet seperti di Indonesia.
Pelajaran kehidupan lainnya yang didapat selama di perantauan adalah bertemu dan bercengkerama dengan sesama mahasiswa atau penduduk Indonesia. Sejak awal tiba di Austria, saya dan teman langsung disambut oleh Mas Jaya Addin Linando, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Austria (PPIA). Pada malamnya kami juga diundang oleh sesama mahasiswa untuk makan malam dengan menu khas Indonesia. Hari-hari selanjutnya juga diwarnai dengan berbagai pertemuan bersama orang-orang Indonesia lainnya, mulai dari sesama anggota PPIA hingga Warga Pengajian Austria (Wapena). Bahkan jika dihitung, di komplek asrama mahasiswa yang saya tempati terdapat sekitar 10 orang pelajar Indonesia. Tidak jarang kami mengobati rindu dengan obrolan santai tentang kampung halaman. Kami juga rutin berkumpul sambil memasak makanan Indonesia dan menikmati kota bersama dengan jalan santai atau berbelanja. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika dua teman terjangkit COVID-19, kami saling mengirimkan makanan dan obat selama fase karantina.
Meski demikian, jangan tanya soal rindu. Ini yang paling berat. Rindu istri dan anak-anak, keluarga, makanan, teman, dan suasana kampung halaman. Istri dan anak-anak yang dengan penuh kerelaan melepas saya berangkat. Mereka pula yang terus memberikan semangat tanpa putus. Anak-anak yang masih usia di bawah 6 tahun, tapi begitu dewasa bersikap saat mengantar keberangkatan. Istri yang harus berjibaku dalam mengurus anak tanpa saya. Perjalanan ini akan selalu jadi pengingat betapa saya harus banyak membalas dengan lebih banyak kebaikan dan kasih sayang.
Rindu kadang terobati dengan panggilan video atau mengamati lini masa media sosial, tapi tidak jarang ia begitu memuncak. Karena saya hanya bisa melihat perkembangan anak-anak dari layar kaca, mendengarkan kisah istri selama mengasuh mereka, dan mendengar kabar keluarga yang sakit atau perkembangan COVID-19 di Pontianak. Rindu itu jadi sungguh sangat berat. Akhirnya semua itu menyisakan doa-doa dan harapan agar hati kembali kuat. Sehingga saya bisa bilang perjalanan ini amat penuh harap. Harapan untuk bisa berkumpul dengan keluarga dan mengobati kerinduan.
Satu kejadian yang begitu berkesan dari kisah tentang rindu adalah ketika pembimbing saya, Prof. Petra Dannecker, menanyakan kondisi keluarga di Indonesia. Ketika beliau tahu kalau kami sedang menanti kelahiran anak ketiga. Responnya adalah menyuruh pulang karena saat musim dingin juga tidak ada aktivitas apa-apa di kampus. Kalimat setelahnya yang membuat saya begitu terenyuh dan tersentuh. “Penting untuk anakmu tahu kalau dia punya seorang ayah,” ucap beliau dalam Bahasa Inggris.
Rindu yang dipendam pun seketika pecah, runtuh sudah pertahanan. Saya menangis di dalam hati ketika mendengar kalimat itu, begitu terharu. Beliau amat memperhatikan kondisi psikologis bimbingannya selama di sini. Perasaan seorang ayah yang menanti dengan harap cemas akan proses kelahiran anak yang hanya tinggal dua bulan, tapi harus tetap memfokuskan diri untuk memulai sekolah di perantauan.
Tuhan selalu punya jalan-jalan terbaik. Tidak pernah terbayangkan buda’ Pontianak ini akan pulang pergi ke luar negeri dalam hitungan bulan. Dalam rencana awal pun, kami sudah merelakan akan saling menatap layar kaca saat proses melahirkan tersebut. Tuhan begitu baik memberikan kesempatan kepada saya menemankan istri selama proses melahirkan dan menyambut putri kecil kami secara langsung. Hingga untuk mengenang persiapan dan perjalanan ini, kami menyematkan Vienna sebagai nama tengah untuk anak ketiga yang lahir pada bulan Desember 2021.
Kisah-kisah di Vienna pada akhirnya mengajarkan saya untuk senantiasa belajar bersyukur dengan semua yang telah diterima hingga saat ini. Lima bulan ini begitu banyak cerita yang begitu berharga untuk dijadikan bahan pendewasaan diri. Tentunya masih ada puluhan bulan penuh harap yang akan saya lalui. Pembelajaran diri pasti terus didapatkan seiring berjalannya waktu di kota yang indah. Seperti judul di atas, perjalanan di kota ini penuh harap dan pelajaran.
Adityo Darmawan Sudagung, 1 Maret 2022
*) Tulisan ini dikirimkan pada Writing Contest PPI Edufest 2022 dengan tema "Sepenggal kisah dari penjuru dunia, sejuta inspirasi untuk Indonesia" dan mendapatkan honorable mention.
2 notes
·
View notes
Text








More character sheets for the kids! I had to do the main crew hahaha.
All info under the cut!
Paige Philips (she/her)
Blonde hair (straightened), blue eyes, soft-sharp nose
Casual clothes: yellow bow tie, white button-up with rolled up sleeves, yellow skirt, white crew socks, blue shoes
5 feet 4 inches, 16 - 17 years old, thick thighs and calves
Also known as "Navigator"
Tends to be exasperated, but cares a lot and is kind of a flirt with the other girls
Game Form: unused (Pip Pirrup core)
Frank Ernest (he/him)
Black hair (curly/kinky), dark green eyes, flared base nose
Casual clothes: suspenders, short sleeved white button-up, green shorts, white crew socks, black shoes
5 feet 2 inches, 15 - 16 years old, tiny
Also known as "Doktor"
Big expressions and irreverent. The life of the party!
Game Form: black bodysuit, grey hooded robe with purple trim, grey boots. (Purple lines crawling up his face)
Abraham van Helsing IV (he/him)
Wild red hair, ash blue eyes, upturned nose
Casual clothes: brown suit jacket, white button-up, dark blue tie, brown slacks, black shoes
5 feet 4 inches, 17 - 18 years old, small feet
Also known as "Professor"
Pleasant and polite until his switch is flipped. His eyes are wrong somehow and he has memory issues.
Game Form: brown hat, brown trenchcoat, brown turtleneck and pants, brown boots, weapons and hunting gear
Vektor Ketziah (he/him)
Flared out grey hair, golden eyes, angular nose
Casual clothes: tan suit coat, yellow button-up, tan slacks, barefoot
5 feet 7 inches, 17 - 18 years old, shadow biology
Also known as "Prince"
Observed and mimics the others' expressions and gestures. A learning program! His eyes glow when using his powers or when he's overly emotional.
Game Form: black bodysuit, silver knight armour, visor and golden key staff can be manifested
(maybe check out my books about these two)
#Welcome to Momo draws#Game Kids need their own tag#Paige Philips#Frank Ernest#Abraham van Helsing IV#Vektor Ketziah#Look at my kids!
3 notes
·
View notes