Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo

Sebuah Pertaruhan • • Inilah masa dimana mereka mencari jati diri Masa dimana mereka menentukan cita dan cintanya Dan masa dimana mereka menentukan arah melangkah • Ada yang memilih untuk tetap terus melangkah dan kemudian menjulang tinggi.. Adapula yang memilih untuk langsung berkarya di masyarakat dan kemudian mengakar kuat.. • Merekalah orang orang yang akan mentukan seberapa tinggi dan kokohnya pohon ini akan berdiri kelak • Merekalah objek objek taruhan kami😌 • #MengakarKuat #MenjulangTinggi #PutihAbuAbu #CareShareAction (at Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta)
0 notes
Photo

Namaku Adam A Nugraha. Buat aku, Smart Phone adalah guru alternatif zaman now • Tahukah engkau jumlah guru alternatif yang satu ini? ada 371 juta buah cuyy yang tersebar dari Sabang ampe Merauke dan tentu jauh lebih besar dari jumlah penduduk Indonesia yang hanya 262 juta(2017). Ditambah lagi, kalau pake ini guru, dunia seakan ada di genggaman, ada fitur mbah Google yang tau segalanya, apalagi ini guru kalau dibanting gak marah, dikata katain tetep diam, kurang sabar apa coba guruku yang satu ini? • Akan tetapi.. Guru alternatif yang satu ini sayangnya tidak bisa punya hati, seringkali membuat orang satu sama lain berprasangka, membuat ketagihan, suka korupsi waktu kalau diajar, dan yang jelas tidak bisa mengajari tentang adab😔 • Ternyata peran guru yang sebenarnya tidak bisa digantikan guru alternatif yaa😅 • Ini guru pilihanku, mana guru pilihanmu? Ayo ceritakan juga momen asik bersama guru favoritmu! Mau ikutan? Cus kepo IG @stucash.id dan bergabung bersamaku dan teman-teman lainnya! • • Sumber data: Katadata #PahlawanPendidikan#Kongsi2017#CareShareAction#GurukuAsik#GuruIdola#GuruHits#HariGuruNasional
0 notes
Photo

Memandang Ke Depan (1) • “Menurutmu.. Apa yang bisa kau harapkan dari segerombolan pemuda penuh energi? Apakah energi mereka disalurkan di jalan yang benar? Bagaimana jika mereka tidak tau cara untuk menggunakanya. Apa kau masih berani berharap pada segerombolan pemuda itu? Lalu.. Apa yang sebenarnya kau inginkan? Apa yang seharusnya kau lakukan? Adakah hatimu tergerakan untuk memfasilitasi mereka dalam kebaikan?” • Setelah dua tahun, setelah kegamangan yang bertubi tubi… Kami temukan jawabannya Sederhana saja… • Jika Anda yakin dengan apa yang Anda inginkan dan Anda jalani, Just Straight Forward and FOCUS! Apapun yang menghalangi dan menjadi kerikil dalam perjalanan, Just Straight Forward and FOCUS! Tak akan ada yang bisa menghentikan langkah Anda, seberapapun besarnya kecuali MAUT Oleh karena itu.. Just Straight Forward and FOCUS! • *Dinukil dari suatu sumber 📸@nashir_hack SAPA @farohis 2017 • #Semangat #Juang #Kami #1
0 notes
Photo

Tangan Tangan Produksi • Setelah saya pikir pikir, ada kesamaan antara jenis barang dan jenis tangan. Ada barang konsumsi, ada pula barang produksi. Begitupun juga tangan, terdapat tangan konsumsi dan tangan produksi • Berbeda dengan tangan konsumsi yang hanya bisa mengurangi nilai guna dari sebuah karya. Tangan produksi adalah tangan tangan yang bisa memberikan nilai tambah atau bahkan menghasilkan sebuah karya • • Memang hasil karya produksi dari tangan ini cukup berkualitas rendah😅 Tetapi itu bukanlah masalah.. karena tangan ini disetting untuk memproduksi hal yang jauh lebih besar! • Menjadikan manusia lebih beradab di dalam perusahaan yang bernama kampus~ • • Dari kami yang berikhtiar menjadi tangan tangan produksi SIMFONI👏😊 • #PemanduMemadu #PemanduSIMFONI2017
1 note
·
View note
Photo

KOTA KEMBANG • Dua kali saya 'ngegembel' di bumi Padjajaran ini Dua kali pula saya berziarah di Masjid Kampus 'ter-madani' Sambil meminum kopi umat, menambah daftar referensi katalog pribadi Dan tak lupa menarik kesimpulan deduksi: • Jika Jogja mendidik Filosofi berpikir, maka Bandung mengajarkan Aplikasinya • • Dari Kita yang percaya.. Bahwa lagu lagu Indi kita akan menjadi lagu lagu Pop di Kota Kembang~ • 📸In Frame: Untuk Ksatria Bandung Para orang baik yang pertama tama menyambut ajakan kebaikan ini😊 • Semangat Diklat ro Osjur yoo Bosq!👊 Nek ak mrono, ojo kapok ngancani ngopi sisan 'washing eyes' neng Masjid Salman👀 • #Jogja #Bandung #Gembel #Belajar #Hidup #CareShareAction
1 note
·
View note
Photo

Bangsa macam apa yang kita ini? • • Ada dua jenis manusia yang menghuni bumi Indonesia ini, yaitu Bangsa Indonesia dan Bangsa Indon • Sederhananya, Bangsa Indonesia adalah seperti yang dinarasikan di sekolah sekolah: sebuah bangsa yang berbudi pekerti pancasila, menjunjung local wisdom serta gotong royong, rajin beribadah, dan suka menabung. Bangsa Indonesia adalah manusia yang tumbuh dari sikap positif dan akal pikiran yang cemerlang. Dalam kancah internasional mereka adalah potret dari bangsa yang toleran • Sedangkan Bangsa Indon adalah seperti yang kita lihat sehari hari di televisi, facebook, twitter, line, dan instagram. Bangsa Indon berbudi nyleneh dan tidak konkret, menjunjung budaya instan serta keapatisan, gila kekuasaan dan attention. Tapi jangan salah, bangsa Indon juga ada pembagian kastanya. Mulai dari paria sampai brahmana, mulai dari kaum proletar sampai hedonis, yang semua bisa diidentifikasikan dengan mata kepala • Sayangnya, belakangan ini jumlah Bangsa Indonesia kalah dominan dari Bangsa Indon. Meskipun Bangsa Indonesia masih bisa kita jumpai di acara Kick Andy atau Tedx Talk~ • Memang masih ada segelintir Tapi mereka adalah minoritas Dan terlanjur dicap 'aneh' • Barangkali satu satunya cara merescue bumi pertiwi dari Bangsa Indon adalah dengan tidak menjadi Bangsa Indon itu sendiri😊 (Iman, Novie) • • 📸Melihat lalu lalang orang orang Kota: berfikir dalam muka, tetapi menertawakan dalam hati 📌Dari atap parkiran yang tidak tau mengapa, selalu sepi • #Bangsa #Indonesia #Bangsa #Indon #BuihdiLautan
1 note
·
View note
Text
DIBALIK Rp. 2000 UNTUK TUKANG PARKIR
“Mas e, benjang malih nek nariki parkir rong ewu mbok ana karcise” Aku masih ingat dengan kalimat teguranku kepada tukang parkir pinggir jalan di Jalan HOS Cokroaminoto. Alasanku waktu itu sederhana, yaa karena tarif restribusi “rong ewu” terlalu mahal di Kota Pelajar~ . Pernah aku membaca Perda Kota Yogyakarta No. 19 Tahun 2009, ditetapkan oleh wakil rakyat bahwa tarif retribusi pada Satuan Ruang parkir di Tepi Jalan Umum untuk sepeda motor adalah “mung Sewu!”
Tidakkah engkau merasa terzhalimi dengan ini?
Hal ini diperparah dengan banyaknya tukang parkir yang tidak menjalankan SOP: memakai rompi oren, membawa sempritan, mengguakan lampu kelap kelip dan equipment penunjang lainnya.
Belum lagi, kita sering tidak habis pikir dengan statement “kehilangan bukan tanggung jawab tukang parkir,” lhaa nek ngene ki ngopo aku parkir neng kene pak?! . Sebelum kuda besiku tancap gas, kemudian Mas Tukang Parkir itu mendatangiku lagi “Ngapunten mas, sewu wae rapopo.. aku wedi berdosa marang Gusti Allah” . . Waktu pun bergulir seirama dengan keinginanku mencari jawaban; apakah yang telah kulakukan itu salah atau benar? . Aku belajar sebagai warga negara yang baik untuk menjunjung hukum yang berlaku, menaati pak walikota, dan membantu pak polisi untuk mengingatkan pembangkang peraturan
Di lain sisi, sebagai manusia yang bermoral. Aku mulai belajar Theory of Moral Development dari Lawrence Kohlberg, bahwasannya level tertinggi dari moral adalah ketika kita mengesampingkan hukum dan mengikuti suara hati
Apalagi sebagai seorang pelajar. Harusnya aku memahami, sebesar apapun uang yang ku keluarkan untuk restribusi parkir. Bukankah tetap saja 20%-nya akan kembali untuk mensukseskan pendidikanku? . Lantas, berada disisi manakah dirimu?
0 notes
Text
[Mengapresiasi Gerakan Pelajar – Bimbingan SBMPTN Gratis]

Hari H Pengumuman SBMPTN
Studi Kasus: Yudi Priyatno (Anak Bangsa, Anak Tanjungsari, Gunung Kidul)
.
.
Seperti yang kita ketahui bahwa tingkat akses Pergutuan Tinggi di Indonesia sangat tendah, berkisar antara 22.95% (BPS, 2015). Sederhananya, jika ada 100 orang yang baru lulus SMA/MA kemarin, sebanyak 77 orang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Apabila pada tahun ajaran 2015/2016 saja ada 1.423.607 lulusan, maka dapat dipastikan tahun kemarin lebih dari satu juta orang lulusan SMA/MA harus langsung ambil bagian di dunia kerja, tentunya tanpa bekal yang memadai karena mereka lulusan SMA bukan SMK (Kemendikbud, 2016). Lantas mereka akan memilih; akan menjadi entrepreneur atau staff tingkat bawah sehingga bisa cepet menikah atau membiarkan ‘bojone ditikung’ karena memilih menjadi orang biasanya, menganggur dan tidak jelas mau ngapain.
.
Sehingga tidak mengherankan, apabila saat ini perusahaan yang bernama bimbingan belajar (bimbel) menjamur dimana mana dengan disupport pangsa pasar yang sangat besar. Kalau njenengan ingin kaya mendadak selama 15 tahun ini. Saranku, bukalah bimbel! Karena paling tidak akan ada 70,1 juta anak Indonesia (usia 0-15 tahun) yang siap memberikan demand (katadata, 2016). Mengapa hal ini bisa terjadi? Bagi aku sederhana, karena pelajar sudah tidak percaya dengan sistem pendidikan di sekolah. Kualitas guru sekolah yang rendah. Sampai mindset generasi micin kekinian yang suka produk instant; hura hura selama 2 tahun, belajar di bimbel selama satu tahun. Semua ini dapat ditarik benang merahnya, bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih belum konkret!
.
Kemudian aku sedikit merenung.. Apabila hal ini dibiarkan, roda takdir si-kaya dan si-miskin tidak akan pernah berputar. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ketika kita bisa kuliah. Kita berada satu step didepan untuk menjadi orang kaya bukan? Ketika kita ikut bimbel, maka kita akan berada satu step didepan untuk bisa masuk kuliah. Aku masih ingat, cost yang harus dikelurkan untuk ikut bimbel cukup besar. Sebuah perusahaan kuning penyedia layanan bimbel terbesar di Indonesia adalah sekitar 6 juta-15 juta (mulai dari kelas reguler, sampai kelas platinum yang duitnya sama seperti beli Honda Vario). Yaa sederhananya, kalau ada anak ngebet ingin ikut bimbel, Bapaknya berdomisili di Kota Pelajar, dan hanya digaji setingkat UMK, Rp. 1.572.200 (GajiUMR.com, 2017). Pastinya se-keluarga akan puasa selama empat bulan. Kesimpulannya adalah anak keluarga kurang mampu tadi: dilarang ikut bimbel, bisa masuk kuliah, dan memperbaiki takdir perkonomiannya; Tetapi ada pengecualian, kalau si-anak memang jenius~
.
Menjadi sebuah kehormatan yang luar biasa. Pertama, saat aku diizinkan berinteraksi dengan gerakan bimbingan gratis dari alumni OSN untuk para pejuang SBMPTN yang terkendala secara ekonomi (read: tidak ikut bimbel). Yupss.. Bimbingan Antar Teman (BAT) - Yogyakarta, yang kata Bos-nya; anak FEB UGM yang kampusnya biasanya dipakai untuk kegiatan. Gerakan ini sudah berjalan selama dua tahun, kalau tahun pertamanya baru bisa mengakomodasi mimpi 40 pelajar di kota pelajar yang memiliki keterbatasan ekonomi tentunya. Tahun ini, BAT mencoba memfasilitasi 105 pelajar dari Kota Pelajar dan Kota Kembang agar dapat menggerakan roda takdir mereka. Oiyaa, BOS BAT juga berucap kalau masih menunggu volunteer dari kota kota besar untuk franchise bimbel kebaikan ini, karena target mereka, tahun depan BAT hadir di 5 Kota. Apakah kamu adalah harapannya? Mari kita doakan aja, Al-Fatihah! Aamiin
.
Kehormatan Kedua, adalah saat aku dipertemukan Gusti Allah dengan Yudi Priyatno. Seorang putra bangsa; putra Mendang, Ngestirejo, Tanjungsari, Gunung Kidul. Seorang putra asli Batam, ibunya seorang ibu rumah tangga, sedangkan bapaknya membuka bengkel kecil kecilan di tanah keliharannya. Seorang pemimpi yang menyukai semua hal yang berbau hitungan, rancangan, serta desain dan seorang pejuang yang bercita cita masuk Fakultas Teknik UGM. Beliau sebenarnya satu angkatan denganku, hanya saja pada ujian sebelumnya Gusti Allah mengujinya untuk lebih bersabar. Satu hal yang menyentuh hati; saat Kang Yudi ikut BAT, waktu belajar yang beliau dapatkan lebih cepat 1 jam dari rata rata waktu yang dihabiskan dijalan (3 jam; +- 120 km). Tapi satu hal yang pasti, tekadnya untuk menjadi orang pertama yang masuk S1 UGM sejak 20 tahun berdirinya sekolah Kang Yudi akan selalu tsabat. Bukankah seperti sosok Lintang dalam lagunya Netral(?)
.
Hari Ini, setelah pukul 14.00. Mungkin akan ada banyak success stories tentang orang yang memiliki keterbatasan dengan semangat militansi yang tinggi. Bisa jadi, diluar sana masih banyak pejuang semacam Yudi Yudi lain yang berusaha membuktikan pada dunia..
Walau berlatar belakang apapun, setiap pejuang patut diapresiasi.
Pejuang dengan keterbatasan, berhak untuk diapresiasi lebih.
Tetapi tetap! apresiasi terbesar dipersembahkan kepada gerakan kebaikan dan ketulusan.
.
.
Duhai adik dan temanku, apapun hasilnya hari ini..
Hanya akan ada 148.066 dari 797.748 nama pejuang SBMPTN 2017 yang akan berwarna hijau (Kemristekdikti, 2017)
Artinya.. jika ada yang terjun langsung membangun masyarakat
Selalu ada yang akan membawa amanah kursi orang lain
Untuk para ‘abangan’, Gusti Allah pasti akan membukakan jalan terbaik untuk kalian
Untuk para ‘hijauan’, ingin kuhantarkan pesan dari Pidi Baiq:
.
“Dulu, nama besar kampus disebabkan oleh mahasiswanya.. Sekarang, mahasiswa ingin hebat karena nama besar kampusnya”
.
Di Malam Turunnya Al Quran
Adam A. N.
2 notes
·
View notes
Text
[JAS MERAH] BELAJAR DARI SIKAP ‘SINGODIMEJO’

. Selamat hari lahirnya Pancasila Hari lahirnya philosofische grondslag yang pernah diganti sila pertamaya . 17 Agustus 1945, menjadi hari bersejarah bagi bangsa ini. Tetapi bukanlah hari yang mempersatukan Indonesia, karena hanya tokoh tokoh Islam saja yang hadir dalam proklamasi kebangsaan itu. Dikisahkan oleh Bung Karno, dua jam sejak dimulainya upacara proklamasi. Tiga tokoh besar dari Indonesia Timur mendatangi kelompok mahasiswa Prapatan 10. Ada sebuah keberatan dengan sila pertama Piagam Jakarta. Piagam karya empat tokoh Islam dan lima tokoh nasionalis. Para mahasiswa kemudian menjalankan tugasnya. Menemui Hatta pada sore harinya dan menelpon Soekarno pada malam harinya. . 18 Agustus 1945, menjadi hari pertama terjadinya perdebatan di tubuh bangsa ini. Rapat PPKI di Pejambon Jakarta. Soekarno terlihat menghindar dan canggung dengan kegigihan Ki Bagus Hadikusumo, Ketua Umum Muhammadiyah ketika itu, dalam mempertahankan seluruh kesepakatan Piagam Jakarta. Lobi lobi tegas dari Hatta, dari utusan Soekarno: Teuku M Hassan, dan tokoh sekaliber KH Wakhid Hasyim pun tak mampu mengubah pendiriannya. Di sinilah peran Kasman Singodimejo (Ulama Muhammadiyah) melakukan pendekatan secara personal dengan Ki Bagus.. . “Kiai, kemarin proklamasi kemerdekaan Indonesia telah terjadi. Hari ini harus cepat-cepat ditetapkan Undang-Undang Dasar sebagai dasar kita bernegara, dan masih harus ditetapkan siapa presiden dan lain sebagainya untuk melancarkan perputaran roda pemerintahan. Kalau bangsa Indonesia, terutama pemimpin-pemimpinnya cekcok, lantas bagaimana?! Kiai, sekarang ini bangsa Indonesia kejepit di antara yang tongol-tongol dan yang tingil-tingil. Yang tongol-tongol ialah balatentara Dai Nippon yang masih berada di bumi Indonesia dengan persenjataan modern. Adapun yang tingil-tingil (yang mau masuk kembali ke Indonesia) adalah sekutu termasuk di dalamnya Belanda, yaitu dengan persenjataan yang modern juga. Jika kita cekcok, kita pasti akan konyol. Kiai, di dalam rancangan Undang-undang Dasar yang sedang kita musyawarahkan hari ini tercantum satu pasal yang menyatakan bahwa 6 bulan lagi nanti kita dapat adakan Majelis Permusyawaratan Rakyat, justru untuk membuat Undang-Undang Dasar yang sempurna. Rancangan yang sekarang ini adalah rancangan Undang-undang Dasar darurat. Belum ada waktu untuk membikin yang sempurna atau memuaskan semua pihak, apalagi di dalam kondisi kejepit! Kiai, tidakkah bijaksanaan jikalau kita sekarang sebagai umat Islam yang mayoritas ini sementara mengalah, yakni menghapus tujuh kata termaksud demi kemenangan cita-cita kita bersama, yakni tercapainya Indonesia Merdeka sebagai negara yang berdaulat, adil, makmur, tenang tenteram, diridhai Allah SWT.” . Atas bujukan Kasman, hati Ki Bagus luluh Atas perkataan KH Wahid Hastim dan Teuku M Hassan, akal Ki Bagus menerima Bahwa sesungguhnya “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang diusulkan Hatta Tidak lain adalah Gusti Allah, bukan yang lainnya!✊🙂 . . Dalama kuliah Pancasila yang pernah saya dapatkan. Di buku Pendidikan Pancasila karya Prof. Kaelan. Pancasila menganut Teori Hierarki Piramida dengan sila pertama sebagai dasar dan sila kelima sebagai puncaknya. Bisa juga dikatakan dasar piramida (sila pertama) merupakan entitas paling abstrak dan puncak pirmaida adalah tujuan paling konkrit. Akan tetapi, perlu diingat bahwa Pancasila juga menganut sistem Teori Mengkualifikasi. Setiap tujuan memuat tujuan yang lain. Artinya jika Ketuhanan Yang Maha Esa masih belum tercapai, maka jangan harap Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indoesia dapat terwujud . Belajar dari Kasman, belajar orang pertama di negeri ini yang dengan tawadhu menerima toleransi.. Walau pada akhirnya, sejarah mencatat Singodimejo menyesali keputusannya (pidato Majelis Konstituante, 2 Desember 1957) . 🗣“Sekali lagi bukan Ketuhanan sembarang Ketuhanan, tetapi yang dikenal Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,” kata Kasman meyakinkan Ki Bagus. . (Hidup Adalah Perjuangan, 75 Tahun Kasman Singodimejo, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1982)
0 notes
Text
SELAYANG PANDANG: BAT

“Sepuluh ilmu tidak mungkin bisa menghadirkan satu mimpi, tetapi satu mimpi dapat menghadirkan puluhan ilmu” Erix Soekamti
.
Kata orang mimpi itu gratis. Tidak perlu menjadi orang kaya dulu, baru boleh bermimpi. Kata Bondan Prakoso & Fade2Black, hidup berawal dari mimpi. Maka gantungkanlah mimpimu setinggi langit. Jika engkau terjatuh, minimal engkau akan jatuh diantara bintang bintang, ujar Founding Father bangsa ini. Kita tentunya sepakat bahwasannya setiap orang punya hak asasi untuk bermimpi. Tetapi seberapa indah mimpi, jika itu tetap sebuah mimpi?
.
Seberapa banyak ketika masa SD, para pelajarnya bercita cita ingin menjadi dokter? Atau menjadi seorang astronot dan berjalan di bulan?
Seiring berjalannya waktu. Cita cita mereka dipastikan akan memudar, bukan karena mereka realistis, tetapi karena mereka telah paham; bahwasannya ada pembatasan kuota cita cita di negeri ini. Misalkan saja, kuota pendidikan dokter di UGM dibanding peminatnya melalui jalur tertulis adalah 70 orang per 3.321 pendaftar (sbmptn, 2017). Artinya di setiap angkatan akan ada 3.000-an orang yang harus menerima kenyataan bahwa mereka tidak mungkin bisa menggapai cita citanya. Di lain sisi, mimpi tentang orang Indonesia yang berjalan di bulan mungkin hanya akan menjadi sebuah mimpi. Dikarenakan sang pemimpi harus menerima kenyataan pula bahwa negeri ini terlalu banyak menyediakan resistance. Tidak ada roket, tidak ada pendanaan, dan yang jelas tidak ada harapan. Barangkali kedua hal inilah yang membuat para pelajar takut untuk mengejar mimpi mimpinya.
Apakah ini salah? Bagiku tentu salah! Tetapi kita tidak bisa menyalahkan keadaan, kita hanya bisa berjuang..
.
Sehingga tak heran para pejuang pejuang (read: pejuang sbmptn) itu bermunculan. Tujuan para pejuang itu sederhana. Memastikan nama mereka masuk ke dalam kuota cita cita yang ada dan mencoba menghapuskan segala resistance yang menghalangi.
Ketika sekolah tidak lagi bisa menjanjikan pendidikan yang berkualitas. Pelajar lebih memilih untuk mengikuti lembaga bimbingan belajar (bimbel) di luar sekolah. Tiga tahun sekolah dijamak menjadi satu semester saja. Sampai akhirnya, idealisme yang pernah saya dengar “Dik, saya dulu tidak bimbel diluar.. Karena ketika saya ikut bimbel, artinya saya mendurhakai bapak ibu guru karena menggap mereka tidak bisa menerangkan ilmu di sekolah.” Sungguh pola pikir seperti itu lambat laun mulai hilang ditelan zaman. Maka berbondong bondonglah para pelajar untuk mengikuti bimbel, karena ada mindset bahwa resistance dapat dihapuskan dan prosentase masuk ke dalam kuota cita cita dapat ditingkatkan dengan bimbel. Tetapi fakta di lapangan berkata lain, setiap orang memiliki resources (kekuatan) yang berbeda untuk menghapuskan resistance (mengikuti bimbingan belajar).
Sudah menjadi rahasia umum jika lembaga bimbel selalu mematok harga yang tinggi. Apakah mereka salah? Tentu tidak! Karena bimbel merupakan lembaga bisnis yang tentunya mengarah pada profit oriented. Bagi saya, mereka merupakan lembaga yang mulia, karena mereka mewujudkan impian para pelajar. Akan tetapi yang menjadi masalah, tidak semua pelajar dapat menikmatinya. Menghapuskan resistance tentunya memerlukan resources. Mengikuti bimbel tentunya perlu uang. Lagi lagi muncul anggapan, orang miskin tidak akan ikut bimbel. Orang miskin dilarang untuk bermimpi dan memenuhi kuota cita cita.
.
.
Dari paragraf selayang pandang itu, kami (Stucash.Org) hadir membawa sebuah program dengan memodifikasi bimbel yang berbalut profit menjadi volunteerism dan bimbel yang biasanya membayar malah menjadi yang dibayar. Bimbingan Antar Teman (BAT) adalah sebuah gerakan yang diinisiasi alumni Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk teman teman yang memiliki resistance dalam mengejar kuota cita cita (masuk perguruan tinggi).
Syarat masuk ke dalam keluarga besar BAT sangat mudah. Sesungguhnya, kami tak memerlukan orang berilmu. Tetapi kami mencari pemimpi yang memiliki resistance dalam mengejar impiannya. Engkau memenuhi syarat? Coba daftarkan dirimu menjadi peserta BAT.
Apabila engkau mengalami kondisi sebaliknya, seorang pemimpi yang memiliki ilmu. Hire dirimu menjadi seorang pengajar di BAT. Bisa jadi banyak orang di luar sana yang memerlukan dirimu untuk inspirasi.
Jika engkau adalah seorang pemimpi yang biasa biasa saja. Datanglah ke kami, komitmenkan dirimu menjadi seorang formatur BAT, sungguh kami juga sangat memerlukan orang biasa yang ingin menjadi luar biasa.
Atau mungkin engkau adalah seorang yang tertarik pada gerakan ini. Barangkali kehadiran capital, networking, dan doa darimu akan sangat berharga dan dapat memudahkan langkah kebaikan kami.
.
Dari Pemimpi yang Memimpikan Kebaikan Negeri Ini
Adam A. Nugraha
1 note
·
View note
Text
Orang Orang yang Menutup ‘Kelulusan’ secara Berfaedah

Apa yang dilakukan Pelajar DIY hari ini, telah mengingatkanku tentang apa yang dulu pernah kami lakukan satu tahun lalu (07 Mei 2016). Kami menamai aksi itu dengan sebutan SUNGKEM 2016. Kala itu, syiar dan semangat kebaikan yang kami bawa sederhana; mengubah stigma negatif yang sudah terlanjur melekat di masyarakat luas tentang kelulusan pelajar. Mengubah tradisi corat coret seragam menjadi tradisi berbagi seragam. Mengubah kebiasaan konvoi menjadi kebiasaan berbagi kepada masyarakat. Mengubah mindset “ Hati hati di jalanNak! Sekarang pengumuman kelulusan..” dengan “Ayo ikut jalan jalan Nak! Saat pengumuman biasanya pelajar membagikan nasi bungkus dan susu..”
Sungguh, satu tahun yang lalu untuk memulainya kami hanya mempunyai sebuah kemauan. Berbekal waktu kurang dari dua minggu menjelang pengumuman, kami membentuk tim yang terdiri dari sepuluh orang yang masih berjuang mencari perguruan tinggi. Saat itu aku berfikir ‘ini proyek yang gila’. Kami tak memiliki uang sepeserpun, tetapi saat itu kami memiliki semangat. Berbekal itulah, kami mulai mengkonsep acara dengan tema charity dan melobby stakeholder; perkumpulan guru, perangkat keamanan, dinas terkait sampai anggota dewan untuk turut ambil bagian. Serta tak lupa mengajak para pelajar secara umum dan ketua geng maupun ketua OSIS se-Kota Yogya secara khusus, untuk ikut turun tangan dan menyumbangakan donasi uang dan seragam dalam proyek kebaikan ini. Satu hal yang menarik, tak ada satupun stakeholder yang tidak mendukung dan memudahkan aksi kami ini.
Alhamdulillah, sampai hari-H sebanyak 500 seragam dan uang sebesar 9 juta rupiah berhasil kami peroleh dari donasi para pelajar. Kemudian seragam seragam itu kami salurkan ke pendidikan tepian negeri melalui Aksi Cepat Tanggap, sedangkan rupiah yang kami kumpulkan kami belikan 200an nasi ayam dan 2016 susu kedelai yang kemudian kami bagikan di 10 titik di Kota Pelajar. Tidak kurang dari 500an pelajar turut serta dalam upacara pembukaan di Gedung DPRD DIY dan lebih dari 1000 pelajar ikut ambil bagian dari aksi bagi bagi nasi dan susu kedelai di jalanan. Tak hanya itu, puluhan media cetak dan media online sempat meliput aksi kami “Belajar dari aksi simpatik siswa SMA Yogya rayakan kelulusan..” (DetikNews, 2016). Bad news is a good news. Tetapi 08 Mei 2016, keesokan harinya headline di berbagai surat kabar lokal berkata lain. Sempat ingin berkata kasar.. Aksi kebaikan yang melibatkan ratusan hingga ribuan pelajar Jogja, tertutup dengan rapi oleh pembacokan saat hari kelulusan di Pandak Bantul “Tawuran antar pelajar di Jogja, satu pelajar dipepet kemudian dibacok” (Tribunnews, 2016).
Akan tetapi di balik itu semua, semoga Allah memudahkan alumni pelajar Jogja tahun 2016 dan kami (enam orang yang diterima di PTN , tiga orang yang menuntut ilmu di Jerman, dan satu orang yang masih harus bersabar dan berjuang:)
“Menjadi sebuah keabadian, apabila apa yang kita kerjakan di Kota Pelajar kala itu menjadi inspirasi untuk Indonesia dan generasi setelahnya” . Dari SUNGKEM 2016 untuk SUNGKEM 2017 Adam A. Nugraha Co-Founder Stucash.Org
References Sudibyo, Triono Wahyu. 2016. Belajar dari Aksi Simpatik Siswa SMA Yogya Rayakan Kelulusan Tanpa Coret Coret. Detik: Detik News. Accesed On (01/05/2017) https://news.detik.com/berita/3205929/belajar-dari-aksi-simpatik-siswa-sma-yogya-rayakan-kelulusan-tanpa-coret-coret Rabbani, Ikrar Gilang. 2016. Tawuran Antar Pelajar di Jogja, Satu Pelajar Dipepet Kemudian Dibacok. Tribun News: Tribun Solo. Accessed On (01/05/2017) http://solo.tribunnews.com/2016/05/07/tawuran-antar-pelajar-di-jogja-satu-pelajar-dipepet-kemudian-dibacok
0 notes
Photo

Hai Pelajar Jogja! 😊 • Kami: Penjah@t, Gembong, dan Kuntet dari SUNGKEM 2016 mengajak kalian untuk #lulusberfaedah • Selama ini, kelulusan identik dengan coret-coret seragam dan konvoi yang meresahkan masyarakat. Ironis nggak sih? Hari yang kita sambut bahagia justru ditanggapi gelisah oleh masyarakat; • "Hati-hati di jalan! Sekarang pengumuman kelulusan..." • Sudah saatnya semua ini kita ubah. Dan SUNGKEM 2017 adalah kesempatan besar untuk aku dan kamu mengubah itu semua! • SUNGKEM 2017 mengajak teman-teman SMA sederajat se-DIY untuk bersama-sama merayakan kelulusan dengan memberi donasi berupa buku, seragam dan uang tunai. • Donasi yang terkumpul akan disalurkan ke anak-anak di Pulau Alor melalui Program Pendidikan Tepian Negeri. Donasi juga digunakan untuk mendukung Harmoni Pelajar Budaya dan membeli nasi bungkus serta susu yang akan dibagikan pada masyarakat. • Lingkari 2 MEI 2017 pada kalendarmu untuk SUNGKEM 2017! • Mari kita sambut hari kelulusan dengan membagikan nasi bungkus dan susu kepada masyarakat pagi harinya. Dilanjut gayeng-gayengan dan penyerahan donasi tepian negeri untuk Pulau Alor pada Harmoni Pelajar Budaya di Lapangan Klebengan pada siang harinya. • Aku mengajak kamu untuk menyebarkan pesan kebaikan ini dan bergabung dalam #GerakanLulusBerfaedah Kalau bukan kita, siapa lagi? • 📞 Narahubung: ▪ OA Line: @fzu5802o ▪ Instagram: @sungkem.official ▪ 085272042905 (Iqbal) ▪ Link donasi: kitabisa.com/sungkem2017 • organized by @stucash.id • #sungkem2017 #sungkem #gerakanlulusberfaedah #stucash #lulusberfaedah #harmonipelajarbudaya #pelajarjogja
0 notes
Photo

Meminta Perhatian-mu(?) . Kuperkenalkan kepadamu... dari kanan ke kiri ada: mouse kekinian tanpa kabel, kertas (buku; janga lihat covernya🙈), jam tangan murah, buku paket Matek 2 (read: Buku Mati):, headestnya pinjaman, laptop dengan sticker idaman~ Dapat dilihat pula disana: ada peralatan tulis (amunisi wajib untuk bucik), kalkulator mahal tapi dapat entah darimana, dan tak lupa minimuman dan makanan berkah dari ‘kenduri’ untuk menuntaskan hajat perut😌 . Yang perlu diingat barang barang itu bukan hanya diperlukan untuk mengerjakan Programisasi Linier yang bikin Matek dengan metoda Simplexnya Tetapi didalamnya terdapat nilai nilai metoda Kompleks untuk menghancurkan tembok acuh tak acuh di dunia ini👊 . . Pernahkah suatu saat kita menemui orang yang minta tolong untuk dipinjami/meminta suatu benda? . Meminta untuk dipinjami alat eletronikmu guna kebutuhan tertentu? Meminta untuk dipinjami alat atau media tulis? Atau sekedar meminta seteguk air mineral? Atau bahkan sesederhana meminta diperlihatkan jam berapa sekarang? . Bisa jadi orang itu memang tulus ikhlas untuk meminta tolong Tapi boleh jadi juga, dia ternyata memiliki barang itu Bukan karena malas untuk dikeluarkan.. Tapi ada niatan modus dibaliknya . Untuk memecah kesunyian dengan orang lain Untu berkenalan, mendekat, dan lebih tau Serta dikemudian hari untuk meminta doa dari-mu . Bukankah setiap umat ini bersaudara? Bukankah salam kepada saudaranya adalah sebuah doa? Tapi mengapa sekarang, doa itu sulit didapatkan? . . 🗣"Suatu saat akan datang suatu masa, dimana pada masa tersebut orang hanya akan mengucapkan salam pada orang yang dia kenali saja” Ibnu Mas’ud . 📸Foto Ala Ala di Instagram; Bersama Amunisi Ambisku Hari Ini😎 . #Bukan #TanganDiBawah #Tetapi #MemintaDoa
0 notes
Text
MENCARI FAKTOR X

“Wahai orang orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” Q.S. Muhammad ayat 7
Menjadi sebuah rahasia publik, ketika kita beramanah akan datang suatu masa yang biasa kita sebut sebagai titik jenuh. Sebuah titik yang melelahkan, tetapi bisa jadi menyenangkan. Karena saat itu datang, kita akan melakukan brainstroming seputar pertanyaan “ngopo mbiyen aku milih iki?.” Pertanyaan terkait ‘mengapa’, pertanyaan mengenai dasar kita bertindak, bukan sebatas pembenaran belaka.
Sebagai seorang pemuda, tidak pernah lepas dari amanah besar orang tua; yaitu belajar. Kita memang tidak bisa menafikan tuntutan itu saat di lain sisi ada kebutuhan lain yang harus terpenuhi. Kebutuhan akan kodrat manusia sebagai homo sosialis (makhluk sosial), melakukan hal hal kreatif untuk mengembangkan pribadi. Dicerminkan dalam organisasi yang diikuti. Dilatih dalam balutan beramanah.
Jika belajar adalah kewajiban, maka beramanah adalah kebutuhan jiwa.
Tetapi faktanya, kita salah mengatur keduanya, memunculkan sebuah perspektif choose one and left one. Ada seorang kakak yang baik, yang sering menasihati adiknya yang futuur.
Kala itu, pernah beliau berkata kepadaku “Dik, menurutmu itu.. Jika ada dua kebaikan yang bertemu, apakah kebaikan itu akan saling menghapuskan atau malah akan berpadu?”
“Jelas akan berpadu lah mas, kan 1+1 = 2”
“Okeyy kita coba sepakati itu. Lantas bagaimana apabila dirimu dihadapkan pada kasus seperti ini; kamu belajar dan berprestasi secara akademik di kelas, di lain sisi amanah yang ada padamu semuanya beres(?)”
“........”
“Ingatlah dik, apabila belajar adalah kebaikan dan organisasi juga kebaikan. Jika dirimu tidak bisa berproses di keduanya dan malah saling menghilangkan. Coba cek dirimu, barangkali ada hal yang salah disana”
.
Barangkali ‘hal yang salah disana’ adalah niat. Ada orang yang gemar mengikuti lomba, tetapi hanya mengincar uangnya. Maka diapun juga cuman akan mendapatkan uangnya, tidak lebih dari itu. Ada juga orang yang mengikuti banyak kegiatan, tapi coba cek hatinya. Barangkali disana ada sedikit rasa akan kesombongan dan keinginan untuk terkenal. Bukankah amal itu tergantung niatnya?
Sepemahamanku, Gusti Allah itu Yang Maha Baik. Yaa asalkan dalam berorganisasi kita niat tulus ikhlas untuk menebarkan kebermanfaat kepada sesama, berprinsip pada kebaikan, dan menjadikan wadah pengembangan pribadi. Maka Insyaallah Gusti Allah bakalan menolong panjenengan.
Asalkan dalam melakukan studi kita tidak hanya sebatas memenuhi amanah orang tua atau mengejar kejuaraan semata sebagai ajang eksistensi. Tetapi benar benar haus akan pemahaman, mencoba memakmurkan dunia dengan ilmu, dan beretika terhadap gurunda serta teman seperjuangan. Bagiku itulah hakikat seorang pembelajar. Maka Insyaallah Gusti Allah bakalan menolong panjenengan.
Sungguh Gusti Allah akan lebih menolongmu, jika panjenengan menolong agama Allah.
*Foto dengan adik adik panita Sungkem-Bhakti Terakhir Putih Abu Abu*
2 notes
·
View notes
Text
BERGABUNGLAH DALAM BARISAN INI!

Bergabunglah Dalam Barisan Ini, Sebuah barisan perjuangan
Untuk melawan kedzaliman, Dan memenuhi tantangan zaman
.
Kami sadari jalan ini akan panjang dan melelahkan
Kebebasan dan tirani menghadang di depan
Datang pula tipu muslihat dan gelombang meremehkan
Akan tetapi.. Otak ini, hati ini, dan tekad ini, hanya untukmu Tuhan
.
Pejuang adalah sebutan bagi kami
Dengan otak ini kami berinovasi
Dengan-nya pula alternatif sistem kami cari
Bersama untuk memperjuangkan ilmu Ilahi
.
Sebut kami seorang yang rendah hati
Kami berkeluarga memakai hati
Berselisih dan bersatu dengan hati
Dan mencintaimu (seseorang) pula dengan hati
.
Kata orang prinsip adalah jiwa kami
Kupastikan takkan pudar tekad kami
Melawan tirani, membawa ekonomi rabbani
Untuk mendapatkan ridha Ilahi
.
.
Perkenalkan nama saya Adam Adhe Nugraha, dan dulunya saya tidak suka penelitian.
.
Latar belakangnya: terjadi saat menempuh pendidikan di SMA. Sekolah kami memang tidak terkenal sebagai “The Research School” tapi kami menyebut diri kami “The Multitalent School.” Kala itu, disana ada sebuah perkumpulan siswa siswi akademisi dan ambis (mayoritasnya begitu) bernama “The Science Club.”
Rumusan masalahnya adalah: Apa gunanya penelitian? Dan siapa yang sudi menjadi pemimpin di disana? Bila saat kita mempin, kita akan dinamai “Buaya”? haha.. Julukannya tidak lebih “eye catching” dari Mitra, Senata, Pimpinan, Caesar, bahkan pula Kepala Suku
Tujuan dan Manfaatnya: Apakah engkau paham? “If The World Ruled by News,” maka bisa kubilang “The World Developed by Research”. Saat di bangku perkuliahan diri ini baru khilaf dan tersadarkan. Jika penelitian itu penting dan menulis itu perlu. Tolong maafkan diriku. Bila saat itu diizinkan bisa menduakan mendaki gunung ke penelitian, maka tidak akan kulakukan🙏
Kata Sastrawan yang tanggal lahirnya kemarin “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Apabila variabel penelitian itu ‘A’, menulis itu ‘B’, dan bekerja untuk keabadian itu ‘C’. Serta kita tahu bahwa A=B dan B=C. Sehingga jika penelitian itu perlu menulis, dan menulis itu bekerja untuk keabadian. Maka Penelitian itu Pekerjaan untuk Mencapai Keabadian (A=C)
.
🎯H-6 jam penutupan pendaftaran
Kalau kata sahabat “Dap, milih ki sing ceto pahalane.” Jikalau masih bingung memilih, bukankah disana ada 4 pilihan? Kami butuh keluarga baru dimanapun departemennya, karena inilah “amal jama’i.” Kalau semakin bingung, tanyakan pada Tuhan (istikharah) seperti saat kau meminta petunjuk siapa jodohmu..
Bergabunglah dalam barisan ini!👊 Barisan orang orang yang juga sedang berproses~
👉bit.ly/Oprec2SEF
1 note
·
View note
Text
- TERUNTUK EDELWEISKU -

Baru kemarin malam, rasa dilema menusuk relung hati
Baru kemarin ini.. Perasaan kesepian mulai menggeliat
Buta! Tuli! Ahhhhh.. Perasaan itu lagi, semu?
.
Tapi teruntuk tadi malam
Saat dunia memperhatikan detikan jam lebih serius daripada biasanya
Saat semua orang, dan mungkin kau yang sedang disana?
Entah memikirkan apa.. Dan Alhamdulillah
.
Hati ini serasa sangat tentram
Saat hati ini menumakan obat ketiganya (berkumpul dengan orang shalih)
Sesaat setelah kening ini bertatap dengan lantai
Ketika tidak ada bahumu untuk disandarkan lagi
Dan pada akhirnya.. Alhamdulillah lagi begitu
.
Kalbu ini merasakan ghirah kembali
Kau tau ghirah ini apa?
Iya kau yang disana?! Menolehlah!
.
.
Baru tadi malam aku bertemu dengan Edelweisku
.
.
Di sebuah mimpi indah yang akan aku pegang lima tahun mendatang.
Masih sangat membekas disini
Ketika tangan kaki ini melangkah dengan ragu untuk mendekat
Ketika tubuh ini terbakar, bukan terbakar panas
Tapi terbakar dingin oleh Zat Yang Maha Besar
Zat yang memegang palu kehidupan.
.
Maka ingatlah!
Semua ini hanya untuk satu hal.
Memetikmu - Edelweisku
.
Tapi diri ini salah!
Karena momentumnya bukan saat itu
Karena caranya bukan begitu
Dan karena ketika kubawa turun, kau akan layu
Saat itu, engkau bukan bunga abadi lagi
.
Maka untuk terakhir kali!
Jaga kesabaran adinda
Karena kanda sedang mempersiapkan keajaiban
Untuk membawa pulang engkau
Tanpa layu sedikitpun
.
Dengan izin-NYA
Kujadikan kau bunga abadi di sanaburi ini
.
Maka saat itu datang
Kuharap, kau dan aku.. akan terus berdoa
Menukar surat di sepertiga malam terakhir
Menukar senyum dengan diam
Karena kita tau dibalik diam itu bukan?
.
Ini memang sulit
Boleh jadi aku bukanlah pendaki terbaik
Boleh jadi kau telah dipetik..
Oleh pendaki lain yang lebih keren tentunya.
Tapi kau tau bukan?
Saat kelopakmu mulai dewasa
Saat daunmu ditiupkan oleh angin
Maka saat itu pula, hati ini akan menjadi tulus
Bahwa diri ini memang tulusTapi entah dengan mata ini.
.
.
Ketika melihat edelweis lain yang lebih indah
.
Jika engkau berani, aku akan berani
Jika engkau ikhlas, aku akan ikhlas
Jika engkau setia, aku akan setia
Jika engkau bermimpi, maka aku akan turut bermimpi
Dan jika engkau cinta, maka aku akan lebih cinta
.
Untuk menutup puisi yang panjang ini
.
.
.
Teruntuk Edelweisku
.
Ingatlah! Renungkanlah!
Dan Camkan dalam hati..
Bahwa Cinta sejati itu bertahap tahap
Diawali dengan hubungan
Dilanjutkan dengan rindu
Dibutakan dengan mabuk asmara
Disesatkan dengan sangat rindu
Dan Diakhiri dengan kecintaaan kepada Rabbi! Dari lubuk hati,
01-01-2016
2 notes
·
View notes
Text
Sudah menjadi sebuah kebiasaan umum dalam kalangan bangsa bangsa di dunia ini, bahwa awal mula perhitungan tahun (kalender) ditengarai oleh sebuah kejadian yang tidak dapat dilupakan lintas zaman karena mengandung nilai nilai sejarah dan filosofi. Sebut saja dengan kalender masehi atau kalender matahari, merupakan sebuah awal mula perhitungan hari dari Peradaban Barat yang diawali oleh sebuah peristiwa yang dikenang seluruh dunia, peristiwa yang tertanggal 1 bulan 1 tahun ke 1 Masehi terjadi di tanah suci tiga agama samawi, Yerussalem atau sekarang kita sebut sebagai Palestina; kelahiran Isa putra Maryam.
Dari Masjidil Aqsa bergeser sedikit ke Selatan, sekitar enam abad setelah persitiwa tersebut. Peradaban Timur yang kala itu diwakili oleh bangsa Arab, yang siapapun tidak pernah menyangka bahwa dari rahim padang pasir itu terlahir seorang revolusioner yang merubah peradaban dunia. Tidak kurang dari 23 tahun kepemimpinannya, ketika 13 tahunnya digunakan untuk menciptakan kader kuat nan beriman seperti Abu Bakar, kemudian 10 tahun sisanya beliau gunakan untuk mencontohkan bagaimana menjadi suri tauladan terbaik dari bidang muamalah: ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dll. Kerennya lagi, setelah beliau wafat ajaran yang beliau sampaikan masih berbekas, sampai pada puncaknya dua hegemoni besar kala itu dipaksa untuk merendah. Persia ditundukan tidak kurang dari 12 tahun setelahnya dan Romawi Timur (Byzantium) masih diberikan waktu bernafas sedikit lebih panjang sampai tahun 1453M . Maka tak heran, apabila pada masa Khalifah Umar Bin Khattab diadakan sebuah syuro’ atau musyawarah untuk melakukan pembahasan kapan akan dimulai perhitungan kalender Islam guna mengenang jasa Kanjeng Nabi Rasulullah SAW.
Sebuah titik balik, selalu dimulai dari sebuah persitiwa penting. Katakanlah di pertemuan tersebut ada tiga pilihan. Opsi yang pertama adalah memulai penghitungan hari dengan mengkiblat pada hari maulid (kelahiran) Kanjeng Nabi. Dibersamai dengan konsekuensi logis akan meniru kaum Quraisy (generasi sebelumnya) yang terlebih dahulu telah menetapkan tahun Gajah sebagai dimulainya perhitungan hari. Serta konsekuensi yang jauh lebih berat daripada sekedar gengsi atas nenek moyangnya; yaitu ketakutan akan ada dwi pemaknaan, karena kala itu ada satu cerita lagi yang membersamai kelahiran Rasulullah. Penyerangan Ka’bah oleh tentara gajah Raja Abrahah dari Kerajaan Habsyi. Opsi yang kedua adalah hari meninggalnya sang Rasul, hal ini ditolak karena menimbang bahwa kodrat Muhammad adalah manusia biasa. Meskipun ketiga pilihan sama sama bertepatan pada bulan Rabiul Awal, akhirnya diputuskanlah untuk memilih opsi yang ketiga sebagai titik awal perhitungan kalender Islam; Peristiwa Hijrahnya Kanjeng Nabi dari Mekah keYastrib yang kemudian diganti nama menjadi Madinatur-Rasul (kota rasul) atau Madinah.
Hijrah atau berpindah adalah persitiwa sarat makna. Bukanlah hanya sebuah cerita yang melengkapi sirah nabawiyah saja. Dalam hijrah Nabi dan pengikutnya terkandung selayang pandang yang kuat, cerita yang mengharukan, keimanan yang teguh, dan yang jelas kesepakatan visi bersama untuk mencapai jannah. Masih ingat dalam benak ini, bagaiman hijrah dimaknai sebagai mangkatnya seseorang dari cahaya dunia menuju cahaya akhirat, dari kekayaan dunia menuju kekayaan hakiki, dan dari kegelapan menuju cahaya illahi.
Seperti ketika Shuhaib, seorang keturunan romawi (rumi) kaya raya yang telah lama tinggal di Mekah. Waktu itu aqidah dan cintanya pada Allah dan Kanjeng Nabi menuntunnya untuk bernai berhijrah. Kemudian, berkatalah orang Mekah kepadanya, “Telah kaya engkau sekarang, setelah engkau mengumpulkan kekayaan di negeri kami, sekarang engkau hendak pindah, sombongnya engkau.”
Lalu Shuhaib menjawab, “Jika seluruh harta ini aku tinggalkan buat kalian untuk kalian bagi bagi, apakah kalian masih mengomel juga jika aku hijrah?”
“Tidak!” Jawab mereka dengan kasarnya, maka, berkatalah Shuhaib “Ambillah harta bendaku itu semuanya, biarlah badan tunggalku saja yang keluar, tetapi aku hijrah jangan halangi!”
Dengan tulus ikhlas Shuhaib melakukannya, tidak seperti Umar yang hijrahnya menjadi mudah karena beliau ditakuti, tetapi Shuhaib membuatnya mudah dengan caranya sendiri.
Ada pula cerita legendaris dari Bilal bin Rabah, budak hitam pekat keturunan Habsyi (orang sekarang memanggilnya dengan negro). Tuannya adalah seorang aristokrat Quraisy yaitu Umayyah bin Khalaf. Alkisah, Bilal mempertahankan hijrahnya dari penyembah berhala menjadi hanya menyembah kepada Allah. Sampai suatu hari, tahuidnya diketahui oleh majikannya. Umayyahpun murka besar, karena budak penyembah berhala yang dulunya menuruti setiap kemauan tuannya sekarang menjadi seorang pembangkang karena mempertahankan keislamannya. Ditelanjangilah Bilal dan dijemur di pasir panas padang pasir. Walaupun sudah hampir bercerai nyawa dengan badannya, namun Bilal tidak mau menyembah berhala lagi. Umayyah menambah level penyiksaannya dengan menempatkan sebuah batu besar di dadanya.
“Ahad... Ahad!” merupakan satu satunya kekuatan seorang Bilal bin Rabah
Sekiranya saat itu tidak datang Abu Bakar, mungkin cerita legendaris mengenai muadzin kesayangan Rasulullah tidak akan sampai ke telinga kita. Terlambat sedikit saja, tewaslah Bilal. Dimintanya Abu Bakar harta yang pantas untuk menebus budak Umayyah. Sang Tuannya berkata bahkan 10 dinarpun merupakan harga yang mahal untuk Bilal. Maka disetujui kesepakatan itu dan Abu Bakar menjawab, jika tadi engkau menawarkan 1000 dinar pun, pasti akan ku bayar sekarang juga.
Mush’ab bin Umair anak kaya raya yang dikatakan dulunya seorang yang manja, seorang pemuda tampan bertahtahkan emas. Ia adalah delegasi pertama Kanjeng Nabi, berhijrah ke Yastrib beberapa bulan lebih dulu untuk melakukan lobbying dan dakwah kepada kaum Anshar. Ketika terjadi peperangan Uhud, Mush’ab adalah pemegang panji panjinya. Saat tangan kanannya terpotong, dia memindahkannya ke tangan kiri, ketika tangan kirinya ikut putus, lalu dikepitnya bendera itu dengan sisa kedua tangannya, sampai ia jatuh tak bangun lagi. Jenazahnya syahid dan hendak dikuburkan, akan tetapi kain penutup badannya amat pendek. Kanjeng Nabi menangis terharu meliatnya, bagaimana seorang pemuda tampan kaya raya meninggal dalam keadaan seperti ini. Bahkan tidak ada benda untuk menutupi jenazahnya selain kaki dan kepalanya yang terbuka ditutup memakai rerumputan.
Sunggu dari sebuah peristiwa besar yang dikultuskan, muncullah sebuah kesepakatan bersama yang diakui dari kesepakatan pribadi masing masing orang. Terkadang seperti itulah Hijrah. Selalu banyak cerita, pengorbanan, dan makna dibelakangnya. Menjadi suatu hal yang tidak mengherankan, apabila satu kata tersebut dijadikan sebagai penanda dimulainya kalender Hijrah. Membuat setiap insan di dunia ini bisa memastikan rencana kehidupannya setiap harinya. Membuat setiap target, menapaki hari dengan parameter, dan menilaiya dengan indikator.
Dewasa ini kita menyebutnya sebagai resolusi tahun berjalan. Seorang tuan guru dari Padang yang namanya disingkat Hamka pernah berkata, “Jikalau tidak ada tulisan, maka tidak akan pernah ada ilmu di dunia ini”. Koleganya dalam berdialetika, Om Pram lain lagi memaknai sebuah tulisan, “Menulislah! Karena namamu akan abadi.”
Izinkanlah diriku mengabadikan diri...
@AdamANugraha
4 notes
·
View notes