ahyawan
ahyawan
tihul
30 posts
[n] Sisa kayu yang sudah terbakar sebagian
Don't wanna be here? Send us removal request.
ahyawan · 5 years ago
Text
1121
Tak ada yang spesial dinihari tadi
Hanya bunyi-bunyi jangkrik yang memantul di dinding kamar
Tak ada hujan, tak ada angin
Perayaan menyusup dibalik selimut dan dibawah bantal
Berharap 2020 hanya mimpi buruk
Atau angka sial dalam permainan lotre
Tak ada yang spesial, selain
dendam dan kesedihan
Hujan deras menjadi pembuka di tahun itu,
Bangun kegirangan setelah bersuka cita
Lalu tersungkur di kamar setahun penuh
Mengukir perjalanan dari beranda ke ruang tamu lalu ke dapur
Tubuhku hancur
Tak ada yang spesial tahun ini,
Sebagaimana tahun-tahun yang telah lewat
Harapan baik yang dilangitkan, kenangan pahit yang coba dihapus, lembar baru yang diisi kembali
Tak ada yang spesial,
Hanya tahun-tahun yang sama
Seperti saat semua yang terjadi hanya berjalan maju dan bertumbuh
#1121
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Niskala
Kerlap warna memecah pekat
Pada bagian malam yang makin gelap
Hai, segala yang tiada
Masihkah kita menerima nasib yang tunggal
Sementara sisa lantunan adzan memudar pelan di sudut kampungku
Pertanyaan kian berjejalan di sudut jantungku
Purnama menyala di udara
Menarilah mereka, ikan-ikan di lautan
Menyertai sayu matamu yang bimbang ketika kita menjemput sepi berdua
Menunda kekalahan di muka malam
Hasrat seperti daun-daun jatuh,
gugur lalu tumbuh
Lama hingga aku menyadari cinta-Mu yang tak pernah habis
Saat dingin melempar aku pada batas yang menggigil
Dalam sesaat tubuh ini sepenuhnya padamu; Akankah begitu?
Suasana kepulangan yang misteri itu
Ilustrasi: Ghibli Studios
Tumblr media
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Dalam dekapan hujan
Sepersekian detik cahaya berbalapan mengucur dari atas kepalamu
Membentuk demarkasi putih
Memperjelas batas-batas
Malam itu mengabur perlahan
Percakapan tanpa kata-kata
Resolusi tersekat di tenggorakan
Terlampau mencampuri urusan Tuhan
LIhatlah, kota menyusut di genangan jalan
Januari, 2020
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Ainama
Mencintai nyala cahaya di dada kitaa, kerumunan warna yang
asing tapi hangat
Seorang tokoh mati tertimbun kata-kata
Panggung menumpang kereta cepat ke masa depan
Meninggalkan aktor yang kuat, handal, dan mahir bersedih
Politisi tidur di bangku penonton
Teater kita tak lagi lucu,
Pilih moral atau kesepian?
Penulis lakon menggantungkan perutnya diatas panggung
Tepuk tangan, sanjungan dan bunga-bunga
Sekejap layu
Kemana takdir yang akrobat ini akan melompat
Oktober, 2019
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Di bibir malam yang basah
Yang tersisa tinggalah hanya
Seberapa parah kita menafsir duka
Luka yang senantiasa menjadi niscaya
Tak menjadi api untuk beberapa waktu
Terbata-bata mengeja masa depan
Mata panah terbang menembus kabut
Aku kalut, dalam sepi
Kemana arah hari itu?
Menyeberangi spasi yang memanjang
Tak kutemui sepatah kata
Lapisan tekad yang mengering, dan
Kenyataan yang tandus
Di sepanjang musim penghujan
Agustus, 2019
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Di keterasingan yang akrab
Melihat cinta di muka kota
Tempat aneka mimpi dimulai
Lalu lalang keberadaan
Melintasi sirkuit kehidupan
Tumpukan ulangan hari lalu, menunggu
nasib baik menyapa siapa
Maka lihatlah orang-orang itu berdesakan
menimbun duka di dadanya masing-masing
Sebuah keramaian yang sepi
Seperti kumpulan murid baru
Sementara di dunia lain
Taburan citra menghidupi pagi sosial media
Menggeser romantisme ke seberang jalan
Tapi, marilah berdamailah dengan ini;
Sebuah pelipur bosan di kesementaraan yang Panjang
April, 2019
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Elegi amor
Menyulam seutas cinta pada tiap helai harimu, ech
Pernah menjadi pekerjaan termewah di muka bumi
Sambil memungut ribuan detik
Semua mulai terasa hampa
Tawamu masih saja berserakan di kepala
Kini dan dulu tak ada beda mulanya
Sekarang dan kemarin semakin tersekat nampaknya
Rindu yang semakin sering mengetuk pintu
Belum lagi berani kusapa;
Haimu telah menjadi bunga yang tumbuh dalam dada
Maret, 2019
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Pria itu bernama narkos
Setiap orang mengejar takdirnya
masing-masing
Lima abad telah berlalu
Narcissus lahir kembali
Kepada tubuh seorang stoik
Barangkali, sudah benar jika sejak awal ia tidak harus mencintai ech
Ia tidak mencintai bayangannya sendiri seperti di masa lalu
Kali ini ia mencintai bayangannya yang ada pada ech
Namun, kisah terlanjur katarsis
Waaktu telah demikian terpental ke tengah gulita
Ia hampir bertengkar dengan malam tentang siapa diantara mereka yang paling bahaya
Pria yang malang, cinta menenggelamkannya ke dasar cermin
Maret, 2019
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Penerimaan
Seseorang tengah menghitung cahaya yang berlarian di jendela kereta
Memandang ke langit jauh,
berapa orang yang berani menyanggah staatsspoorwegen?
Saat itu, dimana musik hanya playlist burung-burung yang menyanyi
Kali lain, cahaya yang memantul dari genangan pada aspal
Meluberkan harapan yang tak sengaja tumpah di jalan-jalan
Seorang pria yang malang
Ia tak tahu jalan pulang
“Seperti seekor semut hanyut di ayun-ayunkan gelombang” Ledek Tan
Matanya menatap ke depan
Yakin, meski penuh kehampaan
Sambil memandang sinis pada tokoh Mutter dalam
Mutter courage und ihre kinder
yang menjual dirinya pada impian
Bekerja menghasilkan upah berupa luka dan kehilangan
Atau pada Sisiphus yang mesake sepanjang masa
“Aku merangkaki dinding buta” kata chairil menambahkan
Bahwa,
mencintai adalah bersiap diri pada rasa sakit
Maret 2019
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Nyanyian sunyi seorang pria
Ia mulai menyukai situasi dimana
bagi setiap pria,
Merayakan cinta tak seperti perhelatan kembang api
Dengan ribuan tepuk tangan
Sungguh. Nona, helai angin pada mekaran kelopak bunga
Begitu mencuri perhatian
Sekali waktu, seorang pria telah mengunjungi Firdaus di sebuah sore.
Tepat setelah ia dapati pejam mata serta lingkar senyum yang kau lempar
ke arahnya
Sungguh, ia telah berada disana
Kali ini, biar pria itu merawat cinta
tetap terjaga bersama sunyi di dadanya
Desember, 2018
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Kepada Sunyi
Dalam dunia yang mahkamah ini
Semua tampak seperti hukuman
Dunia terdiri dari detik yang lambat, yang kian hari
Kian nyeri
Seperti tuduhan menukik seorang jaksa
Melumat penuh sang terdakwa tanpa cela
Kita seorang yang mengubur diri hidup-hidup
pada sebuah makam bernama impian,
Sebuah ruang sempit
Tempat menghabiskan sisa umur diantara batas-batas
Sungguh? Kita tidak sampi kemana-mana
Atau? Juga terdapat padanya gurun
yang terdiri dari sepenuhnya pasir dan sepi
memanjang
Tidak ada oase, tidak ada kafilah
Baru saja, seorang pemuda kehilangan jiwanya
Lubang hitam di angkasa adalah harapan
Dan kepala cuma tempurung saja tanpa nama
Oktober, 2018
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Kepulangan
Doa yang menempel di dinding ruang tunggu
Suara sandal saling seret berkejaran
Ada yang tak lelah pada kekecewaan
Mencuci pagi dengan airmata
Dan sela-sela lorong berhamburan harapan
Tuhan, pulangkan kami dalam ampunan
November, 2018
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Aku
Ada rasa sakit yang kelak terbayar
Ada perih yang pada saatnya sembuh
Sore nanti, kita kangen kokok ayam dan aroma uduk
Nikmatilah asap knalpot dan gonggongan klakson
Basuh muka seperlunya;
Peliharalah nafsu sambil malu-malu
Kita tak pernah terlanjur bersih
Oktober, 2018
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
A$@*&^uuu
Jika memang ya
Tidak adalah berarti tidak
Mungkin tak berarti ya pada tak
Iya pada gapapa
Dan tidak pada terserah
Atau? Memang perempuan senang mengobrak-abrik kesepakatan berbahasa
Oktober, 2018
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Deilema
Pendar yang memantul di permukaan gelas baru saja kuteguk
Seorang anak kecil di jiwa kita telah lebih dulu bersembunyi di dasar gelas
Ia main petak umpet dalam segelas kopi
Meski jiwanya tak pernah ikut larut
Kata orang “Harga kopi sachet tidak sepadan dengan keringat petani kopi”
Nampaknya, kita semakin fundamentalis saja
Siapa menjamin? Semua penyuplai menuang desimal yang pas pada kantong petani kopi
Atau kita hanya suka memonopoli keindahan saja
Nona, darimana datangnya gemulai sendok yang menari-nari di warung kopi?
Agustus, 2018
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Hingga hari ini
Aku melihatmu lagi
Pada sebuah video yang menggantung di beranda
Seperti burung-burung yang menari di atas gereja
Hap-hap yang jingkrak pada dahan palma
Nyanyian angsa di penghujung jingga
Aku begitu Bahagia
Senyum yang menempel khas di wajahmu
Senantiasa menancap di kepalaku
Nona, kau tersenyum pada siapa?
Bukankah kucuri sekali waktu
Lalu kubawa kabur senyum itu
Hingga hari ini, aku hidup
Sambil terus menyimpan senyummu
Bersamaku
Mei, 2018
0 notes
ahyawan · 5 years ago
Text
Di Perlintasan
Jarak adalah aku sekarang dari separuh dekade yang lalu
Memutar padat di lintasan waktu
Sepi yang mengendap di permukaan dada
Barangkali terlelap hanya sebagai penyedia jeda
Sejak saat itu kamu belum pergi
Seperti plot yang memutar dalam sebuah dramaturgi
Aku terlalu dalam mengajakmu ke ruang hampa udara
bernama cinta
Diantara perlintasan kereta
Kerikil yang tabah pada basah di bulan mei
Aku menulis ini
Sebelum tiba kemaraunya juni
Mei, 2018
0 notes