alfiyusmarrr
alfiyusmarrr
Alfiyusmar
2 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
alfiyusmarrr · 9 months ago
Text
Kedai Kopi yang Sering Kita Kunjungi: Tak Lagi Sama
Di sudut kota yang penuh hiruk-pikuk, ada sebuah kedai kopi kecil tempat aku dan kamu dulu sering menghabiskan waktu. Tempatnya sederhana, dengan meja kayu yang mulai usang, dinding bata merah yang dihiasi foto hitam-putih, dan aroma kopi yang selalu bercampur dengan angin sore. Tidak megah, tapi cukup—cukup hangat, cukup nyaman, cukup untuk kita.
Di sana, percakapan kecil kita berkembang menjadi dunia yang lebih besar. Kita bicara tentang mimpi-mimpimu yang tinggi dan ketakutanku yang tidak pernah kau hakimi. Tawa kita sering lebih keras dari alunan musik jazz yang diputar pelan. Kita selalu memesan hal yang sama—latte dengan seni berbentuk hati untukmu, dan kopi hitam tanpa gula untukku.
Tapi kini, kedai kopi itu tak lagi sama.
Ruang yang Terasa Sepi
Aku masih ingat terakhir kali kita ke sana. Hujan rintik-rintik di luar, jendela kedai dipenuhi tetesan air yang membuat dunia luar terlihat kabur. Kita duduk berhadapan, tapi keheningan di antara kita tidak lagi nyaman. Ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak bisa kita kembalikan.
Ketika akhirnya kamu bicara, suaramu terdengar bergema di ruang kosong. “Mungkin aku tidak akan sering ke sini lagi,” katamu sambil mengaduk kopi. Aku tidak bertanya kenapa. Aku tahu jawabannya adalah sesuatu yang tidak ingin kudengar.
Hari itu, aku menatapmu lebih lama dari biasanya. Berusaha mengingat setiap detail: caramu berkedip saat gugup, senyuman tipis yang dulu mampu menenangkan badai di dadaku, dan suara yang selalu terasa seperti rumah. Tapi aku tahu, aku tak bisa memintamu untuk tetap tinggal.
Bayangan yang Tersisa
Kini aku duduk sendiri di kedai kopi yang sama. Segalanya masih terlihat seperti dulu: meja kayu yang sama, dinding bata yang sama, bahkan kopi hitam yang kupesan masih memiliki rasa yang sama. Tapi aku tahu, bukan tempat ini yang berubah—aku yang berubah.
Tanpamu, kedai kopi ini terasa seperti lukisan yang kehilangan warnanya. Aku masih bisa mendengar gema percakapan kita di sudut ruangan, bayanganmu duduk di tempat favoritmu, dan tawa kita yang dulu mengisi udara. Tapi semua itu hanya bayangan.
Tak Lagi Sama, Tapi Tetap Ada
Kedai kopi ini bukan lagi tempat untuk berbagi, tapi menjadi ruang untuk mengenang. Aku masih datang, bukan untuk melupakan, tetapi untuk menerima. Mungkin setiap cangkir kopi yang kuminum di sini adalah caraku berdamai dengan kehilangan.
Kamu mungkin tidak akan pernah tahu betapa tempat ini menjadi saksi dari segala hal yang tak bisa kuungkapkan. Dan meskipun semuanya tak lagi sama, kedai kopi ini tetap menjadi bagian dari kita—atau setidaknya, bagian dari kenangan yang tidak akan pernah benar-benar hilang.
0 notes
alfiyusmarrr · 10 months ago
Text
"S"
Aku masih mengingat setiap detail dari hari itu – senyumnya yang sederhana, caranya memandangku, dan bagaimana dia membuatku merasa bahwa aku adalah seseorang yang berarti. Saat itu, aku percaya bahwa kebahagiaan yang kami miliki akan bertahan selamanya. Namun, selamanya ternyata hanya ilusi yang indah.
Dia memiliki cara yang sederhana untuk membuat segalanya terasa lebih baik, bahkan di saat-saat terburukku. Bersamanya, aku merasa menemukan rumah. Kami berbagi mimpi, canda, dan bahkan diam yang nyaman. Aku percaya, jika cinta itu cukup kuat, kami akan mampu melawan apa pun.
Namun, hidup tidak selalu memberi kita pilihan yang ingin kita ambil. Pada suatu malam yang sunyi, dia menghubungiku. Suaranya terdengar lemah, seolah-olah setiap kata adalah beban yang harus dia pikul. 'Aku harus bicara sesuatu', katanya.
Aku tahu sesuatu sedang berubah. Aku bisa merasakannya. Tetapi aku tidak siap untuk mendengar apa yang dia katakan selanjutnya: 'Aku di lamar oleh laki-laki lain dan orang tua laki-laki itu adalah kerabat dari Pamanku.'
Dunia serasa runtuh saat itu juga. Aku mencoba mengerti, mencoba menerima kenyataan yang begitu pahit. Aku tahu dia tidak punya pilihan. Aku tahu ini bukan salahnya. Namun, hatiku tetap bertanya-tanya: Mengapa cinta kami tidak cukup?
Aku mencoba untuk bertahan, mengatakan padanya bahwa aku akan menunggu, bahwa aku akan melakukan apa saja agar kami tetap bersama. Tetapi aku juga tahu dia tidak ingin melawan keluarganya. Dalam suaranya ada rasa bersalah, tapi juga kepasrahan yang tidak bisa kulawan.
Hari itu akhirnya tiba. Kami bertemu untuk terakhir kalinya. Tidak ada tangisan, tidak ada kata-kata panjang. Hanya ada keheningan yang menyakitkan. Dia memelukku dengan erat, seolah-olah tidak ingin melepaskan.
‘Aku selalu mencintaimu,’ katanya pelan. Aku ingin berkata sesuatu, tetapi tenggorokanku terlalu sesak. Aku hanya bisa mengangguk, sambil berusaha mengingat setiap detil tentang dirinya – wajahnya, suaranya, dan caranya tersenyum. Aku tahu, setelah ini, aku hanya akan memilikinya dalam kenangan.
Sekarang aku menyadari, tidak semua cinta memiliki kekuatan untuk melawan takdir. Kadang, cinta tidak kalah – hanya saja, ia harus menyerah pada sesuatu yang lebih besar.
Aku tidak menyalahkannya, tidak juga keluarganya. Ini adalah pilihan yang mereka yakini benar, meskipun aku yang harus menanggung akibatnya.
Mungkin aku tidak akan pernah benar-benar melupakan dirinya. Namun, hidup harus terus berjalan, bahkan jika hati tertinggal di masa lalu.
Aku akan belajar menerima bahwa beberapa hal tidak bisa dimiliki, tidak peduli seberapa besar kita menginginkannya. Jika cinta adalah tentang kebahagiaan, maka aku hanya bisa berharap dia menemukannya, meski kebahagiaan itu tidak pernah mencakup diriku.
Budapest, Selasa 26 November 2024.
Tumblr media
4 notes · View notes