Text

Pukul 23 lebih 4
Tanah basah sebentar, sore tadi
Hujan tidak jadi tinggal
Perjalanannya tertanggal hingga waktu ini
Sisa aroma masih mendesak masuk
Cerita di kepala kian merasuk
Perjalanannya menghampiri setiap sudut kepala
Menuju labirin otak yang kian kemana
Kepayahan serupa apa?
Lacilaci kosong penuh coretan?
Berpindah ruang, berpindah perihal?
//
00 lebih 14
Usai mandi ia kembali melanjutkan catatannya di meja. Sebentar ia menenggelamkan diri bersama lagulagu Arctic Monkeys yang sepekan terakhir menjadi bagian dari teman perjalanannya. Usai berdiam sebentar, ponselnya berkalikali berdering, ia diamkan karena ia tahu bahwa ia tidak ada kewajiban untuk mengangkat telfon itu. Berkalikali telfon itu berdering. Dan diam masih saja menjadi pilihannya.
//
00 lebih sekian
Ia berkawan baik dengan pertanyaanpertanyaan. Seringnya muncul pada dini hari. Sialnya ia teramat jeli untuk mengetahui motif pada setiap pertanyaan itu, kalau hanya berakar dari keingintahuan mungkin ia akan menjawab dengan sekedarnya, terlebih kalau tujuannya hanya untuk basabasi saja. Di kepalanya sebenarnya telah banyak pertanyaan bermukim, ia telah menyiapkan kemungkinan jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan ke dirinya.
//
Pada 23 lebih 57.
Petaka.
Malam ini pertanyaan yang ia hindari bertandang ke ponselnya.
0 notes
Text

Pukul 00 lebih 26.
Pada sebuah surat aku ingin mengabarkan keterdamparanku. Di kota ini segala wajah bermunculam dihadapanku dengan beragam warna.
Semua berpendar bersama indahnya lampu kota pada perayaan pesta malam ini. Kadang bias.
Mungkin,
Padamu yang terbiasa menelan segala gelap, sulit membedakan warna pada setiap wajah kota ini, apakah nampaknya atau memang adanya. Kau terbiasa hanya menelan semua itu, bukan?
Malang benarr.
Kegelapan seperti apa yang mengutukmu?
Sementara, Pada langkah yang kian deras, kau bisa membaca segala muntahan peristiwa. Dan ini menarik.
Tapi tak apa, aku yang akan mengabarkan kepadamu bagaimananya kota ini nantinya.
Satu hal,
Aku kini mengundangmu pada perjamauan pesta lain,
Tidak ada warnawarna itu, tidak ada gelap.
Hanya ada Cahaya dimana kau bisa menanggalkan segalanya.
Hanya kau,
Yang ku undang pada perjamuan pesta ini.
0 notes
Text
Saturn (Kesekian)
Hai Nus,
Banyak suratsurat yang telah aku tulis tapi tidak sampai kepadamu. Kantor pos macet, semua suratsurat itu hanya mendekam di kepalanya. Berharihari suratsurat itu melewatkan banyak peristiwa. Baik perihal keriuhan di bumi atau pun peristiwa di kepalanya sendiri. Aku tidak tahu nasib surat yang kutulis saat ini akan sampai pada perjalanan yang mana, apakah sama dengan suratsurat sebelumnya, ataukah akan sampai kepadamu. Yang jelas aku ingin terus menulis suratsuratku.
Beberapa peristiwa sudah sempat aku kabarkan, tapi aku akan menulis ulang---karena aku masih berharap, surat ini akan bernasib baik di tengah huruhara Wakanda.
Nus,
Selama perjalanan menuju, banyak peristiwa yang terjadi. Semua yang mulanya berjalan baik sering timbul tenggelam kaya ikan, semua keidealan hanya tamu di kepala, segala kepedihann berteman dengan ketidaktahuan, ketidakberdayaan, dan ketidakpahaman. Perjalanan menuju ini tidak pernah selesai. Kertas terakhir pada kotak pandora saja yang tersisa, itu pun aku tidak tahu, apakah akan mewujud bara api atau sekedar pereda keresahan sebentar.
Kini semuanya tampak abuabu, segala hal seperti sedang ada diantara.
Perjalanan dari Merkurius kembali ke Saturnus kali ini aku juga menjumpai lubang hitam. Melodinya menggema keluar . Suaranya pedih. Gelap. Tidak terbatas. Sangat indah, namun menakutkan jika menyangkut ketidakmampuan kita untuk memahaminya.
...
Suratku sebelumnya mungkin banyak bercerita perihal halhal baik, tapi semua nyatanya dinamis. Segala bisa berubah wujud, kapan pun. Mungkin Nad masih jago terbang sambil sekarang bisa nyanyi lagu rohani dan meneriakan haleluya, pohon mangga itu masih jago bernyanyi, dan kambing itu masih jago baca pusisi, Tapi halhal disekitarannya mengalami perubahan. Dan itu adanyaa..
Sekarang ini, kecepatan berubah bentuk, Cahaya menjadi sesuatu yang bias. Hingar bingar menyusup di ruangruang sepi dan terpencil. Mereka menjelma beragam bentuk pada kekosongan dan kesepian yang lain.
Nus,
Kini aku masih dalam poros perjalanan yang sama, Menuju.
Dan sepertinya akan selalu seperti itu.
0 notes
Text
Keberjarakan ini membuat saya jauh sekali dengan Engkau,
Semakin jauh,
Saya (masih) membutuhkan Engkau, dan saya merindukan Engkau.
1 note
·
View note
Text
In a world where everyone talks but few listen, discovering a person who understands your unspoken words can feel like finding a treasure.
0 notes
Text
Bagaimana pun kamu dan keadaan kita saat ini, tidak akan merubah fakta bahwa aku menyayangimu.
0 notes
Text
Sidera (2)
"Sekarang perjalananmu sudah jauh ya"
"Akumulasi pengalaman"
"Kapan kamu berhenti?"
"Aku sudah sampai tahap ujung upayaku"
"Kamu ingin benar-benar berhenti?"
"Tidak juga, hanya mengalihkan energiku untuk hal lain"
"Yang seperti apa?"
"Kamu barangkali juga sudah menebak"
"Itu tidak valid"
"Kita lihat saja bagaimana sungai pembelajaran ini mengalir"
"Semoga itu yang kamu mau"
"Makan mie ayam yuk"
0 notes
Text
Pagi Hari di Gazebo Dispar
Semalam hujan menderas dari habis isya hingga pagi. Membuat rasa kantuk mendapat porsi tidur yang lumayan nyenyak.
Saat aku menulis ini, mendung masih berkawan baik di langit Sulawesi sepagi ini. Menemani aku yang tengah menelisik catatan catatan lama yang menghadirkan perasaan gembira dan kangen yang aneh.
Mungkin itu juga kemudian yang melatar belakangi aku menulis sekarang; salah satu perwujudan upayaku untuk mengenang kembali dengan perasaan yang kupunyai saat ini; duduk di gazebo dispar (tempat bapak-bapak dispar biasa main domino) saat teman-teman masih tidur, berteman air putih dan juga cemilan (kalau ada), sambil menulis jurnal/catatan sekedarnya.
Dari sekian bayanganku akan kehidupan apa yang akan aku jalani, tinggal di Sulawesi dalam kurun waktu yang cukup lama tidak pernah ada di dalamnya. Pulau ini asing. Dari sejak ketibaanku pertama kali pun aku merasainya. Tapi kini, ia telah hidup dalam kenangan-kenangan baik yang ingin selalu kurawat.
0 notes
Text

"Perjalananku terjal dan singkat, aku tidak ingin menghabiskan energiku untuk memikirkan hal itu saat ini, aku akan membuatnya sesederhana mungkin, aku tidak ingin melewatkan moment berhargaku di sini untuk mengkhawatirkan sesuatu yang bekerja di luar kendaliku. Aku ingin menikmati segalanya secara merdeka tanpa ketakutan akan apa pun. Nol ekspektasi, berkawan baik dengan ketidakpastian, dan menjalankan peran sebaik aku bisa dalam perwujudan identitasku yang mana pun"
"Kamu habis merapal mantra dari mana?"
1 note
·
View note
Text
Perihal Makan

Perihal makan,
Makanmakan merupakan salah satu kebudayaan yang lekat di desa penempatanku pada setiap acara baik itu kedukaan atau perayaanperayaan. Pada beberapa acara, masyarakat biasanya akan membawa sendiri makananmakanan dari rumah (macam podluck-an gituu), kemudian menyajikan dan makan bersama; saling icip. Momen seperti ini pernah aku rasai waktu perayaan ulang tahun desa, perayaan maulid, dan juga ibadah di gereja yang ditutup dengan minum-minum (kopi dan teh serta makan kue).
Tempat tinggalku mayoritas dihuni oleh masyarakat beragama nasrani, muslim mendiami dusun satunya dengan kuantitas yang tidak terlalu banyak.
Namun walau mayoritas nasrani, mereka sangat menghargai kaum muslim yang turut serta di acaraacara. Biasanya menu yang tersaji menu-menu yang memang orang muslim makan atau mereka biasa menyebutnya dengan "menu nasional" jika tidak pun, terkadang meja dan tempat makan dipisah.
Pada acaraacara seperti itu selalu ada orangorang yang memastikan makananku "aman"
"Riyani jangan makan di meja sana yaa, 'menunya beda' " (bahkan untuk sekedar menyebut babi/anjing saja, mereka sungkan kepadaku)
Toleransi yang mewujud di meja makan ini sangat kentara aku rasai. Sebuah hal yang kusyukuri adanya karena telah menjadi bagian pengalaman pembelajaran langsung yang seru dihidupku.
Perihal makan, selama di desa rasanya aku tidak pernah khawatir meski pun aku tinggal sendiri. Selalu ada orangorang yang memastikan aku tidak kelaparan,
"Dimana nak? Pulang makan"
"Woi pulang Palolo kapan? Makan makan ke rumahku"
"Kak, sini ke rumah, aku bikin puding"
"Riyani dimana? Ibu bikin mie cakalang"
"Ibu, ibu guru suka ini? Ini buat ibu ajaa"
"Ini buat Riyani di polindes" *dibungkusin makanan
"Riyani, mau potong sendiri ayamnya?"
"Menginap di rumah, bikin kapurung kita"
"Itu petik saja sayur di kebun dey, tak ada juga itu yang bapetek"
"Berasnya masih, Mbak? Kalau habis bilang yaa"
"Riyani sudah coba karoda? Besok kita bikinkan menumenu tradisional"
Yaaa, banyak sekali kebaikan yang kuperoleh dari orangorang disekitar aku tinggal---yang kadang membuat aku mempertanyakan sendiri,
"Gue udah ngapain ke mereka, sampe mereka sebegitu baiknya sama gue"
Momen puasa kemarin sepertinya aku hampir tidak masak sama sekali karena setiap hari selalu disuruh pasiar buat buka/sahur di rumah-rumah mereka.
Tak jarang, pada kesempatankesempatan baik pertemuan dengan mereka, mereka pun selalu mengusahakan yang terbaik dimeja makan mereka, menanyakan aku makan ini atau enggak dan selalu memastikan aku makan sampai kenyang.
Dengan kesemua hal itu, keterasingan yang pertama kali kurasai saat tiba pertama kali di desa berubah wujud keiintiman yang menjalar. Membuat aku merasa pulang ke tempat yang telah lama aku diami. Kehangatan mereka, kebaikan mereka, membuat aku merasa tidak kekurangan cinta kasih sedikit pun di tempat ini. Terima kasih terima kasih terima kasih ❤
Berdikari, 29 Mei 2024
0 notes
Text
Saturn (kesekian)
Hai Nus, sudah sejak suratku yang pertama tiba kau baca, aku masih menapaki perjalanan menuju. Kepulanganku dari merkurius membawaku pada petualangan-petualangan maha baik.
Ya walau melaluinya sambil duet salto sama alien sih~
Dalam pertapaan melalui perjalanan, aku merasakan keheningan yang luar biasa akibat kematian bintang yang menggema di ruang antarbintang. Bintang yang mati itu mengirim gelombang untukku. Memberi rasa kejutan aneh dan menyusupkan energi baik yang menjalar ke seluruh tubuhku. Bentukan partikel cahayanya menarinari di langit kosmos. Sepertinya memang ditengah kekacauan yang sempat terjadi di sepenggal perjalananku, telah (dan akan) lahir hal-hal baru yang membawa harapan dan kehidupan.
Nus, kini perjalananku tinggal beberapa purnama lagi untuk sampai. Aku tidak tahu hal apa yang akan aku jumpai pertama kali di sana, pemutar musik itukah? Pohon manga? Bunga aster warna kuning? atuuuu justru surat tugas ulang ke planet lain?
Plisss yang terakhir aku perlu merapal mantra berulang. Perlu makan mie ayam dan mengkonsumi buah-buahan beraneka supaya otakku encer.
Ohhh tentu aku butuh wasit! Yaps di perjalananku yang sekarang ini, pertarungan antara hati dan pikiranku membuat repot. Ia sering memakan tempat di roketku. Kadang sampai mencuri bahan bakar, sedih kan? Sebabnya aku butuh amunisi tambahan jikalau memang aku harus ditugaskan ulang ke planet lain. Tidak lupa pasokan lagu-lagu lama kayaknya oke juga. Aku sebetulnya tidak menutup ruang untuk musik-musik terkini, selama kupingku masih betah oke ajalah. Tapi bagaimana pun musikmusik lama (apalagi SO7 dan The Beatles) lebih ampuh jadi penolong kalau alien yang hobby clubbing dan demoin pemerintah itu tiba-tiba lewat dan bikin berisik---kalau ada lagu lama aku tinggal menyumpal telinga.
Selain itu kayaknya aku juga butuh buku, itu sangat menolong ditengah ketidakpastian aku menunggu apa pun. Mengamati sebetulnya jadi kegiatan yang keren. Tapi kadang pikiranku malah suka travelling ke planet Laen.
Emmm botol minum baru juga deh kayaknya—tentu saja yang bisa menampung banyak air putih; supaya aku tidak kehabisan tenaga kalau harus menahan lapar saat mengajari Nad kecoa terbang itu menyanyikan lagu-lagu rohani. Terakhir aku memohon doa yang baik teruntuk segala perjalananku. Apapun. Doakan supaya aku terbiasa untuk mengalami nyaman dan tidak nyamannya hidup dan senantiasa memaknai arti cukup.
Banyak mau yaa? Iyaaa :(
But, kamu tidak perlu merisaukan bagaimana aku mensiasati diriku dan hal-hal yang bikin aku repot selama perjalanan, selama ada hal di atas aku yakin bakal aman, pun aku juga sedang berusaha bekerjasama dengan salah satu NGO hasil ketemu di Pekan Langit Malam yang suka menangani polusi cahaya di kotakota banyak suara. Aku sudah dapat evidence kalau bekerjasama dengannya bakal banyak menyelamatkan perjalanan ini nantinya. Jadi surat tugas yang kamu kirim akan aman dan aku laksanakan sebaik-baiknya.
Salam, selamat dalam perjalanan menuju.
0 notes
Text
Noke,
Ini kali kedua setelah Moa untuk agenda Gema Pendidikan Sigi. Kali ini kami ke dusun Noke, Towulu, Kulawi. Karena ada beberapa agenda, tidak semua ikut. Hanya kami berempat (Aku, Rista, Dyah dan Ono) yang turut serta dalam perjalanan kemarin. Kami berangkat dari Bora (basecamp kami di Kabupaten) menuju Sungku sekitaran pukul 11.00-an. Perjalanan ini lebih banyak kulalui dengan tertidur lantaran malamnya begadang sampai setengah 3 mempersiapkan agenda ini.
Sama seperti perjalanan ke Kulawi sebelumsebelumnya, selalu ada sesi pemberhentian untuk sopir beristirahat dari panjangnya perjalanan, aku memesan mie di situ lantaran lapar.
Setelahnya kami melanjutkan perjalanan ulang. Melintasi gunung potong selalu menjadi bagian menyenangkan sih---lantaran bisa menyaksikan parade pohonpohon sepanjang perjalanan. Sekitar jam 14.00-an kami sampai di rumah kepala sekolah SDN Noke, di sana kami transit untuk melanjutkan perjalanan ke gunung menggunakan motor karena memang untuk sampai di dusun Noke kami harus melalui hutan, perkebunan coklat, anak sungai dan terjalnya jalur lantaran dusunnya yang berada di atas gunung dan tidak bisa dilalui kecuali dengan motor.

Ini sedikit gambaran perjalanan kami, gambar ini aku ambil saat kondisi jalan cukup aman untuk sekedar bisa bawa hp karena memang ada beberapa jalur yang "gokil" banget---yang ngebuat benerbener menitipkan nyawa sama ojek~
Sekitaran magrib itu kami sampai di tempat kami menginap beberapa hari selama berkegiatan; rumah mama Rian. Tak lama berselang kami tiba, hujan menderas ((((bersyukur bangetttt, ngga kebayang kalau rute tadi harus dilalui dengan duet sama hujan)))).
Ketibaan kami di hari itu disambut dengan sayur bening labu kuning dan telur dadar yang telah disajikan di meja makan. Dengan berteman remang cahaya lantaran kincir air terhalang banjir kami makan di meja itu sambil membicarakan keseruan perjalanan yang kami lalui. Penerimaan mama dan juga guruguru yang sedang berada di situ membuat kami merasa nyaman dalam singkatnya perkenalan.
//
Malam sekitaran jam 21.00-nan itu kami briefing untuk agenda untuk keesokan hari. Setelahnya beriistirahat.
Pegallllllll~
//
Pagi setelah sarapan kami langsung ke sekolah untuk melakukan acara pembukaan dan kegiatan hari pertama kami; KBB (Kegiatan Belajar dan Bermain). Sampai di sekolah anaknak sudah berbaris dan menyambut kedatangan kami dan serempak bilang;
"Selamat.... pagi..... bu...." gini aja udah mlyt :')
Jujur, melihat keterlibatan kepala sekolah dan guru dalam mendukung kegiatan ini benerbener bikin semangat buat melakukan banyak hal meski pun capek. Keterikatan energi baik yang saling tarik menarik itu sepertinya yang membuat kami selalu mengusahakan yang terbaik secara bersamaan, sehingga mewujud harmoni kegiatan yang seru, sehingga anakanak antusias mengikuti kegiatan.
*matamata itu ngga akan aku lupa bagaimana hausnya mereka akan rasa keingintahuan.

Selesai acara KBB, kami melakukan refleksi kegiatan dan refleksi perjalanan guru. Dalam refleksi perjalanan menjadi guru ini aku selalu berdoa, semoga semua guruguru dan kepala sekolah yang tulus mencintai anakanaknya atas semua kerumitan dan tantangan yang tampak tidak berujung, tidak membuat mereka menyerah untuk berjuang bagi anakanak itu.

Dalam sesi ini, aku mendapati banyak limpahan energi baik dari beliaubeliau ini. Menjadi guru di daerah terpencil tidak pernah mudah. Taruhan nyawa, himpitan ekonomi, beban administratif dan kelelahan lain menjadi tantangan yang harus mereka lalui. Namun ketulusan mereka untuk mau menjadi bagian keterlibatan atas kemajuan anakanak di sini benarbenar menyentuh hatiku. Salah satunya cerita Bu Titisandora yang bercerita bagaimana susahnya beliau saat menempuh pendidikan yang kemudian menjadi latar belakang bagaimana beliau mau mendedikasikan dirinya untuk mengajar di dusun ini setelah tamat SMA. Dan beliau masih bertahan hingga hari ini dengan gaji yang tak seberapa.
Momen kilas balik ini, ternyata tidak hanya berarti buat mereka, tapi buat kami juga. Bagaimana kemudian kami jadi menelisik kembali, kenapa kami di sini.
//
Usai berkegiatan, kami kumpul di rumah dinas guru. Di sana kami gitaran sambil makan mie di beranda. Ini jadi momen seru karena berteman hawa dingin dan di depan kami adalah pemandangan pegunungan yang menghampar.
//
Keesokan harinya kegiatan dibuka dengan senam samasama. Dilanjut kemudian dengan sesi kelas orang tua. Kelas orang tua ini bertujuan untuk memberi gambaran keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan. Mulanya kami pesimis bagaimana kemudian dijam yang telah kami atur belum ada orang tua yang datang. Karena saat ini bertepatan dengan waktu panen di kebun jadi hampir sebagian besar warga akan menginap di kebun kebun mereka, pun anakanak.
Tapi puji tuhan, satu persatu kemudian berdatangan memenuhi ruangan. Dan lagi, mata mata itu, tidak akan aku lupa bagaimana mereka menerima apa yang kami sampaikan. Mereka hadir utuh--- menghargai pemberian kami yang tak seberapa.

Melihat di sesi ini tidak hanya ibuibu yang datang, membuat aku berbahagia. Bagaimana kemudian bapakabapak juga mau terlibat untuk proses pendidikan anakanak mereka. Dan ini tidak hanya di sesi ini. Keesokan paginya aku melihat beberapa bapak bapak juga mengantar anaknya posyandu.
//
Setelah kelas orang tua ada sesi penutupan. Kami telah mengundang kepala dinas pendidikan dan kebudayaan kab. Sigi untuk hadir menutup kegiatan kami. Tapi ternyata h-beberapa jam dari acara beliau memberibkabar bahwa beliau berhalangan hadir lantaran kurang sehat.
Mendapati kabar itu, aku melihat kekecewaan dari beberapa bapak ibu guru, utamanya kepala sekolah. Karena beliau sudah memeprsiapkan halhal yang mau beliau sampaikan kepada bapak kadis. Selain itu beberapa mama yang telah mempersiapkan hidangan terbaik mereka juga kecewa. Namun kami telah bersepakat ada atau tidaknya bapak kadis, acara akan tetap berjalan sesuai yang direncanakan. Akhirnya kami tetap melanjutkan berlatih menyanyi untuk memberikan penampilan terbaik. Anaknak pun begitu.
Tiba acara, anakanak yang telah pulang ibadah berlarian menuju sekolah untuk menghadiri acara penutupan. Begitupun beberapa orang tua. Dan di malam itu acara ditutup dengan penampilan kami dan anakanak. Serta pesan dan kesan baik dari semua pihak yang terlibat. Bagian menarik adalah saat ibu sersan menyampaikan sambutannya, bagaimana beliau menitik beratkan keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak. Seolah menggarisbawahi dan mempertebal apa yang kami sampaikan siang tadi.
Beliau juga memiliki ketertarikan baik akan pendidikan. Rumah baca menjadi wacanananya untuk mengupayakan halhal baik untuk anakanak di sini.
Aku rasa dengan perpaduan orang tua yang mau belajar, guruguru yang tulus dan peduli, serta tokoh masyarakat yang memiliki ketertarikan akan pentingnya pendidikan, ekosistem belajar yang baik bisa mewujud.
//
Malam terakhir di Noke akhirnya kami rayakan dengan bebakaran di rumah dinas guru sambil refleksi.
//
Keesokan paginya kami pulang. Sebelum pulang kami berziarah ke makam kepala dusun Noke. Yang ditahu juga merupakan tokoh berpengaruh dan memiliki ketertarikan akan pentingnya pendidikan di dusun ini.
Agenda berpamitan, selalu menjadi agenda yang bikin perasaan campur aduk.
Terima kasih bapak ibu guru, masyarakat, anakanak dan seluruh yang terlibat dalam mewujudkan kegiatan ini. Semoga dengan banyaknya energi baik yang saya peroleh mampu menggerakan saya untuk melakukan sesuatu yang lebih besar lagi.
Saya akan kembali (dalam wujud lain), insyaAllah.

//
Perjalanan pulang terasa lebih cepat tapi berteman hujan hahahaha. Seru sih.
Seekian~
*catatan ini saya buat atas nama mengenang kebaikankebaikan mereka semua ❤
1 note
·
View note
Text
Kampung Nelayan
Gemuruh laut yang mengamuk pada saat itu menjadi muasal. Menerjang segala hal yang dilaluinya, disekitarannya
Hancur
Remuk
Padam.
Aroma mayat di tahun 2018 seperti apakah?
//
Kepingan itu masih kokoh hingga hari ini,
RumahNya menolak rubuh,
Penanda dan pengingat akan cintaNya, pada yang hidup,
Pada yang tiada.
//
Kesakitan kini melenyapkan diri. Angin dan ombak menjadi pelipur,
Parade melamun menuju malam kini kian menyepi
Menyisakan kesunyian yang lebih lagi,
Tapi sudah kukatakan;
Aku mencintai keseluruhanmu, segalamu, segala yang mengitarimu.
Kau percaya itu, bukan?

0 notes