aulilads
aulilads
browny duck
290 posts
peculiar one. untold stories.
Don't wanna be here? Send us removal request.
aulilads · 4 years ago
Photo
Tumblr media
the slow living i'm missing🍃 https://www.instagram.com/p/CQlDKvJMjpd/?utm_medium=tumblr
1 note · View note
aulilads · 4 years ago
Text
Tentang Cerita [Mencari] Herman
Saya pernah pernah baca satu cerita. Lalu jadi terobsesi. Ceritanya masuk dalam buku Filosofi Kopi karya Dewi Lestari.
Saya hampir selalu punya favorit di tiap cerita Dewi Lestari. Yang bisa jadi pembuka ratusan kata dari mulut saya, bahkan di hadapan orang asing yang enggan baca buku sekalipun. Biasanya, selepas membaca saya akan meluapkan semua yang timbul karena si cerita pada orang terdekat saya. Lalu, cari teman atau mereka yang juga pernah baca buku berjudul sama dan bicara banyak tentang cerita favorit saya. Entah untuk afirmasi atau sekadar bahagia mengetahui orang lain suka dengan hal serupa.
Saya membahas 'Peluk' berkali-kali sampai cerita lainnya di Rectoverso  seakan tidak pernah saya baca. Membuat daftar lagu yang akan saya nikmati di perjalanan pulang ke rumah karena 'Tidur'.  Dan tentu saja 'Grow A Day Older' yang sedikit banyak mengajari saya tentang menjadi dewasa. Mantra-mantra saya berputar pada tiga cerita itu. Sampai akhirnya saya bertemu 'Mencari Herman'.
Tapi, cerita yang ini tidak banyak saya umbar. Mencari Herman terasa sederhana dan dekat. Saya ingin menikmatinya dalam dunia saya saja. Ceritanya terlalu abu-abu. Abu-abu yang terlalu saya suka sampai merasa tak perlu menjelaskan pada siapa-siapa. Kenapa belum ada juga yang mendaur ulang Mencari Herman jadi karya yang lain? Film, misalnya? Padahal ceritanya menarik.
Seperti judulnya, Mencari Herman memang tentang mencari orang bernama Herman, yang menurut cerita ini begitu jarang untuk ditemui sebagai sebuah nama orang. Entah pakai sumber data atau statistik yang bagaimana sampai bisa dibilang jarang, tapi alur ceritanya berhasil mengalihkan pertanyaan itu.
...
Orang bernama Herman memang jarang. Setidaknya di hidup saya. Sepanjang hidup saya memang baru tau dan bersinggungan dengan satu nama Herman: Herman Onesimus Lantang. Di Wikipedia Bahasa Indonesia, nama ini bisa ditemukan sebagai Ketua Senat Fakultas Sastra UI. Ada beberapa catatan lain, juga tentang Mapala UI. Organisasi yang mempertemukan saya dengan sosok bernama Herman.
Saya lupa kapan tepatnya membaca cerita Mencari Herman. Mungkin sekitar 2011-2012. Yang saya ingat betul, waktu baca cerita ini saya masih keranjingan serunya main di Mapala UI. Dan akhirnya beberapa kali berinteraksi dengan satu-satunya nama Herman yang saya kenal (hingga 2021) karena Opa Herman (begitu kami menyebut beliau) masih aktif sekali ikut acara ini itu di mapala. Waktu membaca cerita ini dan bertemu langsung dengan Opa Herman, saya mengamini apa yang tertulis di buku. Nama Herman memang jarang.
Tidak banyak kenangan. Foto juga barangkali hanya beberapa (yang sekarang tercecer entah dimana). Tapi saya suka ingatan saya tentang Opa Herman yang spontan dan antusias.
Pernah suatu kali saya dan seorang kawan diminta untuk datang ke rumah Opa untuk membantu beliau bersiap-siap untuk sebuah acara di luar kota. Ditanyanya pada saya, 'apa saya bisa jahit?', karena ternyata Opa butuh menjahit emblem Mapala UI di kemeja biru khas Mapala UI yang akan dipakai saat acara. Saya mengiyakan, lalu Opa sibuk berkeliling rumah mencari perkakas jahit. Saya waktu itu cuma bisa melongo dengan peralatan menjahit Opa yang terlampau lengkap. Peralatannya masuk ke dalam wadah kayu yang dijahit(?) atau dirangkai. Pernah lihat jembatan gantung yang terbuat dari balok kayu yang saling terhubung? Kira-kira begitu wadah perkakasnya. Yang jika dibuka macam roda digelindingkan, berubah jadi alas yang terisi ini itu untuk kerajinan tangan. Saya mencoba menjahit badge di kemeja Opa, kawan saya bantu packing, dan Opa Herman cerita apa saja sambil menemani kami.
Hampir sepuluh tahun sejak saya pertama kali melihat langsung sosok dengan nama Herman. Hampir serupa dengan Mencari Herman, punya kesempatan bertemu langsung Opa Herman Lantang jadi cerita tersendiri yang rasanya ingin dibagikan, tapi juga ingin dinikmati sendiri. Senin pagi, 22 Maret 2021, Opa Herman melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Barangkali sudah janji bertemu kawan-kawan yang sering beliau ceritakan untuk kami.
Selamat melanjutkan perjalanan, Opa Herman Onesimus Lantang. Terima kasih karena menceritakan kisah-kisah.
23 Maret 2021. 06:30 am
0 notes
aulilads · 4 years ago
Text
saya kehilangan seorang kawan.
Mungkin dia satu-satunya teman yang cukup dekat dan tanpa jejak. Nomor teleponnya secara rutin berganti. Saya masih simpan semua nomor-nomornya yang pernah tersangkut di hp. Berharap dari sekian pesan yang dicoba dikirim ada satu-dua yang terbalas. Biasanya kami masih bisa berkomunikasi via line, tapi akun line-nya pun dihapus. Irisan pertemanan kami tidak ada satu pun yang ounya kontaknya. Saya sampai perlu bolak-balik memastikan manusia satu ini punya satu media komunikasi yang juga bisa saya akses ke beberapa kenalan. Sebuah usaha yang saya cukupkan sampai pertengahan tahun ini.
Sampai saya kembali teringat dia masih sering update di laman Goodreads-nya. Beberapa bulan sekali memang, tapi tetap memberi saya harapan. Yang akhirnya harus saya pinggirkan dulu lagi, karena lagi-lagi akun Goodreads-nya juga sudah raib.
Berkali-kali refresh laman, berganti urutan di mesin pencari dan hasilnya masih juga nihil. Ada dimana sebenarnya? Atau harus cari dimana lagi?
Terakhir kali kami bicara tatap muka sekitar satu setengah tahun lalu di Sanana, Kepulauan Sula. Saya antar dia ke pelabuhan. Naik kapal menuju Sulawesi. Tidak lupa ada buku puisi yang dia pinjamkan karena (barangkali) kasihan pada kondisi saya yang minim bahan bacaan. Setelahnya, hanya beberapa kali kontak via Line atau WA atau bahkan SMS. Bertukar kabar sebentar sebelum pergi. we are nowhere and it's wow.
Saya harap kami masih punya kesempatan bertemu lagi. Tidak perlu bicara banyak, hanya ingin memastikan dia sehat dan baik-baik saja. Saya harap saat ini doa-doa selalu cukup. Ternyata untuk manusia satu ini, saya masih menyimpan beberapa harap.
24 Desember 2020
0 notes
aulilads · 5 years ago
Text
halo & sampai jumpa lagi: yang barangkali ingin kamu dengar di kantor
Halo. Aku tidak begitu ingat apa kita pernah bicara berdua atau hanya selewat. Sekadar basa-basi atau malah sempat bertukar informasi tentang diri. Atau kita tidak pernah bicara sama sekali ya? Ini akan jadi tulisan perkenalan dan pamit sekaligus kalau begitu. Aku mau pamit karena minggu depan akan jadi minggu terakhirku di tempat kita bekerja bersama. Kita pernah satu lantai di lantai 1. Aku duduk di meja paling ujung, di jalan menuju pintu pantry.  Kalau kamu sering ambil air minum di dispenser, tentu kita pernah sengaja, atau tidak, bertatap muka.
Aku berharap bisa bicara atau sekadar mengobrol dengan semua manusia yang ada di sana, termasuk kamu. Meski tidak tau harus bagaimana memulai. Kita tampaknya terlalu tenggelam dengan pekerjaan masing-masing. Sesekali aku juga berharap kamu bisa membuka obrolan. Di bayanganku, kamu akan cerita tentang tempat yang kamu suka kunjungi, lalu aku akan cerita tentang cita-citaku jadi juragan lego. Karena aku paham sekali aku ini awkward, seringkali membahas topik yang tidak biasa didengar di sana, aku menjadi terlalu berhati-hati jika ingin bicara dengan siapapun. Bukan berarti aku tidak mau bicara. Kalau kamu bertanya, tentu aku akan menjawab. Meskipun jawabannya akan kamu anggap terlalu sederhana, percayalah itu bisa jadi usaha terbaikku. Atau jangan-jangan kamu pernah mencoba membuka obrolan tapi aku tidak sadar ya? Maaf. Aku harap itu ketidaksengajaan. 
Aku senang mendengar orang bercerita. Tentang cita-cita, tentang hal-hal yang disyukuri, atau sesederhana tentang tisu toilet yang terlalu cepat habis padahal kamu sudah berusaha berhemat karena percaya semua yang kita dapat dan gunakan akan dimintai pertanggungjawabannya (haha). Kalau kamu cerita tentang kegemaranmu menonton teater atau melukis walau tidak pandai atau makanan andalan saat makan siang atau apa saja yang kamu suka, aku akan coba mendengarkan. Sebisa mungkin aku akan mengapresiasi apa yang kamu ceritakan. Dengan mencoba menjadi pendengar yang baik, aku percaya punya peluang lebih untuk memahami kamu dengan baik. Kuharap kamu juga begitu. Kalau aku begitu tertarik dengan obrolan kita, aku bahkan bisa jadi banyak bicara ini itu. Kita juga bisa bahas tentang BTS! Aku pasti jadi bicara banyak. Kalaupun tidak, aku pastikan kamu sudah sukses membuat aku tersenyum dengan menyinggung topik ini.
Aku percaya semua rencana Allah baik. Tadi aku sempat khawatir sekali karena akan keluar kantor sebelum kita sempat bicara dan kenal dengan lebih baik. Khawatir menimbulkan kesan tidak baik padahal hanya mencoba menghargai masing-masing pribadi. Namun, lama-kelamaan aku sadar kalau dipertemukan saja sudah jadi berkah tersendiri. Aku belum tau apa ini, tapi aku senang sekali bisa bertemu. Terima kasih atas pengalamannya. Sampai bertemu lagi di kesempatan menyenangkan selanjutnya :)
0 notes
aulilads · 5 years ago
Text
Ama
I wasn't ready. Even I realize Sama will change for good, I do wish some things won't change. When I get chance to go back, I wish all of people I've known still be there. I was too afraid to imagine. But on the last day of April, the news hit me. It wasn't nene or tete. It was one of my brilliant kid. Innalillahi wa innailaihi rojiun. The kind of the-boy-next-door. Ama was one of my very helpful and talented kid. Strong and warm-hearted. I used to call him Ama eventhough his 'school name' is Ardi Junaidi. I personally named Ama as Sama's representative when it comes to silat pisau (Sama’s traditional martial art). Even my fellow Pengajar Muda told me his skill was that cool and his charm made it more beautiful.  He got an old soul. Thoughtful and responsible. He took care of his lil sis and dogs. He didn't mind to share his silat knowledge to children. He'd be happy to play silat pisau everywhere just to entertain people. He'd play some Indonesian songs at day. Mama told me, "Au, kasi dengar itu Ama pasang lagu orang-orang tua," since I'd wondered the one behind those pretty old songs. I love it when he said, "Eee, Ibu?", especially when I gave his puppy a bath at the sea. I felt sorry when his puppy hit by car even Ama seemed okay and told me one day he gonna have other puppies. I'd love seeing his big curious eyes once again. Be happy there, Ama. One is never too young to die. You did well.
Tumblr media
0 notes
aulilads · 5 years ago
Text
Tentang Doa dan Desember
Aku menghargai doa-doa yang disebut dalam diam. Dalam obrolan personal menjelang tengah malam ketika yang kita butuhkan hanya hal manis sederhana sebagai penutup hari. Agar hati jadi lebih tenang menjelang berganti mimpi.
Aku begitu menyukai doa-doa yang dirapal dengan hati. Terasa menghangatkan ketika didengar. Sederhana tanpa mengada-ada. Sesederhana doa agar diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menikmatinya. “Sehat bahagia terus ya!”
Aku menyukai doa-doa yang kau sebut. Yang terasa begitu spesial karena aku tau kau memikirkannya betul-betul. Yang dirapal bukan saduran. Bukan sekadar tempelan, meski banyak yang berlaku begitu sekarang. Kita barangkali masih peduli bahwa doa, sesederhana apapun, pantas untuk diamini dan membahagiakan bagi yang mendengar.
Aku selalu suka caramu berdoa. Banyak meminta, tidak salah katamu, asal meminta pada sumber yang tepat. Minta saja yang banyak, tapi diam-diam, katamu. Lalu kita tertawa. Aku suka karena kau mengingatkanku tentang kebahagiaan dalam berdoa.
Aku boleh berdoa lebih banyak lagi di Desember ini, katamu lagi. Desember Desember Desember. Semua orang seakan punya daftar doa yang begitu panjang menjelang akhir tahun. Buatku, kapanpun itu, doa dan Desember selalu jadi hal favorit.
.
Desember selalu jadi bulan yang manis. Yang terlalu cepat pergi karena setiap harinya begitu dinikmati. (Jakarta sebelum hujan, 30 Desember 2019)
0 notes
aulilads · 7 years ago
Quote
It takes a huge effort to free yourself from memory.
Paulo Coelho (via onlinecounsellingcollege)
4K notes · View notes
aulilads · 7 years ago
Photo
Tumblr media
I took a picture of 🌈 so you can see it too...
0 notes
aulilads · 7 years ago
Text
Tentang Akhir Tahun
Kadang saya begitu menantikan akhir tahun. Dimana barang akan dipak ulang, dibawa kembali ke kota kelahiran saya, Jakarta. Akhir tahun berarti pulang kembali ke 'rumah'. Tempat dimana saya selalu bisa dapat peluk hangat ibu dan masakannya yang selalu ada-ada saja, tapi saya suka. Punya berpasang telinga yang selalu mendengarkan cuma-cuma. Juga perhatian berlebihan (atau omelan) dari satu-satunya laki-laki di rumah, ayah.
Akhir tahun jadi ajang pertemuan kembali dengan kehidupan ibukota yang saya tinggalkan demi hidup satu tahun di pelosok Indonesia. Demi memanjakan hasrat saya yang katanya terlalu idealis. Akhir tahun nanti berarti menghadapi kembali kebisingan kota, yang entah kenapa saya rindukan saat ini. Kadang saya merasa terlalu menantikan akhir tahun. Bahagia sendiri memimpikan pulang. Diam-diam terus menghitung sisa hari di penempatan.
Ah tapi tidak adil rasanya memikirkan pulang,  sementara disini saya baru saja tiba. Ditambah juga punya 'rumah'. Mereka yang baru saja saya temui wajahnya awal Desember tahun lalu. Tepat tanggal 1. Mama piara yang seringkali menyiapkan makanan khusus saya. Menemani dan bicara tentang apa saja saat saya makan. Khawatir saat di awal pertemuan saya makan terlalu sedikit. Tertawa saat saya berusaha bicara Bahasa Sula. Atau adik piara perempuan kecil yang berkenan berbagi tempat tidur dengan saya. Membuat saya merasa paling bisa masak karena apapun yang saya masak katanya enak. Martabak mie, makanan malas saya, jadi favoritnya. Juga papa piara yang tidak banyak bicara, tapi terkesan protektif. Ah.
Belum lagi mata-mata penasaran yang menunggu di sekolah. Mereka yang akan meminta saya mengisi kelas mereka. Yang senang berbagi makanan apapun yang mereka punya. Atau barangkali sekadar sapaan "Ibu pigi sekola?" atau "Ibu pulang?" yang selalu saya dapat setiap harinya. Pagi ataupun siang.
Jangan ditanya tentang bahagia. Disini saya juga bahagia. Bukan sekadar klaim, memang begitu adanya. Diterima dengan baik dan dijaga sedemikian rupa membuat syukur tidak bisa berhenti diucap. Namun jangan lupa, bahagia juga datang satu paket dengan kesedihan. Sedih yang tidak bisa saya bagi.
Katanya, mereka yang ditinggalkan yang akan merasakan hebatnya rindu. Bukan yang pergi.
Yang pergi akan disibukkan dengan kehidupan barunya, yang ditinggalkan akan tetap dengan rutinitasnya, hanya saja harus dijalani tanpa yang pergi. Entah dimana posisi saya saat ini. Yang pergi atau yang ditinggalkan? Saya meninggalkan kehidupan ibukota dan seisinya, lalu rindu setiap hari tanpa jeda.
Saya begitu merindukan rumah. Pagi dengan ayah sibuk menggedor pintu kamar saya, memastikan saya sholat subuh tepat waktu. Diiringi Wayu lompat ke atas kepala saya untuk minta makan. Rutinitas pagi-sore. Kereta, transjakarta, dan ojek online andalan. Akhir pekan yang kadang terlalu ramai. Malam diisi cerita sehari-hari dari masing-masing kami. Sambil makan masakan ibu atau jajanan yang dibeli saat jalan pulang.
Kadang saya begitu merindukan akhir tahun. Yang bagi saya juga menandakan pergantian usia. Rasanya tidak ikhlas 2018 berlalu secepat ini, tapi sesekali juga ingin hari cepat berganti.
Akhir tahun. Dan ini masih Februari. Setahun bisa jadi terasa lama sekali. Dan ini sudah hampir Maret. Rasanya baru kemarin menginjakkan kaki di Desa Sama. Ternyata sudah hampir 3 bulan ada di Kepulauan Sula, kabupaten yang namanya saja baru saya dengar setelah memutuskan menjadi calon Pengajar Muda XV Indonesia Mengajar, Oktober 2017. Setahun bisa jadi terlalu cepat.
Teringat sebuah pesan: "Days are long but the years are short."
Setahun bisa jadi lama sekali atau terlalu cepat. Yang membedakan hanya bagaimana cara menghabiskannya. Barangkali yang membedakan adalah berkahNya.
Sama, 27 Februari 2018
0 notes
aulilads · 7 years ago
Quote
She came to understand that her own happiness was a choice, so she made a promise to herself to keep her own well-being sacred.
Cindy Ratzlaff (via onlinecounsellingcollege)
1K notes · View notes
aulilads · 7 years ago
Text
her
you always know she'll be fine
she will always be fine
she's just 'that fine'
you keep asking why
she's just too good
you know she is that good
you keep seeing her everywhere
blaming her for being herself
you probably asking why
but you know,
she knows how to shine
0 notes
aulilads · 8 years ago
Photo
Tumblr media
“Ibu guru seng suka teriak-teriak eee?” “Iyo, seng suka. Nanti ibu punya suara habis.” “Disini seng dengar Bu kalau belum teriak.” . “Ibu Guru putih. "Eee iyo kah? apanya?” “Tangannya.” (Wajah su kelam berarti) . “Ibu Guru pensil warna patah seng ada yang mau mengaku.” . “Eee kenapa kamong kasih pukul itu kepala teman?” “Dong pukul duluan, Bu.” “Mong mau dipukul?” “Moya.” “Berdua minta maaf sudah.” . “Mana buku dan pensil?” “Seng bawa, Buuuu.” “Kenapa kamong seng bawa? Seng ada di ruma kah?” “Moya. Beli buku pensil mahal, Bu.” (tapi jajan es tiap hari:’) . “Ibu kasih bersih ini papan tulis?” . “Besok Ibu Guru olaraga sore?” . “Ibu Guru sabeya maghrib ka masjid? Kami temani.” . Dan masih banyak lagi celoteh atau kelakuan yang buat ketawa gemas terharu senyum2 kadang juga bete. Di luar itu semua, tulusnya anak-anaka itu terasa sekali :’) Mereka teman-teman pertama saya. Yang jadi kawan jogging sore antar desa, bantu bersihkan kelas kalau pagi ada ee kambing/sapi, ajari saya Bahasa Sula, kasih tau saya tempat cari jaringan dan banyaakkkk lagi. Meski ke sekolah kadang tidak bawa buku, kalau Ibu Guru minta tolong, pasti mereka kasih bantu 😊
feat. that bare face, chubbier but happier me😄
0 notes
aulilads · 8 years ago
Quote
Pikiran menimbang dan mengukur, tapi jiwalah yang mencapai jantung kehidupan dan memeluk rahasia; dan benih jiwa itu tidak pernah mati.
Yesus Anak Manusia, Kahlil Gibran
0 notes
aulilads · 8 years ago
Quote
pengetahuan tidak hanya terdiri atas mengetahui apa yang harus dan dapat kita lakukan, tetapi juga tahu apa yang dapat kita lakukan dan mungkin tidak usah dilakukan
The Name of The Rose, Umberto Eco
0 notes
aulilads · 8 years ago
Quote
Orang yang katanya terpelajar harusnya paham kebencian tidak boleh mengalahkan kebenaran
what is the truth, anyway?
0 notes
aulilads · 8 years ago
Text
“Ada hal-hal yang Allah izinkan terjadi. Dan kita mulai percaya seakan-akan itulah balasan dari doa-doa yang kita sebut. Ada hal-hal yang Allah kasih izin untuk terjadi, tapi sebenarnya tidak Allah ridhai. Kadang karena terlalu bangga dan lunak sama diri sendiri, kita lupa dan mengganggap semua dosa itu biasa.”
Yang Allah izinkan terjadi belum tentu Allah ridhai.
hari ini saya tersedak lagi.
0 notes
aulilads · 8 years ago
Text
teman berbincang malam hari
beberapa kali. selalu malam yang dipilih. dia mengatakan kalau bulan sudah muncul, semangatnya kembali lagi. semangat hidup dan syukur tanpa habis, katanya. dan tiap pagi kembali dicarinya alasan untuk sekedar bergerak dari kasur. tiap pagi, katanya, dia kebingungan kenapa masih juga harus menjalani hidup. katanya dia belum juga menemukan alasannya hidup di dunia. dia bekerja hanya agar siangnya agak berguna. temanku yang satu itu kadang banyak membuatku berpikir. akhirnya membuatku selalu bersyukur. aku merasa disayang tuhan. aku yang masih kurang disana-sini. seringnya malam hari. kami bicara tanpa melihat mata masing-masing. bicara dari atas tempat tidur masing-masing meski hanya dibatasi beberapa potong lantai. kami cerita tentang banyak hal. dari yang masuk akal sampai pikiran-pikiran yang muncul karena kami merasa lelah pada suatu hal. debat yang katanya debat kusir muncul. aku tak pernah tau kenapa disebut debat kusir. bagi kami berdebat bukan tentang menang atau kalah. kami selalu tertawa nantinya. karena sama-sama sudah paham, kami setuju untuk tidak setuju. keras sekali dengan apa yang kami yakini. aku pernah bertanya, teman seperti apa aku ini menurutnya. seperti itu katanya sambil tertawa. aku beri dia jawaban yang sama saat pertanyaan itu berbalik untukku. cerita-cerita kami mungkin hanya obrolan larut malam antar dewasa muda yang tengah kebingungan. tapi bukan berarti tidak ada pelajaran yang bisa kami ambil dari masing-masing. dan kami menghormati kisah-kisah yang sengaja tak kami bagi. kurasa hubungan jenis ini adalah salah satu yang kugemari.
0 notes