bahterakarat
bahterakarat
Bahtera Karat
827 posts
Badai Duka di Lautan Kata
Don't wanna be here? Send us removal request.
bahterakarat · 3 years ago
Text
Kenapa harus berjuang “segitunya”? Kenapa harus kecewa “segitunya”? Kenapa bisa bahagia “segitunya?
Seperti biasa yang sudah sekian lamanya, ini bukan cerita tentang aku. Tapi tentang Nata de Coco di sebuah minimarket pada pukul 11 malam.
Aku tak pernah tau bagaimana penjualan minuman Nata de Coco (atau makanan? ah tapi karena ia diletakan di rak minuman maka sebaiknya ku sebut saja ia minuman) . Namun malam ini, saat ku sedang memilih kopi kaleng untuk menemani perjalanan, ku sempatkan mendengar ceritanya.
Ia bingung, ia tidak pernah merasa kecewa. Saat roti berkumis dan roti berwarna merah-biru menangis tersedu-sedu, ia hanya bisa mendengarkan tanpa bisa mengerti perasaan mereka.
Nata de Coco hanya jadi pendengar yang baik, ia hanya mendengar tanpa pernah mengerti. 
Tanpa bisa memahami. 
Tanpa pernah berhasil berempati.
.......
Roti-roti itu bercerita tentang perjuangan mereka. Diskon, buy 1 get 1, bahkan pindah ke depan meja kasir dan ditawarkan langsung ke calon pembeli. 
Namun...
Selalu roti tawar satunya yang habis dibeli.
Nata de Coco hanya jadi pendengar yang baik. Karena ia tidak mengerti.
Kenapa harus berjuang segitunya?
Tidak pernah sekalipun terpikirkan oleh Nata de Coco untuk mendiskon dirinya...atau berpindah ke depan meja kasir? Sepertinya tidak juga. 
.......
Roti itu kembali bercerita, usia emas mereka tidak lah lama. Lewat dari itu, tak akan ada yang mau membeli. Roti-roti itu menangis saat tau usia emas mereka hanya mereka habiskan untuk diam ditempat. 
Kali ini, Nata de Coco sedikit mengerti. Usia emasnya pun hanya hitungan hari. Namun tetap saja, ia tidak bisa memahami. 
Kenapa harus kecewa segitunya?
Apa yang salah dengan diam ditempat? Menunggu usia emas habis dan memasuki masa kadaluarsa dengan tenang rasanya cukup.
......
Mendengar ceritanya, kuputuskan untuk membeli temannya. tahukah kamu? betapa senangnya roti-roti itu?
Melihat itu, Nata de Coco pun tak bisa berempati.
Kenapa bisa senang “segitunya”?
Saat ku beli Nata de Coco itu...ia merasa biasa saja.
.......
Di perjalanan pulang. tiba-tiba sepertinya aku tahu jawabannya.
Nata de Coco, ia selalu berpikir dengan kelapa dingin.
Sementara roti-roti itu lahir dengan hembusan bread yang panas.
Iya kan?
4 notes · View notes
bahterakarat · 8 years ago
Photo
Tumblr media
tak ada yang dapat meramal kemana garis-garis ini akan pergi
1 note · View note
bahterakarat · 8 years ago
Text
Terkungkung masa
Entah ramai celoteh tikus ,Entah bising dawai mengadu
Terbias erang sang anak malang
Terganti serak si burung liar
Bersatu tanda tanya , menjelma tanda seru tiga kali
Dalam kerangkeng bernama masa
tak perlulah kunci baja , atau mungkin dijahit saja ?
Tertimbun tirai bernama kala
terantuk lantai bernama jika
dimana masa aku bertarung ?
dimana masa aku bergabung ?
AKU TAK MAU HANYA BERGANTUNG
terkungkung masa berkabung
#nation
2 notes · View notes
bahterakarat · 8 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Hope
A book collection of my comics is out now! It’s available online here:
Amazon | IndieBound | Abrams | B&N | Powell’s | Indigo
10K notes · View notes
bahterakarat · 8 years ago
Quote
Hal yang salah adalah saat seseorang mem-posting kesedihannya, kau me-repost karena merasakan kesedihan yang sama. hal itu hanya membuat kau memiliki pembenaran, Nak. juga orang yang mem-post pertama kali merasa bangga karena kesedihannya di"sukai" dan terlena dalam kesedihan itu
mumble (via
bahterakarat
)
1 note · View note
bahterakarat · 8 years ago
Text
Petapa Tua
Tumblr media
Akal tak datang, siasat pula tak nampak
Petapa tua malu pada negara
Kata tak perlu, kata pula tak butuh 
Sapa raja, sapa hamba, petapa tua hanya petapa
Bermakan angin, berminum embun semata
Tersedak, Petapa tua tersesat
memuntah, angin dengan segera berkabar
namun tak ada sinyal layaknya para remaja
Berkali, petapa tua mengkaji
apa hakikat melarikan diri
atau fungsi suratan takdir Illahi
Alhasil petapa tua undur diri
Berontak, tak peduli walau semesta mati
Toh Tuhan tak akan bunuh diri
0 notes
bahterakarat · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Kurang ajar benar manusia-manusia kecil yang jadi bangsat ini -Krematorium Itu Untukku, Budi Darma
0 notes
bahterakarat · 8 years ago
Text
Don't you know I'm still standing Writing better than I ever did Looking like a true survivor, feeling like a little kid And I'm still standing Writing  after all this time Picking up the pieces of my life without you on my mind
-Elton John - I’m Still Standing
0 notes
bahterakarat · 9 years ago
Quote
Anak-anak muda itu, pada saat tertentu, saling mempercakapkan reaksi kerasa orang tu-orang tua mereka dan mengejek masyarakat yang tidak bisa memahami mereka. Mereka tidak pernah membicarakan kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan, tetapi mereka mempercakapkan reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh tingkah mereka itu sendiri. Begitulah anak-anak muda itu tersinggung dan berontak dari situasi lingkungan yang tidak mau mengerti dengan mereka
Ketika Lampu Berwarna Merah - Hamsad Rangkuti
1 note · View note
bahterakarat · 9 years ago
Quote
Cintaku padamu tak pernah terhambat, tapi lahir dari hambatan...
Matahari - Kereta Tidur - Aviantik Armand
0 notes
bahterakarat · 9 years ago
Text
Rindu Di Hati
Bukan.....
Mungkin...semacam
0 notes
bahterakarat · 9 years ago
Text
Yang kusebut "sayang"
Bulan ini, bulan yang ku sebut "sayang". (baik sayang yang identik dengan cinta atau makna sayang yang biasa diikuti dengan kata "sekali jika tidak...." tak ku sangka akan dimulai dengan tumpahnya air mata. Jatuh begitu saja. Membuat sungai di wajah lantas terbang tertiup angin malam. Tiap tetesnya mewakili berbagai rasa yang berbeda yang aku sendiri tidak mengetahuinya. apakah rindu? layaknya berbagai poostingan yang marak beberapa hari kebelakang ini? atau sesal? atas semua dosa yang kuperbuat hari-hari kebelakang... mungkin juga bahagia...membayangkan dosa-dosa itu terhapus menghilang tak bersisa. atau... TAKUT merasa diri belum siap untuk mengikuti maraton panjang ini. membayangkan diri yang akan kelelahan di putaran ke 3 atau bahkan sejak putaran pertama. namun air mata tak pernah jatuh sia-sia. ia selalu menjadi penyamangat, memperkuat hati, penggugur dosa, atau menjadi doa. Dan aku berdoa, semoga tiap tetes air mata yang jatuh malam ini menjadi penambah jumlah langkah kakiku. Juga biarkan ia turun di malam-malam selanjutnya. Tahun ini...aku memulai bulan ini dengan rasa takut yang amat sangat.....rasa pahit kekalahan telak di tahun lalu masih melekat di pinggiran lidahku.
0 notes
bahterakarat · 9 years ago
Text
Purnama di Selokan
Bukan tentang aku, ini tentang sepasang kekasih gelap yang sedang duduk bersisian di tepi selokan. Bermesraan, mungkin.  
Namun kemesraan itu malah membuatku yang sedang memperhatikan mereka menjadi iba. Karena aku sadar, kemewahan menatap purnama di langit tidak mampu dirasakan oleh pasangan kekasih gelap. Terlalu terang. Terlalu terang-terangan. Mereka harus memuaskan diri dengan hanya menatap purnama di selokan.
Perlahan gadis itu mencelupkan kakinya ke selokan. Riak air timbul bersamaan dengan pertanyaanku. Gadis itu lalu hanya terdiam, tersenyum pada kekasihnya. Senyumnya begitu tenang sehingga mampu memukul mundur segala pertanyaanku kembali ke dalam benak. Hilang, layaknya riak air yang juga segera hilang.
“Kau sedang berterima kasih? atau malah sedang mencoba menapak di atas bulan?” Suara kekasih lelakinya samar-sama terdengar sampai ke tempatku berada. Sementara sang gadis hanya terkikik pelan, sambil mengangguk. Entah mengangguk untuk jawaban yang mana.
Aku menghela napas. Malu. Bayangkan! Gadis itu kini sedang berterima kasih dengan mencoba mewujudkan mimpi sang selokan. Meredakan sedikit rasa cemburu selokan itu pada selokan-selokan bersih di desa atau negeri lain. Dimana orang-orang dengan senang hati mencelupkan kakinya ke dalam. Merasakan gelitikan ikan-ikan kecil memakan kulit mati mereka. Sementara gadis itu harus merelakan kuman-kuman menggelitik memakan sel-sel hidup di kakinya. 
Dan aku? Semenjak selokan itu dibuat, setelah jutaan tetes air hujan ia tampung, ratusan banjir ia hindarkan, hanya mampu memaki, mencela, dan mengeluh. Tanpa berterima kasih, tanpa membantu.
“Masih lama?” Gadis itu bertanya kepada kekasihnya. Kekasihnya lalu melihat ke atas. Aku juga. Awan masih bergumpal kelabu menuju ungu, langit tak berbintang seperti biasa, dan purnama masih sembunyi di balik selimutnya, menyembulkan sedikit pipi kirinya, mendengkur.
“Sebentar lagi,” Jawab kekasihnya itu, “ Maaf ya, aku tak bisa melihat purnama di langit bersama mu.”
“Tak apa, terlalu terang. Aku tahu siapa aku.” Senyum sendu tergulir di bibir gadis itu. “ Dan lagi, kita tak perlu bertingkah layaknya pasangan jarak jauh. Tak perlu menatap purnama agar merasa dekat dengan kekasihnya.”
Purnama lalu menggeliat dari balik selimutnya. Pipi tembamnya terlihat sempurna. Cantik. Keruhnya air selokan juga sampah-sampah yang mengalir tak mengurangi kecantikannya.
Kuperhatikan lagi pasangan kekasih gelap itu. Mesra. Dua pasang mata menatap purnama di selokan. Kotor memang. Gelap. Namun itu tak mengurangi kemesraan tersebut. Karena bagaimanapun, seseorang akan berkorban lebih, menyanyangi lebih kepada pasangan gelap mereka dibanding kepada kekasihnya sendiri.
Mei 2016
Jagakarsa
1 note · View note
bahterakarat · 9 years ago
Note
Hai Aji
uit? apa coba hai doang
0 notes
bahterakarat · 9 years ago
Video
youtube
Nostalgia Zaman SMA :D 
The Eternal Diva
The stars sing as they float on the water’s surface. My heart continues cuddling closer to your bosom.
The glittering dews sing as sunlight trickles through the forest leaves. Will I be dreaming of you as I sleep?
Counting the lives sinking to the bottom of the water, I believe that some day my wish will be heard. For now I will freeze this eternal serenity, as the tears of lovers change into a sea.
If the day should come when you can finally smile after countless nights, then I will never have to cry again. That we may come across each other after countless nights in my dream, allow me to sing this song.
So that I can see the smile of my loved one once more, I believe in the promise we will make in the faraway future. Because you will be there in the future, connected to me under the same sky, shall we return to that day, led by our feelings?
There’s no end to the tears I shed just for you, as I sleep while thinking nonstop only about you.
Right now, I will sleep thinking nonstop about you, my love.
0 notes
bahterakarat · 9 years ago
Text
Tentang PKL
*PKL = Pedagang Kaki Lima
Mungkin di Bandung lagi hits, bagi yang belum tau masalahnya bisa di google. Aku doakan agar kalian tidak membaca artikel yang menyesatkan. Aamiin.
Namun ku menulis bukan perkara pro dan kontra.
Apalagi perkara “Pro Rakyat”, yang sampai sekarang, setiap mendengar frase itu, aku tidak pernah tahu “rakyat” mana yang mereka bicarakan. Karena bagiku para penjahat itu juga rakyat, para bedebah pun juga, termasuk para koruptor, atau pemilik kerajaan bisnis properti.
Yang kutulis merupakan sebuah romansa, perkara munculnya sebuah asmara.
Seperti dahulu, bukan tentang aku. Apalagi kamu.
Namun Tentang PKL, atau tepatnya, tentang pedagang (pria) yang menatap kusut layar telepon genggamnya.
Kala itu menjelang pukul 8 malam, bukan kedai pecel, bukan pula kedai nasi goreng. Melainkan kedai takoyaki. Walau tutur sang pedagang, “Guritanya abis, A”, namun tetap saja papan nama kedai itu jelas TakoyakiNG.
Sementara  aku menyantap, ku perhatikan wajah pedagang itu lamat-lamat. Tentu bukan karena cinta pada pandangan pertama, namun wajah kusutnya yang menarik mata. Seketika. Saat ia meletakan telepon genggamnya 15 senti dari mata.
Entah karena perkara relokasi, ajakan untuk beraksi, atau tentang sesuap nasi.
Namun seperti yang sering aku katakan, 
“Tak perlu ilmu psikologi. Ekspresi manusia adalah seni.”
Maka biarkan saja bila aku memiliki persepsiku sendiri. 
Bagiku, ia sedang patah hati. 
Kau tahu? bila kau telah banyak membaca, entah itu tulisan maupun alam semesta. Maka kau akan tahu.
Sejatinya, patah hati merupakan awal dari sebuah asmara, bukan akhir.
12 hitungan. Tepat di hitungan ke 12 dia kembali ekspresi normalnya. (yang menurutku tetap saja kusut, oleh debu jalan, asap kendaraan, dan tamparan kehidupan) Dengan ekspresi itu, ia mengetikan sesuatu. Membalas. Duduk. Lalu asik mengetik. Tentu bukan sedang menulis diari, laman blog, artikel, maupun formulir beasiswa. Ku asumsikan ia sedang saling membalas pesan, dengan telepon genggam yang sudah di pindah ke mode getar.
sekitar 2 episode webtoon selesai ku baca, ia masih asik mengetik. aku sudah tidak tertarik.
Tak ada yang menarik dari manusia yang menatap telepon genggamnya lebih dari 8 menit.
kuputuskan menjilat saus hingga tetes terakhir, lalu mengusik pedagang itu. memberinya 1 lembar uang 20ribuan. Setidaknya, aku sudah berusaha mengalihkan matanya dari hal tak berguna. mungkin aku dapat beberapa pahala. 
*terinspirasi dari peristiwa PKL
4/16/2016
jakarta
1 note · View note
bahterakarat · 9 years ago
Text
SPOILER ALERT!
il est temps d'aller de l'avant.  Alors, j’ai décidé pour créerai le nouveau projet. 
Masih berkutat dengan premis besar yang sama, “l'antagoniste est ne se sentait pas qu'il est antagoniste “. Namun dengan tema yang berbeda.
*For those who have not watched the previous project, bisa di liat di sini. (sekalian promo) 
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
http://bahterart.blogspot.co.id/2016/03/bebegig.html 
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
We could recall so many stories that be told with point of view of the victim/victims. Ou, en d'autres termes, the protagonist is the victim. He want to achieve something, but he was harassed by the antagonist. Or simply (as we studied on “action’s scheme”/”skema aksi”), The protagonist want to live in peace but “something” is disturbed him. 
On the other side, we also could recall so many histories that be written or be told with point of view of the winner (That we didn't know if the winner was a victim or not. A perpetrator maybe?)
So, the next project was titled “ Kakak Mau Beli Tisue?” ( roughly translated as “Sis, do you want to buy a pack of tisue?” but i will create another english title of course.)
Tumblr media
(Photo source : m.Tempo.co - dengan editan)
Il a commencé à partir de mon anxiété avec Ils. Pour moi,ils sont tout de même avec les gueux ou “pengamen” . Ils sont ennuyant, de plus, être horreur, horrible. 
On the next project, i will framed the representation (impressionist, semi-realist) of my fear.....
See you at the premier :D
Au Revoir
1 note · View note