boothgallery
boothgallery
Booth Gallery
321 posts
Matahari hanya satu untuk bumi, yang lain hanya bintang-bintang yang indah | Muhammad Yardho Irhama
Don't wanna be here? Send us removal request.
boothgallery · 1 year ago
Text
Menulis lagi.
Udah lama banget ga isi tumblr ini. Dulu waktu sekolah dan kuliah sering menuangkan pikiran dengan tulisan ke sini. Sebanyak-banyak nya mengambil ilmu, sebanyak itu pula tulisan keluar lewat jari-jari ini.
Banyak hal yang terjadi dari tulisan sebelum ini ke tulisan ini. Banyak cerita dan pelajaran yang didapat. Setiap hari banyak insight baru dan tiap memikirkan itu akan berkoneksi secara kontinyu ke insight yang udah ada. Dari kumpulan insight itu lahir ide-ide baru, pemikiran baru, mini mindset baru, dan akhir nya jadi tindakan baru.
Tapi ga semua teringat secara kontinyu setiap saat. Ada masa di mana insight tertentu harus dipantik sesuatu, hingga akhir nya bisa keluar dan dibicarakan. Tapi gw sendiri kadang nggak tau pemantik apa yang tepat untuk insight-insight tersebut.
Jadi daripada semua itu numpuk kaya barang-barang bermanfaat yang cuma ditaro di gudang setelah dibeli, mending kita sortir dikit-dikit dan dibikin suatu mesin pencari supaya barang-barang itu gampang ditemuin ketika butuh. Tapi dalam hal ide-ide baru, gw perlu menuangkan ke tuilsan ini. Karna tiap tulisan ini akan meluangkan 'gudang' pikiran yang kaya nya bakal penuh dalam waktu dekat.
Ibarat ada notif kalo storage ini mau penuh, udah bunyi ngasih tau. Dan saat inilah yang tepat mengosongkan storage itu, dan mindahin ke sini supaya bisa diambil lagi kalo lagi perlu.
Rasa nya bekerja di industri kreatif dituntut untuk terus berkembang dan berinovasi atas hasil kerja. Dari hasil kerja yang satu ke yang lain, di mana tiap hasil kerja ada workflow yang berbeda dan mungkin menggunakan tools berbeda.
Karna gw di bagian visual, rasa-rasa nya untuk mengembangkan kreatifitas visual lumayan keep-up ke apa yang sedang hipe. Selalu mencari apa yang dibutuhkan untuk dapat disampaikan pada sisi visual. Tapi kalo ngeliat kebiasaan diri sendiri yang suka berpikir dan menghasilkan ide-ide baru, rasa nya perlu melakukan restore atas ide-ide yang sudah usang di kepala. Agar ide-ide baru deras muncul, dan workflow yang diinginkan cukup oke untuk dilakukan.
Menjadi visual designer cukup menguras energi, dalam artian kita terbiasa untuk mengeluarkan uneg-uneg lewat visual, di mana untuk gw itu ada beberapa step untuk dikeluarkan. Dan kalo energi ga cukup untuk bikin itu jadi visual, di kepala jadi mandek dan akhir nya bikin penuh storage.
So, kembali menulis adalah pilihan yang bijak untuk mengurangi kapasitas storage karna minim energi. Kerinduan untuk menulis lagi rasa nya juga bermanfaat untuk diri sendiri. Selain melegakan hati dan pikiran, juga tidak perlu khawatir tentang omongan orang yang tidak diharapkan.
Yang jelas menulis adalah suatu kerinduan buat gw. Semoga gw bisa konsisten menulis apapun yang dipikirkan dan dirasakan. Karna niat nya hanya melegakan pikiran dan perasaan, jadi ga ada beban tentang reaksi yang orang lain pikirkan.
Bagi teman-teman yang mendapati tulisan-tulisan gw, terima kasih sudah membaca, tapi mohon maaf kalo tidak dapat memenuhi ekspektasi ya 😝
3 notes · View notes
boothgallery · 2 years ago
Text
Luar Kendali
"Dampak tindakan kebetulan di luar kendali Anda bisa lebih besar daripada tindakan yang Anda sengaja lakukan."
Sudah lama sekali tidak menulis. Terbiasa melakukan visualisasi kreatif membuat sebagian saraf di otak haus, dan menuntuk pemenuhan gizi lagi.
Tak lama, membaca buku The Psychology of Money, sebuah buku yang awal nya berekspektasi pada cara-cara untuk lebih bijak dan dapat 'mengakali' manajerial keuangan. Tapi ketika membacara beberapa halaman awal, rasa nya sudah banyak berkaitan dengan sisi sosial yang lain selain keuangan.
Di awal--dan sekarang masih belum selesai membacanya--Morgan Housel menerangkan tentang tidak apa-apanya mengikuti cara-cara biasa, terutama tentang cara mengelola harta. Dan juga ia menyarankan untuk menyadari porsi dari tiap berhasil tidak nya diri kita.
Keberhasilan dan kegagalan adalah hasil, dan pada prosesnya ada porsi-porsi tersendiri yang membangun--hasil--nya. Housel mengingatkan bahwa ada porsi keberuntungan--pada sisi positif--dan kesialan--pada sisi negatif--dari tiap-tiap hasil. Ia menjelaskan seperti kalimat yang saya kutip, bahwa "Dampak tindakan kebetulan di luar kendali Anda bisa lebih besar daripada tindakan yang Anda sengaja lakukan."
Ia juga menjelaskan bahwa kerja keras dan keputusan kita--entah kecerdikan atau kebijaksanaan pada suatu keputusan--adalah hanya satu dari sekian miliar keputusan manusia lain di muka bumi ini. Dan karena daripada itu, suatu keberhasilan atau kesialan ditopan oleh apa-apa yang ada di luar kendali kita.
Seperti hal nya kemerdekaan Indonesia yang ditopang kekalahan Jepang pada perang dunia kedua. Ada porsi luar kendali kita atas hasil yang kita dapat. Ini selaras dengan prinsip iman kepada takdir bagi seorang muslim dan juga prinsip tentang kendali di luar diri bagi seroang stoik. Dan tiap hasil memiliki porsi berbeda-beda pada luar kendali kita.
Kemudian Housel menjelaskan bahwa meniru atau mempelajari kebaikan atau keburukan ekstrem tidaklah efektif untuk ditiru. Karna masing-masing memiliki porsi kendali luar dan dalam yang berbeda, dan karena nya kendali luar tidak dapat ditiru. Sudahlah kita tidak dapat menghitung berapa porsi kendali luar dan dalam, juga kita tidak dapat meniru kendali luar karna hal ini terkait keputusan miliaran orang.
Seperti hal nya jika kita membaca tentang Mark Zuckerberg yang memilih mengakhiri kuliahnya, dan berhasil membuat sebuah big company. Kisah ini tidak bisa semerta-merta diikuti oleh kita, karna titik keberhasilan nya hanya terjadi jika dan hanya jika segala yang terlibat ada pada waktu, kondisi, dan keadaan yang tepat. Bagi logika, tidak akan ada cerita keberhasilan Meta jika seorang officeboy mereka tidak masuk pada saat seorang investor datang menemui Mark, ada berbagai ratusan hingga miliaran kemungkinan.
Saya jadi teringat pada scene di film Benjamin Button. Scene tersebut mengisahkan penyebab satu karakter mengalami kecelakaan, di mana dijelaskan bahwa kecelakaan tersebut hanya dapat terjadi jika dan hanya jika semua hal yang terlibat tepat pada posisi, waktu, dan tindakan masing-masing. Sebuah takdir.
Dari Housel saya juga teringat tentang tema-tema yang beberapa tahun terakhir cukup sering diperbincangkan di Twitter/X, yaitu kemiskinan struktural. Dengan adanya fakta bahwa setiap keadaan memiliki porsi nya masing-masing untuk dikendalikan, maka tidaklah relevan jika kita berpikir bahwa kemiskinan suatu masayarakat karena kemalasan. Ada porsi luar kendali di situ. Itulah mengapa jika suatu kasus, dan kasus tersebut terbilang mayoritas, maka tidak dapat diselesaikan hanya dengan menyelesaikan kasus tersebut, tapi itu dikarenakan suatu sistem yang mengakibatkan kasus tersebut menjadi mayoritas.
Saya teringat pula seroang teman yang berkata bahwa sebagaian besar kasus perceraian rumah tangga dikarenakan ekonomi, dan berkesimpulan bahwa yang harus dilakukan sebelum menikah adalah membesarkan nilai ekonomi. Dalam benak saya, jika mayoritas perceraian karna ekonomi, dan lebih spesifik lagi dikarenakan kekurangan ekonomi, mengapa tidak kita pertanyakan tentang sistem ekonomi kita yang tidak ramah untuk mayoritas orang menikah ?
Belum lagi soal ketimpangan ekonomi, sosial, hukum, dan lain-lain. Ada banyak di pikiran saya yang 'disenggol' oleh Housel tentang porsi luar kendali yang ia jabarkan.
dan jangan-jangan "dampak regulasi ekonomi negara pada ekonomi rumah tangga kita lebih besar daripada kerja pagi-malam yang kita lakukan ?!".
0 notes
boothgallery · 3 years ago
Text
Tentang Seseorang.
Aku diingatkan oleh sebuah kejadian. Mungkin sepele dan tak berkesan. Tapi bagiku mengingatkan tentang masa depan.
Perempuan. Belajar tentangnya tak harus dengan logika matang. Itu bukan suatu sindiran, tapi itu penghargaan. Ia nya diberi perasaan mendalam. Mungkin hanya segelintir yang merasakan, namun itu sebuah keajaiban.
Perempuan. Di dalam jasad nya tersimpan sebuah tempat yang maram. Ia nya bertaruh nyawa untuk mengenalkan cahaya dunia.
Perempuan. Perasaannya mengandung banyak ujian. Ia nya selalu tulus berjuang. Walau luka harus disiram garam.
Perempuan. Di dirinya terletak kebahagiaan. Yang bisa dirasakan oleh banyak keturunan. Hingga kesedihan menjadi batas ia berpulang.
Perempuan. Ia nya memang ujian. Bukan dengan logika lelaki yang matang, namun dengan cinta dan perasaan.
Perempuan. Ia nya selalu menjaga kesetiaan. Pada lelaki yang dalam disayang. Sampai hati yang sangat mendalam.
Perempuan. Sambil menangis ia rasakan. Betapa banyak lelaki yang menyiakan. Kebodohan yang banyak disaksikan.
Perempuan. Marah nya bukan kegelisahan. Tangis nya nya bukan kesedihan. Namun hanya perlu tempat didengarkan.
Perempuan. Memahaminya tak perlu logika matang. Karna memang ia bukan untuk ditaklukan. Selalu tentang cinta dan perasaan.
Perempuan. Memberi cinta dan kasih sayang. Mesti dibalaskan dengan mahkota perhormatan. Hingga Umar ‘tertunduk’ pada pasangan.
Perempuan. Ia nya telah dimuliakan. Oleh Rasul yang memerintahkan. Untuk menjaga dan dipatuhi nya aturan.
Aku diingatkan oleh sebuah kejadian. Bahwa logika dan ego menjulang, mungkin juga ketanpanan. Tak lantas memberi jawaban. Atas segala kebutuhan cinta dan kasih sayang. Maaf.
7 notes · View notes
boothgallery · 4 years ago
Text
Emosi memengaruhi keputusan
Dalam gambaran yang muncul dari penelitian terkini, Sistem 1 (berpikir cepat) yang intuitif lebih berpengaruh daripada yang dikesankan pengalaman anda, dan diam-diam menjadi pembuat banyak pilihan dan pertimbangan. 
Daniel Kahneman dalam buku Thinking, Fast and Slow
Dalam berbagai situasi, kita dihadapkan dengan pengambilan keputusan. Kadang kita memutuskan sesuatu tanpa perimbangan yg komprehensif dan substantif.
“Wah cowo itu ganteng bgt ya.” “Wah cewe itu keibuan banget ya”. “ Gw pengen deh punya pasangan kaya doi”. Itu adalah contoh dialog kita dengan pikiran kita. Itu adalah berpikir cepat (sistem 1) ala Daniel Kahneman dalam buku Thinking, Fast and Slow.
“Gimana cara nya supaya campaign kita dapet repeat order minimal 300 org ya ?”, “Ayo kita diskusiin dan bikin pemetaan campaign nya.”. Itu adalah contoh dialog berpikir sistem 2 (berpikir lambat dan sistematis) ala Daniel Kahneman.
Lalu darimana asal pikiran2 tersebut ? Pikiran tersebut didasari dari pengalaman hidup kita. Bertumpuk2 pengalaman yang kita dapatkan mengendap di pikiran kita dan lambat lain jadi dasar pengambilan keputusan. 
“Gw suka cowo tinggi deh!”. Itu adalah cara kerja pemikiran cepat (sistem 1) yang didasari dari pengalaman2 hidup. Percaya atau tidak mungkin cewek tersebut melihat cowok tinggi itu ganteng, karena dalam hidup nya dia lebih sering melihat cowok tinggi yang ganteng daripada cowok tinggi yang tidak ganteng. wkwk. Ini obrolan casual tapi serius haha. Seperti hal nya cowok yg lebih suka cewek yg berkerudung/berjilbab untuk dijadikan istri daripada yang tidak. Karena asosiasi antara jilbab dengan istri solehah sangat melekat. Asosiasi-asosiasi ini yg mengendap dipikran cowok, lalu ketika melihat cewek jilbab yang dirasa tidak solehah akan kaget (apalagi udh jadi istri). 
Bias-bias kognisi ini sangat memengaruhi hidup kita. Bias ini tercipta atas asosiasi suatu kata dengan kata yang lain. Seperti hal nya asosiasi antara kata anak band dengan narkoba (pada jaman dulu di Indonesia) sangat melekat. Bahkan orang tua yang anak perempuan nya pacaran dengan anak band akan melarang nya (walaupun misalnya cowok itu tidak mengonsumsi narkoba).
Bias-bias asosiatif ini kita produksi dan hasilkan tiap hari di kepala kita. Ini populer dengan ‘alam bawah sadar’ di masyarakat umum.
Dan dari pada dasar nya, kita memproduksi bias-bias itu dengan kondisi emosi tertentu. Misal tadi cewek yg suka cowok tinggi karena lebih sering bertemu cowok tinggi yang ganteng, tapi ketika bertemu, cewek tersebut dalam kondisi emosi yang menyenangkan daripada ketika bertemu cowok tinggi yang tidak ganteng.
Di sini, kondisi emosi sangat memengaruhi kesan atas sesuatu yg kita dapatkan.
0 notes
boothgallery · 4 years ago
Text
Buku Thinking, Fast and Slow.
Suatu kali denger podcast startup yg legend, tapi udah ga ada lagi, nama nya AppsCoast. Di situ konten nya wawancara dengan pelaku2 startup dari A sampe Z, juga tentang personal development para pelakunya. Mungkin itu salah satu podcast yg paling oke pada masa nya selain podcast nya Iqbal Hariadi, karena waktu itu podcast blm booming, dan spotify belum muncul.
Di salah satu episode, seorang founder eFishery yg gw nge-fans bgt yaitu mas Gibran Huzaifah. Obrolan di podcast seperti biasa, namun pas sesi personal development dikasih referensi buku yg oke punya pada zaman itu, yaitu buku Thinking, Fast and Slow nya Daniel Kahneman. Dari situ gw langsung cari2 tentang buku ini, referensi yg lain gimana, dan langsung nyari ke gramedia. Sayangnya waktu itu setau gw blm ada terjemahan bahasa Indonesia nya.
Singkat cerita, gw penasaran bgt sama isi buku ini, gw bilang ke diri gw sendiri “walaupun gw pinjem, setidak nya gw harus baca buku ini”. Karena topik tentang berpikir ini sangat menarik minat gw yg dari dulu baca2 buku psikologi tapi gw ga nemu ujung dari ‘sebab’ psikologi nya apa. Karena ini menurut gw satu hal yg gw cari, maka gw ke berbagai sumber buku, hunting buku, sampe akhir nya gw nyerah karena buku bekas nya pun ga ada yg jual, di online pun ga ada. 
Suatu hari di tahun2 terakhir gw kuliah, gw suka mampir ke perpus2 di berbagai tempat di jakarta (kecuali perpus UI ga masuk itungan). Sambil ngisi2 waktu dan nambah referensi bacaan, gw coba ke perpusnas, perpus Yudhoyono Institute, perpus Salihara, dll. Sampai akhir nya gw ‘pewe’ bgt sama perpus DKI di cikini, karna lokasi nya strategis dan ga jauh kalo mau hang-out, sama bisa pinjem bawa pulang karena berKTP DKI.
Beberapa kali ke situ, gw baca2 buku referensi yg gw catet list nya, lalu sampailah pada buku Thinking, Fast and Slow ini. Lalu gw cari2 di lantai buku2 biasa ga ada. Lalu gw coba ubek2 buku koleksi langka yg ada di lantai yg lebih atas. Dan dapetlah gw di situ buku itu. At that time buku di koleksi langka ga boleh pinjem dibawa pulang. Lalu gw coba baca di tempat, dan yg gw temui adalah buku terjemahan nya. Antara kecewa dan cukup lega, karna kecewa yg bisa gw baca cuma terjemahan nya, tapi pas dipikir2 lagi seneng juga karna buku itu nyerempet2 buku ilmiah yang bahasa Inggris nya mungkin akan lama gw cerna dari istilah2 yg ga familiar.
Lalu beberapa tahun kemudian, gw mau resign dari kantor gw, lalu temen2 (my lovely partner hahaha) yg lain nanya gw mau kado apa, spontan gw jawab buku itu. Sampai akhir nya gw resign, mereka ga dapet buku itu karna udh ga ada yg jual haha.
Setahun kemudian, gw dikasih tau temen gw yg dulu mau ngadoin buku, dia salah satu karyawan terbaik di gramedia pada masa nya, dia ngasih tau kalo gramedia lagi jual buku Thinking, Fast and Slow cetakan kesekian, dan buku itu buku terjemahan ke bahasa Indonesia. Sontak langsung gw beli buku itu.
Setelah gw baca sampe setengah buku, gw menyadari bahwa buku ini strategis dan bisa jadi acuan (premis tetap) untuk berbagai bidang, baik di marketing, psikologi, pengembangan diri, UX desgin, bahkan parenting dan keluarga. Dari situ gw putusin untuk baca ulang dari awal dan menulis apa yg gw pahami dari buku itu, part by part. Selain tujuan utama nya buat kembaliin skill nulis gw dan ‘menginternalisasi’ ilmu yg gw dapet, juga bisa jadi pemantik untuk kawan2 yg lain yg tertarik dalam bidang2 tertentu. Gw ga tau mau tulis tulisan gw ini di tumblr atau di medium. Mungkin gw tulis di tumblr dan beberapa yg worth gw copy ke medium.
Tulisan ini jadi prolog gw buat nulis apa yg gw baca di buku Thinking, Fast and Slow. Mungkin nanti tulisan gw aga’ melebar atau bahkan terlalu menyempit, tapi memang itu tujuan nya, untuk memantik. Kalo mau dapet experience yg jauh lebih dalem dan sistematis silakan bisa baca langsung buku Thingking, Fast and Slow.
2 notes · View notes
boothgallery · 5 years ago
Text
Mata Kuliah Ushul Fiqh
Waktu awal-awal tahun perkuliahan, coba ngulik tentang mata kuliah apa aja yang ada di tiap2 jurusan di UI. Awal ny tertarik dengan Fakultas Psikologi, karna dulu niat ny pengen masuk psiko. Lalu ga sengaja ngeliat nama mata kuliah Ushul Fiqh. Pas baru liat judul mata kuliah ini memang ga paham apa yang diajarkan dan memang blm pengen tahu apa yang diajarkan.
Selama waktu berjalan, banyak hal kaya ngasih tau tentang apa dan bagaimana Ushul Fiqh membentuk sebuah hukum Islam. Denger2 di kajian, ga sengaja baca2. Lalu berniatlah untuk ambil itu di tahun2 terakhir kuliah.
Ngobrol2 sama temen yang sependapat tentang penting ny materi ini, dia juga pengen ambil matkul ini. Karna ini matkul ada ny di jurusan Ekonomi Islam, maka harus ada ‘syarat2’ birokrasi yang harus dipenuhi. Akhir ny temen ga bisa ambil matkul ini karna satu dan lain hal. Waktu itu gw blm ngajuin untuk ikut ambil matkul ini, karna ada matkul wajib lain yang harus gw ambil.
Beberapa semester kemudian, gw coba dengan cara yang sedikit berbeda dengan cara temen gw untuk bisa Sit In kelas itu. Gw coba dengan mengajukan ke biro pendidikan FEB, lalu dibilang ga bisa. Lalu gw dapet nomor kepala jurusan Ekonomi Islam FEB, temen serumah kons gw anak Ekonomi Islam soal ny, jadi gw hubungi kepala jurusan ny. Alhamdulillah ny gw diizinin oleh KaJur ny untuk masuk kelas itu dan dihitung SKS gw. Lalu gw ngurus ‘birokrasi’ ny karna memang harus (walaupun udah ada restu dari KaJur ny).
Lalu gw coba buka web akademik gw, ternyata alhamdulillah udah dibuka. Tapi ternyata udah ada yang masuk duluan entah siapa. Karna sistim ny ga bisa nge-kick orang yg klik matkul itu dan masukin gw ke sistem web ny, maka bolak balik lah lagi gw ke Biro Akademik FEB buat ngurus itu. Ditambah lagi lah satu slot untuk gw. dan alhamdulillah gw bisa masuk secara legal ke kelas itu.
Beberapa hari kemudian, gw inget temen gw juga yg suka bahas-bahas pemikiran Islam. Gw tawarin lah ke dia untuk ambil matkul ini, itung-itung nemenin gw supaya gw ga jadi anak ilang di kelas itu. Ternyata beberapa orang yg kenal gw tertarik dengan matkul itu, alhasil banyak lah orang yang berhasil Sit In ke kelas itu.
Dan kita semua happy karna bisa belajar Islam sambil mengurangi beban SKS akademik masing2. wkwk
----------
Btw ini sebener ny gw mau bahas penting ny materi Ushul Fiqh utk muslim, jadi cerita pengalaman dapetin kelas ny. wkwkwk
0 notes
boothgallery · 5 years ago
Text
Menegakkan pohon yang akarnya tak tertanam
Suatu pohon, dicoba untuk ditegakkan, tanpa menanam pohon ny. Bisa, namun tak akan bertahan dengan dengan ajeg. Ada yang hanya beberapa saat tegak, lalu langsung roboh. Yang lain roboh karena terpaan angin, atau waktu tegak yang aga’ panjang.
Dulu waktu tahun terakhir kuliah, murabbi sharing tentang kurang ideal ny memaksakan menghafal Qur’an pada anak umur balita hingga awal sekolah dasar. Memang menjadikan anak balita hafal Qur’an sangat membanggakan orang tua, baik dari segi akhirat ataupun secara sosial, karena marak nya anak-anak hafal Qur’an saat itu. Singkat ny, daripada memaksa anak menghafal Qur’an, lebih bijak untuk menanamkan tauhid terlebih dahulu lewat kebiasaan sehari-hari dan cerita-cerita. Tidak salah untuk mengarahkan anak-anak menghafal Qur’an, namun ada step yang terlewat (yang seharus ny ada dan lebih prioritas), yaitu memahami Allah SWT, Muhammad SAW, dan Islam dengan bahasa anak-anak.
Periode awal-awal keRasulan, hal yang dilakukan rasulullah adalah menanamkan tauhid (periode Mekah). Lalu di periode Madinah lebih luas penanaman nilai-nilai ny. Ini dapat dilihat di surah-surah Makiyyah di Al Qur’an yang mayoritas lebih menekankan tentang tauhid daripada yang lain.
Akar yang tertanam kuat tidak mudah goyah. Itu kenapa orang-orang yang berpikiran mendalam disebut radikal, mengakar.
Akar yang kuat tertanam akan mengokohkan pendirian, menelurkan buah yang sesuai dengan akar ny. 
0 notes
boothgallery · 5 years ago
Text
Suatu Titik.
Sorang teman mengunggah foto suami ny dengan tulisan bahwa ia sangat mengagumi dan meneladani nilai2 baik yang suami ny ajarkan.
.
Sebuah pertanyaan muncul di kepala, “Bagaimana journey seseorang dapat menganut suatu nilai ?”
.
Lalu ingatan langsung muncul dari penyimpanan di kepala, “Hidayah hanya datang dari Allah, sekeras dan sebesar apapun orang lain mengusahakan hidayah untuk orang lain”.
- - -
Tiap orang punya pengalaman hidup yang berbeda-beda. Bahkan jika pengalaman hidup nya sama, apa yang dirasakan dan dipikrkan orang yang satu dengan yang lain nya akan berbeda.
Banyak orang jatuh cinta. Tapi kadar nya berbeda2. Apa yang dirasakan dan dipikirkan ketika jatuh cinta juga berbeda.
Sebagian besar orang merasakan bangku sekolah. Namun apa yang disarakan dan dipikirkan saat bersekolah berbeda-beda.
Nilai hidup orang juga berbeda-beda. Pengalaman memberi andil dalam hal ini, tapi bukan hanya pengalaman aja.
Cara seseorang menganut nilai juga berbeda-beda. Ini menjadi formula yang masih misteri. Kita hanya bisa mengupayakan. Maka nya ada cara2 untuk menganut suatu nilai agar melekat di dalam diri seseorang. Kaya misal nya tolong-menolong sebagai salah satu representasi dari nilai kekeluargaan.
Namun korelasi antara teknis dan substansi tidak selama nya berkaitan. Sebagian anak2 melakukan sholat karena takut dengan orang tua nya marah. Secara teknis merepresentasikan keIslaman, namun secara substansi tidak. Seiring waktu baru diajarkan tentang substansi shalat dan mengapa harus shalat. Tapi jika sampai dewasa ia shalat karena takut orang tua marah bisa jadi substansi nilai nya tidak tertanam.
Teknis ini seperti resep. Ia dibuat agar pelaku teknis akan mendapatkan nilai yang dituju. Namun terkadang kita lupa bahwa untuk menuju suatu nilai, bisa jadi masih banyak cara lain.
Seperti angka 10, bisa didapatkan dengan teknis mengalikan satu dengan sepuluh (1 x 10), atau bisa dengan 40 - 3, atau bahkan (COS 3342 + 863)  0 + 10.
Jika suatu nilai diibaratkan adalah puncak gunung, dan teknis (mengajarkan nilai) adalah peta trek pendakian, maka kita harus mencapai titik pendakian yang dimaksud dulu, sebelum menggunakan peta itu.untuk menuju puncak.
Terkadang kita tidak tahu di mana kita berada. Lalu menggunakan peta orang lain untuk sampai puncak, lalu kita tersasar. 
Agak nya kita hanya harus melihat puncak, bagaimanapun kondisi medan yang ada pada trek pendakian kita sendiri
Begitu juga dengan suatu nilai. Keteladanan kita pada suatu nilai adalah puncak. Cara untuk mencapainya dengan hanya mengikuti puncak, seberat apapun cara kita menuju puncak, nilai yang ingin kita tuju.
- - -
Boleh jadi tulisan ini meracau ke mana-mana. Karena dibuat pas mau tidur tapi ga ngantuk ngantuk. Eh malah jadi pengen makan mie instan sekarang. wkwkwkwkwkwk
Salam super(mie)
3 notes · View notes
boothgallery · 5 years ago
Text
Seperti malaikat.
Di hari2 seperti ini, rasanya teringat kembali masa-masa lampau. Mulai dari yang galau2, sedih dan kesal, sampai pada suasana yang syahdu dan merindukan.
Di sela2 kegiatan di rumah, teringat beberapa sosok panutan riil yang pernah dekat di masa lampau. Ada suatu kekaguman yang besar kepada sosoknya yang bisa dirasakan dan dilihat secara langsung. Orang-orang ini ga cuma menginspirasi, tapi juga menyadarkan bahwa manusia bisa menjadi sosok ‘hampir’ malaikat. Tentunya selain ibu dan bapak.
1. Kak Zulfahmi Akmal Dipanggilnya kak Akmal. Dia ketua rohis SMA yang sama dua tahun di atas. Karakternya hampir seperti malaikat. Ia orang yang lembut dalam tutur kata, namun perawakan fisiknya cukup kekar dan aga’ sangar. Tapi sekali doi bicara, doi kita jadi ikutan tenang dengan karakter suara yang lembut dan getaran bicara yang tenang. Mungkin itu berasal dari kepasrahannya kepada Allah. Dan juga sikap teguhnya untuk terus percaya Allah.
Dia orang yang cerdas, bisa memimpin rekan2 rohis dan teman2nya, walaupun anak IPA, dia paham tentang bagaimana culture sosial bekerja, dan bagaimana mengorganisir suatu kelompok masyarakat, baik dengan karakter kepemimpinannya, ataupun tentang ide-ide briliiannya.
Dia orang yang sangat pintar. Kalo mau bukti secara materil, doi masuk Teknik Elektro UI yang pada zaman itu sangat tinggi persaingan masuknya. Oh iya dia juga ketua Rohis Elektro UI pada zamannya.. Kecerdasan ny ga cuma di akademik, tapi juga di emosional. Dia seorang pengayom, tahu bagaimana memperlakukan orang dengan cara yang berbeda2. 
Dulu di rohis pernah ada acara jalan-jalan ke UI untuk bikin kita semangat belajar dan termotivasi masuk UI. Kita yang ikhwan ber-6 kalo ga salah, dikasih tempat tinggal di kosan dia sama temen-temen ny.
Ada masa juga pas gw sendirian ikut Simak UI. Gw dapet lokasi tes di FIB UI, gw bilang ke kak Akmal, tanpa pikir panjang dia suruh gw tinggal di kosannya aja Selama dua hari itu kita ngobrol2 panjang tentang banyak hal, mulai dari tentang kehidupan kampus, sampai ke kehidupan pribadi dan keluarga. Gw kaya dianggep adek kandungnya, dia mengayomi dengan porsi yang pas ke gw. Seorang pemimpin kelas tinggi dengan level kecerdasan emosi yang ga bisa diragukan.
Selama kuliah di UI, gw juga ikutan nge-kos di tempat kosannya juga sama temen gw di kamar yang lain. Ada suatu masa, dia udah tahun terakhir, lagi ngejar skripsi yang katanya cukup sulit dan perlu fokus. Kadang malem2 gw bawain main ke kamar ny sekedar ngobrol santai atau bawain sesuatu.
Udah lama gw kontak2an lagi, udah misscontact beberapa tahun ini, cuma ketemu2 sama beberapa teman angkatannya aja.
2. bang Gunawan (lupa gw nama lengkap ny) Bang Gun biasa dipanggil. Ketua Salam UI tahun 2012. Dia anak Fisika 2008, satu jurusan dan satu angkatan sama bang Faldo Maldini. Dan gw kenal secara pribadi pas doi jadi musyrif (mentor) di Indonesia Qur’an Foundation (IQF). Waktu itu gw tahun pertama kuliah. Dan waktu itu IQF baru buka angkatan pertama program Tahfiz Smart. Gw lolos seleksi dan jadi mahasantri 1 tahun sesuai program.
Waktu itu doi masih jadi ketua Salam UI. Waktu yang bersamaan dengan masa baktinya bang Faldo juga di BEM UI. Sama2 anak fisika pula. Doi waktu itu udah jadi musyrif di IQF. Dia bukan musyrif langsung gw, karna gw biasa murajaah sama bang Ibnu dan ust Hassan. Tapi karena musyrif juga tinggal di asrama bareng2 jadi suka duka ny dirasain. Mulai dari happy2 kalo pak Sugeng (donatur IQF) ngasih makanan yang ‘mewah’ di kalangan mahasiswa, sampai cepet2 evakuasi barang pas sungai depan asrama mulai meluap dan jadi banjir.
Gw mulai terinspirasi dari doi mulai ketika doi ngajak ngajar anak2 sekitar asrama di IQF. Gw jarang2 ngobrol sama doi pas gw semester 1, karna doi masih jadi ketua Salam UI dan sibuk. Kadang2 doi sama gw ketemu cuma pas waktu shalat, murajaah, sama makan. Waktu ngorbol ny sedikit. Karna gw masih semester 1, jadi ada kelas pagi terus tiap hari, dan gw berangkat pagi terus. Kadang pas gw berangkat doi lagi ngerjain apa gitu di kamar ny, dan pas gw pulang (biasa ny sebelum maghrib atau maksimal isya), doi belum pulang, masih ada rapa2 Salam UI atau ada schedule lain. Jadi jarang2 ketemu.
Pas udah ga menjabat, gw jadi sering perhatiin doi (dalam hal karakter), doi yg inisiasi bikin TPA gratis untuk anak2 sekitar asrama. Ngajar ny tiap sore, jam 4-5. Beberapa mahasantri dan musyrif jadi pengajarr, termasuk doi. Gw ngajar kadang2 doang karena masuk semester 2 masih full kelas dan juga gw mulai masuk organisasi2 macem rohis fakultas, ikatan keluarga jurusan, sama ikut silat fakultas juga.
Gw gantiin aja kalo2 ada yg ga bisa pengajar tetapnya. Di sini gw mulai tergakum dengan beliau. Seseorang yang selalu semangat dan riang gembira, namun di sisi lain sangat sabar menghadapi anak2. Kadang-kadang pas gw baru sampe asrama, calm down badan di balkon karena jalan kaki cukup menguras keringat, gw perhatiin beliau dan anak2 TPA. karakter yang kuat diiringi jiwa pengayom dan hangat, serta berdedikasi tinggi untuk anak2 itu. Ga ada yg palsu pas gw perhatiin itu. Kadang gw juga tergerak untuk ikut bantu ngajar atau ke musholla terbuka itu (tempat ngajar TPA) sekedar belajar cara ngajar dan sabar ala beliau.
Dengan umur yang ga jauh sama gw, doi punya determinasi tinggi untuk berbuat lebih dari orang lain. Suatu rizki yang Allah kasih berupa karakter yang mumpuni untuk jadi pemimpin. Rizki yang mungkin sebagian orang sepelekan. Cara pandang positif terhadap suatu hal.
Yang juga gw inget adalah ketika dia suka baca suatu buku yg gw sangat penasaran waktu itu. Suatu waktu, gw tanya itu buku tentang apa, lalu doi jelasin secara antusias dan panjang lebar tentang buku itu. Pas gw baca sedikit juga menarik minat gw, dan akhir ny jadi salah satu buku yg gw favoritkan. Judul buku ny “Khawatir Qur’aniyah”. Buku tentang penjelasan isi Al-Qur’an, namun lebih ke tadabbur, bukan tafsir. Doi ngejelasin bahwa di beberpa pesantren buku ini jadi hal yang wajid di baca. Sekarang kalo ngeliat buku itu di rak, gw otomatis inget bang Gun.
Ga tau kenapa, kalo inget orang ini, bayangan ny  teringat tentang hal-hal yang menginspirasi ke diri gw. Apakah itu cara dia bicara, atau cara dia menanggapi, atau cara dia melawan ego ny.
Yg mau gw sampaikan adalah, gw saksi nyata bahwa ada jenis manusia yang sangat mirip karakter ny seperti malaikat. Dan kita bisa belajar dari mereka. Gw sejujurnya kangen ketemu sama ngobrol tatap mata sama mereka. Nanti mungkin gw coba kontak.
0 notes
boothgallery · 5 years ago
Text
Ceteris Paribus
“Kata abi kan kalo sholat ga boleh becanda” -kata seorang anak umur 8 tahun.
Dalam sebuah rapat, sebuah projek dikerjakan dengan target beserta asumsi2nya. Tim marketing membuat suatu strategi dengan mengatakan di akhir penjelasannya “asumsinya keadaannya seperti sekarang” Marketing menjelaskan itu karena ada variabel2 yang tidak dimasukkan dalam penentuan strategi, dan berharap variabel2 tersebut sama dengan kondisi saat ini.
Ceteris paribus seperti “variabel2 yang tidak dimasukkan di dalam penentuan strategi, dan berharap variabel2 tersebut sama dengan kondisi saat ini.” Biasa ny ceteris paribus digunakan pada bidang ekonomi. “Kata abi kan kalo sholat ga boleh becanda” -kata seorang anak umur 8 tahun. Dalam pendidikan (internalisasi nilai), kita bisa mulai dari hal yang general ke spesifik (induksi), atau juga bisa dari hal spesifik ke general (deduksi). Dalam kaitannya dengan kata2 anak itu, seiring bertambahnya kecerdasannya maka ia akan mempertanyakan “mengapa sholat ga boleh becanda ?”. Hal ini akan failed kalo misal sebelumnya tidak diberikan penjelasan alasan ny, karena anak akan merasa ragu jika tidak menemukan alasan yg ia tanyakan, namun jika anak itu memiliki curiosity terhadap hal ini, ia akan mencari2 dengan cara menanyakan ulang ke orang tua ny, guru ny, atau ia mencari di buku-buku atau internet. Dalam kata2 anak itu, ada ceteris paribus yang mesti ia tahu, bahwa variabel yang membuat sholat ga boleh becanda adalah adanya keyakinan kepada yang memerintahkan shalat, dengan segala variabel penguat ny di kepala.
Keyakinan yang tidak dibangun dengan penjelasan yang clear, dan tidak adanya contoh panutan, seiring dengan berjalannya waktu akan terkikis dengan bertambahnya keraguan.
Memelihara keyakinan memang tidak mudah, ia seperti terus menanamkan bibit nilai-nilai ke dalam neuron2 otak ny, sehingga ia semakin ingat dan tidak mudah lupa.
0 notes
boothgallery · 5 years ago
Text
“Segala sesuatu yang ingin kau bawa ke akhirat, siapkan dari sekarang. Dan sesuatu yang tidak ingin kau bawa, tinggalkan dari sekarang.”
— Abu Hazim Salamah bin Dinar
2K notes · View notes
boothgallery · 5 years ago
Text
Jika Anak Bertanya tentang Allah
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH . Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya…
Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?” Tanya 2: “Bu, bentuk Allahitu seperti apa?” Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah? Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana? Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?
Jawablah :
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini :
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.
Jawablah begini :
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)
[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)
Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Jangan jawab begini :
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Hadid (57) : 3]
Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.
Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.
Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.
[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam}
Jawablah begini :
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris )
“Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!”
Atau bisa juga beri jawaban :
Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.
Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”.
Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?
Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana ?“
Jangan jawab begini :
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.” Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <— Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.
Juga jangan jawab begini :
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.
Jawablah begini :
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.”
“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)
Allah sering lho bicara sama kita.. misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)
Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Jangan jawab begini :
“Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.”
Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!”
“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)
Jawablah begini :
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.
Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
Katakan juga pada anak:
“Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?! (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
“Kenapa, Bu ?”
“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal
Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”
Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis).
Wallahua’lam.
Sumber :  Jika Anak Bertanya tentang Tuhan | Muxlimo’s
Being a mom is a big deal, preparation is a must. Karena nasib peradaban ini dipercayakan pada tangan para ibu.
Go follow @SuperbMother | superbmother.tumblr.com
5K notes · View notes
boothgallery · 5 years ago
Quote
Tak ada yang lebih sunyi dari hujan bulan Maret Ia merintikkan air mata tanpa suara    Namun jatuhnya air ke bumi menyerap segala perhatian
1 note · View note
boothgallery · 5 years ago
Quote
Kombinasi antara; keteguhan, kecerdasan, pengayom, pengertian. Semua untuk satu kata; keibuan.
2020
0 notes
boothgallery · 5 years ago
Text
Pelarian...
kadang sebab jenuh kadang sebab bingung kadang sebab jengah kadang sebab akumulasi semua
kadang tentang ekpektasi kadang tentang harapan kadang tentang cita-cita kadang tentang materi
tapi semua tentu sebab kurang mengenal tuhan, dan diri sendiri
juga bukan tentang ruhiyah yang dekat dengan tuhan karna ruh-nya hanya butuh tuhan bukan materi berlebih atau status sosial
Rabb-nya Sang Pemilik Semesta tidak memberikan kepada para nabi hal materil Tapi menawarkan kedekatan pada-Nya dengan cara menguji dan memberi cobaan
0 notes
boothgallery · 6 years ago
Quote
...pada hakikatnya cerita ditulis untuk dibaca. Hanya itu. Sama seperti kehidupan, ia ada dan tertulis untuk dijalani,...
Riris K Toha-Sarumpaet, dalam "Perempuan" karya Mochtar Lubis
0 notes
boothgallery · 6 years ago
Text
obrolan kita,
Mulai dari awal kita bisa bicara, kita mulai melakukan obrolan. Bahkan pas sebelum bisa bicara, kitapun ngoceh dengan keterbatasan bicara kita. Di zaman sekarang, teknologi membagi obrolan kita. Media ny bisa tulisan, gambar, suara, dan video. Kita ngobrol.
Tapi semenjak bertambah umur, mulai dari zaman SMA sampai zaman kuliah, obrolan kita berubah (jika kita ga bisa bilang berkembang). Obrolan kita berkutat seputar apa yang ada di pikiran kita. Zaman SMA obrolan tentang pelajaran, atau bahkan gosip tentang pacaran/gebetan, atau organisasi, atau cerita2 tentang kehidupan awal2 dewasa. Zaman kuliah seputar tentang mata kulaih, materi2 kuliah yang jawaban ny bisa berbeda pendapat, seputar organisasi, bahkan sampai seputar kehidupan bernegara dan menikah.
Obrolan kita berubah sesuai perubahan zaman dan fase kehidupan kita. Dan juga dipengaruhi oleh mindset kita tentang apa yang ada di sekitar kita.
Dewasa ini, gw melakukan flashback tentang apa yang gw pikirkan di usia kecil, remaja, kuliah, hingga sekarang. Ada perubahan tentang apa yg gw pikirkan, dan hal ini mengubah topik2 apa yang gw tertarik. Penyederhanaan tentang topik2 yang bisa bikin gw tertarik adalah penyederhanaan atas apa yang harus gw pikirkan dan dalami. Kadang, gw ga tertarik dengan obrolan kawan grup tentang suatu hal, dan itu yang membuat gw mendengarkan skaligus belajar tentang topik tersebut. Kadang juga konten di media sosial gw skip karena ketidaktertarikan gw tentang suatu konten.
Gw adalah orang yang tidak latah dengan suatu hal. Mungkin karena gw orang ny cuek, jadi gw kadang ignore terhadap suatu hal. Bahkan kadang kalo diajak ngobrol temen tentang suatu hal yang kata ny viral, gw kadang ga nyambung, dan biasa ny doi bilang “ah lo Do masa ga tau sih ?”. Mungkin kalo viral gw tahu, cuma gw memilih ga mendalami hal itu. Itu adalah pilihan. Karena menurut gw kita hanya harus fokus pada apa2 yg berhubungan dengan kehidupan kita.
Ta’alim muta’alim, yg kurang lebih bunyi ny “kita harus belajar pada apa2 yg berhubungan dengan kehidupan kita”. Dan selaras dengan doa yg diajarkan ibu guru gw di SD “Allahumma inna nas’aluka ‘ilman naafi’an”. Kita meminta ilmu yang bermanfaat. Dan pilihan utk tahu hanya beberapa hal adalah pengejawantahan terhadap doa tersebut.
Obrolan kita kadang2 ga bermanfaat pada hari ini, mungkin akan bermanfaat di hari-hari lain ny.
Obrolan kita tidak gw ekspektasikan. Jadi mari kita obrolkan berbagai hal agar lebih hidup dan atraktif. Mungkin kemanfaatan ny adalah tentang keceriaan kita, dan juga kedekatan emosional kita satu sama lain. But, don’t waste our time. :D
0 notes