Text
Resilience Integration
... dimana individu menilai gangguan sebagai sebuah peluang untuk bertumbuh, meningkatkan resiliensi, dan mengembangkan tingkat homeostatis...
Jadi, segala bentuk dinamika sosial yang terjadi di tempat kerja, baik itu relasi secara vertikal maupun horizontal.. lalui, jalani, dan hadapi sebagai bagian dari dinamika sosial. Menjadi perhatian sesuai setting sosial. Kesadaran penuhmu adalah pada setting sosial terkini.
Sepulang kerja, di rumah.. ya fokus untuk peranmu di rumah. Kamu bukan staff 24 jam.
Setiap peristiwa tidak membutuhkan perhatian kita. Setiap orang tidak harus mendapat perhatian kita.
Jadi, SELEKTIF. Yang mana yang perlu kamu berikan perhatian? karena, perhatianmu berharga.
Kesempatan gangguan di kantor dapat kamu gunakan sebagai peluang BERTUMBUH. Semangat ya! :)
0 notes
Text
“Aku tak ingin anakku mengulangi kesalahan yang sama seperti yang pernah ku lakukan"
Kalimat ini kerap terucap dari mulut kita, para orangtua. Lahir dari cinta, namun juga dari ketakutan. Dari harapan, namun juga dari bayang-bayang luka masa lalu.
Tapi pernahkah kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita tidak belajar dari kesalahan-kesalahan itu? Bukankah justru dari jatuh dan luka, kita temukan kebijaksanaan?
Andai waktu bisa diputar ulang, Apakah kita sungguh ingin menghindari semua itu, dan kehilangan pelajaran yang menjadikan kita seperti hari ini?
Terkadang, ketakutan itu lebih dalam. Bukan sekadar takut anak mengulangi kesalahan kita. Tapi takut mereka menjadi seperti kita.
Lalu muncul pertanyaan yang menggugah:
“Apakah tidak apa-apa jika anakmu tumbuh menjadi seperti dirimu?”

Dan jika hati kita menjawab, “Tidak,” Maka mungkin, sebelum kita membimbing anak kita,
Kita perlu memeluk diri kita sendiri terlebih dahulu. Menerima bahwa diri ini, dengan segala kekurangannya, Layak untuk dicintai.
Agar kelak, ketika anak kita salah langkah, Kita tak hanya menunjukkan arah, Tapi juga menjadi teladan dalam menerima dan tumbuh dari kesalahan.
(The Self Driven Child - Ned Johnson)
0 notes
Text
Bagaimana Merangkul Ketidakpastian dan Mempercayai Prosesnya?
Semakin hari, aku semakin belajar mendengarkan tubuhku sebagai penuntun dalam mengambil keputusan. Aku mulai lebih mempercayai intuisi, dan memilih untuk bertindak sejalan dengannya. Dulu, aku takut menghadapi konfrontasi, membuat orang tidak senang, atau melawan arus. Tapi sekarang, aku tidak lagi takut untuk menyuarakan diriku, untuk mengutarakan pendapatku dengan jujur dan menyuarakan apa yang benar-benar aku butuhkan. Alih-alih mengecilkan diriku, kini aku lebih nyaman berdiri tegak dengan kepala terangkat, apa adanya diriku. Aku bangga pada diriku, dan aku akan terus tumbuh, menjadi lebih kuat dari sebelumnya — dan semakin percaya diri seiring waktu.
Bagaimana semua ini terjadi? Aku menyadari bahwa aku tidak akan mendapatkan apa yang ku inginkan, kecuali aku berani memintanya, dan terkadang aku harus kuat dan berjuang untuk itu.
Aku merasa kagum dan bangga, karena baru-baru ini ku mampu berdiri tegak, berpegang pada pendirian, dan berjuang untuk apa yang ku inginkan, alih-alih menyerah.
Aku kagum dan bangga karena baru-baru ini aku membela diriku sendiri, berdiri teguh, dan memperjuangkan apa yang aku inginkan—bukannya menyerah. Dan yang lebih mengejutkan, aku benar-benar mendapatkan apa yang kuinginkan.
Perjalanan mencintai diri sendiri telah mengajarkanku untuk menghormati diriku, kebutuhanku, dan menyuarakan pikiranku dengan jujur, karena aku layak untuk melakukannya. Tak ada seorang pun yang akan menjaga diriku lebih baik daripada diriku sendiri.
Aku sedang belajar untuk tidak takut membuat orang lain merasa tidak nyaman, belajar bahwa tak apa jika tidak semua orang menyukaiku. Kamu tidak perlu menyenangkan semua orang. Kamu bisa tetap baik hati, namun tetap tegas dan melindungi dirimu.
Ini tentang menghargai dirimu setinggi-tingginya, menjaga kebutuhan dan batasanmu, dan pada akhirnya, melakukan apa yang terbaik untuk dirimu—menempatkan dirimu sebagai prioritas. Karena jika bukan kamu, siapa lagi?
Entah bagaimana, aku sampai pada tahap cinta diri yang kuat, intuisi yang tajam, dan menerima dengan tulus. Aku tidak lagi merasa perlu untuk menyenangkan atau membuktikan nilai diriku kepada orang lain. Jika mereka tak bisa melihatnya, tak apa. Aku akan mencari tempat di mana aku dihargai.
Kini, bukan lagi soal takut tidak disukai atau tidak diterima, tapi lebih kepada: mungkin aku hanya berada di tempat yang salah. Dan karena itu, aku akan mencari tempatku yang baru.
Aku menyadari bahwa setiap perubahan adalah kesempatan untuk membuka lembaran baru yang lebih indah. Untuk mengatakan selamat tinggal dan melepaskan yang lama adalah juga cara menyambut yang baru dengan tangan terbuka.
Jika aku bisa benar-benar percaya bahwa pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja—bahwa aku akan puas, bangga, dan bersyukur atas hidupku secara keseluruhan—maka apapun yang terjadi di antara titik ini dan masa depan adalah bagian dari proses.
Kalau berjalan lancar, bagus. Kalau tidak, itu tetap bagus. Karena kegagalan pun membimbingku menuju pembelajaran dan pertumbuhan. Bagaimana lagi aku bisa berevolusi?
Pada akhirnya, kita sering kali ingin mengendalikan hasilnya, tapi itu seperti membocorkan akhir cerita saat kita masih menjalaninya. Terimalah keterbukaan, ketidakpastian, dan percayalah bahwa semua ini membawamu ke tempat yang memang ditakdirkan untukmu.
Jika hidup adalah sebuah karya seni yang besar, maka kamu adalah sang seniman yang sedang menciptakannya.
Tak masalah jika kamu belum tahu wujud akhirnya akan seperti apa. Bahkan, di ruang kosong yang belum tergambar itulah tersimpan potensi yang tak terbatas.
Teruslah mencipta dan menjelajah. Ikuti apa pun yang membuat jiwamu menyala. Karena kamu selalu sedang dipandu.
Itulah kenapa sekarang aku lebih percaya pada aliran hidup dan perubahan, dan menjalani hidup satu hari dalam satu waktu. Aku masih punya banyak impian. Tapi aku tahu, aku dipandu setiap hari untuk memilih apa yang benar bagiku.
Itu sebabnya, kini lebih dari sebelumnya, aku berkomitmen penuh untuk merawat diriku, meluangkan waktu sunyi untuk terhubung dengan hati dan intuisiku—setiap hari, atau sesering mungkin.
Itulah caraku memperkuat suara hati kecilku. Itulah caraku tetap berada di jalur yang paling autentik. Mengikuti aliran ini, meskipun aku tak selalu tahu ke mana arahnya.
Dua pelajaran terbesar yang telah aku pelajari sejauh ini adalah: cinta diri dan kepercayaan.
Pertama, kamu harus menghormati dirimu sendiri, dengan penuh kasih dan niat yang tulus. Setelah kamu membina hubungan dengan dirimu sendiri, kamu akan dipandu menuju arah yang tepat.
Kemudian, percayalah. Percaya bahwa kamu berada di jalan yang benar. Bahwa kamu selalu dipandu dan dilindungi. Bahwa kamu dicintai.
Percayalah—karena kamu tidak memiliki kendali penuh atas hidup ini, dan justru di sanalah letak keindahannya.
Kamu tidak perlu tahu segalanya. Bahkan, kamu tak perlu melakukan semuanya sendirian. Ketika kamu hidup selaras dengan jiwamu, semesta akan bergerak untuk mendukungmu dengan cara yang tak terduga.
0 notes
Text
“Whether your advice comes from a place of caring is not measured at your mouth but at the other person’s ear,”
- Kim Scott, author of Radical Candor
Don't treat others how you want to be treated—treat them how they want to be treated.
1 note
·
View note