Tumgik
butternutrisotto · 27 days
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
nature at its finest. ꧁🪷🌷🌸🌺🦩꧂
0 notes
butternutrisotto · 27 days
Text
Lari ke pantai
Hidup di kota itu banyak banget pros and consnya. Kita bisa memilih gaya hidup seperti apa yang kita mau. Makanan serba ada, tempat nongkrong dan hiburan juga ada dimana-mana, mau up to date sama sesuatu yang lagi trending bisa langsung ke mall. Tapi ada satu hal yang bikin saya nggak bisa mengatasi masalah ini ketika hidup di kota.
Hal yang paling sering saya hadapi ketika hidup di kota adalah gimana caranya mengatasi stres. Karena ketika saya stres, jujur saya butuh banget pantai or at least suatu tempat yang sepi tanpa banyak orang. Di Bali, kalau saya lagi merasa penat dan jenuh sama kuliah saya bisa langsung pergi ke pantai. Menurut saya, explore pantai di Bali itu nggak akan ada habisnya. Bahkan dulu saking stresnya, saya nekat ke pantai malam-malam (waktu itu sekitar jam 7 malam) dan melamun tanpa harus memikirkan apapun yang saya hadapi saat itu. Saya fokus mendengarkan suara deru ombak dan merasakan angin pantai yang kian dingin. Trus tiba-tiba nggak sadar saya sudah berjam-jam duduk di pinggir pantai dan perut terasa lapar. Untungnya nggak masuk angin. Tapi setelah itu saya makin lega dan lebih bisa fokus sama tugas dan kewajiban saya sebagai mahasiswi.
Ketika di West Virginia, tempat tinggal saya sama sekali jauh dari pantai. Pokoknya lokasi rumah saya dulu dikelilingi hutan dan pegunungan yang asri banget. Saya pikir akan sulit untuk mengatasi stres yang saya alami namun nyatanya saya hampir tidak pernah merasakan stres lho. Karena saya cukup duduk di halaman belakang rumah saya sambil melihat daun-daun yang sudah berubah warna menjadi orange tanda bahwa fall akan tiba dengan mendengarkan satu album Folklore milik Taylor Swift.
Sekarang, saya nggak tau gimana caranya mengatasi stres di kota besar ini yang mana selalu penuh dan sesak sama orang. Saya juga pengen balik lagi ke Bali tapi dengan kondisi saya sekarang justru nggak memungkinkan banget. Ada hal yang perlu saya kerjakan disini. Blessed the people who live near the beach atau tinggal di tempat yang jauh dari keramaian karena bisa jauh dari distraksi hiruk pikuk kota.
Buat kalian semua yang tinggal di kota besar, sharing dong gimana caranya kalian mengatasi stres yang dihadapi? ;)
0 notes
butternutrisotto · 1 month
Text
Dark chocolate
And sometimes I feel like life is a chocolate
And a dark one it is.
But you can't forget that it comes in percentages
And the 90% is the best.
3 notes · View notes
butternutrisotto · 1 month
Text
what it’s like having the best moment to spend in this kind of vibes 🍃
Tumblr media
1K notes · View notes
butternutrisotto · 1 month
Text
Tiba-tiba Lego
Waktu nonton video di Tiktok, ada salah satu konten kreator yang bikin video soal Lego. Menariknya adalah Lego yang dikerjain itu rumahnya Home Alone. Just in case you don’t know, I love watching Home Alone. Akhirnya saya nonton videonya sampai habis dan mulai kepikiran kok kayaknya seru ya building a Lego sampai bener-bener jadi. Dulu, saya ingin sekali bisa punya mainan Lego ketika masih kecil tapi bagi mama saya itu hanya sekadar mainan yang bakalan ngeberantakin isi rumah aja.
I know it’s just a toy tapi ada keseruan sendiri kalo bisa berhasil ngerakit Lego. Selain rumahnya Home Alone, saya juga ingin punya yang Disney Castle. Makin kesini makin banyak koleksi Lego yang saya pengen. Tapi hidup kan nggak boleh rakus ya, harus pilih salah satu. Disini dilemanya adalah milih Lego yang bener-bener saya mau rakitnya dan worth to buy menurut saya. Rumah Home Alone dan Disney Castle tuh bagus dua-duanya tapi saya bingung mau yang mana.
Kalo saya, memilih sesuatu kayak gini yang bikin banyak pertimbangan. Karena keduanya saya suka banget. Bahkan saya pun udah mulai list Lego apa yang ingin saya koleksi hahaha. Makanya nggak heran di toko Lego yang saya pernah datangi banyak anak-anak hingga orang dewasa yang se-excited itu milih-milih Legonya. Apalagi saya. :)
0 notes
butternutrisotto · 2 months
Text
You deserve a warm life, a cozy life, a life free of pain and full of people who genuinely care. A world where, when you experience pain, people are still there for you. You will find a soft future. It will be a slow process, full of missteps and fumbling, but someday you will look around and realize that you were right to keep on going.
6K notes · View notes
butternutrisotto · 2 months
Text
Life’s Update
Dear Tumblr, how have you been? I miss you so much.
It's been some time, hasn't it? I realize I should update this space. A lot has been going on since I started working, and I've been spending a significant amount of time on Instagram. I wouldn't say I'm happy or sad; I just feel drained because of interactions with people.
Do I look okay? Not at all. Sometimes, I wish everyone would vanish. I'm constantly facing disappointment from my surroundings. Despite always giving my all and pushing myself to the brink, people still manage to undermine me because they fear I might surpass them. Just so they're aware, I have no intention of competing with them because I understand my own limitations. I'm focused solely on improving myself each day.
I've had enough of those individuals. I don't hesitate to cut them out of my life, whether in person or on social media. I've worked tirelessly to achieve my goals, and I refuse to surround myself with people who engage in negative behavior like gossiping, playing the victim, betraying others, manipulating with guilt, or diminishing people's self-worth.
I'm thankful that I've moved on from those toxic individuals and that company. I had high hopes for that company, but it seems they've employed a group of toxic people. While I wish they would face consequences for their behavior, I'm leaving everything that happened in the hands of God. He knows how to deal with their negative actions, and karma never fails. They'll reap what they sow.
Please remember to always be nice to people. You have no idea what someone’s going through.
0 notes
butternutrisotto · 11 months
Text
What’s Next?
Hi there! :)
Wow, you know what? I feel like it’s been such a long day for me to write something on Tumblr. Needless to say that I truly miss writing anything inside my mind. So, how have you been doing guys? I’ve also been doing good *amen* and right now I’m currently in the mood for sharing something I’m thinking lately. Apparently, one thought has just come out into my mind. Sort of questions like, “Did you ever realize that you have finally entered an adulthood life?” I know that I’m 23 year old now, it means that what happens in my life actually teaches me something to become a better version of myself. But believe it or not, adulthood life is something I do not expect to happen in a fast pace. Life is honestly teaching me to see how the world actually works and it makes me wonder like, “Is that how it supposed to be?” Too many questions in my mind that the answer is difficult to find but later on, life (again) teaches me that not every question that you ask will find the right answer in the time that you want.
Deep inside my heart, I truly enjoy adulthood life. Every morning I wake up, I gratefully say thank you to God and the universe for bringing me to the situation that I have never expected yet it taught me some valuable lessons, yet I also feel excited like what’s going to happen next?
Saya merasa kita semua pasti pernah merasa segala pencapaian orang lain adalah sesuatu yang ingin kita capai juga. Kalau ada sesuatu yang belum tercapai kita pun langsung menganggap kita tidak berhasil seperti yang lain. Percaya deh, saya juga pernah ada di posisi itu. Situasi yang bikin saya merasa kecil dan nggak percaya sama diri sendiri. Ngerasa tertinggal, ngerasa belum ngerjain apa-apa, ngerasa kok mereka cepet banget berjalannya, dan ngerasa bahwa selama ini kita udah jalan atau malah diem di tempat sih? Been there done that ;) Dan saya rasa it’s okay to feel that way karena menurut saya wajar nggak sih mendekati usia yang disebut quarter life kita punya perasaan atau pikiran seperti itu? And if you ask me what would I do if I start feeling that way the answer is…
Saya selalu menanyakan kembali ke diri saya seperti, “Do I have the same life purpose like the others?” Ketika saya bertanya hal itu, saya mulai menulis apa yang saya mau lakukan dan jalani selama hidup saya. Mulai dari hal kecil sampai hal besar — bahkan dari hal yang super receh sampai hal serius. Setelah saya tulis, saya berusaha memahami isi tulisan itu dan menyadari bahwa apa yang saya mau tentu berbeda dengan orang lain. Jangankan orang lain, sama temen atau kakak saya aja beda kok. Sehingga itu yang bikin saya lebih percaya diri karena tujuan hidup saya ya bener-bener beda. Toh saya mikirnya tujuan hidupnya aja beda pasti garis startnya juga beda. Nggak bijak banget kalo saya terus bandingin diri sama orang lain. Lagipula apa yang dilakukan orang lain belum tentu saya juga mau lakukan. Apa yang dicapai orang lain belum tentu goals yang saya mau raih dalam hidup.
Di usia 20-an ini, banyak banget hal yang ingin saya lakukan. Buanyak banget sampai saya bingung mana dulu yang harus dilakukan. Tapi saya inget chef Skelding (chef saya waktu di AS) ngingetin saya untuk selalu “do one thing at a time cause you cannot carry all things together” sehingga nasihat itu selalu saya lakukan ketika saya ngerjain sesuatu. Saya mampu gak ngerjain ini? Saya sanggup gak nyelesain ini? Saya bisa gak tanggung jawab sama apa yang saya pilih? Ternyata semakin dewasa saya makin sering bertanya ke diri sendiri untuk mengambil segala keputusan yang saya jalani dalam hidup. Bukan lagi sekadar oh oke nih atau oh boleh juga. Tapi lebih dipikirin kalau pilihan yang saya pilih dampak dan konsekuensinya dalam jangka panjang dan pendeknya seperti apa?
Of course, in life you get to experience sadness, happiness, joy, sorrow, blessing, and some precious moments that happen in yourself. But the truth is how you can see what lessons that universe have brought to us, right? :)
Kita semua (bahkan saya sendiri) mungkin sering lupa untuk hidup dan nikmati hari ini karena kita fokus sama apa yang kita mau lakuin selanjutnya. So that we hardly enjoy the present moments and push ourselves to work and try harder and then we feel burnout or worst — mental breakdown just because we want to chase what everyone else is doing. I always say this to myself whenever I wake up in the morning, “you are enough and you always did a great job!”
Dari tulisan ini, saya pengen banget semua yang baca (termasuk saya kalau nanti saya baca lagi) itu tau bahwa kalian semua itu hebat banget udah bertahan sejauh ini. You guys are doing a really really good job and you must say thank you to yourself for doing great everytime. Whatever you are doing, you need to walk in faith that this is the best and the outcome will be something great and it truly deserves you all. <3
Lots of love,
ND ❤️
0 notes
butternutrisotto · 11 months
Text
Tumblr media
It's my 2 year anniversary on Tumblr 🥳
1 note · View note
butternutrisotto · 1 year
Text
“Don’t think about what can happen in a month. Don’t think about what can happen in a year. Just focus on the 24 hours in front of you, and do what you can to get closer to where you want to be.”
— Unknown
574 notes · View notes
butternutrisotto · 1 year
Text
Tumblr media
Ada satu hal tentang dunia kuliah yang saya rasa belum pernah saya bagikan di sini. Sesuatu yang paling mencuat di pikiran saya — yang mana paling sering kerasa dan paling menantang untuk dihadapi.
Pertemanan di kuliah itu unik.
Dulu ketika masih sekolah, saya pernah melewati masa-masa kesel sama teman, berantem sama teman, kecewa sama teman, dan muak sama teman. Saya pikir masa-masa itu akan berakhir ketika saya SMK. Saya kira dengan masuk kuliah, saya sudah “cukup” dewasa untuk menghadapi orang-orang baru. Dengan adanya teman-teman baru, I thought that it was gonna be less drama (or at least no more drama lah ya). Ternyata pikiran saya salah. Justru pertemanan di kuliah itu menjadi salah satu topik yang sering saya bahas dan diskusiin bareng kakak saya.
Alasan yang bikin pertemanan semasa kuliah itu unik adalah we all have different colors, and it gets more interesting each day. Perbedaan itu menjadi sesuatu yang unik dan bikin saya sadar bahwa we all have different ways of thinking, background, and stories… and I had to deal with all that. That’s why I realized when I meet new people, that’s when I’m going to learn something new.
Apalagi ketika saya harus pergi jauh ke Amerika… itu adalah waktu dimana saya merasa kok mereka begini kok mereka begitu kok mereka ngomongnya gitu kok mereka sikapnya begini kenapa harus begini kenapa harus begitu kenapa kenapa kenapa which is, setelah dipikir-pikir ternyata jawabannya sesederhana kalau we’re all different dan manusia memang seberagam dan seunik itu. Sehingga saya sadar kalau memang kita tidak bisa memaksa orang lain untuk bersikap, berbicara, dan berpikir seperti yang kita mau. We just need to learn how to deal with that wisely. Lagipula, dengan segala keunikan manusia, saya bisa belajar dan menambah pengalaman serta menambah ilmu dan pengetahuan yang (mungkin) belum pernah saya tahu. Kalau nggak bertemu orang baru, kitanya juga nggak akan belajar, kan?
That’s the reason I always tell myself like, diversity can be one major challenge. It can be exhausting and frustrating yet interesting and fun but that’s what makes us learn, to be better. Just enjoy the ride and hang in there. :)
Lots of love,
ND.
0 notes
butternutrisotto · 1 year
Text
things to add to your journals
song lyrics for a specific mood
spotify codes for favourite songs
receipts from a trip
envelope for gifts from any small children you know
pages to press flowers in
ticket stubs
fortune cookie readings
daily three-card tarot pulls
watercolour paper for art
page cutouts
watercolours just in general
pressed flowers
other dried herbs
sketches (taped or glued in)
morning/evening routines
colour in the leftover paper backing from stickers and glue/tape it in
friendship bracelets that may have broken or come off
grocery lists or other shopping lists (glue in if written on other paper)
book quotes
block poetry (you'll have to take a page out of a book for this)
mental health goals
halloween: candy wrappers
fabric scraps
family recipes
different textured papers
stamps
coins
9K notes · View notes
butternutrisotto · 1 year
Text
Journaling 101 : types of journals
This is the first chapter of this small series of posts all about journaling. The idea of journaling can be very broad, and the goal of this first post is to list different types of journals one might have. I will probably miss something so feel free to add any type you might use that I didn't include. Here's my list with a small description of each.
Bullet journal: it is my personal preference for planning and tracking habits, but you can include so much into it. A lot of people like to use it for drawings and daily entries as well, but I prefer to keep it for the planning side of things. It's also home to all my lists and brain dumps. What I love about it is the fact that depending on what is going on in my life I can create exactly the type of spread I need. I have a few posts dedicated to bullet journal you can find on this blog.
Personal journal: This would be your typical journal in which your write daily entries depending on what you want to get out of it. You can also follow specific sets of prompts to reflect on spefic topics. It can be a place of self reflection, but also a place in which you get off your shoulders all things that are weighting you down. It's super versatile and it can shift depending on what you need the most in each moment of your life.
Reading journal: you could track your reads on your bullet journal (which I did for a while and I could do a specific post about it if you are interested), but having one specific place for it allows you to add so much. You can track what you read and when, you can annotate afterthoughts, as well as notes on what you are reading. It's a nice way to keep track of the books you buy, the books you'd like to get, to create TBRs, and to plan reading challenges.
Brain Dump journal: as I mentioned I often include my brain dumps in my bullet journal, but I like to always have a tiny notebook to keep around to annotate everything that has no specific place. Ideas, informations, even post-its that might will turn out useful in the future. I put everything in it with no particular order, and then I try to regularly check it to migrate informations to their proper place, cross anything I might not need anymore and so on. I think it's super useful especially if you use a small notebook you can bring around more easily than your bullet journal.
Art journal / sketchbook: This is very simply a notebook dedicated to art, it doesn't have to be necessarly just drawings. I am trying to learn how to have more fun with my art journal by gluing in things, and just be creative with no rules and no aims other than to have fun.
Writing journal: a while back I posted on my reading journal, you can read it here. This is basically where I write down ideas and plans for stories I want to write. I sometimes use it to write first drafts too, and personally I prefer writing the first draft by hand. You can also use it to help tracking your writing goals, as well as the things that inspired each piece of your writing.
Additional journal ideas (some of this could also be used as spread ideas in your personal journal or bullet journal):
quote journal
playlist journal
a journal in which you collect all articles and pieces of writing you find interesting or inspiring
a journal on a specific topic that interests you
a journal dedicated to your diy/hobby (if you make projects and plans for an hobby like crocheting, or baking, or whatever it could be nice to keep a journal to collect everything)
a target language journal: this can be both a grammar/exercise journal, but also a journal in which you practice your target language by writing in said language
I feel like all these types of journals could be indimidating, the one thing about this I should say is you shouldn't feel forced to divide your journals. You could keep in the same journal many things. A lot of people write journal entries in their bullet journal, I persoanlly used to keep reading spreads in my bullet journal before I had a reading journal, and in the future I might go back to that if I don't feel like keeping an entire journal dedicated to reading. What I am saying is experiment, find what works for you and keep in mind that that might change depending on where you are in life. Journals should be beneficial for you, whether you use them to stay organized, to let go of thoughts or simply for taking time to be artistic. There are no rules, I will repeat this a lot, but it's important. There's not wrong in journaling as long as you are having fun and finding it somewhat useful. Get out of your comfort zone, try new things, be messy, do whatever feels right.
Journaling 101: why should you journal?
Journaling 101: journaling tips
Journaling 101: prompts and ideas
Original posts masterlist
172 notes · View notes
butternutrisotto · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Beauty in the mundane
13K notes · View notes
butternutrisotto · 2 years
Text
Tumblr media
Gamri haelmoni's last words, have fun at your picnic 💕🍃
748 notes · View notes
butternutrisotto · 2 years
Photo
Tumblr media
🌊 (at Pecatu Uluwatu) https://www.instagram.com/p/Ciozl30pEcZQm0T463LGAdLo-1dRiak5w1cLco0/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
butternutrisotto · 2 years
Text
Satu Hari di Bulan Agustus
Jadi, ini adalah cerita saya mengenai “bayiku” yang menjadi berkesan dalam satu hari di bulan Agustus. Meskipun Tulus juga punya versi lagunya yang berjudul “Satu Hari di Bulan Juni”. Ini cerita saya tentang…
…tugas akhir!
-
Ehe, halo?
Sebelum ngomongin soal tugas akhir — yang mana jadi salah satu syarat untuk kelulusan — saya masih ingat betul bahwa di awal-awal semester saya sering banget pesimis dan berandai-andai soal tugas akhir ini dengan berbagai macam pertanyaan nanti waktu tugas akhir gimana ya nanti pas tugas akhir meneliti tentang apa nanti ngerjain tugas akhir sama siapa nanti dosen pembimbingnya gimana ya, nanti nanti nanti which is, setelah dipikir-pikir, ya itu hanya ke-pesimis-an saya sendiri. Padahal kalau dilihat-lihat kembali, pada saat itu saya masih semester satu. Sedangkan mata kuliah tugas akhir ini ada di semester terakhir atau semester enam. Selain itu, saya akui bahwa di awal semester saya pun nggak tau mau jadi mahasiswa yang seperti apa, mau ngapain, dan terlebih pada saat itu saya stuck banget. Berangkat kuliah hanya sekadar pergi ke kampus, hadir di kelas, menyimak materi, ngerjain tugas, dan istirahat. Sehingga saya terlalu pesimis untuk menghadapi tugas akhir ini, meski saya sebenarnya tau bahwa pesimis dan takut itu hanya ada di pikiran saja.
Orang selalu bertanya mengapa saya lebih memilih kuliah diploma instead of S1. Sebenarnya ini pun ceritanya juga panjang. Pada saat sebelum kelulusan SMK, saya sebenarnya sudah mencari jurusan S1 yang sesuai dengan minat dan kemampuan. Berhari-hari mantengin internet agar selalu up to date soal info-info jadi (calon) mahasiswa baru. Setelah mencari tau, sayangnya nggak ada jurusan yang sesuai dengan apa yang saya mau. Saya anaknya cepat bosan — terlebih saya nggak betah lama-lama belajar di kelas. Kehidupan di SMK adalah salah satu hal dari manifest saya yang terwujud — belajar di kelas iya, belajar praktek pun iya. Apalagi waktu SMK saya juga pernah merasakan belajar jadi anak magang. Akhirnya di kampus inilah saya benar-benar menemukan apa yang saya mau (dan tentunya yang saya butuhkan juga) sesuai dengan minat & kebutuhan saya. Saya lebih suka tugas sekolah/kuliah yang kita bisa create something out of nothing, or even better, create something new lah.
Pada akhirnya… tugas akhir saya ini bisa ‘bercerita’ tentang suatu produk yang dapat dikreasikan menjadi sesuatu yang baru. Dimana produknya ini bisa relate dengan kehidupan masyarakat di era pandemi seperti sekarang. Perjalanan saya mengerjakan tugas akhir ini memang banyak lika-likunya, banyak bikin nangisnya, tapi juga memberi saya banyak pelajaran berharga. Saya lebih mengenal diri saya lewat tugas akhir ini dan lebih memahami isi kepala sendiri. Sebelum pengajuan dosen pembimbing pun tak henti-hentinya saya meminta kepada Tuhan agar diberikan dosen pembimbing yang terbaik, meski saya juga sebetulnya “meminta” sesuai dengan kriteria yang saya butuhkan hehe :’D Proses mengerjakan tugas akhir ini juga terasa menyenangkan, effortless, dan saya menikmati tiap menit yang saya habiskan di depan laptop untuk mengerjakan revisian (…ya walaupun revisian berulang kali tapi saya tetap hepi).
Di bulan Agustus 2022 ini menjadi bulan yang berkesan sekali untuk saya karena saya dinyatakan lulus sidang. Agustus 2021 lalu saya pulang kembali ke Indonesia setelah dari Amerika untuk memulai hal baru lagi. Agustus 2020 pun pertama kalinya saya sudah menjalani hari-hari di Amerika sebelum musim panas berakhir. Kalau dipikir-pikir lagi, Agustus menjadi bulan yang begitu istimewa karena memberikan babak baru dalam hidup saya. Entah apa yang akan terjadi di bulan Agustus 2023 mendatang… saya harap sesuatu yang baik segera tiba!
Jadi, di akhir tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua orang yang telah membantu saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih karena telah meluangkan waktunya untuk membantu serta memberi masukan kepada saya juga.
Untuk kakak saya tersayang, terima kasih banyak. No words can describe how grateful I am to have spend my time finishing my final project with you — mulai dari brainstorming soal topik yang akan dibahas, pembuatan produknya, menemani saya nyebarin kuesioner ke orang-orang (mengingat saya anaknya pemalu dan introvert banget, jadi sangat terbantu dengan kehadiran kakak saya ini), dan banyak memberi masukan mengenai tugas akhir saya. Really, what am I gonna be without you? :’)
Untuk teman-teman saya di kampus, Agastya dan kak Diah, yang sudah bersedia saya recokin meski saya tau kalian sendiri juga sibuk. Selalu mau membalas pesan di whatsapp kalau saya tanyain sesuatu yang saya kurang mengerti. Selalu ngasih saran baiknya gimana waktu menjawab pertanyaan penguji. Kalian memang terbaik. Semoga kalian semua selalu berbahagia ya.
Untuk dosen pembimbing saya, Bu Fatrisia. Selalu sabar menghadapi saya yang banyak nggak mudengnya waktu revisian (maaf ya bu :’)), selalu fast respon kapan pun saya chat kalau ada bagian yang kurang dimengerti (tetep kok ngechatnya di jam kerja hehe), orang yang nggak pernah maksa saya untuk menyelesaikan semuanya secara cepat, orang yang selalu memberi ruang agar saya bisa leluasa ngerjain tugas akhir. Terima kasih banyak, ya, Bu. Semoga Ibu selalu sehat dan dimudahkan segala urusannya. :)
Untuk semua partisipan yang telah bersuka rela menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih, terima kasih, terima kasih. Segala kritik, saran, dan masukannya sangat membantu saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Tanpa kalian, mungkin tulisan di tumblr ini juga tidak akan ada.
-
Terakhir, dari tugas akhir ini ada satu hal yang penting banget saya pelajari, yaitu jangan pernah ngeribetin diri sendiri atas isi kepalamu. Lagi-lagi, ketakutan (dan ke-pesimis-an) itu hanya ada di kepala saja. Apa yang perlu kita hadapi sebenarnya apa yang ada di depan kita. Jalani dulu, coba dulu, dan nikmati setiap tantangannya. Saya seringkali ribet dengan isi kepala yang kadang bikin mumet, sampai dosen penguji saya memberi masukan bahwa tugas akhir saya ini bisa disederhanakan lagi.
Jangan terlalu banyak mikir yang bikin kita akhirnya nggak kemana-mana.
1 note · View note