Text
Kakimu Bukan Akar, Melangkahlah. "Orang-orang seperti kita, tidak pantas mati di tempat tidur," ucap Soe Hok Gie suatu ketika.
Bertemu dengan alam adalah suatu kebetulan kondisinya sama seperti cinta dan rindu yang datang bersamaan

17 notes
·
View notes
Text
_اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Malam ini tak hanya tentang kemenangan tapi semua rasa yang bersekutu, tentang perayaan, dan daun pohon yang menetaskan tunasnya menjadi ranting dan dahan kuat
3 notes
·
View notes
Text
Tak kasat kata

Malam ini bunga di langit mati
Makin dewasa semakin akrab pada metafora
Tak letih bibir dijahit oleh sepi
Kata kata menginap pada ruang hampa untuk membangun senyuman.
Orang bilang sunyi itu kutukan
Struktur jiwaku ramai yang bilang "ramai" adalah malapetaka
Benda tak kasat kata adalah nafas-nafas yang terorganisir mengalir pada rasa yang melahirkan sumpah senyuman
Hampa terbentuk menjadi layar ruang dan waktu menciptakan seni cinta asmaraloka dengan kesendirian.
12 notes
·
View notes
Text

"الحب معقد، إن لم يكن حلال."
"Cinta itu rumit jika belum halal." Lalu bagaimana dengan cinta seorang 'abdun kepada dzatmu? Begitupun sebaliknya, Banyak orang yang selalu merumitkan tentang cinta. Seolah mahabbah mu adalah hal kompleks Dengan dosa, takdir, dan ujian yang engkau berikan. Kami senang berseru dan meminta tapi kami lupa menjadi 'abdun disaat engkau memberi kami keniscayaan nikmat duniawi. Yaallah kami malu jika kasih mu lebih dari semesta alam lebih dekat dari jantung dan ruh biarkan kami berdoa seraya harap Rohman Rahimmu dan cinta sejatinya seorang 'abdun sampai kelak alam kami berganti.
12 notes
·
View notes
Text

Nama kebesaran itu ditulis dengan nur yang terang, menyiramkan rahmat pada dedaunan kering.
Setiap kaligrafi dan kalam di baitullah terukir dengan tinta emas. Tempat pulang insan yang terlalu jauh mengembara. Tempat hamba berserah memanjatkan doa dan bermunajat dengan harap ketauhidannya.
16 notes
·
View notes
Text

Apakah aku pendosa bisa bersanding dengan nur mu Rasulullah?
Yaa allah dengan cara aku selalu melupakanmu kala engkau memberiku keniscayaan. Dengan lalai ku indahkan laranganmu. Dengan busuk ku abai pada perintahMu. Anjing-anjing ini tersesat pada jalan liar
Tersesat dengan pilu layaknya lautan yang menyela nasib.
7 notes
·
View notes
Text

Mengilhami Keikhlasan dan Mengamini setiap Takdir
“Allah akan iya, ketika engkau sudah ikhlas pada semua yang tidak” - Cak Nun
Ketika engkau tidak lagi menggenggam dengan cemas, melainkan melepaskan dengan ridha. Saat itulah, langit mendekat dan bumi menjadi teduh.
Cak Nun mengingatkan kita bahwa kadang “iya”-Nya Allah tak muncul saat kita sedang ngotot, tapi saat kita tunduk dan berkata: “Jika bukan ini yang terbaik, aku pun siap dituntun ke yang lebih hakiki.”
Dalam penolakan, dalam kehilangan, dalam kegagalan—di situlah Allah sedang mengasah ruh kita untuk mengenal makna cinta yang sejati: cinta tanpa syarat, pasrah yang tidak pasif, tapi penuh iman.
Barangkali yang sekarang tertutup bukanlah pintu, melainkan mata hati kita. Dan ikhlas itu bukan menyerah, melainkan mempercayakan kendali pada Dia yang lebih tahu arah. Sebab jalan Tuhan seringkali terlihat sunyi, tapi justru di sanalah damai abadi bersembunyi.
Ketika ikhlas sudah sepenuhnya hadir pada semua yang “tidak”, di situlah semesta mulai mengamini doamu yang diam-diam dipeluk langit. Satu per satu, "iya" akan datang—bukan karena kau memaksa, tapi karena ikhlasmu mengetuk pintu-pintu arasy-Nya.
Sebab Allah tak pernah menjauh, hanya menunggu kau benar-benar pulang. Dan dalam pulang itu, tak ada yang lebih suci dari hati yang mengilhami keikhlasan dan mengamini setiap takdir,
Maka sekali lagi, biarlah nasehat Cak Nun ini meneduhkan langkahmu: “Allah akan iya, ketika engkau sudah ikhlas pada semua yang tidak.” Dan itu cukup, lebih dari cukup, untuk terus berjalan.
-Kaderiyen || Yogyakarta, April 2025
494 notes
·
View notes
Text

Ku lewati malam dengan lampu jalan yang temaram
Cahaya itu terus bersemi di jalan yang hitam gelap
Gugur ruh ku dibelantara waktu pukul 12 malam, bukan tertidur hanya saja aku bermimpi sembari mata yang bekerja.
Keniscayaan menjadi rumah untuk bercerita
Biarkan aku sejenak terbaring di sini dan mimpiku berpuisi.
Puisinya begini...
"Seekor serigala yang berkelana, ia menemukan belati dengan noda cairan darah. Tapi dengan nafsunya ia tetap menikmati darah segar itu, tanpa sengaja ia memakan darahnya sendiri yang tergores akibat belati yang berakhir pada proses peniadaan diri."
Sedihnya puisi ini hanya menjadi kajian aksara yang bersembunyi di pojok buku, hanya menjadi ratapan dan tangis dari Kaisar air mata.
6 notes
·
View notes
Text
Sudah lama tidak bercerita hingga dimaki oleh kertas karena telah lama tak pernah menorehkan rasanya ditiap debu yang terbuang.
Telah usai kabar dari orang-orang senja itu yang berbicara puitis di wajahnya, meski ia terdiam lama lalu tersenyum.
Lebih baik aku sendiri ditengah hujan merasakan kehangatan disetiap kata meski tubuh ini menggigil beku. Rumah bukan soal bentuk tapi sebuah konsep dan pondasi untuk merangkai harapan.
44 notes
·
View notes
Text

Mentari itu terjaga dari tidur lelapnya.
Menyiramkan cahaya pada sudut ekosistem kehidupan
1 note
·
View note
Text
Selamat yang merayakan.
Senyum, tawa, jabat tangan adalah janji esok hari yang fitrah.
Dikala orang merasakan ria dan kemenangan
Mungkin esok setelah sholat eid aku akan ke kamarku lalu tidur. Bermain bersama mimpi-mimpi ku
Lalu bangun ketika petang, mungkin aku juga akan merealisasikan janji itu tapi dengan sepi yang berada dikeramaian, dengan tawa hati dan bersama kaki-kaki yang ku bawa jauh memilih sendiri sebagai perayaan.
Indahhnya sunyi fikirku,
Tapi tidak dengan hati yang menangis...
31 notes
·
View notes
Text
Yaallah...
Yaa rabbal a'lamin...
Di akhir bulan Ramadhan ini,
Di penghujung Madrasah Ramadhan ini,
Luluskan lah kami
Semoga kami menjadi orang-orang yang memiliki gelar orang yang fitrah laksana terlahir kembali dari rahim ibunda.
Jadikan lah kami orang yang bertitel
مِنَ الْعَائِدِيْن وَالْفَائِزِيْن
Aaminn yaa rabbal alamin
3 notes
·
View notes
Text
Surat Kecil tidak tahu untuk siapa
Aku hidup di belantara
Dimana lahir bandit-bandit pembantai
Perompak yang membajak laut bangsanya sendiri
Dimana letak kebebasan itu berdiri tegak di moncong bedil
Hukum dibuat ayunan oleh kera yang bringas
Mereka semua merajalela
Membongkar segala paksa
Entah surat ini kuhantarkan pada siapa
Aku ingin melapor tapi sayratnya kertas merah, lucu bukan?
Apakah sudah saatnya pusaka-pusaka lama diacungkan?
Mantra-mantra mengepung jidat-jidat kuasa dengan serdadu ilmu kebal?
#renungan#sajak#tulisan#catatan#sastra#katakata#puisi#hikayat#sajak patah#prosa#indonesia#tolakruutni
5 notes
·
View notes
Text
Thank you to everyone who got me to 250 likes!
2 notes
·
View notes
Text
Malam ini...
Lembaran senyummu berserakan di jalanan
Akankah engkau menjadi alamat untuk pulang?
Bersama ayunan angin dengan senandung bianglala.

10 notes
·
View notes
Text
Psikolog itu Mahal
Baru saja aku duduk dikursi Alfamart sembari merenungi jalan yang sudah mengantuk ku nyalakan sebatang konsep asap rokok dengan partikel-partikel renungannya. Memperhatikan dunia malam yang sedang ramai dengan kesibukan-kesibukannya. Kendaraan yang berlalu lalang mengisi siklus perjalanan.
Mataku tak sengaja tertuju pada seorang Kakek-kakek yang tampak lelah dan lusuh. Ku perhatikan kulit dan wajahnya yang sudah rentan. Aku mendekatinya dan memulai perbincangan dua arah. Angin angin malam mendukung atmosfer obrolan ini dengan sayup dan syahdu. Dia bercerita singkat tentang perjalanan hidup dan dagangan yang ia jajahkan menggunakan gerobak tua, setiap hari ia berjalan puluhan Kilometer jauhnya dan malam ini ia berniat untuk beristirahat merangkai mimpi malamnya di teras alfamart, aku membagikan rokok dan roti setidaknya agar beliau merasakan sedikit kenikmatan yang dapat aku beli dan aku merasakan pahit manisnya cerita kehidupan yang dituturkan. Kami sama-sama bereouforia bersama cerita-cerita didalam ruang kontemplasi sunyinya malam.
Banyak pelajaran hidup yang dapat ku tuai, banyaknya problematika dan dinamika kehidupan serta jalan curam dan tanjakan yang berbatu, kerja keras adalah transportasi yang harus kita miliki, renungan adalah takdir kita untuk berhenti dan beristirahat lalu memulai perjalanan itu kembali. Ceritanya menjadi haru yang mewajibkan ku untuk mencatat dalam secarik tinta emas, Ikhtiar dan kerja keras yang lebih dari biasanya, kaki yang akan melangkah lebih jauh dari biasanya, mata yang akan terus terbuka dan tertutup untuk melihat mimpi dan harapan. Dan mulut yang senantiasa berdoa.
Cakrawala dan ruang kontemplasi sunyi.
57 notes
·
View notes
Text
Yakin Usaha Sampai
Merdeka sejak hati adalah harapan ombak dan senjanya bangsa ini
Dulu...
Ramai sajak dibelenggu
Kata dibungkam
Perpeloncoan karya ditindas merajalela
Mungkin kini kita merdeka dari kebebasan individu.
Tapi nyatanya garuda dibuat tunduk oleh angkara hitam legam
Yahhh. Kita belum merdeka dari keharusan Universal. Andai saja aku di negri dongeng....
9 notes
·
View notes