Menulis itu bagian kehidupan. Menulis itu bagian Jiwa yang seakan menghidupkan harimu, menuliskan semua nya tentang aya adalah pengharapan yang amat panjang untuk dikenang.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kita sering merasa perlu menjelaskan diri, membela posisi, atau memastikan orang lain mengerti. Padahal, beberapa hal lebih baik dibiarkan berlalu. Tidak semua hal butuh respons. Tidak semua orang layak mendapat jawaban. Dan diam, juga adalah bentuk keberanian untuk tidak ikut bermain dalam dinamika yang melelahkan. Pilah mana yang penting, mana yang hanya sekadar bising.
702 notes
·
View notes
Text
Pada akhirnya, saling menyapa pun tak cukup menggetarkan kedua hati.
Entah, akhir - akhir ini terasa berbeda, dan terasa kembali asing.
Apakah ini pertandanya untuk mengakhiri kembali?
Bukankah yang kita cari sudah cukup?
0 notes
Text
menjadi orang dewasa akan selalu sepaket dengan kewajiban belajar menghadapi setiap badai sendirian. Terutama saat belum berpasangan. Terutama saat satu per satu teman-teman dekat sudah sibuk dengan hidupnya masing-masing. Terutama saat kita tidak lagi punya energi untuk menaruh kepercayaan yang begitu besar kepada orang lain bahkan hanya untuk sekedar bercerita.
In many times, i wish there was someone i can be with to share anything. But i also know that, everyone will be alone eventually. That makes me scared to be that closer with anyone because im scared they will leave me someday. It sucks. And it makes me more looks sad because i keep looking for the someone that can make me better and ended up with disappoinment bcs the only one i have now is myself. Everyone is busy with their own wounds. So we have to learn to handle it by ourselves.
I hope there will comes a day when we don't need to face everthing alone. When we finally trust someone to be share anything with.
185 notes
·
View notes
Text
"usia udah 27 tahun kapan nikah, 2024 udah mau habis niii"
andai mereka tau
aku sudah tidak lagi berdoa tentang jodoh,
sudah tidak lagi bermimpi mengenakan baju pengantin,
dan bahkan cita-citaku sendiripun aku simpan di nomor sekian hanya karena ada hal yang aku utamakan terlebih dahulu.
aku hanya menjalankan hidup sesuai porsinya,
bekerja sebaik mungkin yang aku bisa, belajar hal baru yang bisa membuatku terus berkembang.
dan aku hidup karna aku masih hidup.
247 notes
·
View notes
Text
Dewasa Menjadi Diam
Semakin dewasa semakin susah mengakui rasa lelah dalam diri, sebab tahu tak ada yang peduli sedang hidup terus berlanjut. Bukan salah mereka, toh kita kerap secara kolektif berpikir bahwa orang dewasa mampu menyelesaikan masalahnya.
Kurasa benar, tapi sepertinya kita turut mengesampingkan bagaimana proses menyelesaikan itu. Perasaan apa yang bergumul di hati mereka, ketakutan macam apa yang mereka lihat, dan banyak hal yang sejatinya tak jauh beda dengan perasaan-perasaan saat kita masih bertumbuh dan diwajarkan untuk meluapkan semua kekhawatiran.
Pada akhirnya kita terbiasa memendam, hingga kadang tak mengenali mana yang patut dipendam mana yang harus dikeluarkan.
Suatu kali saat mencoba untuk jujur dengan apa yang kita pikirkan dan dirasakan, kita dituding menjadi manusia tak berdaya dan tak mampu mengendalikan hidup sendiri. Hidup dalam emosi dan perasaan. Lain kali kita memilih diam, kita dianggap tak mampu menyampaikan pendapat dan tak punya pendirian.
Orang-orang di sekitar selalu saja punya celah untuk membuat kita tersudut, jatuh dan tersingkir. Sengaja atau tidak sengaja, mungkin memang pada dasarnya manusia di desain untuk saling melihat kesalahan manusia lain. Sedangkan untuk melihat kebaikan kita membutuhkan ekstra pengetahuan yang mudah didapatkan namun lebih mudah dilupakan dan diabaikan.
Sayangnya tulisan ini pun akan berakhir di titik, tak ada yang bisa kita lakukan dengan itu. Kita hanya kembali kepada nasehat lama, berbaliklah dari mereka, lanjutkan hidupmu seberapa sia-sia pun ia. Kau sudah terlalu hanya untuk sekedar berdebat tentang salah dan benar. Bukankah kebenaran juga terkadang tak membawa kau pada ketenangan?
Sekali lagi, menjadi dewasa berakhir menjadi kita yang diam tak peduli apa yang kita rasakan.
207 notes
·
View notes
Text
Pengen punya pasangan yang bisa jadi someone to talk, yang soft spoken, yang bijak dan juga humoris, yang ketika melihatnya aku menjadi tenang, nyaman, dan aman. Rasanya ingin dicintai, disayangi, dan diperhatikan dengan baik oleh sosok laki-laki itu. Bisa-bisanya aku tiba-tiba butuh pendamping gini:( enggak enak banget punya perasaan ini, merasa sendiri dan kesepian. Namun, di sisi lain belum bisa membuka hati buat orang lain pun kadang masih meragukan diri, apakah ada yang mau bersamaku. Mungkin sekarang sedang diuji perasaanku sama Allah. Diminta buat lebih sabar lagi dan lagi. Pun mungkin diminta buat intropeksi diri :(
● 8 September 2024
256 notes
·
View notes
Text
Afirmasi yang benar itu bukan "Aku kuat, aku hebat, aku pasti bisa melewati semuanya sendiri" melainkan "Aku lemah, aku tidak punya daya dan kekuatan tapi aku adalah hamba dari Tuhan yang maha kuasa atas segalanya, kepadaNyalah aku berserah diri".
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
405 notes
·
View notes
Text
“You don’t need another human being to make your life complete, but let’s be honest. Having you wounds kissed by someone who doesn’t see them as disasters in your soul but cracks to put their love into is the most calming thing in this world.”
— Emery Allen
503 notes
·
View notes
Text
Berdoalah, Sampai Kita Lupa
Belakangan ini, saya sedang belajar memaknai bahwa doa adalah tentang proses-proses di dalam hidup. Menyampaikannya kepada Allah adalah proses dimana kita mengenali dengan baik apa yang menjadi kebutuhan kita dan alasan mengapa kita membutuhkannya, sampai jawabannya lurus selurus mungkin. Mengulang-ngulangnya adalah proses dimana kita belajar berprasangka baik, meski tidak pernah terbayang kapan doa itu akan menjadi nyata. Menunggu keputusan-Nya atas doa itu pun proses dimana kita akan dipertemukan-Nya dengan berbagai dinamika hidup hingga kita berpikir, "Apakah benar saya menginginkannya? Apakah benar ini adalah satu-satunya sumber ketenangan dan kebahagiaan yang saya cari? Apakah benar harus saat ini?" dan seterusnya.
Tentang berdoa, suami saya pernah bilang, "Berdoa aja terus, sampai kita lupa kalau kita pernah punya doa itu, sampai kita tidak lagi fokus pada kapan doa itu akan dikabulkan. Di saat-saat seperti itu, biasanya Allah berikan, bukan?" Ketika mendengarnya, saya sedikit bingung, "Bagaimana bisa kita lupa pada doa yang setengah mati kita harapkan? Kalau sesuatu itu penting bagi kita, bukankah kita tidak akan semudah itu untuk melupakannya?" Kemudian,
Perjalanan memaknai nasehat suami tersebut rupanya mempertemukan saya dengan sebuah pemaknaan bahwa lupa yang dimaksud bukanlah terlepasnya doa dan pengharapan kita itu dari ingatan, tetapi terlepasnya diri kita dari ikatan dan harapan yang tinggi terhadap kapan dan bagaimana doa tersebut harus dikabulkan.
Terus berdoa, tetapi lepaskan ikatan terhadap pengabulannya. Oh, ya Allah! Ini sulit sekali. Tetapi, saya jadi berpikir lagi, "Kalau kita meninggikan harap pada sesuatu yang kita doakan hingga terus-menerus diingat, dipikirkan, didambakan, sampai patah hati ketika belum dikabulkan, bukankah sesuatu itu mungkin sekali menjadi illah (sumber kecintaan) kita di dalam hidup? Satu-satunya illah kan hanya Allah. Lalu bagaimana jika dengan harapan yang tinggi itu kita ternyata sedang menghadirkan tandingan-tandingan-Nya di hati kita tanpa kita sadari?"
Astaghfirullah. Ya Allah, terimakasih atas makna berharga yang Engkau hadirkan ini. Ampunilah aku, yang dalam berdoa pun ternyata masih tidak tahu diri. Mampukanlah aku untuk tetap bersabar dan menjalani hidup sebagaimana arahan-Mu tanpa berfokus pada apa-apa yang belum ada dan belum termiliki.
Wallahu 'alam bishawab.
238 notes
·
View notes
Text
youtube
0 notes
Text
Sebatas mimpi
Mendengarkan lagu "Sebatas Mimpi" dari Hedi Yunus membuat saya yakin bahwa proses membangun hubungan cinta tidak selalu berjalan mulus seperti yang diharapkan. Dalam keadaan di mana ilusi cinta semakin nyata, kita menyadari bahwa kadang-kadang cinta hanya bisa dijalani dengan kekuatan sendiri.
0 notes
Text
Entah seberapa jauh jaraknya. Entah sebanyak apa riuh perjalanannya. Entah dimanapun tempat berlabuhnya. Semoga selalu diyakinkan dengan: “pada akhirnya takdir terbaik Allah itu pasti datang.”
Tenang sayang, sebentar lagi ya, giliranmu. Bismillah. :)
471 notes
·
View notes
Text
mungkin aku terlalu berharap lebih sehingga semua terasa berasa adanya.
-callmehappiness
0 notes
Text
kalau bisa, aku juga ingin segera. maka, jangan tanya aku prihal kapan ini dan kapan itu, atau lainnya. sebab kalau bisa aku juga ingin giliranku tiba.
389 notes
·
View notes