catatanharianalsa-blog
catatanharianalsa-blog
Alsa Yasmin
11 posts
Setiap perjalanan akan meninggalkan jejak. Banyak dari mereka menyenangkan, sebagiannya menyakitkan. Segala rasa itu akan membekas, membuat kita terus belajar, tumbuh, dan mekar.
Don't wanna be here? Send us removal request.
catatanharianalsa-blog · 1 month ago
Text
haah relate sekali dengan kontemplasi di 5 tahun pernikahan ini. Kenapa harus 2 bahasa cinta kalo bisa borong semuanya yakann. wkwkwk.
sangat cinta
dulu saya punya prinsip bahwa mencintai pasangan (halal) itu secukupnya saja. alasannya, saya melihat bahwa mereka yang sangat menyayangi pasangannya bisa menjadi sangat hancur ketika ada hal-hal yang tidak sesuai harapan. semakin cinta artinya harus semakin siap kalau-kalau tersakiti. kalau tidak mau tersakiti, jangan terlalu cinta.
setelah saya belajar lagi, ternyata mencintai pasangan itu justru harus sangat. harus brutal. harus ugal-ugalan. harus benar-benar segenap jiwa raga hati hidup mati. harus sampai pada titik: pasangan kita pasti ada celanya, tetapi rasa sayang kita jauh lebih besar dari cela itu sehingga yang buruk itu tidak ada artinya. mawaddah.
Tumblr media
dari titik nggak cinta ke titik kecintaan, di sana yang ada adalah nafsu. dari titik kecintaan ke titik mawaddah, barulah di sana ada cinta. memang, apa bedanya cinta dan nafsu? cinta itu mendorong kita menjadi versi terbaik, sedangkan nafsu menjerumuskan kita kepada perbuatan maksiat.
satu-satunya cara agar cinta (dan bukan nafsu) yang hadir adalah dengan melibatkan Allah. dan satu-satunya syarat Allah bisa terlibat adalah cinta itu harus halal dalam pernikahan. dalam pernikahan, mencintai dengan sangat adalah tanggung jawab yang menikah tidak hanya kepada satu sama lain, tetapi juga kepada Allah.
Tumblr media
tentang konsep mawaddah ini, kadang ada juga yang salah paham. dikiranya, karena pasangan kita sudah "wadud" kepada kita, kita jadi bisa seenaknya. kita jadi percaya diri bahwa pasangan kita tidak mungkin sakit hati. tidak begitu ya. perlu kesalingan untuk menghadirkan pernikahan yang mawaddah.
salah paham berikutnya, karena kita "wadud", kita rela diperlakukan seenaknya. tidak begitu ya. mawaddah itu mengurangi / meniadakan dampak patah hati saat ada yang tak sesuai harapan. yang tidak ada artinya itu patah hatinya. tetapi, mawaddah tidak meniadakan hal-hal yang memang perlu diperbaiki. kebaikan yang ada di tengah keburukan itu adalah kesempatan memaafkan. intinya, setiap pihak yang menikah harus terus berupaya memperbaiki diri---agar pasangan kita tidak perlu patah hati.
cintailah pasanganmu dengan sangat. dengan brutal. dengan ugal-ugalan. boronglah semua bahasa cinta. termasuk bahasa cinta yang keenam: tak perlu meminta. termasuk bahasa cinta yang ketujuh---bahasa cinta yang paling penting: melibatkan Allah.
378 notes · View notes
catatanharianalsa-blog · 1 month ago
Text
Uang Receh
Suamiku punya kebiasaan, setiap pulang kerja dia menyisihkan uang koin, 10 ribuan, 5 ribuan untuk ditabung. Anak pertamaku ternyata memperhatikan kebiasaan ini. Dia selalu senang melihat ayahnya memasukkan koin demi koin, lember demi lembar. katanya,
"yeey, Apa bawa uang"
Sampai pernah suatu hari waktu kami mengantar ayahnya ke stasiun untuk berangkat kerja, pulangnya ia bertanya,
"Umma, Apa kerja biar bisa dapat koin ya? nanti koinnya ditabung untuk Mas beli mainan ya? Apanya kerja karena aku hambur-hamburin koinnya ya?"
Aku saat itu mengiyakan karena ya memang begitu yang ia lihat. Kadang memang koinnya dipakai mainan sama dia. Kuselipkan sedikit bahwa Apa juga membantu orang, jadi perantara rizki dari Allah untuk keluarga kita. Tapi aku belum ngeh maksud sebenarnya dari perkataannya apa. Malamnya aku ceritakan ke suami. Suamiku langsung ingat kejadian saat aku menelponnya di tengah kerja,
"Ooooh, pantesan dia (Mas) marah pas adeknya pake mainan koinnya waktu itu. Sampe bener-bener gamau dipinjemin kan waktu itu botol koinnya. Berarti dia berfikir kalau koinnya dihambur-hamburkan, aku bakal kerja terus gak pulang-pulang"
Disitu aku baru ngeh dan ngakak banget, karena pola berfikirnya ternyata begini
Apa kerja cari Uang
Uang = Koin
Koin dibuang = Apa harus kerja lebih banyak
Dia belum ngeh kalau saldo di HP itu juga uang. Padahal selama ini kalau ditanya, Umma belanja pake apa, dia jawab "Pake HP".
Jadi gitu ya kenapa dia segitu marahnya sama Adeknya, padahal sebelumnya dia juga yang mainan koin-koin itu.
Sekarang botol koinnya dia yang simpan di tempat tinggi, yang gabisa diraih sama adeknya.
Alasannya ternyata = biar Apa cepat pulang kerja.
Utututuuu sayangnyaa wkwkwkwk
0 notes
catatanharianalsa-blog · 1 month ago
Text
Ambilkan Bulan Dek
Semalam jalanan macet, di persimpangan rel kereta isi mobil kami asik mengobrol. Mas dan Adek dengan celotehannya, minta dipangku apih berdua di depan. Apih dan Apa dengan topik beratnya. Amih menyimak dan sesekali menyahut dari belakang. Aku di belakang diam-diam mengamati bulan purnama yang bersinar dengan cerahnya, sambil menahan ngantuk yang mulai hinggap di ujung mata.
"Wah ada bulan dek, adek liat?" Sahut mas yang baru sadar dari kursi paling depan.
"Waaw, adek iat (liat)"
"Adek bisa ambil bulannya gaaak?"
"Ughhh, Ughhh, ngga isa (bisa)" Kata adik sambil berusaha menggapai langit
"Ughhh iya, gabisa. Terlalu tinggi ya dek"
Adek manggut-manggut sambil ber-hooh ria
"hmm, berarti harus pake tangga nih" Kata mas dengan nada serius seakan benar-benar bisa mengambil bulan dengan tangga.
Spontan aku tertawa, ternyata lagu "ambilkan bulan bu" itu benar ada. Interpretasi dari imajinasi real anak-anak yang polos dan menggemaskan. Tapi kali ini versi dua anak yang sama-sama ngga paham kalau bulan tetap terlalu tinggi meski ada tangga setinggi apa juga.
Yah, memang masa anak-anak adalah tempat kita bisa ingin ini dan itu dengan bebas tanpa takut apapun juga. Semoga besok-besok pun kamu nak, bisa tetap punya keinginan setinggi mengambil bulan, kerja keras, etos kerja seperti Apa, kesabaran yang tiada berbatas, dan doa yang melesat jauh melampaui bintang. Aamiin.
Doaku, agar kau selalu, hidup bahagia meski kadang dunia tak baik saja~ (Nyanyi dalam hati dengan ekspresi datar wkwkwk)
0 notes
catatanharianalsa-blog · 2 months ago
Text
Umma, Jangan Marahin Adek Gitu Dong
Belakangan ini anak-anak suka sekali main bareng. Adek sudah lebih besar untuk bisa ngerti cara main mas nya, meski kadang masih suka out of the box ya. Antara usil dan memang masih butuh belajar mengelola emosinya yang kadang ga mau ngalah. Seru sekali kalau mereka main, sampai kadang aku ngerasa gabut aja gitu hahaha.
Suatu hari, adek mainan kapur bareng sama mas. Kondisi kamar berantakan sekali, Hari itu mereka main di kamar dan bongkar mainannya dimana-mana. Ada satu sisi kamar yang memang dipasang papan tulis hitam wallpaper. Niatnya supaya mereka ngga coret-coret di tembok. Tapi entah usil, suka liat Umma nya ngomel-ngomel, atau ya mereka memang memilih jalan untuk jadi seniman mural, coretan tetap merambah kemana-mana. Dinding rumah sudah pasti jadi sasaran empuk. Dinding kamar paling berwarna, dinding ruang lain sudah pasti ada coretan.
Aku belikan satu set spidol warna yang memang untuk papan tulis hitam. Bisa ditebak itu ngga bertahan lama. Kebanyakan tersebar dan lupa ditutup berujung kering ngga bisa dipakai lagi. Tersisa beberapa batang kapur yang mereka pakai mainan hari ini.
"Tempatkan sesuatu pada tempatnya" kata yangkung beberapa hari lalu saat aku cerita kalau mas dan adek suka coret-coret dimana-mana. Lemari, mainan, perabot lain juga ada aja coretannya. Kapur itupun sama adek ngga cuma dipakai buat coret tembok, tapi juga bantal dan kasur.
Beberapa kali diingatkan ngga mempan, malah pamer hasil karya.
"Umma ambil aja yah adek kapurnya, kalau ngga pada tempatnya"
tiba-tiba Mas menyaut sambil sibuk -entah ngapain-
"Umma jangan marahin adek kayak gitu dong, kan kasian adek nya ngga tau masih kecil"
antara menahan tawa dan masih kesal. Mas bisa-bisanya menirukan persis apa yang aku lakukan kalau lihat mereka bertengkar. Tapi sadar, gimanapun marah memang ngga bisa dibenarkan. Aku bilang
"oooh gitu yaa, maaf yaa. Tapi mas sama adek tau ngga caranya gimana biar adek ngga coret-coret tembok lagi tanpa Umma marah-marah?"
aku lupa persis bagaimana kelanjutannya. Yang pasti setelah itu kami beres-beres karena Uwa bilang Apih mau tidur di rumah mas. Sebuah momen langka mas ikut bantu beres-beres. Tapi juga menyenangkan karena dia mulai paham gimana beres-beres. Setelah semuanya rapi, mas tiba-tiba bilang.
"wah indah sekali ya Umma rumahnya. Lihat Umma, rumahnya jadi indah sekali"
Hahaha, ya mas alhamdulillah, moga besok-besok lebih bisa diajak beres-beres bareng yah. Setelah tau kalau setelah beres-beres itu rumahnya jadi indah. Gantian dia yang protes pas adeknya berantakin mainan.
Celetukan lucu tapi bener ini berkesan buat Aku. Menyenangkan sekali mendengarkan setiap hari. Meskipun tetep ada love-love-love-hate relationship setiap hari. Moga Umma dimampukan untuk bisa mengimbangi marah-marah dan salah dengan tiga kebaikan lain setiap harinya ya.
0 notes
catatanharianalsa-blog · 2 months ago
Text
Menarik dan masuk akal
Agar Kamu Tidak Bersedih
Ternyata di Qur'an tuh banyak banget kalimat-kalimat yang "aneh" dalam artian, "pasti ada maksudnya nih, ini mah bukan buatan manusia."
Jadi tadi aku notice potongan ayat, bagus banget.
"— karena itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu—"
Respons pertama saat baca kalimatnya adalah: Hah? 😧 Bentar.. nggak salah nih? Kesedihan demi kesedihan supaya nggak sedih? Hah? Gimana ceritanya? Memang istilah bahasa Arab yang dipakainya apa?
Tumblr media
Ternyata untuk kesedihan demi kesedihan diksinya tuh "غَمًّا بِۢغَمٍّ" , sementara untuk bersedih hati pakai diksi "تَحْزَ��ُوْا". Berarti ada kesedihan yang berbeda kan?
Apa perbedaan antara: الحزن (al-huzn), الغمّ (al-ghamm), dan الهمّ (al-hamm)?
Huzn (الحزن) berkaitan dengan hal-hal yang telah berlalu (masa lalu).
Ghamm (الغمّ) berkaitan dengan hal-hal yang sedang terjadi (masa kini).
Hamm (الهمّ) berkaitan dengan hal-hal yang akan datang (masa depan).
Secara literal, "غَمّ" berarti menutupi, menyelubungi, atau menekan. Dalam konteks emosional, "ghamm" menggambarkan perasaan yang menutupi hati seseorang dengan beban berat.
Di ayat lain, "غَمّ" juga berarti awan/kabut yang meliputi. Cukup masuk akal, ketika di dalamnya kita jadi tidak dapat melihat ke depan maupun ke belakang. Di ayat lainnya lagi, bentuknya "غُمَّةً" artinya dirahasiakan. Masuk akal juga, karena ketika kita mengalaminya, kita nggak pengen dunia tau apa yang terjadi pada kita. Kita akan merahasiakannya serapat mungkin and act like everything is fine.
Tumblr media
Aku menemukan bahwa "غَمّ" digunakan di 4 cerita di dalam Qur'an:
Nabi Musa setelah membunuh seseorang secara tidak sengaja dan menyadari dampak serius dari tindakannya yaitu menjadi buronan dan menghadapi risiko yang besar serta konsekuensi yang mungkin timbul.
Nabi Yunus setelah menyadari bahwa meninggalkan misi dakwah dan melarikan diri dari tanggung jawabnya telah menyebabkan dirinya berada dalam situasi yang sangat sulit, yaitu dalam perut ikan. Perasaannya mencekam dan tertekan akibat kesadaran atas kelalaian dan dampaknya terhadap tugas yang diberikan Allah.
Pasukan pemanah Uhud yang meninggalkan posisi mereka di medan perang Uhud menyadari bahwa ketidakdisiplinan mereka menyebabkan kekalahan yang fatal bagi seluruh pasukan dan mereka cemas terhadap hasil dari tindakan mereka.
Penghuni neraka yang merasakan cambuk dari besi dan berusaha keluar dari siksaan neraka.
Ada pola menarik dalam penggunaan ghamm di 4 cerita itu:
Semua terjadi karena kesalahan manusia itu sendiri (baik disengaja atau tidak). Jadi ghamm datang sebagai wake-up call dari Allah setelah tindakan yang membawa konsekuensi nyata. Kayak.. membangkitkan rasa fatal.
Gham muncul saat sadar akan akibatnya. Ghamm lebih dari sedih atau takut biasa, yang muncul karena "aku melakukan sesuatu, dan sekarang aku harus menanggungnya". Berarti ghamm hanya dapat terjadi pada orang yang taklif dan memahami konsekuensi atau hukum sebab-akibat.
Gham membuka jalan untuk reframing, taubat, dan perubahan (kecuali yang di neraka). Musa dan Yunus segera memohon ampun dan berdoa. Pasukan Uhud menerima koreksi dan pelajaran keras dari Allah. Bahkan penghuni neraka ingin keluar, tapi sudah terlambat.
Gham adalah kemurahan Allah sebelum hukuman akhir. Allah izinkan ghamm menimpa seseorang agar ia tidak terus terbuai, agar hatinya mencicipi "penyempitan" sebelum terlambat. Tapi jika tidak direspons dengan sadar dan taubat, barulah ia bisa berujung pada hukuman.
Jadi bayangin, ghamm itu kayak, "damn moment" yang rembetan konsekuensinya gede dan fatal.
"Gue udah ngelakuin ini, dan sekarang semuanya runtuh."
"Gue sadar banget salahnya, tapi gue juga belum tau harus gimana."
"Ini bukan sekadar sedih. Ini dada gue sempit, kalut, gelap, dan berat."
"Gue menyesal, tapi ga ada waktu untuk menyesal di tengah-tengah himpitan ini."
Dia beda dari Huzn (sedih karena masa lalu) yang lebih lembut, reflektif. Dan beda juga dari Hamm (cemas akan masa depan) yang lebih ngawang, belum terjadi. Tapi dia bisa jadi adalah gabungan dari Huzn dan Hamm 🤯
Terus gimana ceritanya ghamm dapat mencegah huzn?
Jawabannya satu kalimat: luka lama dilampaui oleh luka kini. Sejujurnya meringis sih pas ngetiknya, kayak.. tega banget 😅 tapi dipikir-pikir cukup masuk akal.
Allah menggantikan luka yang membeku dengan luka yang bergerak. Huzn membuat kita stuck, menyesal, menoleh ke belakang, dan menyalahkan diri, sementara Gham membuat kita sadar, bangkit, bergerak, bertahan, dan berserah. Allah lebih memilih menimpakan kesedihan yang "aktif" agar kita selamat dari kesedihan yang "membeku."
Menariknya, Menurut Lazarus & Folkman, coping dibagi dua:
Problem-focused coping: usaha menyelesaikan masalah.
Emotion-focused coping: usaha mengelola perasaan.
Kalau huzn mungkin fokusnya di emosi dan masih punya keluangan mental dan waktu untuk mendalami rasa sesal. Kalau ghamm benar-benar harus switch ke problem focused coping. Jadi, kesedihan baru (ghamm) yang mengharuskan seseorang bergerak, ternyata bisa mengaktifkan mekanisme coping yang sebelumnya tidak muncul saat larut dalam huzn.
Selain itu, dalam psikologi kognitif, ada konsep Cognitive Load Theory yang menyatakan bahwa otak manusia hanya mampu memproses sejumlah informasi atau emosi secara bersamaan. Dalam tekanan yang aktual dan mendesak (ghamm), otak akan secara otomatis mengalihkan sumber daya mentalnya ke situasi itu. Alhasil, grief (huzn) yang tadinya mendominasi bakal terdorong ke latar belakang karena otak sedang sibuk survive di "sekarang". Kayak.. untuk bersedih pun tidak sempat.
Tapi, karena Allah Maha Mengetahui cara jiwa bekerja lebih dari siapa pun, maka penempaan jiwa melalui penimpaan ghamm itu hakikatnya adalah penyelamatan. Allah mungkin nggak serta merta hapus luka dalam waktu cepat secara ajaib. Allah lebih pilih menempa kita, saking bangga dan percayanya Dia, bahwa kita bisa lebih kuat. Dan akan ada saatnya "ketenangan" Dia turunkan sebagai imbalan, di kondisi kita yang semakin pantas untuk menerima ketenangan itu.
— Giza, masih terus mencoba melakukan pendekatan lewat jalur apapun. Mungkin pendekatannya selama ini ada aja yang keliru, tapi bisa dianulir seiring bertambahnya iman dan ilmu.
589 notes · View notes
catatanharianalsa-blog · 2 months ago
Text
Jika bukan darimu
Aku lahir ke dunia dengan menangis
Dingin ruangan itu mengagetkan
Agaknya dunia ini memang kurang menyenangkan
Lalu jemari itu menyentuhku, memeluk dengan sayang
Apakah setelah ini akan berakhir menyenangkan?
Waktu lapar aku menangis
Kulihat-lihat kau hanya terdiam
Tangisku semakin jadi
Perutku terisi, tapi sepertinya hatimu tidak
Semakin besar, aku merasakan kecemasan itu
Rasa bersalah, tak puas terhadap diri
Semua yang kulakukan salah
Padahal aku hanya ingin mengerti
Dari laku ku yang kau bilang "ada-ada aja" ini
Aku tau kau bilang sayang
Tapi apakah yang begini benar-benar sayang?
Aku bingung.
Kapan aku bisa membuatmu tersenyum?
Haruskah kubawakan semua coklat?
Atau kuberikan semua mainan?
Tapi lagi-lagi aku dimarahi.
Apakah tugas kita di dunia memang begini?
Marah atau dimarahi?
Baiklah, aku akan marah biar tidak dimarahi.
Jika bukan darimu, darimana aku belajar?
0 notes
catatanharianalsa-blog · 2 months ago
Text
Merasa bersalah ketika lelah itu adalah combo moodbreaker yang luar biasa.
0 notes
catatanharianalsa-blog · 2 months ago
Text
Memulai Kembali
Beberapa kali aku berhenti dan mencoba memulai kembali. Sesuatu yang tidak pernah berakhir. Seperti lingkaran. Karena sejatinya kita memulai hal baru setiap hari. Pagi yang itu-itu lagi. Tergelincir ke siang dan sore hari. Tidak ada hal yang benar-benar baru di bumi ini.
Tidaklah memalukan untuk mengakui bahwa diri ini mencoba lagi. Berkutat dengan hal yang dulu biasa kusenangi. Kini kembali tak pernah lebih menyenangkan dari ini.
Sepertinya bukan siapapun yang memerlukan aku. Hanya aku dan untuk aku. Selain memang segalanya untuk Rabb-ku.
Selamat datang lagi, keyboard dan kata-kata manis. Tidak selalu manis sebanarnya haha. Hanya biasanya tak kasar dan difikir baik-baik.
Hallo tumblr. Semoga kedepannya bisa akrab denganmu lagi.
2 notes · View notes
catatanharianalsa-blog · 5 years ago
Text
Melepas Rasa Aman
Waktu SMP-SMA aku seneng banget kalau ada agenda-agenda pramuka. Kemping, jelajah alam, longmarch dan lain sebagainya. Maklum, anaknya dari dulu kayak dinamo. Kalo ngga gerak ngantukan. wkwkwk. Tapi, diantara itu semua ada satu agenda tahunan yang selalu kutunggu-tunggu. Kemping! yey. 
Di dalam kemping itu ada satu agenda yang gabisa dilewatin. Outbond. Setiap outbond, hampir selalu ada sesi kita dihadapkan dgn olahraga ekstrim. Mulai dari Flying Fox, titian tali, sampai repling. Diantara semua olahraga itu ada satu yang paling berkesan menurutku. Apa itu? Repling. 
Permainan ini meminta kita untuk turun dari jembatan dengan ketinggian yang ngga main-main. Dulu aku turun dari jembatan kali kuning, lereng gunung Merapi. Kalau ngga salah, tingginya kira-kira 20 Meter. Suasananya apik dan sejuk, tapi itu semua ngga bisa menyembunyikan fakta kalau sekitar satu atau dua tahun sebelumnya pernah ada erupsi hebat yang menghantam jembatan tersebut. Masih berbekas besi-besi pegangan yang mleyot bahkan mungkin patah atau leleh di beberapa sisi. 
Tumblr media
Kita ngga mungkin terjun dari atas dengan tangan kosong dong, pastinya ada standar keamanan yang harus dipenuhi. Aku termasuk yang pernah sedikit belajar dari pembinaku untuk memasang pengaman sendiri, dan cukup handal untuk menunjukkan tingkah sok berani. Setelah pakai pengaman, masih bisa menengok-nengok ke bawah, ngobrol sama pembina, padahal aslinya keder juga. Pengalaman repling sudah aku jalani kira-kira sebanyak 3 kali. dari ketiga pengalaman itu aku punya satu titik kritis yang sama. 
Tumblr media
Karabiner sudah dikaitkan, posisi badanku sudah di luar pagar jembatan, kaki dikuatkan, satu tangan memegang tali di belakang, dan sampailah ke bagian paling sulit, dimana aku harus melepaskan tangan kiri dari besi jembatan, berpindah pada tali di depanku yang bahkan dihembus angin bisa bergoyang. Melepaskan diri dari rasa aman selalu jadi bagian tersulit dalam permainan ini, dan bahkan aku rasakan sepanjang perjalanan hidup. Aku tau tali ini cukup aman untuk digunakan sampai ke bawah. Tapi nyatanya, Memutuskan “ya, aku akan terjun ke resiko yang ini” tetap bagian yang paling sulit. Di titik kritis ini, orang yang ada di depanku -yang mengarahkanku- selalu menyampaikan kata-kata motivasi “ayo gapapa, kamu bisa, lepasin ayo, ini gampang” Tapi itu semua ngga berfungsi. Hal itu malah bikin aku makin panik dan tremor. 
“Sebentar, diem dulu” ketika itu terjadi, aku pejamkan mata, meminta semua orang untuk diam, berdamai dengan detak jantung dan gravitasi yang menarik punggungku ke bawah. Dalam hitungan satu-dua-tiga yang kurapal dalam hati, tanganku sudah berpindah. hah.... lega. Setelah ini jauh lebih mudah. Bahkan terayun-ayun dengan angin pun tak apa. Pelan tapi pasti, akhirnya mendarat juga. 
Akhir-akhir ini aku teringat akan momen itu. Momen melepaskan tangan kiri dari besi jembatan yang kokoh ke tali yang terlihat rapuh. Mungkin mirip dengan kondisiku hari ini, dimana aku sudah memilih untuk melakukan suatu hal, memahami medannya, memakai sabuk pengaman, dan bahkan sudah menggantungkan diri di tepian jembatan. Hanya tinggal melepaskan tangan dari kondisi yang penuh rasa aman dan nyaman, ke satu kondisi yang mungkin lebih terlihat rapuh, tapi sebenarnya cukup untuk menopang badanku hingga sampai ke tujuan. Mungkin masing-masing orang memiliki titik kritis yang berbeda-beda dan cara yang berbeda pula dalam mengatasinya. Tapi yakinlah, setelah titik itu terlewati, titik yang lain akan terasa lebih mudah. 
Jadi hari ini, mari mulai menghitung dalam hati. Abaikan semua suara di luar yang menuntutmu untuk bersegera. Tanyakan pada hatimu, kapan waktu yang paling tepat untuk memulai. 
Satu, dua, tiga
You can do it, you always can do it. 
0 notes
catatanharianalsa-blog · 5 years ago
Text
Ada yang Kurindu
Ia yang diamnya menyiratkan makna,
Dalam candanya terselip hikmah,
Setiap tutur katanya adalah nasihat.
Usianya memang semakin menua,
Tapi itu sama sekali tidak mengurangi maknanya
Di depanku, maupun di depan dunia.
-Selamat Hari Ayah-
0 notes
catatanharianalsa-blog · 5 years ago
Text
Mari Memulai
November, bulan ke-sebelas. Sebentar lagi tahun yang rumit ini akan berakhir. Tahun yang melatih diri kita dengan tantangan dan ketidakpastian. Ada mimpi yang patah dan tangis yang berserak di sepanjang tahun ini. Ada juga senyum yang menyertai di setiap ketegaran dan kebahagiaan kecil. Bukankah setelah berbagai peristiwa yang kita lalui, perlahan tumbuh batang jiwa yang lebih kokoh lagi?
Catatan harian ini dimulai. Berharap jadi catatan tumbuh meski pelan, senti demi senti. Biar suatu hari jadi saksi, ternyata aku pernah berjalan sejauh ini.
1 note · View note