Tumgik
danisnadif · 9 years
Text
DARI YANG SEDERHANA
Oleh: Fauhadanis Nadif
Jika ada orang lain mengatakan, “halah, cita-cita lo ribet banget! Ketinggian!”, maka sepertinya dapat kita sadari satu hal bahwa cita-cita dia lah yang rumit. Ini tentang frame berfikir di mana kita harus berfikir sederhana untuk mencapai cita-cita besar. Itulah pengawalan sebuah pekerjaan besar, yaitu berfikir. Lantas? Apa bedanya dengan orang yang mengatakan hal demikian? Orang tersebut bisa jadi berfikir terlalu keras, berfikir ideal untuk mencapai kesuksesan. Idealisme itu gak selamanya dapat menolong. Terkadang berfikir di luar batas mimpi, itulah yang dapat memacu otak tubuh jasad dan ruh kita untuk bergerak lebih dinamis, keras dan cerdas. Awali dari yang sederhana. Pernah berfikir ingin jadi motivator terkenal? Lantas apa kita mengira sebuah cita-cita ingin jadi motivator terkenal adalah cita-cita yang rumit? Tidak. Saya pernah berbincang dengan seorang motivator cukup terkenal, dan gaya bicaranya memang luar biasa memotivasi. Satu hal yang ia katakan, “sederhana, saya cuma berfikir saya bisa mendorong orang lain untuk sukses dan berkemajuan. Dan saya cuma ingin orang lain memiliki keyakinan yang kuat untuk berhasil”. Sesuatu yang besar namun sederhana bukan? Itulah yang menjadikan dirinya menjadi motivator terkenal. Bekerja lebih giat dan hebat dibanding orang-orang biasa yang berfikir rumit ‘bagaimana saya bisa menghidupi saya dan keluarga saya’.
Atau dalam sudut lain kita gunakan kata sederhana untuk mengawali sesuatu. Rasulullah saw melakukan suatu pekerjaan yang sedikit, sederhana, namun kontinyu (dilakukan secara terus menerus).
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَمِلَ عَمَلًا أَثْبَتَهُ وَكَانَ إِذَا نَامَ مِنْ اللَّيْلِ أَوْ مَرِضَ صَلَّى مِنْ النَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً
“Bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam melakukan suatu ‘amal perbuatan, maka beliau teguh pendirian. Dan bila ia tertidur sepanjang malam atau ia sedang sakit, maka ia akan sholat (sunnah) di siang hari dua belas rakaat.” (HR Muslim 1235)
اكْلَفُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
“Lakukanlah amal sesuai kesanggupan. Karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan sesungguhnya amal yang paling Allah sukai ialah yang terus-menerus dikerjakan walaupun sedikit.” (HR Abu Dawud 1161)
Rasulullah saw dalam hal ini telah mengajari dan mencontohkan tentang etos kerja yang baik. Karena boleh jadi, seringkali kita melakukan aktivitas besar namun hadir jumud ditengah aktivitas tersebut. Merasa bosan atau cepat lelah. Jadi, dalam mengerjakan sesuatu awali dari yang sederhana. Sedikit, namun lakukan secara rutin. Dalam buku ”Habbit” karangan Felix Siauw, disitu disebutkan bahwa ketika kita melakukan sesuatu yang rutin selama 40 hari, maka itu besar potensinya untuk menjadi kebiasaan. Misal, kita senantiasa menulis rutin setiap hari dilakukan selama 40 hari, maka bisa jadi itu menjadi kebiasaan yang terus menerus kita lakukan. Bahkan kebiasaan itu dapat menjadi pelumas dan pendongkrak bagi kita untuk melakukan hal tersebut dengan cepat dan lebih besar. Dapat kita benarkan peribahasa “sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit”.
Awali dari yang sederhana. Berfikir dan bertindak sederhana untuk mencapai hal-hal yang besar dalam kehidupan
Depok, 6-11-2015
Tumblr media
1 note · View note
danisnadif · 9 years
Text
Bila Ada Air Mata Pasti Kau Tengah Merasakan Keindahannya #Copas
Bila Ada Air Mata Pasti Kau Tengah Merasakan Keindahannya😇 Simak Kisah Berikut: Bismillaah Umar Bin Khattab pernah berkata : Aku tidak mau hidup lama di dunia yang fana ini, kecuali karena tiga hal : Keindahan berdakwah dan berjihad di jalan-Nya. Repotnya bangun dan berdiri untuk Qiyamul Lail. Dan indahnya bertemu dengan sahabat-sahabat seiman. Mungkin kisah berikut ini mampu mengawal perasaan kita. Betapa ukhuwah itu merupakan penanda iman kita. Semenjak Rasulullah wafat, Bilal menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata : Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi. Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan. Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya : Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini? Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah. Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Rasulullah, pada sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal : Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami. Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja. Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar. Dan saat bilal mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka. Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak bisa dirampungkan. Bayangkan kita seolah sedang hidup bersama di tengah-tengah mereka. Hamba-hamba Allah yang selalu terhubung dengan langit dan merasakan indahnya ukhuwah dalam kebenaran dan kemuliaan. Maka jika masih ada batas dalam perjalanan ukhuwah kita, bisa dipastikan kita telah gagal menggenggam makna ukhuwah yang sebenarnya. Ada sebuah nasihat dari Ibnul Qoyyim Al Jauziyah : Ukhuwah itu hanya sekedar buah dari keimanan kita kepada Allah. Jadi jika ukhuwahnya bermasalah mari kita evaluasi keimanan kita kepada-Nya. Efek dari hubungan baik kita dengan yang ada di langit secara langsung berefek pada baiknya keterhubungan kita dengan bumi. Dalam sebuah kutipan ada yang mengingatkan kepada kita : Sebesar cintamu pada Allah, sebesar itu pula cinta orang lain kepadamu. Sebesar ketakutanmu akan murka Allah, sebesar itu pula keseganan orang lain terhadapmu. Wallahu a'lam...
0 notes
danisnadif · 9 years
Text
Menciptakan Ketenangan Hati
Jika saja Allah membatasi diri dari hamba-hambaNya dalam membangun hubungan, komunikasi dan interaksi manusia denganNya, pastilah kegundahan, kegelisahan, erat menyelimuti jiwa manusia. Namun Allah membuka tabirNya secara ghaib. Membiarkan manusia bermunajat di keheningan malam, dan kesegaran pagi. Bahkan Allah sudah menyatakan kedekatan dengan hambaNya, "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya tentang Aku maka (jawablah) bahwa Aku adalah DEKAT" (Qs.2:186) Maka tinggal seberapa besar upaya manusia membangun kedekatan kepada Allah (Taqorrub ilallah). Walau hanya sekedar mengingatNya, melakukan kontemplasi-kontemplasi sederhana, rutin namun konsisten. Tilawah misalnya, sebuah cara mengingat Allah yang juga kapanpun dimanapun bisa kita lakukan. ingat tatkala Allah katakan, "Ketahuilah dengan dzikir (mengingat) kepada Allah akan menentramkan hati" (QS.Ar-ro'du : 28 ) Membaca ayat demi ayat, merenungi taujih robbani, segalanya untuk menciptakan sendiri ketenangan hati. Bukan dengan aktivitas keduniaan lainnya yang itu semua hanya sekedar jalan alternatif, menciptakan ketenangan hati sesaat. - danekul
1 note · View note
danisnadif · 9 years
Text
Keluarga Allah yang Bahagia
Allah sudah menakdirkan kehidupan manusia dengan porsi kebahagiaan dan kesedihan yang adil. Jelas, memang Allah Maha Adil. Namun terkadang kebahagiaan dan kesedihan itu dapat menjadi situasi yang diciptakan sendiri oleh manusia tersebut. Ada yang bahagia tatkala memiliki harta yang banyak, dan sedih ketika dirundung kebangkrutan. Ada yang bahagia hanya karena setiap hari dapat melihat orang tuanya bahagia, dan sedih yang amat mendalam ketika melihat orang tuanya meninggal. Segalanya hanya tentang situasi yang diciptakan sendiri. Namun tentu berbeda antara situasi yang diciptakan karena keterkaitan pada dunia, dengan situasi yang diciptakan karena keterkaitan dengan Sang Pencipta, Allah Subhanahuwata'ala. Memiliki orientasi akhirat yang penuh harap pada kegemilangan surga. Bukan, bukan hanya bermimpi bisa bahagia di surga, tapi juga bisa bahagia di dunia dengan amal amal yang dapat memberatkan timbangan kebaikan sebagai tiket masuk ke surga. Inilah yang paling menakjubkan. Mereka dikatakan sebagai keluarga Allah. Yang Allah jadikan mereka sebagai penjaga firmanNya selama di dunia. Mereka ikhlas dan tulus menjaganya selama hidup di dunia, dan Allah akan mengupah mereka dengan mahkota yang tak penah dimiliki oleh raja, panglima, atau penguasa manapun di muka bumi. Dan mereka akan memakaikannya ke kepala kedua orang tua mereka yang telah disiapkan singgasana terbaiknya karena dianggap telah berhasil mendidik titipan Allah dan menjadikannya bagian dari keluargaNya. merekalah para penghafal quran. inilah kebahagiaan yang mereka ciptakan sendiri. Karena selain Allah mengupah mereka dengan surga dan kegemilangan akhirat lainnya, pun Allah juga menjamin mereka bahagia hidup di dunia. Sehingga dalam kondisi apapun, apalagi yang erat kaitannya dengan duniawi, maka mereka akan bahagia bahagia saja. Karena Allah menjamin ketenangan. Sekalipun itu masalah terberat yang dihadapinya, mereka akan menciptakan kebahagiaan di dalamnya. Namun mereka akan menjadi sedih yang amat mendalam tatkala kesenangan dunia melenakannya. kemaksiatan dibuatnya. Dan saat ketika mereka lupa dengan tumpukan hafalan qurannya, karena mereka merasa gagal dalam menjalankan misi penjagaan firman-firman Allah yang mulia. Allahu yubaarik fiihum. Semoga pula semakin banyak penghafal quran di muka bumi, yang menjadikan dunia ini bahagia karena kearifannya, terang benderang karena kecerahannya, barokah dan penuh maghfiroh karena ikatan keleluargaannya dengan Allah subhanahuwata'ala. aamiin allahumma aamiin Tulisan ini saya buat selepas merenung. Dan baru saja berbincang dengan saudara jauh yang sebelumnya belum pernah bertemu dan Allah takdirkan untuk bisa berjumpa di kampung halaman, tebing tinggi Sumatera Utara. usianya 11 tahun dan hafalan qurannya sudah 7 juz, adiknya 5 juz dan paling kecil memasuki sekolah Dasar sudah memiliki hafalan 3 juz. Begitu bahagianya mereka. Dan seketika merenung, mengingat orang-orang yang pernah saya jumpai yang juga para penghafal quran. ada yang usia dewasa, atau masih belia. Saya pun begitu bahagia bisa berjumpa, berbincang dan bercakap dengan mereka semua. Semoga kebahagiaan ini, dan dari tulisan ini, dapat menjadi motivasi untuk saya dan para pembaca pada umumnya agar semangat menghafal quran, menjadi keluarga Allah, menjaga firmanNya, dan berusaha menggapai mahkota untuk kelak diberikan kepada kedua orang tua. Indah sekali.. Betapa bahagianya keluarga Allah, dunia dan akhirat :) Danis | Tebing Tinggi Medan, 19-07-15
1 note · View note
danisnadif · 9 years
Text
Mereka yang Malamnya (masih) Panjang
saat menyapu debu debu jalanan, dan menyeka butiran pasir ke tepian. dan menanam benih untuk penghijauan. Seringkali mereka jatuh dan terluka. Terkulai lemas sebab mereka harus menyongsong pagi siang malam untuk bekerja. kelopak matanya sayu, dan berkantung. namun tak sama sekali membuat wajahnya murung. Wajahnya ceria, seakan kami sedang melihat cerahnya awan yang tak menunjukkan terik atau mendung. Padahal sering pula mereka merasa sedang berada di ufuk kegelapan malam, kelam. bercermin pada realitas yang membuatnya sedu sedan melihat apa yang dilakukannya di masa silam. Kami tak memahaminya, hingga kami bingung dibuatnya. karena raganya yang seakan membelah diri hingga banyak kami temukan dimana kami berada. saat sepertiga malam tiba, telepon genggam kami berdering. padahal kami tau, di tengah malamnya mereka masih berkeliling, mendetak kembali tanah hati yang mulai kering. pagi tiba, mereka memulai kembali aktifitasnya. hingga sore. hingga malam. hingga sepertiga malam dan hingga pagi lagi. begitulah roda kehidupan yang mereka jalani. " Wa laa tahinu wa laa tahzanu. Merasa lelah boleh, tapi jangan memperlihatkan kelelahan. wa antumul a'launa in kuntum mu'miniin". Nasihat diantara mereka yang kami dapatkan. kami rindu
1 note · View note
danisnadif · 9 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sumber: www.islampos.com
3K notes · View notes
danisnadif · 9 years
Text
Seni Mengingat Allah
Tumblr media
Mengingat Allah, bukan hanya ketika duduk kau termangu dan diliputi renungan dalam kesendirian, kesepian, dan kau hanya merasa sedang berdua dengan Allah.
Atau bukan hanya ketika kau khusyuk melaksanakan ibadah, sebuah ritual penghambaan kepada Allah seperti sholat, dzikir, atau berdoa
Ada sebuah seni mengingat Allah tatkala kesendirian menjadi jenuh, dan semangat beribadah menjadi keruh. Carilah sahabat yang ‘baik’!
Ada salah seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai teman yang baik. “Wahai Rasulullah Saw,siapakah yang  dapat dijadikan teman yang baik? Rasulullah  Saw menjawab, “Dia adalah yang menolongmu ketika kamu mengingat Allah dan mengingatkanmu ketika kamu lupa pada-Nya.”  Wahai Rasulullah Saw, teman seperti apa yang paling buruk?”  Rasulullah saw menjawab, “Dia yang tidak menolongmu ketika kamu mengingat Allah dan tidak  mengingatkanmu akan Allah ketika kamu melupakann-Nya.”   Siapakah yang paling baik diantara orang-orang?  Rasulullah Saw menjawab, “Dia yang JIKA KAMU MELIHATNYA, LALU KAMU INGAT ALLAH”
a Hidup akan terasa indah apabila kita memiliki teman, sahabat yang baik hatinya. Dan ternyata deskripsi teman yang baik adalah yang ketika kita melihatnya maka kita ingat Allah.
Teman baikmu, bukan malaikat, ataupun kitab. Dia hanya manusia biasa yang bisa mengajakmu mengingat Allah semangat ibadah sedang jatuh. Inilah seni mengingat Allah! teman akan menjadi hal terpenting ketika manusia dilanda futur berlebihan nan berkepanjangan.
Carilah mereka, dan senantiasa dekatlah dengan mereka. Kau tak akan menyangka setelah bertemu mereka, seakan Allah membuka kembali tabir pembatas antara hatimu denganNya.
@danekul | 18-03-2015 | 00.20 WIB
0 notes
danisnadif · 9 years
Text
Bagaimana Muslim Menggunakan Akalnya
Sedemikian rupa Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Allah jadikan manusia tidak sama dengan makhluk lainnya. Tidak sama dengan malaikat, yang selalu tunduk patuh dan taat pada perintah Allah, tidak, manusia memang bukan sesempurna itu. Bukan pula syaithon yang 180 derajat berbanding terbalik daripada malaikat, yang justru kehidupannya sepenuhnya untuk membangkang dari perintah Allah dan berupaya untuk menyesatkan umat manusia. Tidak pula sama dengan golongan jin. Atau hewan yang Allah beri kapasitas berfikir yang rendah. Atau tumbuhan yang justru memberi manfaat bagi manusia itu sendiri, menghasilkan makanan dan buah-buahan untuk penghidupan manusia.
Manusia Allah jadikan sebagai makhluk yang baik rupanya. Dan memiliki tugas besar selama hidup di belantara dunia yang Allah jadikan sebagai tempat tinggalnya. Yaitu menjadi khalifah (wakil Allah) di muka bumi. Oleh karenanya Allah memberikan manusia karunia berupa akal. Akal merupakan salah satu komponen utama bagi manusia karena ia memiliki fungsi supaya manusia dapat berfikir. Yang mana dari pikiran itulah dapat menjadikan manusia sebagai khalifah, wakil Allah dalam menerima dan menyampaikan kebenaran. Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS.AliImron:190)
Namun pada realitas, banyak diantara manusia yang terjebak dalam situasi berfikir. Terjebak karena konteks berfikir yang salah. Dalam hal ini sebenarnya karena manusia itu tidak menggunakan fitrah dan karunia Allah dengan semestinya. Sehingga bisa saja, manusia malah menggunakan hati dan nafsunya untuk berfikir.
Ironi yang terjadi adalah ketika hal tersebut dilakukan oleh umat muslim. Pantaslah jika seakan-akan banyak umat muslim yang masih tak tersadarkan dengan tempaan-tempaan yang mempengaruhi pikiran dan paradigma. Anggap saja pikiran manusia dianalogi sebagai gelas kosong. Kualitas hidupnya dipengaruhi dengan apa yang dituangkan ke dalamnya. Entah air dingin, atau air panas. Entah air bersih atau air keruh, atau bahkan air campuran dari segala jenis air. Kemudian dituangkanlah kembali segala isi dari gelas yang telah dipenuhi oleh beragam jenis air tersebut. Dari sini dapat dikatakan bahwa akal manusia juga dipenuhi oleh beragam pemikiran, wajar saja karena ini adalah fitrah. Namun bilamana akal manusia tidak bisa memilah pemikiran yang baik dan buruk, kemudian didukung oleh nafsu menyampaikan kepada orang-orang di sekitarnya, maka orang-orang disekitarnya bisa menjadi cerminan bagi yang menyampaikannya 
Dalam tilas balik kisah yang penuh hikmah, bahwa golongan syaithon adalah golongan makhluk yang pertama kali menggoda manusia. Berusaha utuk memporak porandakan pikiran manusia dengan hati dan nafsu. Nabi Adam digoda syaithon dan kemudian Allah memberikan ganjarannya langsung untuk menaruhnya ke dunia. Dalam hal ini dapat dikatakan golongan syaithon juga memiliki pemikiran yang cerdik nan licik. Karena tujuan utamanya sangat besar yaitu menyesatkan manusia sampai hari kiamat. Begitu licik dan cerdiknya syaithon hingga ingin menyesatkan manusia sampai ‘titik darah penghabisan’. Jika syaithon gagal dalam menggoda manusia dalam satu hal, maka ia pasti mencoba menggoda manusia dalam hal lain. Jika syaithon gagal dalam menggoda manusia untuk meninggalkan sholat wajib, maka syaithon akan mencoba menggoda manusia untuk meninggalkan sholat sunnah. Jika gagal, syaithon akan mencoba menggoda manusia untuk sekedar berdzikir. Sampai amal-amal terkecil yang ingin dilakukan manusia, syaithon pun berusaha untuk mengurungkannya.
Terlahirlah golongan manusia yang telah tercemar pemikirannya, kemudian mencemari yang lain, kemudian mencemari yang lain. Sehingga kebenaran dianggap tabu, bahkan bisa jadi objek dari peperangan dengan kebathilan dan kesesatan yang sudah begitu marak.
Sebagai manusia yang cerdas, dan makhluk yang masih percaya dengan tuhannya, masih merasa ada teladan terbaik bagi hidupnya. Seharusnya bisa menggunakan akalnya dengan baik. Tidak mencampurinya dengan hati dan nafsu yang tinggi. Untuk memahami dan mengamalkan alquran sebagai pedoman hidup, maka taruhlah Alquran itu di depan kening kita. Bukan di belakang kening kita. Biarkan alquran itu yang membawa akal kita untuk mengikutinya. Bukan sebaliknya, membiarkan alquran yang harus berjalan mengikuti pikiran kita yang dipenuhi dengan kekotoran dan juga kekeruhan hati dan nafsu. Yang justru melemahkan, dan menjadikan kita tidak siap menggunakan akal kita, menerima pemikiran, dan menghadapi perang yang dinamakan perang pemikiran.
@danekul | 12 Maret 2015
0 notes
danisnadif · 9 years
Quote
UKHUWAH | bukannya buta, tapi banyak hal yang segalanya hanya dapat dijawab dengan kalimat "memang begitulah ukhuwah". seperti percaya dengan yang ghaib. tanpa harus membuktikan dengan nalar dan logika. Tentang saling memaafkan dan lapang dada pun akan semakin rumit jika pola pikir telah dilingkari dengan bayang-bayang kesalahan saudaranya. Bukannya buta, hanya saja mencoba menggunakan fitrah Allah dengan sebaik-baiknya. karena landasan ukhuwah adalah keimanan, dan orientasinya adalah surga.
@danekul | 11 Maret 2015
2 notes · View notes
danisnadif · 9 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
[Latepost] Kodrat manusia ialah menyaksikan keindahan. Saya kira ayat Allah berupa alam semesta langit bumi dan seisinya adalah keindahan yang tiada tara. tak hanya sekedar takjub, namun seakan saya memuji Allah, tuhan semesta alam secara dekat. Sambil merajut hikmah yang menjadi bonus nya dalam perjalanan.
Ya, ini hanya perjalanan singkat saya dengan beberapa saudara seperjuangan saya.
Gunung Munara, Parung, Bogor | 27 Februari 2015
2 notes · View notes
danisnadif · 9 years
Link
Oleh karena tujuan yang sangat besar itu, maka kita harus berkorban.
0 notes
danisnadif · 9 years
Link
Mereka berbicara ukhuwah tapi tak pernah mau berjabat lama-lama saat bertemu, apalagi memeluk erat saudaranya, seakan alergi dengannya.
Mereka berbicara ukhuwah tapi tak pernah mau senyum sumringah didepan saudaranya.
Mereka berbicara ukhuwah tapi tapi tak pernah tau kabar sesungguhnya sesama...
2 notes · View notes
danisnadif · 9 years
Text
Begitulah Ukhuwah
Jika kau heran ada saja seorang lelaki yang seringkali tak enggan memberi salam, menjabat tangan dan memeluk erat saudara lelaki lainnya. Jika engkau heran ada saja seorang yang tak pernah bosan menghampiri rumah saudaranya, bertemu, berbincang-bincang, memenuhi hak ketika saudaranya sakit. Jika engkau heran ada saja seorang yang masih saja berlapang dada ketika mendapat perlakuan yang tidak baik dari saudaranya yang lain, hingga kau katakan kepadanya "jika aku jadi kamu, aku akan memusuhinya".
Maka ketahuilah, bisa jadi mereka bukanlah saudara sedarah/kandung. mereka bukan saudara atas kesamaan hobi, cita-cita, kesukaan atau yang lainnya. tapi mereka adalah saudara atas keimanan yang bermuara pada aqidah yang lurus.
begitulah ukhuwah, boleh saja ketika kau melihat dirinya, maka kau membayang-bayang surga dan kasih sayang Allah. Karena ukhuwah begitu indah, terbalut cinta karena Allah dan dakwah...
@danekul
1 note · View note
danisnadif · 9 years
Quote
Kami bukan terlahir di generasi marga al-banna atau as-siba'i, Tapi semoga Allah menetapkan bara semangat nya tertanam dalam hati dan kehidupan dakwah kami
danekul
1 note · View note
danisnadif · 9 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Dari kajian..ke kajian.. Dari kalian..untuk masa depan! Yuk Mari!!!
0 notes
danisnadif · 9 years
Text
Tantangan Kontemporer: Misi Musuh yang Semakin Berhasil
Islam pernah mendapati masa puncak keemasan/kejayaannya di tahun sekitar 450 M. Pada era ini, terdapat banyak ilmuan dan ahli yang selayaknya dapat menjadi pusat perhatian dunia. Mulai dari sains sampai gaya hidup yang sebenarnya baru-baru diadopsi secara alamiah di abad kekinian. Di samping itu, perkembangan islam masa itu semakin pesat karena sistem perekonomian yang menomor satukan kesejahteraan rakyat. Karena dipimpin oleh para khalifah yang memiliki perangai yang luar biasa.
Namun entah sejarah yang membutakan kita, atau kita yang buta akan sejarah. Hingga kehidupan islam saat ini terasa terpuruk. Bahkan bisa jadi ratusan atau ribuan, atau bahkan ratus ribuan umat muslim tak menyadari tentang masa puncak kejayaan islam yang seharusnya menjadi stimulus ampuh bagi roda pergerakan syiar dakwah islam. Atau minimal menjadi semangat untuk kita kembali mencapai puncak yang sama. Sehingga yang terjadi adalah banyak umat muslim yang menyalahi fitrah. Allah memberikan manusia sebuah karunia berupa akal. Kemudian Allah jadikan kisah-kisah Rasulullah, sahabat, tabi’in, dan tabiin tabiin, kisah-kisah generasi terbaik itu untuk momentum berfikir bagi manusia yang berakal.
           “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (QS. Yusuf: 111).
Namun akal yang digunakan oleh kebanyakan umat mungkin hanya sebatas mempelajari sejarah-sejarah tanpa mentadaburinya dan mengamalkannya. Atau tak terbesit sedikitpun tertarik dengan sejarah, melupakan dan membuangnya jauh-jauh. Lalu bagaimana dengan amal, maka dalam hal ini umat islam telah kalah. Kalah oleh misi-misi yang dibawa oleh musuh-musuhnya. Kalah dengan siapa yang lebih dahulu bergerak dan mencapai titik target.
Siapa yang tak kenal Mustafa Kemal Ataturk, seorang pemuka pengkhianat di Turki yang menjatuhkan institusi kekhalifahan Ustmaniyah pada tahun 1923 M. Menjadi agen utama yang menghancurkan islam. Dalam sebuah kutipan perkataannya,
“Apa pun konsekuensinya, negara republik harus ditegakkan…Khilafah Utsmaniyah adalah bentuk negara yang tidak masuk akal atas dasar pondasi agama yang rusak. Khalifah dan keluarga Utsmani lainnya harus diusir. Peradilan dan hukum-hukum agama yang kolot harus diganti dengan hukum sipil modern. Sekolah agama harus dijadikan sekolah negeri yang sekuler. Negara dan agama harus dipisahkan. Republik Turki harus menjadi negara yang sekuler.”
Dengan kepemimpinannya, taji dan wibawanya ia berhasil merutuhkan kekhalifahan dan menjadikannya sebagai negara republik yang sekuler. Misi sekulerisasinya berhasil dengan konsep dan paradigma utama bahwa untuk memerangi umat islam tidak bisa hanya dengan senjata. Melainkan dengan menjauhkan umat islam dari agamanya. Membuat umat islam tidak bangga dengan keislamannya. Di sinilah tertanam kembali bibit-bibit baru dari perang pemikiran.
Para pemuka Yahudi sering melakukan konsolidasi bersama. Dalam konsolidasinya dibahaslah satu persatu targetan-targetan penghancuran islam. Kita pernah mengetahui konsep 4F: Food, Fashion, Fun, Festival. Ini merupakan misi utama. Umat islam dijauhkan dari makanan yang halal dan baik. Umat islam dijauhkan dari cara berpakaian yang syar’i. Umat islam diberikan kesenangan-kesenangan dunia yang dapat membuat melupakan akhirat dan agamanya. Umat islam disuguhkan dengan pesta pora dan festival yang dapat menjauhkan antara pribadi dengan Tuhannya. Maka saya berani katakan misi mereka telah berhasil. Kini 4F tersebut walau tersirat tapi sebenarnya sudah menjadi gaya hidup manusia kekinian. Diberikanlah pengaruh globalisasi yang menjadikannya semakin menjadi-jadi. Bisa jadi itu karena keseriusan berpikir dalam bergerak yang dilakukan oleh musuh-musuh islam. Yang dalam konsolidasinya mereka membuat targetan-targetan penghancuran islam untuk satu abad ke depan. Dalam hal ini, saya berbicara mengenai militansi. Apa mungkin, keterpurukan umat islam saat ini dikarenakan kurangnya militansi dalam berpikir dan bertindak. Menentukan targetan dakwah beberapa tahun ke depan pun masih berpikir setengah-setengah. Lalu bagaimana mau bertindak?
Namun saya tak hanya ingin terkesan megutuk kegelapan dalam tulisan ini. Tapi mari kita nyalakan lilin bersama-sama. Bangkit dari keterpurukan. Karena sesugguhnya kita (umat islam) belum gagal. Karena walau kita tidak menghadapi masa-nya, yang menang adalah kebenaran (al-haq) dari Allah SWT. Keberhasilan yang dicapai oleh musuh bukan berarti membuat umat islam harus gentar. Melainkan menjadi tantangan tersendiri dalam bergerak.
Oleh karena itu, segala sesuatunya harus diperbarui. Ibarat teknologi, sebuah PC pentium 4 saat ini tak akan berproses bila harus menjalankan banyak aplikasi yang berbasis windows 8. Maka yang diperbarui adalah sistem operasinya. Dalam hal ini adalah dakwah. Dakwah islam jangan kita lakukan sebatas temporer, melainkan kontemporer. Mengikuti perkembangan zaman dan arus budaya.
Tak menafikkan jika memang keberhasilan musuh islam salah satunya adalah karena telah banyaknya massa (korban) yang mengikuti jalan mereka. Kini hadir di tengah-tengah kita Jaringan Islam Liberal, sebuah jaringan yang memiliki pemikiran liberal, sekuler dan plural. Bukan hanya jadi buah pikiran pribadi, namun pikiran itu ditularkan kepada orang-orang yang sebenarnya belum terarah dan tidak tahu jalan kebenaran. Sebut saja Bebek JIL. Kumpulan orang-orang yang hanya ikut-ikutan membela liberalisme di negara sendiri. Belum lama didapatkan kabar mengenai film-film islam yang disutradarai oleh seorang seniman liberal, dan digagas oleh pemuka Syiah, akan segera diproduksi massal dan ditayangkan.
Lalu apa tugas kita? Kita bergerak mengikuti arus. Tetap bergerak walau tertabrak batu, namun jangan hanyut. Artinya globalisasi yang saat ini menjadi era-nya, maka bermainlah kita di sana. Membuat sistem dakwah islam yang kontemporer. Berdakwah dengan bahasa umat. Berperang melawan sebagai mana cara mereka melawan dan menghancurkan umat islam.
Sejatinya kita ini adalah konsumen. Pasti konsumen. Yang terpenting adalah kita harus memilih mau menjadi konsumen yang pintar atau konsumen yang bodoh. Yang pintar ini adalah yang bisa memproduksi dan menjadi pesaing. Yang bodoh yaitu orang-orang yag hanya bisa menonton tanpa bertindak. Jika musuh islam menghancurkan islam dengan film, maka jangan melulu kita menjadi golongan orang-orang yang mengencam film-film kontroversial tersebut. Masih untung kita hidup di Indonesia yang umat muslimnya mayoritas. Berimbang antara yang mendukung kebenaran dan kebathilan. Namun sekali lagi jadilah konsumen yang pintar, yang belajar, yang bisa memproduksi dan menjadi pesaing. Pesaing bagi musuh-musuh islam. Dan inilah kontemporer, memulai peperangan yang sebenarnya sebelum akhirnya Allah turunkan imam mahdi ke dunia.
 Sumber:
http://www.suara-islam.com/read/index/6645/Inilah-Sosok-Pengkhianat-Islam--Mustafa-Kemal-Pasha
http://redzuan-ridz.blogspot.com/2011/07/mustafa-kemal-ataturk-pemimpin-islam.html
1 note · View note
danisnadif · 9 years
Quote
Militansi tidak begitu saja hadir pada diri seseorang, pasti ada sebab-akibatnya. Ia yang ruhnya melangit dan jiwanya membumi. Militansi tinggi cuma hadir dari orang-orang yang sudah selesai dengan ‘urusan hati’ nya.
kutipan tweet (via rrowrrow)
1 note · View note